Eksposisi Injil Yohanes
oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
Ay 28-30: “Sesudah itu, karena Yesus
tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia - supaya genaplah yang
ada tertulis dalam Kitab Suci - : ‘Aku haus!’ Di situ ada suatu bekas penuh
anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam
anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus. Sesudah
Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: ‘Sudah selesai.’ Lalu Ia
menundukkan kepalaNya dan menyerahkan nyawaNya”.
1)
‘Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa
segala sesuatu telah selesai’.
William Hendriksen: “Throughout his
earthly sojourn and especially on the cross he had suffered the wrath of
God against sin so as to deliver his people from it and to merit for them
everlasting salvation. The task had been brought to completion. Jesus knew this,
for he knew all things both in their totality and one by one”
(= Sepanjang persinggahanNya di bumi dan khususnya pada kayu salib Ia
telah menderita / mendapatkan murka Allah terhadap dosa sehingga membebaskan
umatNya darinya dan mendapatkan untuk mereka keselamatan kekal. Tugas itu telah
diselesaikan. Yesus mengetahui hal ini, karena Ia mengetahui segala sesuatu,
baik secara keseluruhan maupun satu per satu)
- hal 434.
2)
“berkatalah Ia - supaya genaplah yang ada
tertulis dalam Kitab Suci - : ‘Aku haus!’”.
Kristus mengalami kehausan (ay 28-29).
a)
Kehausan adalah salah satu penderitaan hebat yang selalu menyertai penyaliban.
Barnes’ Notes:
“Thirst was one of the most distressing
circumstances attending the crucifixion. The wounds were highly inflamed, and
the raging fever was caused usually by the sufferings on the cross, and this was
accompanied by insupportable thirst” (=
Kehausan adalah salah satu keadaan yang paling membuat menderita yang menyertai
penyaliban. Luka-luka itu meradang dengan hebat, dan demam yang tinggi biasanya
terjadi oleh penderitaan-penderitaan pada salib, dan ini disertai / diiringi
oleh kehausan yang tak tertahankan)
- hal 354.
b) Mengapa Kristus harus mengalami kehausan?
1.
Karena itu sudah dinubuatkan dalam:
· Maz 22:16
- ‘lidahku melekat pada langit-langit
mulutku’.
· Maz 69:22b
- ‘pada waktu aku haus mereka memberi aku
minum anggur asam’.
2.
Supaya orang berdosa yang mengalami kehausan yang tak terpuaskan bisa terpuaskan
dalam Kristus.
Spurgeon: “We
know from experience that the present effect of sin in every man who indulges in
it is thirst of soul. The mind of man is like the daughters of the horseleech,
which cry for ever ‘Give, give.’ Metaphorically understood, thirst is
dissatisfaction, the craving of the mind for something which it has not, but
which it pines for. Our Lord says, ‘If any man thirst, let him come unto me
and drink,’ that thirst being the result of sin in every ungodly man at this
moment. Now Christ standing in the stead of the ungodly suffers thirst as a type
of his enduring the result of sin” (=
Kami mengetahui dari pengalaman bahwa akibat saat ini dari dosa dalam setiap
orang yang menuruti keinginan hatinya dalam dosa adalah kehausan dari jiwa.
Pikiran manusia adalah seperti saudari dari lintah, yang terus berteriak
‘Berilah, berilah’. Dimengerti secara kiasan, kehausan adalah
ketidak-puasan, keinginan dari pikiran untuk sesuatu yang tidak dipunyainya,
tetapi yang diharapkannya. Tuhan kita berkata: ‘Barangsiapa haus, baiklah ia
datang kepadaKu dan minum’, kehausan itu merupakan akibat dari dosa dalam
setiap orang yang jahat pada saat ini. Sekarang Kristus yang berdiri di tempat
orang-orang jahat, menderita kehausan sebagai suatu simbol dari pemikulan akibat
dosa) - ‘A Treasury
of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol VI, hal 562.
William Hendriksen: “the emphasis is on the
infinite love of the Lord, revealed in being willing to suffer burning thirst in
order that for his people he might be the everlasting fountain of living
water” (= penekanannya adalah pada kasih
yang tak terbatas dari Tuhan, dinyatakan dalam kerelaanNya untuk menderita /
mengalami kehausan yang membakar supaya Ia bisa menjadi sumber yang kekal dari
air hidup bagi umatNya) -
hal 434.
3.
Karena dosa pertama-tama masuk ke dalam dunia melalui mulut, maka pemberesan
dosa juga harus berurusan dengan mulut.
Spurgeon: “See,
brethren, where sin begins, and mark that there it ends. It began with the mouth
of appetite, when it was sinfully gratified, and it ends when a kindred appetite
is graciously denied. Our first parents plucked forbidden fruit, and by eating
slew the race. Appetite was the door of sin, and therefore in that point our
Lord was put to pain. With ‘I thirst’ the evil is destroyed and receives its
expiation. ... A carnal appetite of the body, the satisfaction of the desire for
food, first brought us down under the first Adam, and now the pang of thirst,
the denial of what the body craved for, restores us to our place”
(= Lihatlah, saudara-saudara, dimana dosa mulai, dan tandailah bahwa di sana
dosa berakhir. Dosa dimulai dengan mulut yang ingin makan, dan pada saat itu
dipuaskan secara berdosa, dan dosa berakhir pada saat nafsu makan yang sama
ditolak dengan kasih karunia. Orang tua pertama kita memetik buah terlarang, dan
dengan memakannya membunuh umat manusia. Nafsu makan adalah pintu dari dosa, dan
karena itu dalam hal itu Tuhan kita disakiti. Dengan kata-kata ‘Aku haus’
kejahatan dihancurkan dan mendapatkan penebusannya. ... Nafsu makan yang
bersifat daging dari tubuh, pemuasan dari keinginan akan makanan, mula-mula
membawa kita turun di bawah Adam pertama, dan sekarang rasa sakit dari kehausan,
penyangkalan dari apa yang sangat diinginkan oleh tubuh, memulihkan kita ke
tempat kita) - ‘A
Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol VI, hal 562.
Catatan:
saya memberikan pandangan Spurgeon di sini, hanya karena saya merasa bahwa
pandangannya merupakan sesuatu yang menarik. Tetapi saya tidak yakin apakah
pandangannya ini benar atau tidak.
4.
Supaya kita yang percaya tidak perlu masuk ke neraka dan mengalami kehausan yang
kekal.
Spurgeon: “thirst
will also be the eternal result of sin, for he says concerning the rich glutton,
‘In hell he lift up his eyes, being in torment,’ and his prayer, which was
denied him, was, ‘Father Abraham, send Lazarus, that he may dip the tip of his
finger in water and cool my tongue, for I am tormented in this flame.’ Now
recollect, if Jesus had not thirsted, every one of us would have thirsted for
ever afar off from God, with an impassable gulf between us and heaven. Our
sinful tongues, blistered by the fever of passion, must have burned for ever had
not his tongue been tormented with thirst in our stead”
(= kehausan juga akan menjadi akibat kekal dari dosa, karena Ia berkata tentang
orang kaya yang rakus, ‘Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut /
neraka ia memandang ke atas’, dan doanya, yang tidak dikabulkan, adalah:
‘Bapa Abraham, suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam
air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini’.
Sekarang ingatlah bahwa seandainya Yesus tidak mengalami kehausan, setiap kita
akan mengalami kehausan selama-lamanya terpisah dari Allah, dengan jurang yang
tak terseberangi antara kita dengan surga. Lidah-lidah kita yang berdosa,
melepuh / kepanasan oleh demam dari nafsu / penderitaan, harus terbakar
selama-lamanya, seandainya lidahNya tidak disiksa oleh kehausan di tempat kita /
menggantikan kita) - ‘A
Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol VI, hal
562-563.
Bdk. Luk 16:23-24 - “Orang
kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam
maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk
di pangkuannya. Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah
Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan
lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini”.
Dan Kristus memikul hukuman itu, sehingga harus merasakan kehausan
yang luar biasa.
c) Kristus minta minum supaya:
1.
Nubuat dalam Maz 69:22b tergenapi (ay 28).
Maz 69:22b - ‘pada waktu
aku haus mereka memberi aku minum anggur asam’.
George Hutcheson: “He did not express his
need to them, as hoping or expecting to be refreshed by them, but only that he
might fulfil the scriptures which foretold of this part of his suffering”
(= Ia tidak menyatakan kebutuhanNya kepada mereka, karena berharap untuk
disegarkan oleh mereka, tetapi hanya supaya Ia bisa menggenapi kitab suci yang
telah meramalkan tentang bagian ini dari penderitaanNya)
- hal 404.
George Hutcheson: “All that Christ was to
endure and suffer came not at random, nor at the pleasure of men, but was
foredetermined by God, and accordingly recorded in scripture”
(= Semua yang harus dipikul dan diderita oleh Kristus tidak datang secara
sembarangan, ataupun karena kesenangan manusia, tetapi ditentukan lebih dulu
oleh Allah, dan dicatat dalam kitab suci sesuai dengan hal itu)
- hal 404.
Ia juga menunjukkan Kis 4:27-28 - “Sebab
sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus
beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu yang
kudus, yang Engkau urapi, untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau
tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu”.
George Hutcheson: “Christ in his suffering
did not respect his own case, but his great care was to fulfil all things that
were enjoined and appointed for redemption of his people; ... and might by his
example teach us to make it our great care in suffering rather to do our duty
than how to get ease and deliverance, Acts 20:24”
(= Kristus dalam penderitaanNya tidak mempedulikan kasusNya sendiri, tetapi
perhatian / kepedulianNya yang besar adalah untuk menggenapi segala sesuatu yang
dihubungkan dan ditetapkan untuk penebusan umatNya; ... dan oleh teladanNya bisa
mengajar kita untuk membuat kita memperhatikan untuk melakukan tugas kita dalam
penderitaan dari pada untuk mendapatkan kesenangan dan pembebasan, Kis 20:24)
- hal 404.
Kis 20:24 - “Tetapi aku
tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir
dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk
memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah”.
2.
Ia bisa meneriakkan kata-kata ‘Sudah
selesai’ (ay 30),
yang mempunyai arti sangat penting bagi kita. Tanpa minuman itu, mulut, lidah,
dan tenggorokan Yesus yang sangat kering karena kehausan yang luar biasa itu
tidak akan bisa meneriakkan kata-kata itu. Tetapi ada juga yang beranggapan
bahwa Ia minta minum supaya Ia bisa meneriakkan kata-kata terakhirNya, yaitu
yang ada dalam Luk 23:46 - “Lalu Yesus
berseru dengan suara nyaring: ‘Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan
nyawaKu.’ Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawaNya”.
William Hendriksen: “It has been suggested
that Jesus desired to slake his agonizing thirst in order to be able to utter
the loud cry recorded in Luke 23:46 ... It is possible, but the text does not
say anything to this effect” (= Telah
diusulkan bahwa Yesus ingin memuaskan kehausannya yang menyakitkan supaya bisa
mengucapkan teriakan keras yang dicatat dalam Luk 23:46 ... Itu mungkin,
tetapi textnya tidak mengatakan apapun yang kira-kira seperti itu)
- hal 434.
3)
‘Di situ ada suatu bekas penuh anggur
asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur
asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus. Sesudah Yesus
meminum anggur asam itu, ...’.
a)
Jangan mencampur-adukkan peristiwa ini dengan peristiwa yang terjadi dalam Mat
27:34 / Mark 15:23, dimana Yesus menolak diberi minum.
· Mat 27:34
- “Lalu mereka memberi Dia minum anggur
bercampur empedu. Setelah Ia mengecapnya, Ia tidak mau meminumnya”.
· Mark 15:23
- “Lalu mereka memberi anggur bercampur mur
kepadaNya, tetapi Ia menolaknya”.
Kedua ayat ini bukannya bertentangan tetapi saling melengkapi.
Jadi, minuman yang diberikan adalah anggur yang bercampur ramuan tertentu yang
mengandung empedu, mur dan sebagainya. Banyak penafsir yang beranggapan bahwa
minuman yang ditolak oleh Yesus ini adalah minuman yang berfungsi sebagai
pembius rasa sakit.
Pulpit Commentary: “‘They offered him
wine, mixed with narcotic gall,’ to stupefy his senses and lull his physical
agony” (= ‘Mereka menawarkan Dia
anggur, dicampur dengan empedu narkotik’, untuk membius perasaannya dan
meredakan penderitaan fisikNya)
- hal 425.
Adam Clarke:
“This vinegar must not be confounded
with the vinegar and gall mentioned Matt. 27:34, and Mark 15:23. That, being a
stupifying potion, intended to alleviate his pain, he refused to drink; but of
this he took a little, and then expired, ver. 29”
(= Cuka ini tidak boleh dicampur-adukkan dengan cuka dan empedu yang disebutkan
dalam Mat 27:34 dan Mark 15:23. Itu, karena merupakan obat / minuman pembius
yang dimaksudkan untuk mengurangi rasa sakit, Ia tolak untuk minum; tetapi yang
ini Ia meminumnya sedikit, dan lalu mati, ay 29)
- hal 653.
Amsal 31:6-7 - “Berikanlah
minuman keras itu kepada orang yang akan binasa, dan anggur itu kepada yang
susah hati. Biarlah ia minum dan melupakan kemiskinannya, dan tidak lagi
mengingat kesusahannya”.
Adam Clarke:
“Some person, out of kindness, appears
to have administered this to our blessed Lord; but he, as in all other cases,
determining to endure the fulness of pain, refused to take what was thus offered
to him” (= Beberapa orang, karena
kebaikan, kelihatannya memberikan ini kepada Tuhan kita yang diberkati /
terpuji; tetapi Ia, seperti dalam semua kasus yang lain, memutuskan untuk
menahan rasa sakit sepenuhnya, menolak untuk meminum apa yang ditawarkan
kepadaNya) - hal 273.
Problem dengan pandangan ini adalah: Maz 69:22 merupakan
sesuatu yang tidak ditujukan untuk kebaikan pemazmur dalam Maz 69 tersebut.
Maz 69:22 - “Bahkan, mereka
memberi aku makan racun, dan pada waktu aku haus, mereka memberi aku
minum anggur asam”.
1.
Persoalan terjemahan.
RSV: ‘poison’ (= racun).
KJV/NIV/NASB: ‘gall’ (= empedu).
Footnote NASB: ‘Or poison’ (= Atau racun).
Jadi rupanya kata bahasa Ibraninya bisa diterjemahkan ‘empedu’
maupun ‘racun’. Tetapi pemilihan ‘racun’ jelas salah karena tidak cocok
dengan penggenapan nubuatnya dalam Mat 27:34.
2.
Dalam Maz 69:22 jelas bahwa tindakan itu bukan ditujukan untuk kebaikan dari si
pemazmur.
b)
Yesus diberi minum anggur asam (ay 29) dan Ia mau minum. Ini juga diceritakan
dalam Mat 27:48 dan Mark 15:36.
Ada 3 hal yang ingin saya persoalkan di sini:
1.
Ay 29: ‘anggur asam’.
Ini sama dengan terjemahan NASB yang menterjemahkan ‘sour
wine’. Tetapi KJV/RSV/NIV menterjemahkan ‘vinegar’ (= cuka).
Leon Morris (NICNT): “‘vinegar’ is a term
which signifies a cheap wine, the kind of drink that was used by the masses”
(= ‘cuka’ adalah suatu istilah yang berarti anggur murah, jenis minuman yang
digunakan oleh orang banyak).
Adam Clarke:
“Instead of OXOS, vinegar, several
excellent mss. and versions have OINON, wine; but as sour wine is said to have
been a general drink of the common people and Roman soldiers, it being the same
as vinegar, it is of little consequence which reading is being adopted”
(= Bukannya OXOS, cuka, beberapa manuscripts dan versi yang sangat bagus
mengatakan OINON, anggur; tetapi karena anggur asam dikatakan merupakan minuman
umum dari orang banyak dan tentara Romawi, dan merupakan sesuatu yang sama
dengan cuka, maka tidak terlalu berbeda bacaan mana yang diambil)
- hal 273.
2.
Mengapa tentara-tentara itu mau memberiNya minum? Ada penafsir yang mengatakan
bahwa biasanya orang disalib tidak diberi minum. Kalau ini benar, maka jelas
bahwa di sini Allah bekerja, sehingga nubuat dalam Maz 69:22b itu terjadi.
Tetapi Calvin mengatakan (hal 233) bahwa pemberian minum seperti ini adalah
suatu kebiasaan.
3.
Dengan Kristus meminta minum, dan diberi minum, apakah itu berarti bahwa
penderitaanNya dikurangi sehingga Ia tidak menanggung 100 % hukuman dosa kita?
Tidak! Karena Ia minta minum setelah Ia tahu bahwa semua sudah selesai
(ay 28), artinya penebusan yang Ia lakukan sudah cukup untuk menebus dosa
kita. Perhatikan kata-kata Calvin di bawah ini:
“Now,
it ought to be remarked, that Christ does not ask any thing to drink till all
things have been accomplished ... No words can fully express the bitterness of
the sorrows which he endured; and yet he does not desire to be freed from them,
till the justice of God has been satisfied, and till he has made a perfect
atonement” (= Harus diperhatikan, bahwa
Kristus tidak meminta minum apapun sampai semua telah selesai / tercapai ...
Tidak ada kata-kata yang dapat menyatakan secara penuh kesedihan yang
ditahanNya; tetapi Ia tidak ingin dibebaskan darinya, sampai keadilan Allah
telah dipuaskan, dan sampai Ia telah membuat penebusan yang sempurna)
- hal 234.
Tetapi bagaimana mungkin sudah selesai, padahal Ia belum mengalami
kematian? Calvin berkata bahwa Kristus mengucapkan kata-kata ‘sudah
selesai’ itu dengan memperhitungkan kematianNya yang akan terjadi. Atau ada
juga yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ‘sudah
selesai’ adalah penderitaan aktifNya dalam memikul hukuman dosa.
c)
Barclay menyoroti kata ‘hisop’ yang digunakan untuk memberi Yesus minum, dan
ia menghubungkan ‘hisop’ di sini dengan ‘hisop’ dalam Kel 12:21-23
- “Lalu Musa memanggil semua tua-tua
Israel serta berkata kepada mereka: ‘Pergilah, ambillah kambing domba untuk
kaummu dan sembelihlah anak domba Paskah. Kemudian kamu harus mengambil seikat hisop
dan mencelupkannya dalam darah yang ada dalam sebuah pasu, dan darah itu kamu
harus sapukan pada ambang atas dan pada kedua tiang pintu; seorangpun dari kamu
tidak boleh keluar pintu rumahnya sampai pagi. Dan TUHAN akan menjalani Mesir
untuk menulahinya; apabila Ia melihat darah pada ambang atas dan pada kedua
tiang pintu itu, maka TUHAN akan melewati pintu itu dan tidak membiarkan
pemusnah masuk ke dalam rumahmu untuk menulahi”, dan ia lalu berkata:
William Barclay: “It was the blood of the
Passover lamb which saved the people of God; it was the blood of Jesus which was
to save the world from sin. The very mention of hyssop would take the thoughts
of any Jews back to the saving blood of the Passover lamb; and this was John’s
way of saying that Jesus was the great Passover Lamb of God whose death was to
save the whole world from sin” (= Adalah
darah dari domba Paskah yang menyelamatkan umat Allah; adalah darah Yesus yang
harus menyelamatkan dunia dari dosa. Penyebutan tentang ‘hisop’ akan membawa
pikiran dari seadanya orang Yahudi kembali kepada darah domba Paskah yang
menyelamatkan; dan ini merupakan cara Yohanes untuk mengatakan bahwa Yesus
adalah Domba Paskah Allah yang besar / agung, yang kematianNya adalah untuk
menyelamatkan seluruh dunia dari dosa) - ‘The Gospel of John’, vol 2, hal 259.
4)
“berkatalah Ia: ‘Sudah selesai.’”.
a)
Kata-kata ‘Sudah selesai’ dalam ay 30 ini dalam bahasa Yunaninya adalah TETELESTAI,
sama persis dengan kata-kata ‘telah
selesai’ dalam ay 28.
Ay 28-30: “Sesudah itu,
karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia -
supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci - : ‘Aku haus!’ Di situ
ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang
telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke
mulut Yesus. Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: ‘Sudah
selesai.’ Lalu Ia menundukkan kepalaNya dan menyerahkan nyawaNya”.
Thomas Whitelaw: “‘It is finished’ tetelestai, a word ‘in Christ’s heart before, but now brought forth with the
lips’ (Bengel)” [= ‘Sudah selesai’,
tetelestai / TETELESTAI, suatu kata ‘dalam hati Kristus sebelumnya, tetapi
sekarang dikeluarkan oleh bibirNya’ (Bengel)] - hal 409.
b)
Bdk. Yoh 4:34 - “Kata Yesus kepada
mereka: ‘MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan
menyelesaikan pekerjaanNya”.
Ini suatu teladan dalam melakukan pelayanan.
c)
Kata-kata ini merupakan inti dari Injil, dan ini harus kita beritakan kepada
orang-orang yang belum percaya supaya mereka mau percaya kepada Yesus sebagai
Tuhan dan Juruselamat mereka.
Arthur W. Pink: “‘It is finished’ is
but one word in the original, yet in that word is wrapped up the Gospel of God;
in that word is contained the ground of the believer’s assurance”
(= ‘Sudah selesai’ hanya merupakan satu kata dalam bahasa aslinya, tetapi
dalam kata itu terbungkus Injil Allah; dalam kata itu tercakup dasar dari
keyakinan orang percaya) - ‘The Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal
60.
John G. Mitchell: “As you speak to the
unsaved, tell them that He finished the work. Redemption is completed. He asks
them to accept Him as Savior and as Lord. We sometimes sing, ‘Nothing in my
hands I bring, Simply to thy cross I cling.’ He is the Savior, the complete
Savior. He has finished the work. Blessed be His name”
(= Pada waktu engkau berbicara dengan orang yang belum diselamatkan, beritahu
mereka bahwa Ia telah menyelesaikan pekerjaanNya. Penebusan sudah lengkap /
sempurna. Ia meminta mereka untuk menerimaNya sebagai Juruselamat dan sebagai
Tuhan. Kita kadang-kadang menyanyi: ‘Tidak ada yang aku bawa dalam tanganku,
Hanya kepada salib aku berpegang’. Ia adalah Juruselamat, Juruselamat yang
lengkap / sempurna. Ia telah menyelesaikan pekerjaanNya. Terpujilah namaNya)
- hal 378.
Spurgeon: “Let
us publish it. Children of God, ye who by faith received Christ as your all in
all, tell it every day of your lives that ‘it is finished.’ Go and tell it
to those who are torturing themselves, thinking through obedience and
mortification to offer satisfaction. ... In all parts of the earth there are
those who think that the misery of the body and the soul may be an atonement for
sin. Rush to them, stay them in their madness and say to them, ‘Wherefore do
ye this? It is finished.’ All the pains that God asks, Christ has suffered;
all the satisfaction by way of agony in the flesh that the law demandeth, Christ
hath already endured. ... God neither asks nor accepts any other sacrifice than
that which Christ offered once for all upon the cross. ... Why improve on what
is finished? Why add to that which is complete? The Bible is finished, he that
adds to it shall have his name taken out of the Book of Life, and out of the
holy city: Christ’s atonement is finished, and he that adds to that must
expect the selfsame doom” (= Hendaklah
kita mempublikasikannya. Anak-anak Allah, engkau yang oleh iman menerima Kristus
sebagai semua dalam semua bagimu, ceritakanlah dalam setiap hari dalam hidupmu
bahwa itu ‘Sudah selesai’. Pergilah dan ceritakanlah itu kepada mereka yang
menyiksa diri mereka sendiri, dan mengira melalui ketaatan dan penghukuman /
penyangkalan diri untuk menawarkan pemuasan. ... Di semua bagian-bagian bumi ada
mereka yang berpikir bahwa penderitaan dari tubuh dan jiwa bisa menjadi
penebusan untuk dosa. Cepatlah pergi kepada mereka, tahanlah / hentikanlah
mereka dalam kegilaan mereka dan katakan kepada mereka: ‘Untuk apa kamu
lakukan ini? Itu sudah selesai’. Semua rasa sakit yang dituntut oleh Allah,
telah diderita oleh Kristus; semua pemuasan melalui penderitaan dalam daging
yang dituntut oleh hukum Taurat, telah ditahan oleh Kristus. ... Allah tidak
meminta ataupun menerima korban lain apapun dari pada korban yang diberikan oleh
Kristus sekali untuk selama-lamanya di atas kayu salib. ... Mengapa memperbaiki
apa yang sudah selesai? Mengapa menambahkan pada apa yang sudah selesai /
lengkap? Alkitab sudah selesai, ia yang menambahinya akan dihapuskan namanya
dari Kitab Kehidupan, dan dari kota kudus: penebusan Kristus sudah selesai, dan
ia yang menambahkan pada penebusan itu harus mengharapkan nasib yang sama)
- ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol VI,
hal 584,585.
d)
Bagaimana Kristus bisa menyelesaikan hukuman kekal kita dalam waktu yang
begitu singkat?
Spurgeon: “We
have sometimes heard it said, ‘How could Christ, in so short a time, bear
suffering which should be equivalent to the torments - the eternal torments of
hell?’ Our reply is, we are not capable of judging what the Son of God might
do even in a moment, much less what he might do and what he might suffer in his
life and in his death. ... it is very possible that he did in the space of two
or three hours endure not only the agony which might have been contained in
centuries, but even an equivalent for that which might be comprehended in
everlasting punishment. At any rate, it is not for us to say that it could not
be done. Do not, I pray you, let us attempt to measure Christ’s sufferings by
the finite line of your ignorant reason, but let us know and believe that what
he endured there was accepted by God as an equivalent for all our pains”
(= Kita kadang-kadang mendengar dikatakan: ‘Bagaimana Kristus bisa, dalam
waktu yang begitu singkat, memikul penderitaan yang setara dengan penyiksaan -
penyiksaan kekal dari neraka?’ Jawaban kami adalah: kita tidak mampu
menghakimi / menilai apa yang Anak Allah bisa lakukan dalam waktu yang singkat,
apa lagi apa yang bisa Ia lakukan dan apa yang bisa Ia alami / pikul dalam
hidupNya dan dalam matiNya. ... adalah sangat mungkin bahwa dalam waktu 2 atau 3
jam Ia memikul / menahan bukan hanya penderitaan yang tercakup dalam banyak
abad, tetapi bahkan setara dengan hal yang dimengerti dalam penghukuman kekal.
Bagaimanapun, bukanlah bagian kita untuk mengatakan bahwa itu tidak bisa
dilakukan. Saya mohon, jangan mencoba untuk mengukur penderitaan Kristus dengan
garis / tali terbatas dari akal yang bodoh / tidak tahu apa-apa, tetapi
hendaklah kita tahu dan percaya bahwa apa yang Ia tahan di sana telah diterima
oleh Allah sebagai sesuatu yang setara dengan semua rasa sakit kita) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’,
vol VI, hal 579-580.
e)
Kata-kata ‘Sudah selesai’ ini menunjukkan bahwa kalau saudara mau percaya kepada Kristus,
maka saudara harus percaya hanya kepada Kristus.
Calvin: “Now
this word, which Christ employs, well deserves our attention; for it shows that
the whole accomplishment of our salvation, and all the parts of it, are
contained in his death. We have already stated that his resurrection is not
separated from his death, but Christ only intends to keep our faith fixed on
himself alone, and not to allow it to turn aside in any direction whatever. The
meaning, therefore, is, that every thing which contributes to the salvation of
men is to be found in Christ, and ought not to be sought anywhere else”
(= Kata yang digunakan oleh Kristus ini perlu kita perhatikan; karena kata itu
menunjukkan bahwa seluruh penyelesaian / pencapaian keselamatan kita, dan semua
bagian-bagiannya, tercakup dalam kematianNya. Kami sudah menyatakan bahwa
kebangkitanNya tidak terpisah dari kematianNya, tetapi Kristus hanya bermaksud
untuk mengarahkan iman kita hanya kepada Dia saja, dan tidak mengijinkannya
untuk berpaling ke arah manapun juga. Karena itu, artinya adalah bahwa segala
sesuatu yang memberikan sumbangsih kepada keselamatan manusia harus ditemukan di
dalam Kristus, dan tidak boleh dicari di tempat lain manapun juga)
- hal 235-236.
Calvin: “If
we give our assent to this word which Christ pronounced, we ought to be
satisfied with his death alone for salvation, and we are not at liberty to apply
for assistance in any other quarter” (=
Jika kita menyetujui kata-kata yang Kristus ucapkan, kita harus puas dengan
kematianNya saja untuk keselamatan, dan kita tidak boleh menggunakan bantuan
dari sudut lain manapun) - hal 236.
Karena itu, jangan menggabungkan Kristus dengan kepercayaan / agama
lain, dengan kepercayaan kepada Maria atau orang suci, dengan kepercayaan pada
perbuatan baik saudara sendiri, dsb. Keselamatan kita terjadi hanya
karena jasa penebusan Kristus, yang kita terima dengan iman!
f)
Kata-kata ‘Sudah selesai’ ini juga menjamin bahwa Yesus akan menyelesaikan pekerjaanNya di
dalam kita.
Spurgeon: “Once
more, there is joy to every believer when he remembers that, as Christ said,
‘It is finished,’ every guarantee was given of the eternal salvation of all
the redeemed. It appears to me that, if Christ finished the work for us, he will
finish the work in us. If he has undertaken so supreme a labour as the
redemption of our souls by blood, and that is finished, then the great but yet
minor labour of renewing our natures, and transforming us even unto perfection,
shall be finished, too. If, when we were sinners, Christ loved us so as to die
for us, now that he has redeemed us, and has already reconciled us to himself,
and made us his friends and his disciples, will he not finish the work that is
necessary to make us fit to stand among the golden lamps of heaven, and to sing
his praises in the country where nothing that defileth can ever enter?”
(= Sekali lagi, ada sukacita bagi setiap orang percaya pada waktu ia mengingat
bahwa, seperti dikatakan Kristus: ‘Sudah selesai’, semua garansi diberikan
tentang keselamatan kekal dari umat manusia. Bagi saya kelihatannya bahwa jika
Kristus telah menyelesaikan pekerjaan untuk kita, Ia akan menyelesaikan
pekerjaan di dalam kita. Jika Ia telah mengerjakan pekerjaan yang begitu
tinggi seperti penebusan jiwa kita oleh darah, dan hal itu sudah diselesaikan,
maka pekerjaan yang agung tetapi lebih kecil tentang pembaharuan diri kita, dan
perubahan kita kepada kesempurnaan, akan diselesaikan juga. Jika, pada waktu
kita adalah orang-orang berdosa, Kristus mengasihi kita sehingga mati untuk
kita, sekarang pada saat Ia telah menebus kita, dan telah mendamaikan kita
dengan diriNya sendiri, dan membuat kita sahabat-sahabatNya dan murid-muridNya,
apakah Ia tidak akan menyelesaikan pekerjaan yang perlu untuk membuat kita cocok
untuk berdiri di antara lampu-lampu emas dari surga, dan untuk menyanyikan
pujianNya di negara dimana tidak ada sesuatu yang mengotori bisa masuk)
- ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol VI,
hal 575.
g)
Calvin menganggap bahwa kata-kata ‘Sudah
selesai’ dari Kristus
ini merupakan dasar penghapusan ‘ceremonial law’ (= hukum yang berhubungan
dengan upacara keagamaan).
Calvin: “All
the sacrifices of the Law must have ceased, for the salvation of men has been
completed by the one sacrifice of the death of Christ”
(= Semua korban dari hukum Taurat harus sudah berhenti, karena keselamatan
manusia telah disempurnakan / diselesaikan oleh satu korban dari kematian
Kristus) - hal 236.
Calvin: “On
this doctrine depends the abolition of all the ceremonies of the Law; for it
would be absurd to follow shadows, since we have the body of Christ”
(= Pada doktrin ini tergantung penghapusan dari semua hukum-hukum upacara;
karena adalah menggelikan untuk mengikuti bayangan, karena kita mempunyai tubuh
dari Kristus) - hal 236.
h) Kata-kata ‘Sudah
selesai’ ini
bertentangan dengan:
1.
Ajaran yang mengatakan bahwa setelah mati Yesus turun ke neraka untuk memikul
hukuman dosa kita di sana. Kalau ajaran ini benar, seharusnya Yesus berkata: ‘Belum
selesai’, dan lalu menyerahkan nyawaNya.
2.
Ajaran tentang api pencucian. Ajaran tentang api pencucian ini bukan hanya sama
sekali tidak punya dasar Kitab Suci, tetapi juga bertentangan dengan kata-kata
‘Sudah selesai’ dari Kristus, dan juga dengan Ro 8:1 - “Demikianlah
sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus”.
3.
Ajaran yang mengatakan bahwa perbuatan baik kita mempunyai andil untuk
menyelamatkan kita.
Spurgeon: “Are
there any of you here who are trying to do something to make a righteousness of
your own? How dare you attempt such a work when Jesus says, ‘It is
finished’? Are you trying to put a few of your own merits together, a few odds
and ends, fig-leaves and filthy rags of your own righteousness? Jesus says,
‘It is finished.’ Why do you want to add anything of your own to what he has
completed? Do you say that you are not fit to be saved? What! have you to bring
some of your fitness to eke out Christ’s work? ‘Oh!’ say you, ‘I hope to
come to Christ one of these days when I get better.’ What! What! What! What!
Are you to make yourself better, and then is Christ to do the rest of the work?
You remind me of the railways to our country towns; you know that, often, the
station is half-a-mile or a mile out of the town, so that you cannot get to the
station without having an omnibus to take you there. But my Lord Jesus Christ
comes right to the town of Mansoul. His railway runs close to your feet, and
there is the carriage-door wide open; step in. You have not even to go over a
bridge, or under a subway; there stands the carriage just before you. This royal
railroad carries souls all the way from hell’s dark door, where they lie in
sin, up to heaven’s great gate of pearl, where they dwell in perfect
righteousness for ever. Cast yourself on Christ; take him to be everything you
need, for he says of the whole work of salvation, ‘It is finished.’”
(= Apakah ada dari kamu di sini yang sedang berusaha untuk melakukan sesuatu
untuk membuat suatu kebenaran dari dirimu sendiri? Bagaimana engkau berani
melakukan pekerjaan seperti itu pada waktu Yesus berkata ‘Sudah selesai’?
Apakah engkau sedang berusaha untuk mengumpulkan beberapa dari jasamu sendiri,
sedikit barang-barang rombengan / sisa, daun ara dan kain kotor dari kebenaranmu
sendiri? Yesus berkata: ‘Sudah selesai’. Mengapa engkau mau menambahkan
apapun dari dirimu sendiri pada apa yang sudah Ia selesaikan? Apakah engkau
berkata bahwa engkau tidak cocok untuk diselamatkan? Apa! haruskah engkau
membawa sebagian dari kelayakanmu untuk menambah dengan susah payah pekerjaan
Kristus? ‘Oh!’ katamu, ‘Aku berharap untuk datang kepada Kristus pada
salah satu dari hari-hari ini pada saat aku sudah lebih baik’. Apa! Apa! Apa!
Apa! Apakah engkau harus membuat dirimu sendiri lebih baik, dan lalu Kristus
harus mengerjakan sisa dari pekerjaan itu? Engkau mengingatkan aku tentang jalan
kereta api ke kota-kota kita; engkau tahu bahwa seringkali stasiun terletak ½
atau 1 mil di luar kota, sehingga engkau tidak bisa sampai ke stasiun tanpa
menggunakan bis penumpang untuk membawa engkau ke sana. Tetapi Tuhan Yesus
Kristusku datang sampai pada kota Jiwa-manusia. Rel kereta apiNya sampai pada
dekat kakimu, dan di sana kendaraannya berada persis di depanmu. Rel kereta api
kerajaan ini membawa jiwa-jiwa dari pintu neraka yang gelap, dimana mereka
berbaring dalam dosa, terus sampai ke pintu gerbang mutiara yang besar dari
surga, dimana mereka tinggal dalam kebenaran yang sempurna selama-lamanya.
Serahkanlah dirimu kepada Kristus; ambillah Dia sebagai segala sesuatu yang
engkau butuhkan, karena Ia berkata tentang seluruh pekerjaan keselamatan:
‘Sudah selesai’) - ‘A
Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol VI, hal
575-576.
4.
Ajaran Roma Katolik tentang Perjamuan Kudus.
Calvin memakai kata-kata ‘Sudah selesai’ dari Kristus ini untuk
menyerang Perjamuan Kudus versi Roma Katolik, yang merupakan pengorbanan ulang
terhadap Kristus. Ini bertentangan dengan kata-kata ‘Sudah selesai’ ini!
Bandingkan juga dengan Ibr 9:28 - “demikian
pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diriNya untuk menanggung dosa
banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diriNya sekali lagi tanpa
menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan
Dia”.
i) Penyalahgunaan terhadap kata-kata ‘Sudah
selesai’ ini.
Spurgeon: “Somebody
once wickedly said, ‘Well, if Christ has finished it, there is nothing for me
to do now but to fold my hands, and go to sleep.’ That is the speech of a
devil, not of a Christian! There is no grace in the heart when the mouth can
talk like that. On the contrary, the true child of God says, ‘Has Christ
finished his work for me? Then tell me what work I can do for him.’ ... If
Christ has finished the work for you which you could not do, now go and finish
the work for him which you are privileged and permitted to do. ... Has he
finished his work for me? Then I must get to work for him, and I must persevere
until I finish my work, too; not to save myself, for that is all done, but
because I am saved. Now I must work for him with all my might; and if there come
discouragements, if there come sufferings, if there comes a sense of weakness
and exhaustion, yet let me not give way to it; but, inasmuch as he pressed on
till he could say, ‘It is finished,’ let me press on till I, too, shall be
able to say, ‘I have finished the work which thou gavest me to do’”
(= Seseorang suatu kali berkata secara jahat: ‘Jika Kristus telah
menyelesaikannya, sekarang tidak ada apa-apa lagi yang harus aku lakukan,
kecuali melipat tanganku, dan tidur’. Itu merupakan ucapan dari setan, bukan
dari orang kristen! Tidak ada kasih karunia dalam hati pada waktu mulut bisa
berbicara seperti itu. Sebaliknya, anak Allah yang sejati berkata: ‘Apakah
Kristus telah menyelesaikan pekerjaanNya untuk aku? Kalau demikian beri tahu aku
pekerjaan apa yang bisa aku lakukan untuk Dia’. ... Jika Kristus telah
menyelesaikan pekerjaan untukmu yang tidak bisa engkau lakukan, sekarang
pergilah dan selesaikan pekerjaan untuk Dia untuk mana engkau diberi hak dan
ijin untuk melakukannya. ... Apakah Ia telah menyelesaikan pekerjaanNya untuk
aku? Maka aku harus bekerja bagi Dia, dan aku harus bertekun sampai aku
menyelesaikan pekerjaanku juga; bukan untuk menyelamatkan diriku sendiri, karena
semua itu sudah terjadi, tetapi karena aku sudah selamat. Sekarang aku harus
bekerja untuk Dia dengan seluruh kekuatanku; dan jika datang sesuatu yang
membuat kecil hati, jika datang penderitaan, jika datang perasaan lemah dan
lelah, hendaklah aku tidak menyerah padanya; tetapi, sebagaimana Ia maju terus
sampai Ia bisa berkata: ‘Sudah selesai’, hendaklah aku juga maju terus
sampai aku juga bisa berkata: ‘Aku telah menyelesaikan pekerjaan yang Engkau
berikan kepadaku untuk dilakukan’)
- ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol VI,
hal 577.
j)
Penjelasan tentang Kol 1:24 - “Sekarang
aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam
dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuhNya, yaitu
jemaat”.
Kelihatannya Kol 1:24 ini bertentangan dengan Yoh 19:30.
Roma Katolik menafsirkan bahwa Kol 1:24 ini menunjukkan bahwa
penebusan Kristus tidak sempurna, perlu ditambahi dengan penderitaan dari para
martir. Dan memang dalam ajaran Roma Katolik ada hal-hal yang sejalan dengan
ketidak-sempurnaan penebusan Kristus, seperti:
· api
pencucian.
· perbuatan
baik manusia punya andil dalam keselamatan.
Tetapi Kol 1:24 ini tidak mungkin diartikan bahwa penebusan
Kristus tidak sempurna, karena:
1.
Itu bertentangan dengan kata-kata ‘Sudah selesai’ dalam Yoh 19:28,30 dan
juga dengan Ibr 10:11-14 - “Selanjutnya
setiap imam melakukan tiap-tiap hari pelayanannya dan berulang-ulang
mempersembahkan korban yang sama, yang sama sekali tidak dapat menghapuskan
dosa. Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia
duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah, dan sekarang Ia hanya
menantikan saatnya, di mana musuh-musuh-Nya akan dijadikan tumpuan kakiNya.
Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka
yang Ia kuduskan”.
2.
Itu bertentangan dengan doktrin tentang ‘kecukupan’ penebusan Kristus, yang
justru ditekankan oleh Paulus dalam surat Kolose ini, untuk menangani ajaran
sesat yang menyangkal kecukupan penebusan Kristus sehingga harus ditambah dengan
pertapaan, dan sebagainya.
Herbert M. Carson (Tyndale): “Furthermore, he
is dealing here at Colossae with a false teaching which denies the sufficiency
of the work of Christ, and insists that it must be supplemented by asceticism
and other human endeavours. Paul has replied in his opening chapter with an
uncompromising stress on the preeminence of Christ, and the completeness of the
redemption which He has accomplished. Is it then likely that he would cast this
position to the winds and introduce a view which envisaged the perfecting of an
incomplete atonement?” (= Selanjutnya, di
sini di Kolose ia sedang menangani ajaran sesat yang menyangkal kecukupan
pekerjaan Kristus, dan mendesak bahwa itu harus ditambahi dengan pertapaan dan
usaha-usaha manusia yang lain. Paulus telah menjawab dalam pasal pembukaannya
dengan penekanan yang tidak berkompromi pada penonjolan Kristus, dan kelengkapan
dari penebusan yang telah Ia selesaikan. Lalu mungkinkah sekarang ia membuang
pandangannya dan mengajukan suatu pandangan yang menggambarkan penyempurnaan
dari suatu penebusan yang tidak lengkap?)
- ‘The Epistles of Paul to the Colossians and Philemon’, hal 50.
Catatan:
bahwa surat Kolose memang menangani hal-hal tersebut di atas, terlihat dari Kol
2:8-23 - “(8) Hati-hatilah, supaya jangan
ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran
turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus. (9) Sebab dalam
Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan keAllahan, (10) dan kamu telah
dipenuhi di dalam Dia. Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa. (11) Dalam
Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi
dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa,
(12) karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu
turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah
membangkitkan Dia dari orang mati. (13) Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh
pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan
Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita,
(14) dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum
mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakanNya dengan memakukannya pada kayu
salib: (15) Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan
menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenanganNya atas mereka. (16) Karena itu
janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau
mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; (17) semuanya ini hanyalah
bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus. (18)
Janganlah kamu biarkan kemenanganmu digagalkan oleh orang yang pura-pura
merendahkan diri dan beribadah kepada malaikat, serta berkanjang pada
penglihatan-penglihatan dan tanpa alasan membesar-besarkan diri oleh pikirannya
yang duniawi, (19) sedang ia tidak berpegang teguh kepada Kepala, dari mana
seluruh tubuh, yang ditunjang dan diikat menjadi satu oleh urat-urat dan
sendi-sendi, menerima pertumbuhan ilahinya. (20) Apabila kamu telah mati
bersama-sama dengan Kristus dan bebas dari roh-roh dunia, mengapakah kamu
menaklukkan dirimu pada rupa-rupa peraturan, seolah-olah kamu masih hidup di
dunia: (21) jangan jamah ini, jangan kecap itu, jangan sentuh ini; (22) semuanya
itu hanya mengenai barang yang binasa oleh pemakaian dan hanya menurut
perintah-perintah dan ajaran-ajaran manusia. (23) Peraturan-peraturan ini,
walaupun nampaknya penuh hikmat dengan ibadah buatan sendiri, seperti
merendahkan diri, menyiksa diri, tidak ada gunanya selain untuk memuaskan hidup
duniawi”.
3.
Kata yang diterjemahkan ‘penderitaan’ dalam bahasa Yunani adalah THLIPSIS, dan kata ini tidak pernah
digunakan untuk menunjuk pada penderitaan Kristus untuk menebus dosa.
Herbert M. Carson (Tyndale): “The very word
used here for suffering, thlipsis,
is nowhere used in the New Testament to describe the atoning death of Christ,
and, as Lightfoot points out, it ‘certainly would not suggest a sacrificial
act’” (= Kata yang digunakan di sini
untuk penderitaan, THLIPSIS, tidak pernah digunakan dalam Perjanjian Baru untuk
menggambarkan kematian yang bersifat menebus dosa dari Kristus, dan, seperti
ditunjukkan oleh Lightfoot, itu ‘pasti tidak menunjukkan suatu tindakan
pengorbanan’) - ‘The
Epistles of Paul to the Colossians and Philemon’, hal 50-51.
4.
Dalam Kol 1:25 Paulus menyebut dirinya ‘pelayan
jemaat’.
Jika dalam Kol 1:24 ia memang mengajarkan bahwa penderitaan
yang ia alami itu adalah untuk penebusan dosa, seharusnya ia mengaku diri
sebagai ‘pengantara’
atau ‘penebus’,
atau ‘rekan penebus’.
Tetapi ternyata ia tidak melakukan hal itu.
Lalu, apa artinya Kol 1:24 ini?
1.
Ini adalah penderitaan dalam pembangunan tubuh Kristus, dan dalam hal ini
Kristus memberikan tempat untuk penderitaan lebih lanjut bagi para pengikutNya.
William Barclay: “He thinks of the
sufferings through which he is passing as completing the sufferings of Jesus
Christ himself. Jesus died to save his Church; but the Church must be upbuilt
and extended; it must be kept strong and pure and true; therefore, anyone who
serves the Church by widening her borders, establishing her faith, saving her
from errors, is doing the work of Christ. And if such service involves suffering
and sacrifice, that affliction is filling up and sharing the very suffering of
Christ” (= Ia berpikir tentang
penderitaan yang ia lalui sebagai melengkapi penderitaan Yesus Kristus sendiri.
Yesus mati untuk menyelamatkan GerejaNya; tetapi Gereja harus dibangun dan
diperluas; itu harus dijaga agar tetap kuat dan murni dan benar; karena itu,
setiap orang yang melayani Gereja dengan memperluas batasan-batasannya,
meneguhkan imannya, menyelamatkannya dari kesalahan, sedang melakukan pekerjaan
Kristus. Dan jika pelayanan seperti itu mencakup penderitaan dan pengorbanan,
penderitaan itu memenuhkan dan mengambil bagian dalam penderitaan Kristus).
James Fergusson (Geneva): “As the personal
sufferings of Christ were for the church’s redemption, and to satisfy the
Father’s justice for the sins of the elect, Acts 20:28, which he did
completely, John 19:30; so the suffering of the saints are also for the
church’s good, though not for her redemption or expiation of sin, neither in
its guilt nor punishment, 1John 1:7; yet to edify the church by their example,
James 5:10, to comfort her under sufferings, 2Cor. 1:6, and to confirm that
truth for which they do suffer, Phil. 2:17”
(= Seperti penderitaan pribadi Kristus adalah untuk penebusan gereja, dan untuk
memuaskan keadilan Bapa terhadap dosa-dosa orang pilihan, Kis 20:28, yang
Ia lakukan secara lengkap, Yoh 19:30; begitulah penderitaan dari
orang-orang kudus juga untuk kebaikan gereja, sekalipun bukan untuk penebusannya
atau penebusan / pembayaran dosa, tidak dalam kesalahannya ataupun hukumannya,
1Yoh 1:7; tetapi untuk mendidik gereja oleh teladan mereka, Yak 5:10,
untuk menghibur gereja dalam penderitaan, 2Kor 1:6, dan untuk meneguhkan
kebenaran untuk mana mereka menderita, Fil 2:17).
2.
Karena adanya kesatuan antara Kristus dan para pengikutNya, maka pada waktu
pengikutNya menderita, Kristus juga menderita dalam dia.
James Fergusson (Geneva): “The sufferings of Paul,
and of any other saints, are the sufferings of Christ, and the filling up of his
sufferings; not as if Christ’s personal sufferings for the redemption of
sinners were imperfect, and so to be supplied by the sufferings of others, (see
Heb. 10:14) but such is that sympathy betwixt Christ and believers, Acts 9:4,
and so strict is that union among them, whereby he and they do but make up one
mystical Christ, 1Cor. 12:12, that in those respects the sufferings of the
saints are his sufferings, to wit, the sufferings of mystical Christ, which are
not perfect nor filled up, until every member of his body endure their own
allotted portion and share” (=
Penderitaan dari Paulus, dan dari orang kudus yang lain, adalah penderitaan
Kristus, dan memenuhkan / melengkapi penderitaanNya; bukan seakan-akan
penderitaan pribadi Kristus untuk penebusan orang berdosa adalah tidak sempurna,
dan karena itu harus disuplai oleh penderitaan orang-orang lain, (lihat Ibr 10:14)
tetapi begitulah simpati antara Kristus dan orang-orang percaya, Kis 9:4,
dan begitu ketat persatuan antara mereka, dengan mana Ia dan mereka membentuk
satu Kristus yang mistik, 1Kor 12:12, bahwa dalam hal itu penderitaan
orang-orang kudus adalah penderitaanNya, yaitu, penderitaan dari Kristus mistik,
yang tidak sempurna atau penuh, sampai setiap anggota tubuhNya menanggung bagian
mereka).
Pulpit Commentary keberatan dengan pandangan ini dengan alasan
sebagai berikut:
“this
view identifies Pauls’ sufferings with his Master’s while he expressly
distinguishes them” (= pandangan ini
mengidentikkan penderitaan Paulus dengan penderitaan TuanNya sementara ia secara
jelas membedakan mereka).
3.
Ini ditinjau dari sudut musuh-musuh Kristus.
William Hendriksen: “... although Christ by
means of the affliction which he endured rendered complete satisfaction to God,
so that Paul is able to glory in nothing but the cross (Gal. 6:14), the enemies
of Christ were not satisfied! They hated Jesus with insatiable hatred, and
wanted to add to his afflictions. But since he is no longer physically present
on earth, their arrows, which are meant especially for him, strike his
followers. It is in that sense that all true believers are in his stead
supplying what, as the enemies see it, is lacking in the afflictions which Jesus
endured. Christ’s afflictions overflow toward us”
[= ... sekalipun Kristus melalui penderitaan yang Ia tanggung memberikan
pemuasan lengkap / penuh kepada Allah, sehingga Paulus bisa bermegah hanya dalam
salib (Gal 6:14), musuh-musuh Kristus tidak dipuaskan! Mereka membenci
Yesus dengan kebencian yang tidak terpuaskan, dan ingin menambah penderitaanNya.
Tetapi karena Ia tidak lagi hadir secara jasmani di bumi ini, panah-panah
mereka, yang sebetulnya dimaksudkan secara khusus untuk Dia, menyerang
pengikut-pengikutNya. Adalah dalam arti ini dimana semua orang yang
sungguh-sungguh percaya ada di tempatNya menyuplai apa, sebagaimana musuh-musuh
itu melihatnya, yang kurang dalam penderitaan yang telah Yesus tanggung.
Penderitaan Kristus meluap / melimpah kepada kita].
Bdk. Kis 9:4-5 2Kor 1:5 Gal 6:17
Fil 3:10 Wah 12:13 (‘perempuan’ = gereja).
5)
‘Lalu Ia menundukkan kepalaNya dan
menyerahkan nyawaNya’.
George Hutcheson: “he died voluntarily,
and went to meet death, and ‘gave up the ghost,’ by a real separation of
soul and body, which could not have been if his body had been everywhere”
(= Ia mati secara sukarela, dan pergi menemui kematian, dan ‘menyerahkan
rohNya’ oleh suatu pemisahan yang sungguh-sungguh / nyata dari jiwa dan tubuh,
yang tidak bisa terjadi seandainya tubuhNya ada di mana-mana)
- hal 405.
Mungkin ini dimaksudkan untuk menyerang doktrin Perjamuan Kudus
dari Roma Katolik dan Lutheran, yang mensyaratkan kemahaadaan tubuh Kristus.
William Hendriksen: “He gave it. No one took
it away from him. He laid down his life”
(= Ia menyerahkannya. Tidak seorangpun yang mengambilnya dari Dia. Ia
menyerahkan nyawaNya) -
hal 435.
Bdk. Yoh 10:17-18 - “Bapa
mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawaKu untuk menerimanya kembali.
Tidak seorangpun mengambilnya dari padaKu, melainkan Aku memberikannya menurut
kehendakKu sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya
kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari BapaKu.’”.
Pulpit Commentary: “Though therefore his
death was violent and cruel, it was a voluntary sacrifice”
(= Karena itu sekalipun kematianNya keras dan kejam, itu merupakan korban
sukarela) - hal 439.
-AMIN-
Bagi sdr yg telah
mendapat berkat dari artikel ini..mohon kiranya dapat membantu menyebarkan Pada
sdr2 kita yg lain, sehingga semakin banyak sdr kita yg juga bisa membaca artikel
ini dan mendapat berkat. Tuhan memberkati sdr.
Amin.
Joh 21:17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.
e-mail us at [email protected]