Eksposisi Injil Yohanes
oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
Ay 19: “Ketika hari sudah
malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu
tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang
Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan
berkata: ‘Damai sejahtera bagi kamu!’”.
1)
“Ketika hari sudah malam pada hari pertama
minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat”.
a)
“Ketika hari sudah malam pada hari pertama
minggu itu”.
1.
Penekanan hari pertama.
Yohanes menulis sedemikian rupa sehingga hari pertama itu sangat
ditekankan.
KJV: ‘Then the same day at evening, being the first day of the
week’ (= Maka para hari yang sama pada sore / malam hari, yang merupakan
hari pertama dari minggu).
William Hendriksen menterjemahkan: ‘Now when it was evening on
that day, the first day of the week’ (= Pada waktu sore / malam pada hari
itu, hari pertama dari minggu).
William Hendriksen mengatakan (hal 457) bahwa Yohanes bisa saja
menulis ‘Now when it was the evening of the first day’ (= Pada sore /
malam dari hari pertama). Tetapi ia mau lebih menekankan hari pertama itu. Jadi
ia mulai dengan mengatakan ‘Now when it was evening of that day’
(= Pada sore / malam dari hari itu). Dilihat dari kontextnya itu sudah
menunjuk kepada hari pertama (bdk. 20:1). Tetapi Yohanes tidak puas dengan itu,
dan ia melanjutkan ‘that day, the first day of the week’ (= hari itu,
hari pertama dari minggu).
Matthew Henry beranggapan bahwa ini merupakan tanda / bukti bahwa
Allah menghormati hari itu.
2.
Apa maksudnya ‘malam’?
Text yang sedang kita pelajari ini (Yoh 20:19-23) paralel
dengan Luk 24:36-dst. Dan kalau dilihat dari Luk 24:29,33,36 terlihat
bahwa saat ini bukan lagi siang / sore sebelum pk. 6 sore tetapi sudah malam
(lewat dari pk. 6 sore). Itu berarti bahwa sebetulnya, dari perhitungan waktu
Yahudi, itu bukan lagi hari pertama (minggu) tetapi hari kedua (senin).
William Hendriksen: “It was evening. In the
light of Luke 24:29,33,36 we have a right to conclude that it was no longer
early in the evening when the great event recorded in the present paragraph took
place. As the Jews compute the days it was no longer the first day of the week.
But John, though a Jew, is writing much later than Matthew and Mark, and does
not seem to concern himself with Jewish time-reckoning”
(= Itu adalah malam. Dalam terang dari Luk 24:29,33,36 kami mempunyai hak untuk
menyimpulkan bahwa itu bukan lagi awal dari suatu sore ketika peristiwa yang
besar yang dicatat dalam text ini terjadi. Sebagaimana orang-orang Yahudi
menghitung hari, itu bukan lagi hari pertama dari minggu. Tetapi Yohanes,
sekalipun ia adalah orang Yahudi, menulis jauh lebih belakangan dari Matius dan
Markus, dan kelihatannya tidak mempedulikan perhitungan waktu Yahudi)
- hal 458.
A. T. Robertson menganggap bahwa kata-kata “Ketika
hari sudah malam pada hari pertama minggu itu”
menunjukkan bahwa Yohanes
menggunakan perhitungan waktu Romawi dan bukan Yahudi, karena ‘malam’ menyusul ‘pagi / siang’
dan bukan sebaliknya.
Bagian ini perlu diperhatikan karena ada orang-orang yang menolak
perubahan Sabat dari Sabtu menjadi Minggu dengan mengatakan bahwa Yesus
menampakkan diri di sini pada hari Senin, bukan pada hari Minggu. Itu memang
Senin berdasarkan perhitungan waktu Yahudi, tetapi itu adalah Minggu berdasarkan
perhitungan waktu Romawi. Dan Yohanes kelihatannya menggunakan perhitungan waktu
Romawi.
b)
“berkumpullah murid-murid Yesus di suatu
tempat”.
1.
Kita memang tidak tahu apa tujuan para murid berkumpul pada saat itu, tetapi
sedikitnya itu adalah suatu persekutuan. Bahkan ada penafsir yang beranggapan
bahwa murid-murid berkumpul pada hari minggu dalam ay 19 itu, untuk berbakti.
Barnes’ Notes:
“It is worthy of remark that this is
the first assembly that was convened for worship on the Lord’s Day, and in
that assembly Jesus was present. Since that time, the day has been observed in
the church as the Christian Sabbath, particularly to commemorate the
resurrection of Christ” (= Layak
diperhatikan bahwa ini adalah perkumpulan pertama yang dilakukan untuk kebaktian
pada hari Tuhan, dan dalam perkumpulan itu Yesus hadir. Sejak saat itu, hari itu
dihormati dalam gereja sebagai Sabat Kristen, khususnya untuk memperingati
kebangkitan Kristus).
2.
Mereka sedang ada dalam keadaan yang sulit, mereka bingung tentang apakah
Kristus bangkit atau tidak. Mungkin mereka bertemu untuk berdoa bersama, atau
membandingkan cerita / laporan tentang kebangkitan Kristus, dan merundingkan apa
yang harus mereka lakukan. Juga untuk saling mengerti isi hati masing-masing,
saling menguatkan iman, dan sebagainya. Ini mengajar kita untuk tidak
meninggalkan pertemuan ibadah kita, bahkan pada masa yang sukar. Bdk. Ibr 10:25
- “Janganlah kita menjauhkan diri dari
pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi
marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari
Tuhan yang mendekat”.
2)
“dengan pintu-pintu yang terkunci karena
mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan
berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: ‘Damai sejahtera bagi kamu!’”.
a) Ada beberapa penafsiran salah berkenaan dengan
bagian ini:
1.
Ini bukan mujijat, karena Kristus masuk dengan membuka pintu secara biasa.
Merupakan sesuatu yang mengherankan bagi saya bahwa ada banyak
penafsir yang beranggapan bahwa di sini tidak terjadi mujijat. Mereka mengatakan
bahwa Yesus datang lalu membuka pintu dengan cara biasa dan masuk ke dalam
ruangan itu. Saya berpendapat bahwa penafsiran ini sangat tidak masuk akal,
karena kalau demikian apa gunanya Yohanes mengatakan bahwa ‘pintu-pintu
terkunci’?.
Leon Morris (NICNT): “Jesus came and stood
among them. This appears to mean that He had not come through the door in the
normal fashion (else what is the point of mentioning the shut door?). ... John
wants us to see that the risen Jesus was not limited by closed doors.
Miraculously He stood in their midst. But the precise manner of the miracle is
not indicated” [= Yesus datang dan
berdiri di tengah-tengah mereka. Ini kelihatannya berarti bahwa Ia tidak datang
melalui pintu dengan cara normal (kalau tidak apa gunanya / tujuannya
menyebutkan pintu yang tertutup / terkunci?). ... Yohanes ingin kita melihat
bahwa Yesus yang bangkit tidak dibatasi oleh pintu-pintu yang terkunci. Secara
mujijat Ia berdiri di tengah-tengah mereka. Tetapi cara yang persis dari mujijat
itu tidak dinyatakan] -
hal 844.
2.
Kristus, setelah kebangkitanNya, adalah roh dan tidak mempunyai tubuh.
Penafsiran lain yang juga salah, bahkan sesat, adalah bahwa karena
Yesus bisa muncul di ruangan terkunci seperti itu, itu menunjukkan bahwa Yesus
setelah kebangkitanNya adalah roh dan tidak mempunyai tubuh. Penafsiran ini
jelas bertentangan dengan Luk 24:36-43 - “(36)
Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri
di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: ‘Damai sejahtera bagi
kamu!’ (37) Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu
(Yunani: PNEUMA = spirit
/ roh). (38) Akan tetapi Ia berkata kepada
mereka: ‘Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam
hati kamu? (39) Lihatlah tanganKu dan kakiKu: Aku sendirilah ini; rabalah Aku
dan lihatlah, karena hantu (Yunani: PNEUMA = spirit / roh) tidak
ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu.’ (40) Sambil
berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kakiNya kepada mereka. (41) Dan
ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia
kepada mereka: ‘Adakah padamu makanan di sini?’ (42) Lalu mereka memberikan
kepadaNya sepotong ikan goreng. (43) Ia mengambilnya dan memakannya di depan
mata mereka”.
Bahwa Yesus bisa muncul di tengah-tengah mereka pada saat pintu
terkunci tak membuktikan bahwa Ia tidak mempunyai tubuh yang sungguh-sungguh,
sama halnya bahwa dulu Ia pernah berjalan di atas air (Mat 14:22-33) tak
membuktikan bahwa Ia tidak mempunyai tubuh yang sungguh-sungguh. Juga bahwa
Petrus bisa keluar dari penjara yang terkunci (Kis 5:19-23 Kis
12:6-dst) tak membuktikan bahwa ia tidak mempunyai tubuh.
Calvin: “We
ought ... to believe that Christ did not enter without a miracle, in order to
give a demonstration of his Divinity, ... and yet I am far from admitting the
truth of what the Papists assert, that the body of Christ passed through the
shut doors. Their reason for maintaining this is, for the purpose of proving not
only that the glorious body of Christ resembled a spirit, but that it was
infinite, and could not be confined to any one place. But the words convey no
such meaning; for the Evangelist does not say that he entered through the shut
doors, but that he suddenly stood in the midst of his disciples, though the
doors had been shut, and had not been opened by the hand of man. We know that
Peter (Acts 10:10) went out of a prison which was locked; and must we,
therefore, say that he passed through the midst of the iron and of the
planks?” [= Kita harus ... percaya bahwa
Kristus tidak masuk tanpa suatu mujijat, untuk memberikan suatu demonstrasi
tentang keilahianNya, ... tetapi saya tidak mengakui kebenaran dari apa yang
ditegaskan oleh para pengikut Paus, bahwa tubuh Kristus lewat melalui
pintu-pintu yang tertutup / terkunci. Alasan mereka untuk mempertahankan ini
adalah, untuk membuktikan bukan hanya bahwa tubuh kemuliaan Kristus menyerupai
suatu roh, tetapi juga bahwa tubuh itu tak terbatas, dan tidak bisa dibatasi
pada satu tempat manapun. Tetapi kata-kata itu tidak memberikan arti seperti
itu; karena sang Penginjil tidak mengatakan bahwa Ia masuk melalui pintu-pintu
yang tertutup / terkunci, tetapi bahwa Ia tiba-tiba berdiri di tengah-tengah
murid-muridNya, sekalipun pintu-pintu tertutup / terkunci, dan tidak dibuka oleh
tangan manusia. Kita tahu bahwa Petrus (Kis 10:10) keluar dari penjara yang
dikunci; dan haruskah kita, karena itu, mengatakan bahwa ia lewat melalui
tengah-tengah dari besi dan papan?] - hal 264.
Catatan:
· Kis 10:10
itu pasti salah cetak; mungkin seharusnya adalah Kis 12:10.
· Sebetulnya
kita bisa saja percaya bahwa Kristus memang menembus pintu-pintu yang terkunci,
asal kita tidak beranggapan bahwa Ia adalah roh, atau bahwa tubuhNya tidak
terbatas. Tetapi Calvin mungkin memang benar pada waktu ia mengatakan bahwa text
Kitab Suci ini tidak mengatakan demikian. Textnya hanya mengatakan bahwa
pintu-pintu terkunci dan Kristus tahu-tahu berada di dalam.
3.
Hakekat manusia dari Kristus, setelah kebangkitanNya, mempunyai sifat maha ada.
Dari bagian ini ada orang-orang (Lutheran) yang beranggapan bahwa
hakekat manusia dari Kristus sekarang mempunyai kwalitet / sifat dari hakekat
ilahi, sehingga menjadi maha ada.
Tetapi perhatikan bahwa dalam ay 19 dikatakan ‘datanglah
Yesus dan berdiri’.
Kalau hakekat manusia dari Yesus memang menjadi maha ada, maka Dia tidak perlu ‘datang’.
Disamping itu, kemaha-adaan dari hakekat manusia Kristus
bertentangan dengan pengakuan iman Chalcedon.
Pengakuan Iman Chalcedon: “We, then, following the
holy Fathers, all with one consent, teach men to confess, one and the same Son,
our Lord Jesus Christ; the same perfect in Godhead and also perfect in Manhood;
truly God, and truly Man, of a reasonable soul and body; consubstantial with the
Father according to the Godhead, and consubstantial with us according to the
Manhood; in all things like unto us without sin; begotten before all ages of the
Father according to the Godhead, and in these latter days, for us and for our
salvation, born of Mary the Virgin Mother of God according to the Manhood. He is
one and the same Christ, Son, Lord, Only begotten, existing in two natures
without mixture, without change, without division, without separation; the
diversity of the two natures not being at all destroyed by their union, but the
peculiar properties of each nature being preserved, and concurring to one person
and one subsistence, not parted or divided into two persons, but one and the
same Son, and Only-begotten, God The Word, the Lord Jesus Christ; as the
prophets from the beginning have declared concerning Him, and as the Lord Jesus
Christ Himself hath taught us, and as the Creed of the holy fathers has
delivered to us” (= Maka, kami semua,
mengikuti Bapa-bapa kudus, dengan suara bulat, mengajar manusia untuk mengaku,
Anak yang satu dan yang sama, Tuhan kita Yesus Kristus, sempurna dalam keilahian
dan juga sempurna dalam kemanusiaan, sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh
manusia, dengan jiwa yang bisa berpikir dan tubuh; menurut keilahianNya
mempunyai zat / hakekat yang sama dengan Sang Bapa, dan menurut kemanusiaanNya
mempunyai zat / hakekat yang sama dengan kita, dalam segala hal sama seperti
kita tetapi tanpa dosa; menurut keilahianNya diperanakkan sebelum segala jaman
dari Bapa, dan menurut kemanusiaanNya dilahirkan dari Maria, sang Perawan, Bunda
Allah dalam hari-hari akhir ini. Ia adalah Kristus, Anak, Tuhan yang satu dan
yang sama, satu-satunya yang diperanakkan, mempunyai keberadaan dalam 2
hakekat, tanpa percampuran, tanpa perubahan, tanpa perpecahan, tanpa
perpisahan; perbedaan dari dua hakekat
itu sama sekali tidak dihancurkan oleh persatuan mereka, tetapi sifat-sifat
dasar yang khas dari setiap hakekat dipertahankan dan bersatu menjadi
satu pribadi dan satu keberadaan / makhluk, tidak berpisah atau terbagi menjadi
dua pribadi, tetapi Anak yang satu dan yang sama, dan satu-satunya yang
diperanakkan, Allah Firman, Tuhan Yesus Kristus; seperti nabi-nabi dari semula
telah menyatakan tentang Dia, dan seperti Tuhan Yesus Kristus sendiri telah
mengajar kita, dan seperti pengakuan iman bapa-bapa kudus telah menyampaikan
kepada kita).
Kalau hakekat manusia Kristus menjadi maha ada, maka itu berarti
ada perubahan dan percampuran dalam hakekat manusia Kristus itu, karena sifat
maha ada, yang adalah sifat dari hakekat ilahi, lalu menjadi sifat dari hakekat
manusia.
b) Praktek gereja mula-mula berkenaan dengan kehadiran
Kristus di sini.
F. F. Bruce:
“The memory of this coming of the Lord
to his disciples may well have something to do with the church’s early
practice of meeting together on the evening of the first day of the week and
bespeaking his presence with them in the words MARANATHA, ‘Our Lord,
come!’” (= Ingatan tentang kedatangan
Tuhan kepada murid-muridNya mungkin / bisa mempunyai hubungan dengan praktek
gereja mula-mula yang bertemu pada malam dari hari pertama dari minggu dan
menunjukkan kehadiranNya dengan mereka dengan kata-kata MARANATHA, ‘Tuhan
kami, datanglah!’) -
hal 391.
Ay 20: “Dan sesudah berkata
demikian, Ia menunjukkan tanganNya dan lambungNya kepada mereka. Murid-murid itu
bersukacita ketika mereka melihat Tuhan”.
1)
“Dan sesudah berkata demikian, Ia
menunjukkan tanganNya dan lambungNya kepada mereka”.
Ini dilakukan oleh Yesus, bukan hanya untuk membuktikan bahwa Ia
sudah bangkit, tetapi juga untuk menunjukkan bahwa yang bangkit adalah orang
yang sama dengan yang mati 3 hari yang lalu.
Barnes’ Notes:
“‘He showed unto them his hands
...’. In this manner he gave them indubitable proofs of his identity. He
showed them that he was the same Being who had suffered; that he had truly risen
from the dead, and had come forth with the same body. That body had not yet
put on its glorified form. It was necessary first to establish the proof of
his resurrection, and that could be done only by his appearing as he was when he
died” (= Ia menunjukkan kepada mereka
tanganNya ...’. Dengan cara ini Ia memberi mereka bukti-bukti yang pasti
tentang identitasNya. Ia menunjukkan kepada mereka bahwa Ia adalah Makhluk yang
sama yang telah menderita; bahwa Ia telah sungguh-sungguh bangkit dari orang
mati, dan telah tampil dengan tubuh yang sama. Tubuh itu belum memakai
bentuknya yang dimuliakan. Adalah perlu untuk pertama-tama meneguhkan bukti
kebangkitanNya, dan itu bisa dilakukan hanya oleh pemunculanNya seperti Ia ada
sebelum Ia mati).
Catatan:
saya ragu-ragu tentang kebenaran dari bagian yang saya garis bawahi, yang
menyatakan bahwa pada saat ini tubuh Kristus belum dimuliakan. A. T. Robertson
mempunyai pandangan yang sama dengan Barnes, tetapi kata-kata Calvin di bawah
kelihatannya menunjukkan bahwa Calvin mempunyai pandangan yang berbeda.
A. T. Robertson: “This body, not yet
glorified, retained the marks of the nails and of the soldier’s spear,
ample proof of the bodily resurrection against the modern view that only
Christ’s ‘spirit’ arose and against the Docetic notion that Jesus had no
actual human body” (= Tubuh ini, belum
dimuliakan, mempertahankan tanda-tanda dari paku-paku dan tombak tentara,
merupakan bukti yang cukup untuk menentang pandangan modern bahwa hanya
‘roh’ Kristus yang bangkit, dan menentang pikiran / gagasan dari Docetisme
bahwa Yesus tidak mempunyai tubuh manusia yang sungguh-sungguh).
Calvin: “If
any person think it strange and inconsistent with the glory of Christ,
that he should bear the marks of his wounds even after the resurrection, let him
consider, first, that Christ rose not so much for himself as for us; ... and
now, since those wounds, of which we are speaking, serve to confirm the belief
of his resurrection, they do not diminish his glory. But if any person should
infer from this, that Christ has still the wounded side and the pierced hands,
that would be absurd; for it is certain that the use of the wounds was
temporary, until the Apostles were fully convinced that he was risen from the
dead” (= Jika ada orang yang menganggap
aneh dan tidak konsisten dengan kemuliaan Kristus, bahwa Ia harus
mempunyai tanda-tanda dari luka-lukaNya bahkan setelah kebangkitan, biarlah ia
mempertimbangkan, pertama, bahwa Kristus bangkit lebih untuk kita dari pada
untuk diriNya sendiri; ... dan sekarang, karena luka-luka itu, tentang mana kita
berbicara, berfungsi untuk meneguhkan kepercayaan tentang kebangkitanNya, mereka
tidak mengurangi kemuliaanNya. Tetapi jika ada orang yang menyimpulkan dari
sini, bahwa Kristus tetap mempunyai rusuk yang luka dan tangan yang berlubang,
itu adalah menggelikan; karena adalah jelas bahwa penggunaan dari luka-luka itu
adalah sementara, sampai Rasul-rasul yakin sepenuhnya bahwa Ia bangkit dari
orang mati) - hal 265.
2)
“Murid-murid itu bersukacita ketika mereka
melihat Tuhan”.
Lukas menceritakan bagian ini dengan lebih terperinci. Para murid
itu tak langsung bersukacita tetapi terlebih dulu menjadi takut (Luk 24:36-49).
Ay 21: “Maka kata Yesus
sekali lagi: ‘Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku,
demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.’”.
1)
Ay 21b sudah pernah diucapkan oleh Yesus, hanya saja yang dulu kata-kata
itu ditujukan kepada Bapa.
Yoh 17:18 - “Sama
seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah
mengutus mereka ke dalam dunia”.
2)
Kata-kata Yesus ini menunjukkan bahwa misi murid-murid / orang-orang percaya
keluar dari misi Kristus sendiri.
Leon Morris (NICNT): “Their mission proceeds
from His. It is only because He has accomplished His mission, and indeed
precisely because He has accomplished it, that they are sent into the world”
(= Misi mereka keluar dari misiNya. Hanya karena Ia telah menyelesaikan misiNya,
dan memang justru karena Ia telah menyelesaikannya bahwa mereka diutus ke dalam
dunia) - hal 846.
3)
Kata-kata ‘sama seperti’ dalam bahasa Yunani adalah KATHOS. Ini tidak berarti ‘sama
dalam segala hal’, tetapi berarti ‘seperti’.
Jelas bahwa kita tidak diutus untuk menebus dosa seperti Yesus.
Kita diutus untuk melayani, memberitakan Injil, memberitakan Firman Tuhan dan
sebagainya.
Dan bahkan pada waktu rasul-rasul dijadikan guru-guru /
pengajar-pengajar, itu tidak berarti bahwa Kristus menyerahkan jabatanNya
sebagai Guru / Pengajar kepada murid-muridNya. Ia tetap adalah satu-satunya Guru
/ Pengajar dalam Gereja, tetapi sekarang Ia berbicara / mengajar melalui
Rasul-rasul.
4)
Dari Luk 24:33 terlihat bahwa yang berkumpul di sini bukan hanya para
rasul, tetapi juga ada orang-orang percaya yang lain.
Jadi, yang diutus oleh Kristus untuk memberitakan Injil / Firman
Tuhan bukan hanya rasul-rasul tetapi juga orang-orang percaya. Juga kata-kata
Yesus dalam ay 23 berlaku bukan hanya untuk rasul-rasul, tetapi untuk
seluruh Gereja!
Ay 22: “Dan sesudah berkata
demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: ‘Terimalah Roh Kudus”.
1)
Untuk melakukan tugas dalam ay 21 itu para murid (juga kita) membutuhkan
Roh Kudus.
Tugas yang Kristus berikan dalam ay 21 begitu sukar sehingga
tidak mungkin dilakukan oleh manusia dengan kekuatannya sendiri.
Bdk. 2Kor 2:16 - “Bagi
yang terakhir kami adalah bau kematian yang mematikan dan bagi yang pertama bau
kehidupan yang menghidupkan. Tetapi siapakah yang sanggup menunaikan tugas
yang demikian?”.
Karena itu dalam ay 22 ini Kristus melanjutkan dengan
berbicara tentang Roh Kudus.
Calvin: “It
ought to be observed, that those whom Christ calls to the pastoral office he
likewise adorns with the necessary gifts, that they may be qualified for
discharging the office, or, at least, may not come to it empty and unprovided”
(= Harus diperhatikan bahwa mereka yang Kristus panggil kepada tugas / jabatan
penggembalaan juga Ia hiasi / perindah dengan karunia-karunia yang diperlukan,
supaya mereka bisa memenuhi syarat untuk melaksanakan tugas / jabatan itu, atau
setidaknya, tidak datang kepada tugas / jabatan itu dengan kosong dan tidak
diperlengkapi) - hal 268.
Penerapan:
Ini merupakan sesuatu yang harus dihayati oleh setiap pelayan
Tuhan. Kita tidak mungkin bisa melakukan tugas yang Tuhan berikan kepada kita
dengan kekuatan kita sendiri. Kita membutuhkan Roh Kudus untuk menolong dan
memimpin kita dalam pelayanan. Jadi banyaklah berdoa untuk diri saudara dan
pelayanan yang saudara lakukan.
2)
Apa yang dimaksud dengan penghembusan dan kata-kata Kristus ini?
a)
Ada penafsir-penafsir yang beranggapan bahwa di sini terjadi suatu penciptaan
rohani / kelahiran baru.
Darby: “I
do not doubt that, speaking historically, the Spirit here is distinguished from
Acts 2, inasmuch as here it is a breath of inward life, as God breathed into the
nostrils of Adam a breath of life. It is not the Holy Ghost sent down from
heaven. Thus Christ, who is a quickening Spirit, imparts spiritual life to them
according to the power of resurrection”
(= Saya tak meragukan bahwa, berbicara secara historis, Roh di sini dibedakan
dari Kisah 2, karena di sini itu adalah nafas dari kehidupan di dalam, seperti
Allah menghembuskan ke dalam lubang hidung dari Adam nafas kehidupan. Itu
bukanlah Roh Kudus yang dikirimkan dari surga. Demikianlah Kristus, yang adalah
Roh yang menghidupkan, memberikan kehidupan rohani kepada mereka sesuai dengan
kuasa kebangkitan).
Bdk. 1Kor 15:45 - “Seperti
ada tertulis: ‘Manusia pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup’, tetapi
Adam yang akhir (=
Yesus) menjadi roh yang
menghidupkan”.
Problem dengan penafsiran ini adalah: murid-murid sudah percaya
Yesus sebelum saat ini. Apakah pada saat itu mereka belum dilahirkan kembali?
Kalau belum, bagaimana mereka bisa percaya? Ingat bahwa dalam theologia
Reformed, kelahiran baru harus mendahului iman.
b)
Ada banyak penafsir yang menganggap bahwa di sini betul-betul terjadi pemberian
Roh Kudus, tetapi ini hanya merupakan jaminan / uang muka dari pemberian Roh
Kudus yang lebih besar pada hari Pentakosta.
Matthew Poole:
“The apostles could not but be
apprehensive how great a work their Lord had laid upon them, in sending them as
his Father had sent him, to carry the gospel over the world; ‘Who (said Paul
afterward) is sufficient for these things?’. Our Lord therefore fortifies them
with an earnest of that more plentiful effusion of the Spirit, which they
afterward received in the days of Pentecost. ... he here assures them of the
presence of the Holy Spirit with them, in their more ordinary ministry, in
instructing and governing the church. This conferring of the Spirit upon them he
confirms to them by breathing, as an exterior sign or symbol”
[= Rasul-rasul pasti merasa takut / kuatir tentang betapa besarnya pekerjaan
yang Tuhan mereka berikan kepada mereka, pada waktu Ia mengutus mereka seperti
BapaNya mengutusNya, untuk membawa injil ke seluruh dunia; ‘Siapa (kata Paulus
belakangan) yang cukup / mampu untuk hal-hal ini?’. Karena itu Tuhan kita
memperkuat mereka dengan suatu jaminan / uang muka tentang pencurahan Roh yang
lebih besar itu, yang mereka terima belakangan pada hari Pentakosta. ... di sini
Ia menjamin mereka tentang kehadiran Roh Kudus dengan mereka, dalam pelayanan
mereka yang lebih biasa, dalam mengajar dan memerintah gereja. Pemberian Roh
kepada mereka ini Ia tegaskan kepada mereka dengan pengembusan, sebagai suatu
tanda atau simbol lahiriah]
- hal 381.
Catatan:
kutipan ayat dari 2Kor 2:16 versi KJV.
F. F. Bruce:
“At an earlier stage in Jesus’
ministry the evangelist had said, ‘the Spirit was not yet present, because
Jesus had not yet been glorified’ (John 7:39); now the time for imparting the
Spirit has come. The Spirit was imparted by the breath of Jesus. ... it is not
the bestowal of life that is in view now, but empowerment for ministry. The
absence of the definite article before ‘Holy Spirit’ here has led some
commentators to suggest that it is not the personal Spirit that is in view here,
but a spiritual gift or endowment. This is a precarious argument; the presence
or absence of the article with PNEUMA (or PNEUMA HAGION, as here) is not an
infallible criterion for distinguishing between the Giver and his gifts”
[= Pada pelayanan Yesus yang lebih awal, sang penginjil telah mengatakan: ‘Roh
itu belum hadir, karena Yesus belum dimuliakan’ (Yoh 7:39); sekarang waktu
untuk memberikan Roh telah tiba. Roh diberikan oleh nafas Yesus. ... bukan
pemberian hidup yang sekarang dipersoalkan, tetapi pemberian kuasa untuk
pelayanan. Tidak adanya kata sandang tertentu sebelum ‘Roh Kudus’ di sini
telah membimbing beberapa penafsir untuk mengusulkan bahwa bukan pribadi Roh
yang dipersoalkan di sini, tetapi suatu karunia atau pemberian rohani. Ini
merupakan suatu argumentasi yang berbahaya; hadir atau tidaknya kata sandang
dengan PNEUMA (atau PNEUMA HAGION, seperti di sini) bukanlah suatu kriteria yang
tak bisa salah untuk membedakan antara sang Pemberi dan karunia-karuniaNya]
- hal 392.
Problem dengan kata-kata ini adalah bahwa kata ‘dimuliakan’ dalam Yoh 7:39 menunjuk kepada kenaikan Yesus ke surga. Bdk.
Yoh 16:7 - “Namun benar yang
Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi.
Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu,
tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu”.
Matthew Henry:
“The sign he used to assure them of,
and affect them with, the gift he was now about to bestow upon them: He breathed
on them ... to signify to them the spiritual life and power which they should
receive from him for all the services that lay before them. ... the Spirit is
the gift of Christ. ... Christ conferred the Holy Ghost by breathing, for he is
the author of the gift, and from him it comes originally”
(= Tanda di sini Ia gunakan untuk meyakinkan mereka tentang, dan mempengaruhi
mereka dengan, karunia yang sekarang akan Ia berikan kepada mereka: Ia
mengembusi mereka ... untuk menandakan / memberitahu kepada mereka kehidupan dan
kuasa rohani yang harus mereka terima dari Dia untuk semua pelayanan yang
terletak di depan mereka. ... Roh adalah karunia / pemberian dari Kristus. ...
Kristus memberikan Roh Kudus dengan mengembusi, karena Ia adalah sumber dari
karunia, dan dari Dialah itu datang dari mulanya).
Matthew Henry:
“‘Receive ye the Holy Ghost,’ in
part now, as an earnest of what you shall further receive not many days hence.
They now received more of the Holy Ghost than they had yet received. Thus
spiritual blessings are given gradually; to him that has shall be given. Now
that Jesus began to be glorified more of the Spirit began to be given: see Jn
7:39” (= ‘Terimalah Roh Kudus’, sebagian
sekarang, sebagai jaminan / uang muka tentang apa yang akan kamu terima lebih
jauh tak lama kemudian. Sekarang mereka menerima lebih dari Roh Kudus dari pada
yang mereka telah terima. Demikianlah berkat-berkat rohani diberikan secara
bertahap; kepada dia yang mempunyai akan diberikan. Sekarang bahwa Yesus
mulai dimuliakan, lebih banyak dari Roh mulai diberikan: lihat Yoh 7:39).
Matthew Henry tentang Kis 1:5:
“‘You shall be baptized with the Holy
Ghost;’ that is, [1.] ‘The Holy Ghost shall be poured out upon you more
plentifully than ever.’ They had already been breathed upon with the Holy
Ghost (Jn. 20:22), and they had found the benefit of it; but now they shall have
larger measures of his gifts, graces, and comforts, and be baptized with them”
[= ‘Kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus’; yaitu, (1) ‘Roh Kudus akan
dicurahkan kepadamu dengan lebih berlimpah-limpah dari pada sebelumnya’.
Mereka telah dihembusi dengan Roh Kudus (Yoh 20:22), dan mereka telah menemukan
manfaat dari hal itu; tetapi sekarang mereka akan mendapatkan takaran yang lebih
besar dari karunia-karunia, kasih karunia, dan penghiburanNya, dan dibaptis
dengan hal-hal itu].
Catatan:
Dalam tafsirannya tentang Kis 2:4 Matthew Henry mengatakan hal yang kurang lebih
sama dengan di sini.
Jamieson, Fausset & Brown: “‘And when he
had said this, he breathed on them.’ - a symbolical and expressive conveyance
to them of the Spirit, which in Scripture is so often compared to breath ...
‘And saith unto them, Receive ye the Holy Spirit.’ - as an earnest and
first-fruits of the more grand and copious Pentecostal effusion, without which
it had been vain to send them at all” (=
‘Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka’ - suatu pemberian Roh
yang bersifat simbolis dan tanda kepada mereka, yang dalam Kitab Suci begitu
sering dibandingkan dengan nafas ... ‘Dan berkata kepada mereka, Terimalah Roh
Kudus’ - sebagai suatu jaminan / uang muka dan buah sulung dari pencurahan
Pentakosta yang lebih hebat / agung dan sangat banyak, tanpa mana adalah sia-sia
untuk mengirimkannya kepada mereka).
John Wesley:
“‘He
breathed on them.’ - New
life and vigor, and saith, as ye receive this breath out of my mouth, so receive
ye the Spirit out of my fulness: the Holy Ghost influencing you in a peculiar
manner, to fit you for your great embassy. This was an earnest of pentecost”
(= ‘Ia menghembusi mereka’. Kehidupan dan kekuatan / vitalitas yang baru,
dan berkata, sebagaimana kamu menerima nafas ini dari mulutKu, demikianlah kamu
menerima Roh dari kepenuhanKu: Roh Kudus yang mempengaruhi kamu dengan cara yang
khusus, untuk mempersiapkan kamu untuk missi yang besar ini. Ini merupakan
jaminan / uang muka dari Pentakosta).
Calvin: “But
if Christ, at that time, bestowed the Spirit on the Apostles by breathing, it
may be thought that it was superfluous to send the Holy Spirit afterwards. I
reply, the Spirit was given to the Apostles on this occasion in such a
manner, that they were only sprinkled by his grace, but were not filled with
full power; for, when the Spirit appeared on them in tongues of fire, (Acts
2:3,) they were entirely renewed. And, indeed, he did not appoint them to be
heralds of his Gospel, so as to send them forth immediately to the work, but
ordered them to take repose, as we read elsewhere, ‘Remain ye in the city of
Jerusalem till ye are endued with power from on high,’ (Luke 24:49.) And if we
take all things properly into consideration, we shall conclude, not that he
furnishes them with necessary gifts for present use, but that he appoints them
to be the organs of his Spirit for the future; and, therefore, this breathing
ought to be understood as referring chiefly to that magnificent act of sending
the Spirit which he had so often promised”
[= Tetapi jika Kristus, pada saat itu, memberikan Roh kepada Rasul-rasul dengan
menghembusi, bisa dipikirkan bahwa merupakan sesuatu yang berlebihan / tak
berguna untuk mengirimkan Roh Kudus setelah itu. Saya menjawab, Roh
dikirimkan kepada Rasul-rasul pada peristiwa ini dengan cara sedemikian rupa,
sehingga mereka hanya diperciki oleh kasih karuniaNya, tetapi tidak dipenuhi
dengan kuasa penuh; karena, pada waktu Roh muncul / tampil kepada mereka dalam
lidah-lidah api, (Kis 2:3), mereka diperbaharui sepenuhnya. Dan memang, Ia
tidak menetapkan mereka sebagai pemberita-pemberita InjilNya, dengan tujuan
untuk segera mengirim mereka kepada pekerjaan itu, tetapi memerintahkan mereka
untuk tinggal dengan tenang, seperti kita baca di tempat yang lain,
‘Tinggallah di kota Yerusalem sampai kamu diperlengkapi dengan kuasa dari
tempat tinggi’, (Luk 24:49). Dan jika kita mempertimbangkan segala sesuatu
dengan benar, kita akan menyimpulkan, bukan bahwa Ia memberi / memperlengkapi
mereka dengan karunia-karunia yang diperlukan untuk penggunaan masa ini /
sekarang, tetapi bahwa Ia menetapkan mereka untuk menjadi alat-alat dari RohNya
untuk masa yang akan datang; dan karena itu, penghembusan ini harus dimengerti
sebagai menunjuk terutama kepada tindakan yang besar / indah dimana Ia
mengirimkan Roh yang telah begitu sering Ia janjikan]
- hal 268.
Bdk. Luk 24:49 - “Dan
Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan BapaKu. Tetapi kamu harus tinggal
di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat
tinggi.’”.
John Calvin:
“the breath which the Lord breathed
upon his disciples (John 20:22) is a sacrament by which the Holy Spirit is
given” [= nafas yang Tuhan hembuskan
kepada murid-muridNya (Yoh 20:22) adalah suatu sakramen dengan mana Roh Kudus
diberikan] - ‘Institutes
of the Christian Religion’, Book IV, Chapter XIX, no 7.
Calvin tentang Kis 1:5: “Christ did not then
only baptize with the Holy Ghost, when as he sent him under the form of fiery
tongues; for he had baptized his apostles before this; and he baptizeth all the
elect thus daily. But because the sending of the Holy Ghost after so glorious a
sort was a token of the hidden grace wherewith he doth daily inspire his elect,
he doth fitly apply thereunto the testimony of John”
(= Kristus bukan hanya pada waktu itu membaptis mereka dengan Roh Kudus, pada
waktu Ia mengirimkanNya di bawah bentuk dari lidah-lidah api; karena Ia telah
membaptis rasul-rasulNya sebelum ini; dan Ia membaptis semua orang-orang pilihan
seperti itu sehari-hari. Tetapi karena pengiriman Roh Kudus dengan cara yang
begitu mulia merupakan tanda dari kasih karunia yang tersembunyi dengan mana Ia
sehari-hari mengilhami orang-orang pilihan, ia secara cocok menerapkan kepadanya
kesaksian Yohanes) - hal
40.
Catatan: Ini
aneh, bagaimana mungkin baptisan Roh Kudus bisa lebih dari 1 x?
Thomas Whitelaw: “The Holy Spirit now
communicated ... was a fuller measure of that spirit they already possessed as
subjects of the new life, and an earnest of the larger effusion they should
experience at Pentecost” (= Roh Kudus
yang sekarang diberikan ... merupakan suatu ukuran yang lebih penuh dari roh
yang telah mereka miliki sebagai orang-orang dari kehidupan yang baru, dan suatu
jaminan / uang muka dari pencurahan yang lebih besar yang harus mereka alami
pada hari Pentakosta) -
hal 435.
Thomas Whitelaw: “Not a promise merely
but a present endowment; nor a different Spirit from that received at Pentecost,
but the same, only not in full measure - an earnest of what was coming”
(= Bukan semata-mata suatu janji tetapi suatu pemberian pada masa itu; bukan
suatu Roh yang berbeda dari Roh yang diterima pada hari Pentakosta, tetapi yang
sama, hanya tidak dalam ukuran yang penuh - suatu jaminan / uang muka dari apa
yang akan datang) - hal
436.
Ada beberapa problem dengan penafsiran ini, yaitu:
1.
Ada banyak ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Roh Kudus tidak mungkin diberikan
pada saat itu, dan baru diberikan pada hari Pentakosta, yaitu:
· Luk 24:47-49
- “(47) dan lagi: dalam namaNya berita
tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa,
mulai dari Yerusalem. (48) Kamu adalah saksi dari semuanya ini. (49) Dan Aku
akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan BapaKu. Tetapi kamu harus tinggal
di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi.’”.
· Yoh 7:38-39
- “(38) Barangsiapa percaya kepadaKu,
seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir
aliran-aliran air hidup.’ (39) Yang dimaksudkanNya ialah Roh yang akan
diterima oleh mereka yang percaya kepadaNya; sebab Roh itu belum datang,
karena Yesus belum dimuliakan”.
· Yoh 16:7
- “Namun benar yang Kukatakan ini
kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku
tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi,
Aku akan mengutus Dia kepadamu”.
· Kis 1:5
- “Sebab Yohanes membaptis dengan air,
tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.’”.
· Kis 1:8
- “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau
Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di
seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.’”.
· Kis 2:4
- “Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus,
lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan
oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya”.
2.
Kalau ay 22 ini dianggap sebagai pemberian Roh Kudus, maka muncul problem
ini: apakah Tomas, yang tidak hadir pada saat itu, juga menerima Roh Kudus pada
saat itu?
3.
Roh Kudus adalah pribadi, sehingga kita tidak bisa menerima sebagian kecil atau
besar dari Roh Kudus. Kita menerima seluruh Roh Kudus atau tidak sama sekali.
c)
Ada yang kelihatannya menggabungkan pandangan a) dan b).
Wycliffe Bible Commentary: “‘He breathed on
them.’ This recalls the creation of man (Gen 2:7), as though to announce the
new creation, resulting not so much from the infusion of the breath of God as
from the reception of the Holy Spirit (cf. John 7:39). This need not rule out
any relation to the Spirit in the days of earlier discipleship any more than it
rules out the Spirit’s coming upon them at Pentecost. Here the Spirit was the
necessary equipment for the task that lay ahead, which is stated next”
[= ‘Ia mengembusi mereka’. Ini mengingat kembali penciptaan manusia (Kej 2:7),
seakan-akan mengumumkan penciptaan yang baru, yang merupakan akibat bukan dari
pemasukan nafas Allah tetapi dari penerimaan Roh Kudus (bdk. Yoh 7:39). Ini
tidak perlu mengesampingkan hubungan dengan Roh pada masa pemuridan awal maupun
mengesampingkan kedatangan Roh kepada mereka pada hari Pentakosta. Di sini Roh
merupakan perlengkapan yang perlu untuk tugas yang terletak di depan, yang
dinyatakan sesudah ini].
A. T. Robertson: “‘He breathed on
them.’ ... It was a symbolic art with the same word used in the Septuagint
when God breathed the breath of life upon Adam (Gen. 2:7). It occurs also in
Ezek. 37:9. See Christ’s promise in John 16:23. Jesus gives the disciples a
foretaste of the great pentecost” [=
‘Ia menghembusi mereka’. ... Ini merupakan tindakan penciptaan yang bersifat
simbolis dengan kata yang sama yang digunakan dalam Septuaginta pada waktu Allah
menghembuskan nafas kehidupan kepada Adam (Kej 2:7). Itu juga muncul dalam Yeh
37:9. Lihat janji Kristus dalam Yoh 16:23. Yesus memberi murid-murid suatu
cicipan tentang Pentakosta yang agung / besar].
d)
Ini bukan betul-betul pemberian Roh Kudus, tetapi hanya kuasa Roh Kudus atau
karunia-karunia Roh Kudus.
Pulpit Commentary mengatakan bahwa beberapa orang beranggapan
bahwa:
“the
absence of the article must be represented in the translation, that we have here
either ‘a holy spirit,’ or an energy, an impersonal force of Spirit, or ‘a
gift of the Holy Spirit,’ an effusion of Holy Spirit, and not ‘the
Spirit of the Father and Son,’ not the fulness of the Holy Ghost, only an
earnest of the sublime reality, a symbolic expression of the promise of the
Father” [= tidak adanya kata sandang
harus ditunjukkan dalam terjemahan, bahwa di sini kita mempunyai ‘suatu roh
kudus’, atau suatu tenaga, suatu kekuatan yang tak berpribadi dari Roh, atau
‘suatu karunia dari Roh Kudus’, suatu pencurahan Roh Kudus (tanpa
kata sandang), dan bukan ‘Roh (dengan kata sandang) dari Bapa
dan Anak’, bukan kepenuhan Roh Kudus, hanya suatu jaminan / uang muka dari
kenyataan yang agung, pernyataan simbolis dari janji Bapa]
- hal 474.
Tetapi Pulpit Commentary sendiri mengatakan bahwa:
“yet Pneuma
[Agion, with or without article, is ‘the Holy
Spirit’ (cf. Rom. 8:4; Gal. 5:16)” [=
tetapi Pneuma [Agion
(PNEUMA HAGION), dengan atau tanpa kata
sandang, adalah ‘Roh Kudus (dengan kata sandang)’ (bdk. Ro 8:4; Gal 5:16)] - hal 474.
A. T. Robertson: “Note absence of article
here ... No real distinction is to be observed, for Holy Spirit is treated as a
proper name with or without the article”
(= Perhatikan tidak adanya kata sandang di sini ... Tidak ada perbedaan yang
sungguh-sungguh, karena ‘Roh Kudus’ diperlakukan sebagai suatu nama yang
sebenarnya dengan atau tanpa kata sandang).
Catatan:
memang benar bahwa kata ‘Roh Kudus’,
sekalipun tanpa kata sandang tertentu bisa menunjuk kepada pribadi Roh Kudus itu
sendiri. Ini terlihat dari Kis 1:5 dan Kis 2:4 dan ayat-ayat lain
dimana kata ‘Roh Kudus’ tidak menggunakan kata sandang tertentu tetapi jelas menunjuk
kepada pribadi Roh Kudus itu sendiri.
e)
Ini bukan betul-betul pemberian Roh Kudus, tetapi hanya merupakan janji bahwa
Roh Kudus akan diberikan kepada mereka, dan janji ini digenapi pada hari
Pentakosta.
Barnes’ Notes:
“‘He breathed on them.’ ... In this
case the act of breathing was used to represent the nature of the influence that
would come upon them, and the source of that influence. When man was created,
God breathed into him the breath of life, Gen. 2:7. The word rendered
‘spirit’ in the Scriptures denotes ‘wind,’ ‘air,’ ‘breath,’ as
well as ‘Spirit.’ Hence, the operations of the Holy Spirit are compared to
the wind, John 3:8; Acts 2:2. ... ‘Receive ye the Holy Ghost.’ His breathing
on them was a certain sign or pledge that they would be endowed with the
influences of the Holy Spirit. Compare Acts 1:4,5; chap. 2”
(= ‘Ia mengembusi mereka’. ... Dalam kasus ini tindakan pengembusan
digunakan untuk menggambarkan sifat (nature) dan pengaruh yang akan
datang kepada mereka, dan sumber dari pengaruh itu. Pada waktu manusia
diciptakan, Allah menghembusi ke dalam dia nafas kehidupan, Kej 2:7. Kata
yang diterjemahkan ‘roh’ dalam Kitab Suci menunjukkan ‘angin, ‘udara’,
‘nafas’, maupun ‘Roh’. Karena itu pekerjaan Roh Kudus dibandingkan
dengan angin, Yoh 3:8; Kis 2:2. ... ‘Terimalah Roh Kudus’. PengembusanNya
kepada mereka merupakan tanda atau janji / jaminan / uang muka bahwa
mereka akan diberkati dengan pengaruh-pengaruh dari Roh Kudus. Bdk. Kis 1:4,5;
Kis 2).
Catatan: ada
problem dengan penterjemahan dari kata-kata Barnes ini, karena kata ‘pledge’ yang ia gunakan bisa berarti ‘janji
/ jaminan’ atau ‘uang
muka’. Kalau dipilih arti pertama maka itu menunjukkan bahwa ia
menganggap ay 22 ini hanya sebagai janji. Tetapi kalau dipilih arti kedua
maka ia menjadi sama dengan para penafsir golongan b) di atas.
Leon Morris (NICNT): “Hoskyn sees in the
predictions of 14:16,26; 16:7,13 evidence that John thought of a gift of the
Spirit which would be given after Jesus’ return to the Father. ‘There is
therefore a distinction between the two gifts of the Spirit. The Resurrection
scenes in the Fourth Gospel are all preparatory scenes, preparatory for the
mission. What the Lord will do invisibly from heaven He here does visibly on
earth. The mission is inaugurated, but not actually begun. The disciples still
remain in secret, behind closed doors. The actual beginning of the mission lies
outside the scope of the Fourth Gospel. There remains, therefore, room for the
Pentecostal outpouring ...’” (= Hoskyn
melihat dalam ramalan dari 14:16,26; 16:7,13 bukti bahwa Yohanes memikirkan
tentang suatu karunia Roh yang diberikan setelah kembalinya Yesus kepada Bapa.
‘Karena itu di sana ada perbedaan antara 2 karunia Roh. Adegan-adegan
kebangkitan dalam Injil yang keempat semua merupakan adegan-adegan persiapan,
persiapan untuk missi. Apa yang Tuhan akan lakukan secara tak terlihat dari
surga, Ia lakukan secara bisa terlihat di sini di bumi. Missi itu dilantik /
dibuka, tetapi tidak sungguh-sungguh dimulai. Murid-murid tetap tinggal dalam
persembunyian, di balik pintu-pintu yang tertutup / terkunci. Permulaan yang
sungguh-sungguh dari missi terletak di luar dari Injil yang keempat. Karena itu
tetap ada ruangan untuk pencurahan Pentakosta)
- hal 847 (footnote).
f)
Saya tidak yakin dengan pandangan terakhir ini, karena kata-kata dari penafsir
ini kurang jelas, tetapi kelihatannya penafsir dari Word Biblical Commentary ini
berpandangan bahwa apa yang diceritakan oleh Yohanes di sini adalah sama dengan
apa yang diceritakan oleh Lukas pada hari Pentakosta (Kisah 2).
Word Biblical Commentary: “Neither is v 22 to be
regarded as a symbolic promise of the gift of the Spirit later to be bestowed,
i.e., at Pentecost (as Theodore of Mopsuestia maintained; his view was condemned
by the fifth ecumenical Council at Constantinople in a.d.
553). Likewise it is inadequate to view the gift of Christ as a partial
bestowal of the Spirit who is to be fully given at Pentecost, an idea
expressed in a variety of ways. Calvin considered ‘the Spirit was given to the
apostles now in such a way that they were only sprinkled with his grace
and not saturated with full power’ ... Bengel viewed the gift as an
‘earnest’ of Pentecost, Westcott as the power of new life
anticipating the power for ministry (350–51); Bruce inverts the order,
seeing the Easter gift as empowerment for ministry, to be followed by the
Spirit’s gift of new life at Pentecost. It would appear that the
fundamental mistake in the examples of exegesis in regard to this passage is the
dividing of Easter from Pentecost, and the consequent placing of a wedge between
the Fourth Evangelist and Luke. Barrett expressed the view that it is impossible
to harmonize the account of a special bestowal of the Holy Spirit with that
contained in Acts 2 (570). But who said that it was ‘special’? It is
commonly conceded that we have two representations of the sending of the Holy
Spirit to the Church, because of two ways of looking at Christ’s redemptive
deeds: (a) that in the Fourth Gospel, which sees his death, resurrection, and
ascension as essentially one, and the gift of the Spirit bound up with the three
in the Easter event; (b) and that in Luke, which places the Ascension forty days
after the Resurrection and the outpouring of the Spirit on the day of Pentecost.
The differences appear so marked, it has seemed to many either that one
Evangelist has modified the tradition in the interests of his theology, or (more
commonly) that there were two occasions of the Spirit’s coming. On the latter
hypothesis it is thought that the Fourth Evangelist was aware of this, for he
has made no mention of the Paraclete in his resurrection narrative, knowing that
that enduement came in the Pentecostal event (so Porsch, 376–77; .J. D. G.
Dunn, Baptism in the Holy Spirit, 177–78; M. M. B. Turner, who sees John 20:22
as the complement and fulfillment of 17:17–19, ‘Receiving the Spirit,’
34). By contrast to these views it is a questionable procedure to distinguish
the coming of the Spirit to the disciples from the coming of the Paraclete
to the Church. If the Spirit is bestowed, the Paraclete has come. The gift of
the Spirit is made to the disciples in the context of the handing to them of the
commission; the Paraclete was promised to enable them to fulfill it; accordingly
the Spirit who is given is the Paraclete. That the Evangelist has not used the
term is of no consequence; the reality without the word is plain. ... John is
not recording in vv 19–23 something that took place in five minutes on the
first Easter Sunday evening. In briefest compass he summarizes the acts of the
risen Lord, bringing together sayings and happenings uttered and performed in
the Easter period. The gift of the Spirit could have been at any time within the
Easter period. Significantly, Luke binds the sending of the Spirit on the Day of
Pentecost to Easter; Peter’s explanation as to what has taken place states:
‘The Jesus we speak of has been raised by God, as we can all bear witness.
Exalted thus at God’s right hand, he received the Holy Spirit from the Father
and poured out this which you see and hear’ (Acts 2:32–33). The
outpouring of the Spirit on the Day of Pentecost is the act of the risen Lord!
It is important to note that both John and Luke are capable of accommodating
chronology to theology when it seems right to do so. ... Luke has taken a leaf
out of John’s book, by concentrating his resurrection narratives into his
account of Easter Day without any hint of extension of time, even including
the story of the Ascension in the Easter narrative. If we did not have the
Acts of the Apostles we would most surely assume that Luke, like John, set the
Ascension within Easter. Theologically he has done so, for the Ascension to him
is the last Easter appearance of Jesus. What, then, is our conclusion? The
Fourth Evangelist does not specify the Easter events according to chronology. He
could perfectly well have been aware of the Pentecostal tradition and write
exactly as he has done. But there is no question of viewing the sending of the
Spirit as taking place at Easter and at Pentecost. ... The Fourth
Evangelist wrote one volume only, not two, as Luke. What he wrote concerning the
coming of the Spirit was theologically and historically sound, as, I am
persuaded, was that written by his brother in the Lord, Luke”
[= Ay 22 tidak boleh dianggap sebagai janji simbolis tentang pemberian Roh
yang akan diberikan belakangan, yaitu pada Pentakosta (seperti yang
dipertahankan oleh Theodore dari Mopsuestia; pandangannya dikecam oleh Sidang
Gereja yang kelima di Konstantinople pada tahun 553 M.). Juga tidak cukup untuk
memandang pemberian Kristus sebagai suatu pemberian sebagian dari Roh yang akan
diberikan secara penuh pada Pentakosta, suatu gagasan yang dinyatakan dengan
bermacam-macam cara. Calvin menganggap ‘Roh diberikan kepada rasul-rasul
sekarang dengan cara sedemikian rupa sehingga mereka sekarang hanya diperciki
dengan kasih karuniaNya dan tidak dipenuhi dengan kuasa penuh’ ... Bengel
memandang pemberian ini sebagai suatu ‘jaminan / uang muka’ dari Pentakosta,
Westcott memandangnya sebagai kuasa dari kehidupan baru yang mengantisipasi
kuasa untuk pelayanan (350-51); Bruce membalik urut-urutannya, memandang
pemberian Paskah ini sebagai pemberian kuasa untuk pelayanan, yang akan diikuti
oleh pemberian kehidupan baru dari Roh pada Pentakosta. Kelihatannya kesalahan
dasari dalam contoh-contoh exegesis berkenaan dengan text ini adalah memisahkan
Paskah dari Pentakosta, dan sebagai akibatnya menempatkan suatu keretakan antara
Penginjil keempat (Yohanes)
dan Lukas. Barrett menyatakan pandangan bahwa adalah mustahil untuk
mengharmoniskan cerita tentang pemberian Roh Kudus secara khusus dengan apa yang
ada dalam Kisah 2 (570). Tetapi siapa yang mengatakan bahwa itu adalah pemberian
‘yang khusus’? Pada umumnya diakui bahwa kita mempunyai dua gambaran tentang
pengiriman / pengutusan Roh Kudus kepada Gereja, disebabkan oleh dua cara
memandang pada pekerjaan penebusan Kristus: (a) yang ada dalam Injil keempat,
yang melihat kematian, kebangkitan, dan kenaikanNya pada dasarnya sebagai satu
kesatuan, dan pemberian Roh terjalin dengan ketiga hal itu dalam peristiwa
Paskah; (b) dan yang ada dalam Lukas, yang menempatkan Kenaikan 40 hari setelah
Kebangkitan dan pencurahan Roh pada hari Pentakosta. Perbedaan ini kelihatannya
begitu diperhatikan, sehingga kelihatan bagi banyak orang bahwa satu Penginjil
telah memodifikasi tradisi demi kepentingan teologinya, atau (lebih umum) bahwa
di sana ada dua peristiwa kedatangan Roh. Pada hipotesa terakhir ini dipikirkan
bahwa Penginjil Keempat menyadari akan hal ini, karena ia tidak menyebutkan sang
Parakletos dalam cerita kebangkitan, mengetahui bahwa pemberian ini datang pada
peristiwa Pentakosta (begitulah Porsch, 376–77; .J. D. G. Dunn, Baptism in the
Holy Spirit, 177–78; M. M. B. Turner, yang melihat John 20:22 sebagai
pelengkap dan penggenapan dari 17:17–19, ‘Receiving the Spirit,’ 34).
Kontras dengan pandangan-pandangan ini adalah suatu prosedur yang meragukan
untuk membedakan kedatangan Roh kepada murid-murid dengan kedatangan Parakletos
kepada Gereja. Jika Roh itu diberikan, sang Parakletos sudah datang. Pemberian
Roh dilakukan kepada murid-murid dalam kontext penyampaian tugas (penginjilan)
kepada mereka; Parakletos dijanjikan untuk memampukan mereka untuk
menggenapinya; karena itu Roh yang diberikan adalah Parakletos. Bahwa sang
Penginjil tidak menggunakan istilah itu tidaklah merupakan sesuatu yang penting;
realita tanpa kata adalah jelas. ... Yohanes tidak mencatat dalam ay 19-23
sesuatu yang terjadi dalam 5 menit pada Minggu Paskah malam yang pertama. Dengan
jalan yang paling singkat ia meringkas tindakan-tindakan dari Tuhan yang
bangkit, mengumpulkan kata-kata yang diucapkan dan kejadian-kejadian yang
dilakukan pada masa Paskah. Pemberian Roh bisa terjadi pada saat manapun dalam
masa Paskah. Dengan penuh arti, Lukas mengikat pengiriman Roh pada hari
Pentakosta dengan Paskah; penjelasan Petrus berkenaan dengan apa yang telah
terjadi menyebutkan: ‘Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal
itu kami semua adalah saksi. Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah
dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkanNya apa yang kamu
lihat dan dengar di sini’ (Kisah 2:32-33). Pencurahan Roh pada hari
Pentakosta adalah tindakan dari Tuhan yang bangkit! Adalah penting untuk
memperhatikan bahwa baik Yohanes dan Lukas mampu menyesuaikan khronologi dengan
teologia pada waktu kelihatannya benar untuk melakukannya. ... Lukas telah
mengeluarkan satu lembar dari kitab Yohanes, dengan mengkonsentrasikan
cerita-cerita kebangkitannya ke dalam ceritanya tentang hari Paskah tanpa
petunjuk apapun tentang perpanjangan waktu, bahkan mencakup cerita tentang
Kenaikan dalam cerita Paskah. ... Seandainya kita tidak mempunyai kitab
Kisah Rasul kita pasti akan menganggap bahwa Lukas, seperti Yohanes, meletakkan
Kenaikan di dalam Paskah. Secara theologis ia telah melakukan demikian, karena
Kenaikan bagi dia adalah penampakan Paskah terakhir dari Yesus. Lalu apa
kesimpulan kita? Penginjil keempat tidak menetapkan peristiwa-peristiwa Paskah
menurut khronology. Ia bisa secara sempurna menyadari tradisi Pentakosta dan
menulis persis seperti yang ia telah lakukan. Tetapi tidak ada kemungkinan untuk
memandang pengiriman Roh sebagai terjadi pada Paskah dan pada Pentakosta.
... Penginjil keempat menulis hanya satu volume, tidak dua, seperti Lukas. Apa
yang ia tulis mengenai kedatangan Roh adalah sehat / benar secara theologis dan
secara historis, seperti, saya yakin, apa yang ditulis oleh saudaranya dalam
Tuhan, Lukas].
3)
Gereja Roma Katolik meniru kata-kata Kristus ini dalam pentahbisan imam / pastor
mereka, dan ini dikecam oleh Calvin.
Calvin: “So
much the more detestable is the sacrilege of the Papists, who seize and claim
for themselves the honour which belongs to the Son of God; for their mitred
bishops, when they make priests, have the effrontery to boast of breathing the
Holy Spirit on them. But the fact plainly shows how different their stinking
breath is from the Divine breathing of Christ; for what else is it that they do
than to change horses into asses?” (=
Makin menjijikkan pelanggaran dari para pengikut Paus, yang merampas dan mengclaim
untuk diri mereka sendiri kehormatan yang merupakan milik dari Anak Allah;
karena uskup-uskup mereka, pada waktu mereka membuat imam / pastor, mempunyai
kelancangan / kekurang-ajaran untuk membanggakan tentang penghembusan Roh Kudus
kepada mereka. Tetapi fakta secara jelas menunjukkan betapa berbedanya nafas
busuk mereka dari penghembusan Ilahi dari Kristus; karena apa yang mereka
lakukan selain mengubah kuda menjadi keledai?)
- hal 268.
John Calvin:
“But while the Lord did this once, he
did not mean that we should also do it. In the same way also, the apostles
laid on hands for the time when it pleased the Lord that the visible graces of
the Holy Spirit be distributed at their prayers, not in order that their
descendants should in mimicry only and without profit counterfeit a cold and
empty sign, as these apes do” (= Tetapi
sementara Tuhan melakukan hal ini satu kali, Ia tidak memaksudkan bahwa kita
juga harus melakukannya. Dengan cara yang sama juga, rasul-rasul meletakkan
tangan pada waktu yang memperkenan Tuhan bahwa kasih karunia yang kelihatan dari
Roh Kudus dibagi-bagikan pada saat mereka berdoa, bukan supaya keturunan mereka
menirunya dan tanpa guna memalsukan suatu tanda yang dingin dan kosong, seperti
yang dilakukan monyet-monyet ini)
- ‘Institutes of the Christian Religion’, Book IV, Chapter XIX, no 7.
John Calvin:
“the Lord did many things which he did
not intend as examples for us. The Lord said to his disciples, ‘Receive the
Holy Spirit’ (John 20:22, Vg.). He also said to Lazarus, ‘Lazarus, come
forth’ (John 11:43, Vg.). He said to the paralytic, ‘Rise up and walk’
(Matt. 9:5, Vg.; cf. John 5:8). Why do they not say the same to all dead men and
paralytics? ... If they try to do this, they rival God and all but challenge him
to a contest, but are very far from being effective, and by their inept gesture
do nothing but mock Christ. Indeed, they are so shameless as to dare affirm that
they confer the Holy Spirit. But how true that is, experience teaches, which
cries out that all those who are consecrated as priests are turned from horses
into asses, from fools into madmen” [=
Tuhan melakukan banyak hal-hal yang tidak dimaksudkanNya sebagai teladan bagi
kita. Tuhan berkata kepada murid-muridNya, ‘Terimalah Roh Kudus’ (Yoh 20:22,
Vg). Ia juga berkata kepada Lazarus, ‘Lazarus, marilah keluar’ (Yoh 11:43,
Vg). Ia berkata kepada orang lumpuh, ‘Bangunlah dan berjalanlah’ (Mat 9:5,
Vg; bdk. Yoh 5:8). Mengapa mereka tidak mengatakan yang sama kepada semua orang
mati dan orang lumpuh? ... Jika mereka berusaha untuk melakukan ini, mereka
menyaingi Allah dan nyaris menantang Dia dalam suatu pertandingan, tetapi mereka
jauh dari effektif, dan oleh gerakan mereka yang janggal mereka tidak melakukan
apapun kecuali mengejek Kristus. Memang, mereka begitu tidak tahu malu sehingga
berani menegaskan bahwa mereka memberikan Roh Kudus. Tetapi apakah ada kebenaran
dalam hal itu, kami belajar dari pengalaman, yang berteriak dengan keras bahwa
semua yang ditahbiskan sebagai imam / pastor, diubahkan dari kuda menjadi
keledai, dari orang tolol menjadi orang gila]
- ‘Institutes of the Christian Religion’, Book IV, Chapter XIX, no
29.
4)
Kata-kata dan tindakan Kristus ini dianggap sebagai dasar untuk membuktikan
bahwa Roh Kudus bukan hanya keluar dari Bapa, tetapi juga dari Kristus.
Calvin: “he
breathed on the Apostles; ... this would not be applicable, if the Spirit did
not proceed from him” (= Ia menghembusi
rasul-rasul; ... ini tidak akan cocok, jika Roh tidak keluar dari Dia) - hal 268.
Matthew Poole:
“Christ breatheth into his apostles the
Holy Spirit; thereby showing, that the Holy Spirit proceedeth, as from the
Father, so also from Him” (= Kristus
menghembuskan Roh Kudus ke dalam rasul-rasulNya; dengan itu menunjukkan bahwa
sebagaimana Roh Kudus keluar dari Bapa, demikian juga dari Dia)
- hal 381.
Ay 23: “Jikalau kamu
mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang
tetap ada, dosanya tetap ada.’”.
1)
Dalam penafsiran tentang ayat ini ada pertentangan yang sangat kuat antara
golongan Roma Katolik, yang menganggap bahwa pastor-pastor mereka memang
mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa, dan golongan Protestan, yang
menganggap bahwa orang-orang percaya hanya diberi kuasa / hak untuk
menyatakan pengampunan dosa yang diberikan oleh Allah.
Barnes’ Notes:
“It is worthy of remark here that Jesus
confers the same power on all the apostles. He gives to no one of them any
special authority. If Peter, as the Papists pretend, had been appointed to any
special authority, it is wonderful that the Saviour did not here hint at any
such pre-eminence. This passage conclusively proves that they were invested with
equal power in organizing and governing the church. ... The meaning of the
passage is not that man can forgive sins that belongs only to God (Isa. 43:25),
... It was not authority to forgive individuals, but to establish in all the
churches the terms and conditions on which men might be pardoned, with a promise
that God would confirm all that they taught; that all might have assurance of
forgiveness who would comply with those terms; and that those who did not comply
should not be forgiven, but that their sins should be retained. This commission
is as far as possible from the authority which the Roman Catholic claims of
remitting sin and of pronouncing pardon”
[= Merupakan sesuatu yang patut diperhatikan di sini bahwa Yesus memberikan
kuasa yang sama kepada semua rasul. Ia tidak memberi kepada salah satu dari
mereka otoritas yang khusus. Jika Petrus, seperti yang diakui / diclaim
oleh para pengikut Paus, telah ditetapkan kepada otoritas yang khusus, maka
merupakan sesuatu yang luar biasa bahwa di sini sang Juruselamat tidak
mengisyaratkan keunggulan seperti itu. Text ini secara meyakinkan membuktikan
bahwa mereka diberi kuasa yang sama dalam pengorganisasian dan pemerintahan
gereja. ... Arti dari text ini bukan bahwa manusia bisa mengampuni dosa yang
hanya menjadi milik Allah (Yes 43:25), ... Bukan otoritas untuk mengampuni
individu-individu, tetapi untuk menegakkan dalam semua gereja-gereja
syarat-syarat dimana manusia bisa diampuni, dengan suatu janji bahwa Allah akan
meneguhkan semua yang mereka ajarkan; supaya semua yang memenuhi syarat-syarat
itu bisa mendapatkan keyakinan tentang pengampunan; dan supaya mereka yang tidak
memenuhi tidak diampuni, tetapi supaya dosa-dosa mereka tetap ada. Otoritas
untuk melakukan tugas ini sangat jauh dari otoritas yang diclaim oleh
Roma Katolik tentang pengampunan dosa dan tentang pengumuman pengampunan].
Bdk. Yes 43:25 - “Aku,
Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku
tidak mengingat-ingat dosamu”.
A. T. Robertson: “The power to forgive
sin belongs only to God, but Jesus claimed to have this power and right (Mark
2:5-7). What he commits to the disciples and to us is the power and privilege of
giving assurance of the forgiveness of sins by God by correctly announcing the
terms of forgiveness. There is no proof that he actually transferred to the
apostles or their successors the power in and of themselves to forgive sins. In
Matt. 16:19; 18:18 we have a similar use of the rabbinical metaphor of binding
and loosing by proclaiming and teaching. Jesus put into the hands of Peter and
of all believers the keys of the Kingdom which we should use to open the door
for those who wish to enter. This glorious promise applies to all believers who
will tell the story of Christ’s love for men” [= Kuasa untuk mengampuni dosa hanya merupakan milik dari Allah, tetapi
Yesus mengclaim bahwa Ia mempunyai kuasa dan hak ini (Mark 2:5-7). Apa
yang Ia berikan kepada murid-murid dan kepada kita adalah kuasa dan hak untuk
memberikan keyakinan tentang pengampunan dosa oleh Allah dengan secara benar
mengumumkan syarat-syarat pengampunan. Tidak ada bukti bahwa Ia benar-benar
memberikan kepada rasul-rasul atau pengganti-pengganti mereka, kuasa dalam dan
dari diri mereka sendiri untuk mengampuni dosa. Dalam Mat 16:19; 18:18 kita
mempunyai penggunaan yang mirip tentang kiasan yang diambil dari para rabi
tentang mengikat dam melepaskan oleh proklamasi dan pengajaran. Yesus meletakkan
ke dalam tangan dari Petrus dan semua orang-orang percaya kunci-kunci dari
Kerajaan yang juga harus kita gunakan untuk membuka pintu untuk mereka yang
ingin masuk. Janji yang mulia ini berlaku untuk semua orang-orang percaya yang
mau menceritakan cerita tentang kasih Kristus kepada manusia].
Bdk. Mark 2:5-7 - “(5)
Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: ‘Hai
anakKu, dosamu sudah diampuni!’ (6) Tetapi di situ ada juga duduk beberapa
ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya: (7) ‘Mengapa orang ini berkata
begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada
Allah sendiri?’”.
Argumentasi untuk mendukung pandangan Protestan adalah:
a)
Ayat ini diberikan sehubungan dengan pengutusan orang-orang percaya itu oleh
Kristus untuk memberitakan Injil (ay 21).
Calvin: “Most
absurdly do the Papists, on the other hand, torture this passage, to support
their magical absolutions. If any person do not confess his sins in the ear of
the priest, he has no right, in their opinion, to expect forgiveness; for Christ
intended that sins should be forgiven through the Apostles, and they cannot
absolve without having examined the matter; therefore, confession is necessary.
Such is their beautiful argument. But they fall into a strange blunder, when
they pass by the most important point of the matter; namely, that this right was
granted to the Apostles, in order to maintain the credit of the Gospel, which
they had been commissioned to preach. For Christ does not here appoints
confessors, to inquire minutely into each sin by means of low mutterings, but
preachers of his Gospel, who shall cause their voice to be heard, and who shall
seal on their hearts of believers the grace of the atonement obtained through
Christ” (= Pada sisi yang lain, secara
paling menggelikan, para pengikut Paus, membengkokkan text ini, untuk mendukung
pengampunan dosa mereka yang bersifat gaib. Jika seseorang tidak mengaku
dosa-dosanya di telinga imam / pastor, ia tidak mempunyai hak, dalam pandangan
mereka, untuk mengharapkan pengampunan; karena Kristus memaksudkan bahwa
dosa-dosa harus diampuni melalui rasul-rasul, dan mereka tidak bisa memberikan
pengampunan tanpa memeriksa persoalan tersebut, dan karena itu pengakuan adalah
perlu. Demikianlah argumentasi mereka yang indah. Tetapi mereka jatuh ke dalam
kesalahan besar yang aneh, pada waktu mereka melewati hal yang terpenting dari
persoalan ini; yaitu bahwa hak ini diberikan kepada rasul-rasul, untuk
mempertahankan / menegakkan reputasi dari Injil, yang telah ditugaskan kepada
mereka untuk diberitakan. Karena Kristus di sini tidak menetapkan pastor yang
menangani pengakuan dosa, untuk menanyakan / menyelidiki dengan teliti setiap
dosa dengan cara berbisik / nggremeng, tetapi pemberita-pemberita dari InjilNya,
yang akan menyebabkan suara mereka didengar, dan yang akan memeteraikan pada
hati dari orang-orang percaya kasih karunia dari penebusan yang didapatkan
melalui Kristus) - hal
272-273.
b)
Kata-kata Kristus dalam kontext ini diberikan bukan hanya kepada rasul-rasul
tetapi juga kepada orang-orang lain yang hadir pada saat itu. Lihat penjelasan
tentang ay 21 pada point no 4) di atas.
c)
Ayat-ayat seperti Yes 43:25 dan Mark 2:5-7 di atas menunjukkan bahwa
hanya Allah yang mempunyai hak untuk mengampuni dosa.
Tetapi kalau memang orang-orang percaya hanya diberi kuasa untuk
menyatakan pengampunan dosa, mengapa ay 23 ini seolah-olah menunjukkan
bahwa orang-orang percaya betul-betul diberi hak untuk mengampuni dosa? Untuk
ini perhatikan kata-kata Calvin di bawah ini.
Calvin: “it
may be asked, Since he appoints them to be only the witnesses or heralds of this
blessing, and not the authors of it, why does he extol their power in such lofty
terms? ... the reason why Christ employs such magnificent terms, to
commend and adorn that ministry which he bestows and enjoins on the Apostles. It
is, that believers may be fully convinced, that what they hear concerning the
forgiveness of sins is ratified, and may not less highly value the
reconciliation which is offered by the voice of men, than if God himself
stretched out his hand from heaven” (=
bisa dipertanyakan, Karena Ia menetapkan mereka hanya sebagai saksi-saksi atau
pemberita-pemberita dari berkat ini, dan bukan sumber / penciptanya, mengapa Ia
meninggikan kuasa mereka dengan istilah-istilah yang begitu tinggi? ... alasan
mengapa Kristus menggunakan istilah-istilah yang begitu tinggi, adalah untuk
menghargai dan menghiasi pelayanan yang Ia berikan dan perintahkan kepada
rasul-rasul. Itu adalah, supaya orang-orang percaya bisa diyakinkan
sepenuhnya, bahwa apa yang mereka dengar berkenaan dengan pengampunan dosa
disahkan, dan perdamaian yang ditawarkan oleh suara manusia ini tidak dinilai
lebih rendah dari pada seandainya Allah sendiri mengulurkan tanganNya dari
surga) - hal 271,272.
2)
Ay 23b menunjukkan bahwa pemberita Injil boleh dan bahkan wajib memberikan
ancaman kalau si pendengar menolak untuk percaya kepada Injil yang ia beritakan.
Calvin: “Christ
adds this second clause, in order to terrify the despisers of his Gospel, that
they may know that they will not escape punishment for this pride. As the
embassy of salvation and of eternal life has been committed to the apostles, so,
on the other hand, they have been armed with vengeance against all the ungodly,
who reject the salvation offered to them”
(= Kristus menambahkan anak kalimat kedua ini, untuk menakut-nakuti orang-orang
yang menghina InjilNya, supaya mereka tahu bahwa mereka tidak akan lolos dari
hukuman untuk kesombongan ini. Karena kedutaan dari keselamatan dan kehidupan
kekal telah diberikan kepada rasul-rasul, maka pada sisi yang lain, mereka telah
dipersenjatai dengan pembalasan terhadap semua orang-orang jahat, yang menolak
keselamatan yang ditawarkan kepada mereka)
- hal 273.
Calvin: “every
one who hears the voice of the Gospel, if he do not embrace the forgiveness of
sins which is there promised to him, is liable to eternal damnation; ... Not
that the preaching of the Gospel is necessary for condemning the reprobate, for
by nature we are all lost, ... but because the obstinacy of those who knowingly
and willingly despise the Son of God deserves much severer punishment”
(= setiap orang yang mendengar suara Injil, jika ia tidak mempercayai
pengampunan dosa yang dijanjikan di sana kepadanya, menjadi sasaran dari hukuman
kekal; ... Bukan bahwa pemberitaan Injil merupakan hal yang perlu untuk
menghukum orang-orang yang ditentukan untuk binasa, karena secara alamiah kita
semua terhilang, ... tetapi karena kekeras-kepalaan dari mereka yang secara
sadar dan sengaja menghina Anak Allah layak mendapatkan hukuman yang lebih
hebat) - hal 273.
Jadi, kalau saudara memberitakan Injil, jangan hanya menjanjikan
keselamatan / surga bagi orang-orang yang mau percaya kepada Yesus, tetapi juga
beritakanlah ancamannya, yaitu bahwa semua orang-orang yang menolak Kristus akan
masuk ke neraka.
-AMIN-
Bagi sdr yg telah
mendapat berkat dari artikel ini..mohon kiranya dapat membantu menyebarkan Pada
sdr2 kita yg lain, sehingga semakin banyak sdr kita yg juga bisa membaca artikel
ini dan mendapat berkat. Tuhan memberkati sdr.
Amin.
Joh 21:17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali