oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
Pendahuluan.
William
Hendriksen: “Is
this prayer a model for our prayers? In a certain sense it is; for example, this
prayer indicates that the glory of God should be the purpose of our petitions;
also, it shows that we should pray not only for ourselves but also for others.
Nevertheless, in an even deeper sense, this prayer of the great Highpriest,
Jesus Christ, can never become a model for our prayers. It is altogether unique.
Of this prayer Jesus never said, ‘After this manner you must pray.’”
[= Apakah doa ini merupakan suatu model / contoh untuk doa-doa kita? Dalam arti
tertentu memang demikian; sebagai contoh, doa ini menunjukkan bahwa kemuliaan
Allah harus merupakan tujuan dari permintaan-permintaan kita; juga doa ini
menunjukkan bahwa kita harus berdoa bukan hanya untuk diri kita sendiri, tetapi
juga untuk orang-orang lain. Tetapi dalam arti yang lebih dalam, doa dari Imam
Besar Yesus Kristus ini tidak pernah bisa menjadi suatu model / contoh untuk
doa-doa kita. Doa ini sama sekali unik. Tentang doa ini Yesus tidak pernah
berkata: ‘Menurut cara ini engkau harus berdoa’ (bdk. Mat 6:9)]
- hal 347.
Salah satu
keunikan yang tidak mungkin ditiru adalah: doa ini tidak mencakup pengakuan
dosa, tetapi sebaliknya menunjukkan kesadaran Kristus bahwa Ia telah mentaati
Bapa secara sempurna (ay 4).
Dalam ay 1-5
Kristus berdoa untuk diriNya sendiri.
Ay 1: “Demikianlah kata
Yesus. Lalu Ia menengadah ke langit dan berkata: ‘Bapa, telah tiba saatnya;
permuliakanlah AnakMu, supaya AnakMu mempermuliakan Engkau”.
1)
‘Demikianlah kata Yesus’.
Ini membicarakan apa yang Ia katakan dalam pasal sebelumnya.
2)
“Lalu Ia menengadah ke langit dan berkata:
‘Bapa, ...”.
a) Doa ini dinaikkan setelah Ia selesai mengajar.
Calvin: “Now
he most properly betakes himself to prayer; for doctrine has no power, if
efficacy be not imparted to it from above. He, therefore, holds out as an
example to teachers, not to employ themselves only in sowing the word, but, by
mingling their prayers with it, to implore the assistance of God, that his
blessing may render their labour fruitful”
(= Sekarang Ia secara benar berdoa; karena ajaran tidak mempunyai kuasa, jika
kuasa untuk menghasilkan keefektifan tidak diberikan dari atas. Karena itu Ia
terus menjadi suatu teladan bagi pengajar-pengajar, untuk tidak memakai diri
mereka sendiri saja dalam menaburkan firman, tetapi dengan mencampur doa mereka
dengan firman itu, meminta pertolongan Allah, supaya berkatNya bisa membuat
pekerjaan mereka berbuah)
- hal 163.
Penerapan:
Semua pemberita Firman Tuhan, baik pendeta, penginjil, dosen
theologia, guru agama, guru Sekolah Minggu, ataupun penginjil pribadi, harus
banyak berdoa untuk orang-orang yang mereka layani, karena tanpa itu tidak akan
ada buah pelayanan. Ini juga berlaku untuk pelayanan yang lain seperti koor /
paduan suara, vocal group, pengurus komisi, majelis, dan bahkan untuk pelayanan
yang sederhana seperti mengajak orang ke gereja. Apakah saudara berdoa untuk
orang-orang yang saudara layani?
b) ‘Lalu Ia
menengadah ke langit’.
KJV: ‘and lifted up his eyes to heaven’ (= dan
mengangkat mataNya ke surga).
· mengapa
Yesus menengadah ke langit / surga?
Bandingkan dengan kalimat pertama dari Doa Bapa Kami: ‘Bapa
kami yang di sorga’.
Sekalipun Allah itu maha ada / tak terbatas tempat, tetapi surga adalah tempat
dimana Ia paling hadir / menyatakan diriNya dengan paling mulia (Poole, hal
367). Bandingkan dengan Maz 123:1-2 - “KepadaMu
aku melayangkan mataku, ya Engkau yang bersemayam di sorga. Lihat,
seperti mata para hamba laki-laki memandang kepada tangan tuannya, seperti mata
hamba perempuan memandang kepada tangan nyonyanya, demikianlah mata kita
memandang kepada TUHAN, Allah kita, sampai Ia mengasihani kita”.
Calvin: “He
looked towards heaven, not as if God’s presence were confined to heaven, for
he filleth also the earth, (Jer. 23:24,) but because it is there chiefly that
his majesty is displayed. Another reason was, that by looking towards heaven, we
are reminded that the majesty of God is far exalted above all creatures”
[= Ia memandang ke surga, bukan seakan-akan kehadiran Allah dibatasi di surga,
karena Ia juga memenuhi bumi (Yer 23:24), tetapi karena di sanalah keagunganNya
ditunjukkan secara terutama. Alasan yang lain adalah bahwa dengan memandang ke
surga, kita diingatkan bahwa keagungan dari Allah jauh ditinggikan di atas semua
ciptaan] - hal 163.
Calvin juga menambahkan bahwa orang berdoa dengan tangan terangkat,
tujuannya juga sama dengan ini.
· Tetapi
bagaimanapun, sikap / posisi tubuh seperti ini (menengadah ke langit) bukanlah
suatu keharusan, dan ini terlihat dari:
¨
pada kesempatan yang lain
Yesus berdoa dengan bersujud (Mat 39:26) atau merebahkan diri ke tanah
(Mark 14:35).
Mat 39:26 (KJV): ‘fell on his face’ (= jatuh pada
mukaNya).
¨
pemungut cukai dalam
perumpamaan Yesus tentang 2 orang yang pergi ke Bait Allah untuk berdoa, tidak
berani menengadah ke langit (Luk 18:13), tetapi doanya dikabulkan oleh
Allah. Tetapi Calvin membandingkan sikap Yesus dalam doa dengan sikap pemungut
cukai dalam Luk 18:13, dan mengatakan:
“But it
was proper that Christ should pray in a different manner, for he had nothing
about him of which he ought to be ashamed; and it is certain that David himself
prayed sometimes in one attitude, and sometimes in another, according to the
circumstances in which he was placed” (=
Tetapi adalah benar bahwa Kristus berdoa dengan cara yang berbeda, karena Ia
tidak mempunyai apapun tentang diriNya tentang mana Ia harus merasa malu; dan
adalah pasti bahwa Daud sendiri kadang-kadang berdoa dengan sikap tertentu, dan
kadang-kadang dengan sikap yang lain, sesuai dengan keadaan dalam mana Ia
diletakkan) - hal 164.
· Yang
terpenting dalam berdoa bukanlah posisi tubuh secara lahiriah, tetapi sikap
hati! Matthew Poole menganggap bahwa posisi tubuh secara lahiriah tidak harus
mengikuti sikap hati, tetapi Calvin berpendapat sebaliknya.
Matthew Poole:
“The lifting up of the soul to God,
wherein the main and spiritual part of prayer lies, doth not necessarily require
the lifting up of the eyes” (= Mengangkat
jiwa kepada Allah, dalam mana bagian yang utama dan rohani dari doa terletak,
tidak mengharuskan kita untuk mengangkat mata / menengadah)
- hal 367.
Calvin: “if
we desire actually to imitate Christ, we must take care that outward gestures do
not express more than is in our mind, but that the inward feeling shall direct
the eyes, the hands, the tongue, and every thing about us”
(= jika kita ingin betul-betul meniru Kristus, kita harus berhati-hati supaya
sikap lahiriah tidak menyatakan lebih dari pada yang ada dalam pikiran, tetapi
bahwa perasaan di dalam akan mengarahkan mata, tangan, lidah, dan segala sesuatu
tentang kita) - hal 164.
3)
‘Bapa, telah tiba saatnya’.
a)
Yang Ia maksudkan adalah saat untuk mati.
Matthew Poole:
“that is, the hour of my passion, the
time wherein thou hast determined that I should die”
(= yaitu, saat penderitaanKu, saat dimana Engkau telah menentukan bahwa Aku
harus mati) - hal 367.
b)
Ini menunjukkan bahwa setiap hal dalam kehidupan Yesus, bahkan setiap peristiwa
dalam sejarah, telah ditetapkan saatnya.
William Hendriksen: “The expression, ‘The
hour has arrived’ shows once more that Jesus is conscious of the fact that for
every event in the mighty drama of redemption (yes and for every event that ever
takes place in history) there is a stipulated moment in the eternal decree”
[= Ungkapan ‘telah tiba saatnya’ menunjukkan sekali lagi bahwa Yesus sadar
akan fakta bahwa untuk setiap peristiwa dalam drama penebusan yang hebat itu (ya
dan untuk setiap peristiwa yang pernah terjadi dalam sejarah) ada saat yang
ditetapkan dalam ketetapan kekal]
- hal 348.
4)
‘permuliakanlah AnakMu, supaya AnakMu
mempermuliakan Engkau’.
a) ‘permuliakanlah
AnakMu’.
· Poole
(hal 367) beranggapan bahwa di sini Yesus meminta Bapa memuliakan diriNya dengan
cara membangkitkanNya dari kematian, lalu menaikkanNya ke surga, atau dengan
menolongNya untuk bisa meminum cawan murka Allah.
· F.
F. Bruce (hal 329) mengatakan bahwa berbeda dengan banyak orang lain, Yesus
mencari kemuliaan / hormat hanya dari Allah.
Bandingkan dengan:
* Yoh
5:44 - “Bagaimanakah kamu dapat percaya,
kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat
yang datang dari Allah yang Esa?”.
*
Yoh 5:41 - “Aku
tidak memerlukan hormat dari manusia”.
· Sekalipun
kemuliaan Anak jelas merupakan ketetapan Allah, tetapi Kristus tetap berdoa
untuk hal itu.
Calvin: “the
object of Christ’s prayer, that his death may produce, through the power of
the Heavenly Spirit, such fruit as had been decreed by the eternal purpose of
God; for he says that the hour is come, not an hour which is determined by the
fancy of men, but an hour which God had appointed. And yet the prayer is not
superfluous, because, while Christ depends on the good pleasure of God, he knows
that he ought to desire what God promised would certainly take place. True, God
will do whatever he has decreed, not only though the whole world were asleep,
but though it were opposed to him; but it is our duty to ask from him whatever
he has promised, because the end and use of promises is to excite us to
prayer” (= tujuan doa Kristus adalah
supaya kematianNya bisa menghasilkan, melalui kuasa dari Roh surgawi, buah
sedemikian rupa seperti yang telah ditetapkan oleh rencana kekal Allah; karena
Ia berkata bahwa ‘saatnya telah tiba’, bukan saat yang ditentukan oleh
kesukaan manusia, tetapi saat yang telah ditetapkan oleh Allah. Dan doa itu
tidaklah berlebihan / tak berguna, karena sementara Kristus bergantung pada
kerelaan kehendak Allah, Ia tahu bahwa Ia harus menginginkan apa yang Allah
janjikan pasti akan terjadi. Memang benar, Allah akan melakukan apapun yang
telah Ia tetapkan, bukan hanya sekalipun seluruh dunia tidur, tetapi juga
sekalipun seluruh dunia menentangNya; tetapi merupakan kewajiban kita untuk
meminta dari Dia apapun yang Ia janjikan, karena tujuan dan kegunaan dari
janji-janji adalah untuk menggerakkan kita untuk berdoa)
- hal 164-165.
Dari kata-kata ini terlihat bahwa sekalipun Calvin mempercayai
kedaulatan / penetapan Allah, tetapi ia tidak pernah menganjurkan atau
membenarkan sikap apatis / pasif, tetapi sebaliknya ia tetap menekankan tanggung
jawab manusia.
Penerapan:
* sekalipun
kita tahu bahwa setan sudah ditetapkan untuk dihukum (Mat 8:29 Yudas
6), tetapi kita tetap harus berjuang melawannya dan berdoa untuk menentang
segala pekerjaannya.
* sekalipun
Allah berjanji mencukupi kebutuhan hidup kita (Mat 6:25-34) tetapi kita tetap
wajib berdoa untuk itu (Mat 6:11).
* sekalipun
kita tahu bahwa kita tidak bisa kehilangan keselamatan kita (Yoh 10:27-29), kita
tetap harus berjuang dengan takut dan gentar (Fil 2:12).
b) ‘supaya AnakMu
mempermuliakan Engkau’.
· dari
kalimat ini terlihat bahwa kalimat sebelumnya tidak menunjukkan suatu keegoisan
dalam diri Yesus.
William Hendriksen: “When Jesus adds,
‘that the Son may glorify thee,’ he shows that his prayer is not a selfish
prayer. Jesus wants to be glorified in order that by means of this glory he may
glorify the Father” (= Pada waktu Yesus
menambahkan: ‘supaya AnakMu mempermuliakan Engkau’, Ia menunjukkan bahwa
doaNya bukanlah merupakan doa yang egois. Yesus menginginkan untuk dipermuliakan
supaya melalui kemuliaanNya Ia bisa mempermuliakan Bapa)
- hal 349.
Penerapan:
Kita boleh saja berdoa supaya mendapatkan penghasilan yang lebih
besar, jabatan yang lebih tinggi, gelar yang lebih hebat, selama kita tidak
meminta hal-hal itu semata-mata demi kemuliaan diri kita sendiri, tetapi kita
ingin supaya melalui semua itu kita bisa lebih memuliakan Allah. Ingat bahwa
‘memuliakan Allah’ harus menjadi tujuan hidup setiap orang (1Kor 10:31).
· ada
hubungan timbal balik antara kemuliaan Yesus dan kemuliaan Bapa.
Dari kata-kata ‘permuliakanlah
AnakMu, supaya AnakMu mempermuliakan Engkau’, terlihat adanya hubungan timbal balik antara pemuliaan Anak
dan pemuliaan Bapa. Karena itu kalau Kristus dimuliakan, itu bukannya
mengecilkan kemuliaan Bapa, tetapi sebaliknya juga memuliakan Bapa.
Ay 2: “Sama seperti Engkau
telah memberikan kepadaNya kuasa atas segala yang hidup, demikian pula Ia akan
memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah Engkau berikan kepadaNya”.
1)
‘Sama seperti Engkau telah memberikan
kepadaNya kuasa atas segala yang hidup’.
Ini mencakup semua orang, dan bukan hanya orang-orang yang percaya
atau orang-orang pilihan. Yesus memang berkuasa atas segala sesuatu dan atas
semua orang, bahkan yang tidak percaya, dan yang ditetapkan untuk binasa (reprobate).
2)
‘demikian pula Ia akan memberikan hidup
yang kekal kepada semua yang telah Engkau berikan kepadaNya’.
Berbeda dengan kalimat di atas, maka kalimat ini hanya mencakup
orang pilihan.
William Hendriksen: “Jesus is thinking of
all those who have been given to him in the eternal decree of election”
(= Yesus sedang memikirkan semua mereka yang telah diberikan kepadaNya dalam
ketetapan pemilihan yang kekal)
- hal 350.
Calvin: “it
is not the office of Christ to give life to all, but only to the elect whom the
Father has committed to his protection”
(= bukanlah tugas Kristus untuk memberikan kehidupan kepada semua orang, tetapi
hanya kepada orang-orang pilihan yang telah dipercayakan / diserahkan oleh Bapa
kepada perlindunganNya) -
hal 168.
3)
Seluruh kalimat ini mengkontraskan ‘semua
orang’ (ay 2a) dengan ‘orang-orang
pilihan’ (ay 2b).
Calvin: “So
then, the kingdom of Christ extends, no doubt, to all men; but it brings
salvation to none but the elect” (= Jadi,
tak diragukan lagi bahwa kerajaan Kristus menjangkau semua orang; tetapi itu
membawa keselamatan tidak kepada siapapun selain orang-orang pilihan) - hal 165-166.
Barnes’ Notes:
“God has a plan in all he does,
extending to men as well as to other objects. One part of his plan was that the
atonement of Christ should not be in vain. ... It is to be observed here that
the Saviour, in this prayer, makes an important distinction between ‘all
flesh,’ and those who were ‘given him.’ He has power over all. He can
control, direct, restrain them. Wicked men are so far under his universal
dominion, and so far restrained by his power, that they shall not be able to
prevent his bestowing redemption on those who were given him, i.e., all who will
believe on him” (= Allah mempunyai suatu
rencana dalam semua yang Ia lakukan, dan rencana ini menjangkau manusia maupun
hal-hal yang lain. Sebagian dari rencanaNya adalah bahwa penebusan Kristus tidak
boleh menjadi sia-sia. ... Harus diperhatikan di sini bahwa sang Juruselamat,
dalam doa ini, membuat suatu pembedaan yang penting antara ‘semua manusia’
dan mereka yang ‘diberikan kepadaNya’. Ia mempunyai kuasa atas semua. Ia
bisa mengontrol, mengarahkan, mengekang mereka. Orang-orang jahat berada di
bawah kuasa universalNya sedemikian rupa, dan dikekang oleh kuasaNya sedemikian
rupa, sehingga mereka tidak akan bisa mencegahNya untuk memberikan penebusanNya
kepada mereka yang diberikan kepadaNya, yaitu semua orang yang akan percaya
kepadaNya) - hal 345.
Ay 3: ‘Inilah hidup yang
kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar,
dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus’.
1)
Kata ‘mengenal’ sebetulnya adalah ‘tahu’
/ ‘mengetahui’.
Jadi ayat ini menunjukkan betapa pentingnya ‘pengetahuan
rohani’ yang benar tentang Allah / Yesus Kristus. Bandingkan dengan:
· Yer 4:22
- “Sungguh, bodohlah umatKu itu, mereka
tidak mengenal Aku! Mereka adalah anak-anak tolol, dan tidak mempunyai
pengertian! Mereka pintar untuk berbuat jahat, tetapi untuk berbuat baik mereka
tidak tahu”.
· Hos 4:6
- “UmatKu binasa karena tidak mengenal
Allah; karena engkaulah yang menolak pengenalan itu maka Aku menolak engkau
menjadi imamKu; dan karena engkau melupakan pengajaran Allahmu, maka Aku juga
akan melupakan anak-anakmu”.
· Mat 22:29
- “Yesus menjawab mereka: ‘Kamu sesat,
sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah!”.
· Fil 3:7-11
- “Tetapi apa yang dahulu merupakan
keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu
kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia
dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan
menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia bukan
dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan
kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah
anugerahkan berdasarkan kepercayaan. Yang kukehendaki ialah mengenal Dia
dan kuasa kebangkitanNya dan persekutuan dalam penderitaanNya, di mana aku
menjadi serupa dengan Dia dalam kematianNya, supaya aku akhirnya beroleh
kebangkitan dari antara orang mati”.
Tetapi perlu dicamkan, bahwa pengetahuan yang memberikan hidup yang
kekal itu bukanlah sekedar pengetahuan intelektual, tetapi disertai dengan iman
dan kasih. Karena itu Kitab Suci Indonesia menterjemahkan dengan kata ‘mengenal’.
2)
Ayat ini tidak berarti bahwa kita harus mengikuti urut-urutannya yaitu mengenal
Allah dulu dan baru setelah itu mengenal Yesus Kristus.
Calvin: “The
reason why he says this is, that there is no other way in which God is known but
in the face of Jesus Christ, who is the bright and lively image of Him. As to
his placing the Father first, this does not refer to the order of faith, as if
our minds, after having known God, afterwards descend to Christ; but the meaning
is, that it is by the intervention of a Mediator that God is known”
(= Alasan mengapa Ia mengatakan hal ini adalah bahwa tidak ada jalan dalam mana
Allah dikenal kecuali dalam wajah dari Yesus Kristus, yang adalah gambarNya yang
terang dan hidup. Bahwa Bapa ditempatkan di tempat pertama, ini tidak menunjuk
pada urut-urutan iman, seakan-akan pikiran kita, setelah mengenal Allah, setelah
itu turun kepada Kristus; tetapi artinya adalah: bahwa oleh campur tangan
seorang Pengantaralah Allah dikenal) - hal 166.
3)
‘satu-satunya Allah yang benar’.
Adam Clarke:
“What is said here of the only true God
seems said in opposition to the gods whom the heathens worshipped; not in
opposition to Jesus Christ himself, who is called the true God by John, in 1
Epist. 5:20.” (= Apa yang dikatakan di
sini tentang satu-satunya Allah yang benar kelihatannya dikatakan untuk
mengkontraskan dengan allah-allah / dewa-dewa yang disembah oleh orang-orang
kafir; bukan untuk mengkontraskan dengan Yesus Kristus sendiri, yang disebut
‘Allah yang benar’ oleh Yohanes dan 1Yoh 5:20) - hal 637.
1Yoh 5:20 - “Akan tetapi kita
tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada
kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di
dalam AnakNya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup
yang kekal”.
Ay 4: “Aku telah
mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau
berikan kepadaKu untuk melakukannya”.
1)
Yesus menyelesaikan tugas / pekerjaanNya.
Calvin: “Nor
does he speak only of the office of teaching, but includes also the other parts
of his ministry; for, though the chief part of it still remained to be
accomplished, namely, the sacrifice of death, by which he was to take away the
iniquities of us all, yet, as the hour of his death was already at hand, he
speaks as if he had already endured it”
(= Ia tidak berbicara hanya tentang tugas pengajaranNya, tetapi juga mencakup
bagian-bagian lain dari pelayananNya; karena, sekalipun bagian yang terutama
dari pelayananNya masih tetap belum tercapai / diselesaikan, yaitu korban
kematian, dengan mana Ia mengambil kejahatan-kejahatan kita semua, tetapi karena
saat kematianNya sudah dekat, Ia berbicara seakan-akan Ia telah mengalamiNya) - hal 168.
Saya berpendapat bahwa kata-kata Calvin ini juga berlaku untuk
kata-kata ‘sudah selesai’
(Yoh 19:30) di atas kayu salib, yang Ia ucapkan sebelum Ia mengalami kematian.
2)
Dengan menyelesaikan tugas / pekerjaanNya itu Yesus memuliakan Allah.
Setiap orang kristen / anak Tuhan juga mempunyai tugas yang Allah
ingin mereka lakukan.
Ef 2:10 - “Karena kita ini
buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik,
yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya”.
Kita harus meniru Kristus dengan memuliakan Allah melalui
penyelesaian tugas kita tersebut.
Ay 5: “Oleh sebab itu, ya
Bapa, permuliakanlah Aku padaMu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di
hadiratMu sebelum dunia ada”.
1)
Sebelum dunia ada / diciptakan, Kristus sudah memiliki kemuliaan.
a) Ini menunjukkan bahwa Kristus itu kekal dan Ia
adalah Allah sendiri.
Matthew Poole:
“Christ was glorified with his Father
before the world was, which he could not have been if he had not been eternal
God” (= Kristus dipermuliakan dengan
BapaNya sebelum dunia ada, dan ini tidak mungkin bisa terjadi seandainya Ia
bukanlah Allah yang kekal)
- hal 368.
b)
Selain menunjukkan kekekalan Kristus, ini juga menunjukkan perbedaan antara
pribadi Bapa dan Anak.
Calvin: “This
is a remarkable passage, which teaches us that Christ is not a God who has been
newly contrived, or who has existed only for a time; for if his glory was
eternal, himself also has always been. Besides, a manifest distinction between
the person of Christ and the person of the Father is here expressed”
(= Ini merupakan text yang luar biasa, yang mengajar kita bahwa Kristus bukanlah
suatu Allah yang baru dibuat / ditemukan, atau yang ada hanya untuk suatu saat;
karena jika kemuliaanNya kekal, maka Ia sendiri juga selalu demikian. Disamping
itu, di sini dinyatakan suatu perbedaan yang jelas antara pribadi dari Kristus
dan pribadi dari Bapa) -
hal 169.
Ini sesuai dengan Pengakuan Iman Athanasius No 5: “Karena
pribadi dari Bapa adalah satu, dari Anak adalah pribadi yang lain, dan dari Roh
Kudus adalah pribadi yang lain”.
c)
Bandingkan pandangan tentang kekekalan Kristus ini dengan kata-kata Servetus,
yang pada tahun 1531 menerbitkan buku yang berjudul ‘Errors on the
Trinity’ [= Kesalahan-kesalahan pada (doktrin) Tritunggal], dimana ia
menyerang baik doktrin Allah Tritunggal, yang ia sebut sebagai monster berkepala
tiga, maupun keilahian kekal dari Kristus. Ia lalu dihukum mati dengan dibakar
karena kesesatannya.
Philip Schaff:
“In the last moment he is heard to
pray, in smoke and agony, with a loud voice: ‘Jesus Christ, thou Son of the
eternal God, have mercy upon me!’. This was at once a confession of his
faith and of his error. He could not be induced, says Farel, to confess that
Christ was the eternal Son of God”
(= Pada saat terakhir terdengar ia berdoa, dalam asap dan penderitaan yang
hebat, dengan suara keras: ‘Yesus Kristus, Engkau Anak dari Allah yang
kekal, kasihanilah aku!’. Ini sekaligus merupakan pengakuan imannya dan
kesalahannya. Ia tidak bisa dibujuk, kata Farel, untuk mengaku bahwa Kristus
adalah Anak yang kekal dari Allah)
- Philip Schaff, ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal
785.
2)
Calvin menganggap bahwa doa Kristus supaya diriNya dipermuliakan ini menunjuk
pada pemuliaan Kristus pada kedatanganNya yang keduakalinya (bdk. Fil 2:10).
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali