Eksposisi
Injil Yohanes
oleh:
Pdt. Budi Asali MDiv.
Yohanes 14:1-14
1)
‘Janganlah gelisah hatimu’.
Hendriksen mengatakan bahwa maksud dari ay 1a bukanlah:
‘janganlah mulai menjadi gelisah’, tetapi ‘berhentilah gelisah’,
atau ‘janganlah gelisah terus’. Leon Morris juga berpendapat demikian.
Nubuat bahwa Petrus akan menyangkal Yesus sebanyak 3 x, menunjukkan
akan adanya pencobaan yang hebat, dan ini membuat mereka gelisah. Disamping itu
Yesus juga menubuatkan bahwa Ia akan meninggalkan mereka, dan ke tempat Ia pergi
mereka tidak bisa menyusulNya (Yoh 13:31-33). Bagi para murid, yang telah
meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Yesus (Mat 4:20,22 Mat
19:27), berita itu tentu membuat mereka gelisah. Dan Yesus tahu bahwa dalam
beberapa jam lagi kegelisahan itu bahkan akan makin bertambah. Karena itu Ia
mengucapkan kata-kata ini.
Ini
menunjukkan bahwa dalam penderitaan, dimana kita tidak bisa melihat apapun
selain kegelapan, kita tetap tidak boleh gelisah, tetapi harus tetap percaya.
Calvin: “Christ
wished his disciples to remain brave and courageous, when they might think that
every thing was in the greatest confusion”
(= Kristus menginginkan murid-muridNya untuk tetap berani, pada waktu mereka
berpikir bahwa segala sesuatu ada dalam kekacauan yang terbesar) - hal 80.
William Barclay: “In a very short time
life for the disciples was going to fall in. Their world was going to collapse
in chaos around them. At such a time there was only one thing to do - stubbornly
to hold on to trust in God. ... There comes a time when we have to believe where
we cannot prove and to accept where we cannot understand. If, in the darkest
hour, we believe that somehow there is a purpose in life and that that purpose
is love, even the unbearable becomes bearable and even in the darkness there is
a glimmer of light” (= Sebentar lagi
hidup untuk para murid akan runtuh. Dunia mereka akan runtuh dalam kekacauan di
sekitar mereka. Pada saat seperti itu hanya ada satu hal yang harus dilakukan -
secara bandel terus percaya kepada Allah. ... Akan datang saat dimana kita harus
percaya pada saat kita tidak bisa membuktikan, dan menerima pada saat kita tidak
bisa mengerti. Jika, pada saat yang paling gelap, kita percaya bahwa
bagaimanapun juga ada suatu tujuan / rencana dalam hidup dan bahwa tujuan /
rencana itu adalah kasih, bahkan hal-hal yang tak tertahankan menjadi
tertahankan, dan bahkan dalam kegelapan ada cahaya yang redup / berkelap-kelip)
- hal 152-153.
William Hendriksen: “Jesus does not, in this
connection, fully explain why he must die on the cross, though there had been
some teaching along this line previously (10:11,14,28; Mark 10:45); neither was
a full explanation possible as yet (16:12). He demands abiding trust or faith in
God and in himself even then when mysteries multiply”
[= Sehubungan dengan ini, Yesus tidak menjelaskan secara penuh mengapa Ia harus
mati pada salib, sekalipun sebelum saat ini sudah ada ajaran tentang hal itu
(10:11,14,28; Mark 10:45); juga pada saat itu belum dimungkinkan penjelasan yang
sepenuhnya (16:12). Ia menuntut tindakan mempercayakan diri atau iman yang terus
menerus kepada Allah dan kepada diriNya sendiri, bahkan pada saat
misteri-misteri bertambah banyak]
- hal 264.
Bdk.
Ayub 13:15a - “Lihatlah, Ia hendak
membunuh aku, tak ada harapan bagiku”.
Ini salah terjemahan.
KJV:
‘Though he slay me, yet will I trust in him’ (= Sekalipun Ia membunuh
aku, tetapi aku akan percaya kepadaNya).
Penerapan:
Apakah
saudara sedang ada dalam problem yang besar dan banyak, kegelapan dan
kebingungan yang berlarut-larut? Janganlah gelisah, tetaplah percaya!
2)
Ay 1b: ‘percayalah kepada Allah,
percayalah juga kepadaKu”.
a) Terjemahan.
Kedua kata ‘percayalah’ dalam ay 1b ini, dalam bahasa
Yunaninya bisa diterjemahkan sebagai indicative / pernyataan (‘Kamu
percaya kepada Allah / Aku’) atau imperative / perintah (‘Percayalah
kepada Allah / Aku’).
KJV menterjemahkan yang pertama sebagai pernyataan, dan yang kedua
sebagai perintah.
KJV: ‘Ye believe in God, believe also in me’ (= Engkau
percaya kepada Allah, percaya jugalah kepadaKu).
Calvin mengatakan bahwa kalimat ini bisa diterjemahkan demikian,
dan ia memilih terjemahan ini.
Tetapi hampir semua penafsir mengatakan bahwa keduanya harus dalam imperative
/ perintah, seperti dalam terjemahan Kitab Suci Indonesia, RSV, NIV, NASB.
Mungkin penterjemah KJV dan Calvin berpikir bahwa para murid itu
tentu sudah percaya kepada Allah, dan sekarang Yesus menyuruh mereka juga
percaya kepadaNya.
Tetapi dalam Mark 11:22 murid-murid juga diperintahkan oleh
Yesus untuk percaya kepada Allah (yang ini pasti adalah perintah). Jadi kalau
dalam Yoh 14:1b ini bagian pertama juga diterjemahkan sebagai imperative
/ perintah, itu bisa dipertanggung-jawabkan.
b) Kita harus percaya kepada Allah dan kepada Kristus.
· Tidak
ada orang bisa beriman kepada salah satu saja!
Pulpit Commentary: “Such is the
relationship between God and Christ that faith in one involves faith in both.
Whether faith begins from the human or Divine side, it will find itself
embracing the Father and Son, or neither. Thus, when Christ appeared in our
world, those who had genuine faith in God readily believe in him, and those who
had not rejected him. Faith in the visible and incarnate Son was a test of faith
in the invisible and eternal Father” (=
Begitulah hubungan antara Allah dan Kristus sehingga iman kepada yang satu
melibatkan / menyebabkan iman kepada keduanya. Apakah iman mulai dari sisi
manusia atau ilahi, iman itu akan mendapati dirinya mencakup Bapa dan Anak, atau
tidak kedua-duanya. Demikianlah, ketika Kristus muncul dalam dunia kita, mereka
yang mempunyai iman yang sejati kepada Allah dengan rela / mudah percaya
kepadaNya, dan mereka yang tidak mempunyai iman yang sejati menolakNya. Iman
kepada Anak yang telah berinkarnasi dan yang kelihatan merupakan ujian iman
kepada Bapa yang tak kelihatan dan kekal) - hal 249.
· Ini
membuktikan bahwa Yesus adalah Allah.
Kitab Suci melarang kita untuk percaya kepada manusia, tetapi
menyuruh kita percaya hanya kepada Allah (bdk. Yes 31:1 Yer 17:5-8). Bahwa
di sini Yesus menyuruh murid-muridNya percaya kepadaNya, menunjukkan bahwa Ia
adalah Allah.
Thomas Whitelaw: “A mere man (if a good
man) would never have connected his name with God’s as Christ here does. Moses
never said, ‘Believe in God and believe in me.’”
[= Seseorang yang semata-mata adalah manusia (jika ia adalah orang yang baik)
tidak akan pernah menghubungkan namanya dengan nama Allah seperti yang Kristus
lakukan di sini. Musa tidak pernah berkata: ‘Percayalah kepada Allah dan
percayalah kepadaku.’]
- hal 302.
c) Percaya adalah kewajiban utama kita.
Pulpit Commentary: “There is a God, but not
to us but by faith. There is a Saviour, but not to us but by faith. Without love
we are nothing, and it is equally true that without faith we are nothing -
nothing to God and Christ; and they are nothing savingly to us, but by faith
they are ours. Hence the soul’s chief duty is to believe”
(= Di sana ada Allah, tetapi tidak bagi kita kecuali oleh iman. Di sana ada
Juruselamat, tetapi tidak bagi kita kecuali oleh iman. Tanpa kasih kita bukan
apa-apa, dan adalah sama benarnya bahwa tanpa iman kita bukan apa-apa - bukan
apa-apa bagi Allah dan Kristus; dan dalam persoalan penyelamatan Mereka bukan
apa-apa bagi kita, tetapi oleh iman Mereka adalah milik kita. Karena itu,
kewajiban utama kita adalah percaya)
- hal 249.
3)
Baik dalam ay 1a (janganlah gelisah) maupun ay 1b (percayalah),
digunakan present imperative (= kata perintah bentuk present),
yang menunjukkan bahwa Ia menghendaki supaya perintah ini ditaati terus menerus.
4)
Yesus sendiri mengalami kegelisahan / kekacauan hati, dan itu dinyatakan dalam
Yoh 11:33 12:27 13:21, dimana kata Yunani yang digunakan adalah
kata Yunani yang sama seperti dalam Yoh 14:1 ini. Lalu mengapa Ia melarang
para murid untuk gelisah, padahal Ia sendiri gelisah? Apakah Ia berdosa dengan
merasa gelisah?
Matthew Poole:
“Our Saviour himself was troubled, but
not sinfully; his trouble neither arose from unbelief, nor yet was in undue
measure; it was (as one well expresseth it) like the mere agitation of clear
water, where was no mud at the bottom: but our trouble is like the stirring of
water that hath a great deal of mud at the bottom, which upon the rolling,
riseth up, and maketh the whole body of the water in the vessel impure, roiled
and muddy” [= Juruselamat kita sendiri
gelisah, tetapi tidak dengan cara yang berdosa; kegelisahanNya tidak muncul dari
ketidakpercayaan, dan juga tidak dilakukan dalam takaran yang tidak semestinya;
itu adalah (seperti seseorang menyatakannya dengan benar / baik) seperti
pengadukan terhadap air bersih, dimana tidak ada lumpur di dasarnya: tetapi
kegelisahan kita adalah seperti pengadukan terhadap air yang mempunyai banyak
lumpur di dasarnya, yang karena pengadukan itu naik ke atas dan membuat seluruh
air dalam tempat itu kotor, keruh dan berlumpur]
- hal 353.
1)
Ay 2a: ‘Di rumah BapaKu banyak tempat
tinggal’.
‘Rumah Bapa’ jelas menunjuk pada ‘surga’; dan Yesus
mengatakan bahwa di surga ada ‘banyak tempat tinggal’.
a)
Ini tidak menunjukkan pada perbedaan tingkat kemuliaan, tetapi pada cukupnya
tempat di surga bagi semua orang percaya.
Clarke mengatakan bahwa ini menunjukkan adanya ‘various degree
of glory’ (= bermacam-macam tingkat kemuliaan). Tetapi Calvin dan
kebanyakan penafsir lain tidak setuju dengan penafsiran seperti itu, dan
mengatakan bahwa ini hanya menunjukkan bahwa tempat di surga itu cukup bagi
semua. Saya setuju dengan Calvin.
William Hendriksen: “The idea of variety,
degrees of glory, though true in itself, is foreign to the present context”
(= Gagasan tentang variasi / perbedaan, tingkat-tingkat kemuliaan, sekalipun itu
memang benar, merupakan sesuatu yang asing bagi kontext ini)
- hal 265.
Matthew Poole:
“And the mansions there are many; there
is room enough for all believers” (= Dan
di sana ada banyak tempat tinggal; ada cukup ruangan untuk semua orang percaya)
- hal 353.
Karena itu janganlah saudara tidak memberitakan Injil, dengan
pemikiran bahwa kalau terlalu banyak orang yang percaya kepada Yesus, nanti kita
akan berdesak-desakan di sorga! Kalau saudara banyak memberitakan Injil dan
menghasilkan banyak jiwa, paling banter kita akan berdesak-desakan di gereja,
tetapi tidak di surga!
b)
Ini menunjukkan bahwa surga dan neraka adalah suatu tempat / lokasi, bukan
sekedar suatu kondisi.
Dalam ay 2-3 versi Kitab Suci Indonesia, kata ‘tempat’ muncul 5
x, dan ini menunjukkan bahwa surga betul-betul merupakan suatu tempat (dan
konsekwensinya, demikian juga dengan neraka). Mengatakan bahwa surga dan neraka
bukanlah ‘suatu lokasi’ tetapi hanya ‘suatu kondisi’ menunjukkan suatu
kebodohan dan sikap tidak peduli pada Kitab Suci!
Pulpit Commentary: “Heaven is a definite
locality. Jesus is there in his glorified body”
(= Surga adalah suatu tempat tertentu. Yesus ada di sana dalam tubuhNya yang
telah dimuliakan) - hal 232.
Tentang ‘ascension’ / ‘kenaikan Kristus ke surga’,
Charles Hodge berkata sebagai berikut:
“It was
a local transfer of his person from one place to another; from earth to heaven.
Heaven is therefore a place” (= Itu
merupakan perpindahan tempat dari pribadiNya dari satu tempat ke tempat lain;
dari bumi ke surga. Karena itu, surga adalah suatu tempat)
- ‘Systematic Theology’, Vol II, hal 630.
Herman Hoeksema: “Heaven is a definite
place, and not merely a condition” (=
Surga adalah tempat yang tertentu, dan bukan semata-mata merupakan suatu kondisi
/ keadaan) - ‘Reformed
Dogmatics’, hal 422.
c) Ini menunjuk pada suatu tempat tinggal yang tetap.
Kata ‘tempat tinggal’ dalam bahasa Yunani adalah MONAI (bentuk
jamak), dan kata Yunani ini hanya muncul di sini dan dalam Yoh 14:23.
Thomas Whitelaw: “signifies places of
permanent rest” (= menunjukkan tempat
istirahat permanen) - hal
302.
Pulpit Commentary: “The settled life is
thought of rather than the wandering one. Jesus knew full well what a wandering
life his disciples would have, going into strange and distant countries. They
would have to travel as he himself had never travelled. The more they
apprehended the work to which they had been called, the more they would feel
bound to go from land to land, preaching the gospel while life lasted. To men
thus constantly on the move, the promise of a true resting-place was just the
promise they needed” (= Yang dipikirkan
adalah hidup yang menetap dan bukannya hidup yang mengembara. Yesus tahu
sepenuhnya kehidupan mengembara yang bagaimana yang akan dijalani oleh para
muridNya, pergi ke negara yang asing dan jauh. Mereka akan pergi ke tempat
dimana Ia sendiri tidak pernah pergi. Makin mereka memahami pekerjaan kemana
mereka dipanggil, makin mereka akan merasa bahwa mereka harus pergi dari satu
tempat ke tempat lain, memberitakan Injil sementara mereka masih hidup. Bagi
orang-orang yang terus bergerak seperti itu, janji tentang tempat istirahat yang
sejati adalah janji yang mereka butuhkan)
- hal 260.
2)
Ay 2b: ‘Sebab Aku pergi ke situ
untuk menyediakan tempat bagimu’.
a) Terjemahan.
NIV: ‘I am going there to prepare a place for you’
(= Aku sedang pergi ke sana untuk mempersiapkan tempat bagimu).
Sebetulnya kata ‘ke situ’ atau ‘there’ (= ke sana)
tidak ada.
NASB: ‘for I go to prepare a place for you’ (= karena
Aku pergi untuk mempersiapkan tempat bagimu).
Hal yang sama terjadi dengan ay 3a: ‘Dan
apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu’.
Sama seperti dalam ay 2b tadi, kata ‘ke situ’ sebetulnya tidak ada.
NIV/NASB: ‘And if I go and prepare a place for you’ (=
Dan jika aku pergi dan menyiapkan tempat bagimu).
b) Apa arti dari ‘pergi’?
Kalau dikatakan ‘pergi ke situ’ maka ini hanya bisa menunjuk
‘pergi ke surga’, tetapi kalau dikatakan ‘pergi’ maka ini bisa mencakup
lebih banyak arti.
Dalam kata ‘pergi’ dalam ay 2b,3a ini tercakup hal-hal
sebagai berikut: mati disalib untuk dosa-dosa kita, bangkit dari antara orang
mati, naik ke surga, duduk di kanan Allah, dan menjadi Pengantara / Pembela /
Jurusyafaat kita di surga.
c)
Matthew Poole: “the place was
prepared of old; those who shall be saved, were of old ordained unto life. That
kingdom was prepared for them before the foundation of the world; that is, in
the counsels and immutable purpose of God. These mansions for believers in
heaven were to be sprinkled with blood: the sprinkling of the tabernacle, and
all the vessels of the ministry, were typical of it; but the heavenly things
themselves with better sacrifices than these, saith the apostle, Heb. 9:21,23”
(= tempat ini disiapkan sejak dulu; mereka yang akan diselamatkan, sudah sejak
dulu ditentukan untuk hidup. Kerajaan itu disiapkan untuk mereka sebelum dunia
dijadikan; yaitu, dalam rencana Allah yang kekal. Tempat tinggal - tempat
tinggal untuk orang-orang percaya di surga ini harus diperciki dengan darah:
pemercikan terhadap kemah suci, dan semua alat-alat pelayanan / alat-alat untuk
ibadah merupakan TYPE dari itu; tetapi hal-hal / benda-benda surgawi itu sendiri
dengan persembahan / korban yang lebih baik dari ini, kata sang rasul, Ibr
9:21,23) - hal 353.
d)
Yesus pergi, demi murid-muridNya (dan juga demi kita yang percaya kepadaNya).
Salah satu penyebab kegelisahan para murid adalah perpisahan yang
akan terjadi antara mereka dengan Yesus. Karena itu Yesus lalu meng-ucapkan ay 2-3
ini, bukan hanya untuk menunjukkan bahwa perpisahan itu hanya bersifat
sementara, tetapi lebih dari itu bahwa perpisahan itu terjadi untuk kebaikan
mereka.
F. F. Bruce:
“They had been dismayed when he spoke
of going away; now they are assured that his going away is for their
advantage” (= Mereka telah merasa kecil
hati pada waktu Ia berkata bahwa Ia akan meninggalkan mereka; sekarang mereka
diyakinkan bahwa kepergianNya adalah untuk keuntungan mereka) - hal 297.
Ada banyak hal-hal yang mengecewakan kita tetapi kalau kita memang
anak Allah, semua pasti diatur Allah untuk kebaikan kita (Ro 8:28).
3)
Ay 3b: ‘Aku akan datang kembali’.
Calvin: Ini tidak menunjuk pada turunnya Roh Kudus pada hari
Pentakosta, tetapi menunjuk pada kedatangan Kristus yang keduakalinya.
Calvin: “This
place is said to be prepared for the day of the resurrection”
(= Dikatakan bahwa tempat ini disiapkan untuk hari kebangkitan) - hal 82.
Hendriksen mempunyai pandangan yang sama dengan Calvin, tetapi
Pulpit Commentary mengatakan bahwa ini tidak menunjuk pada Pentakosta,
pertobatan, hari penghakiman, tetapi menunjuk pada kematian setiap murid (hal
232).
Ada juga orang yang menggabungkan kedua pandangan di atas.
Thomas Whitelaw: “first at the death of
the believer ... and finally at the last day” (= Pertama-tama pada saat kematian orang percaya ... dan akhirnya pada
hari terakhir) - hal 303.
4)
Ay 3c: ‘membawa kamu ke tempatKu’.
Ini salah terjemahan.
NASB: ‘receive you to Myself’ (= menerimamu kepadaKu
sendiri).
NIV: ‘take you to be with me’ (= membawamu untuk
bersamaKu).
RSV: ‘take you to myself’ (= membawamu kepadaKu
sendiri).
KJV: ‘receive you unto myself’ (= menerimamu kepadaKu
sendiri).
Hendriksen: ‘I will take you to be face to face with me’
(= Aku akan membawamu untuk berhadapan muka dengan Aku ).
Ini terjemahan hurufiah, karena di sini digunakan kata Yunani PROS,
yang juga digunakan dalam Yoh 1:1 dan 1Yoh 1:2 (diterjemahkan ‘bersama-sama
dengan’).
Ini masih disambung lagi dengan ay 3d: ‘supaya
di tempat dimana Aku berada, kamupun berada’.
Bandingkan ini dengan Yoh 17:24 - “Ya
Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama
dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepadaKu, agar mereka memandang
kemuliaanKu yang telah Engkau berikan kepadaKu, sebab Engkau telah mengasihi Aku
sebelum dunia dijadikan”.
William Hendriksen: “So wonderful is
Christ’s love for his own that he is not satisfied with the idea of merely
bringing them to heaven. He must needs take them into his own embrace”
(= Begitu ajaibnya kasih Kristus untuk milikNya sehingga Ia tidak puas dengan
gagasan tentang sekedar membawa mereka ke surga. Ia harus membawa mereka ke
dalam pelukanNya sendiri) - hal 265-266.
John G. Mitchell: “the important thing is
not heaven. The important thing is being with Him”
(= hal yang penting bukanlah surga. Hal yang penting adalah ber-sama dengan Dia) - hal 268.
Penerapan:
Tuhan mementingkan persekutuan / kebersamaan dengan saudara yang
adalah orang percaya. Apakah saudara juga mementingkan persekutuan dengan Tuhan?
· Apakah
saudara menganggap mati sebagai suatu keuntungan (bdk. Fil 1:21) karena dengan
demikian saudara akan masuk surga atau karena saudara akan bersama dengan
Kristus (bdk. Fil 1:23 - ‘aku ingin pergi
dan diam bersama-sama dengan Kristus’)?
· Apakah
dalam berbakti saudara hanya ‘pergi ke gereja’ atau ‘bersekutu dengan
Tuhan’?
· Pada
waktu bersaat teduh, apakah saudara melakukan sekedar sebagai tradisi, atau
karena ingin bersekutu dengan Tuhan?
· Apakah
pada waktu berdoa saudara hanya sekedar ‘meminta sesuatu / meminta terhindar
dari sesuatu’ atau ‘ingin bersekutu dengan Tuhan’?
John Henry Jowett mengomentari 1Sam 4:1-11 (tentang Israel
yang berperang melawan Filistin dengan membawa dan mengandalkan tabut
perjanjian) dengan komentar sebagai berikut:
“They
were making more of the ark than of the Lord. Their religion was degenerating
into superstition. I become superstitious whenever the means of worship were
permitted to eclipse the Object of worship. ... It can be so with prayer. I may
use prayer as a magic minister to protect myself from evasive ills. I do not
pray because I desire fellowship with the Father, but because I should not feel
safe without it. ... So let mine eyes be ever ‘unto the Lord!’ Let me not be
satisfied with the ark, but let me seek Him whose name is holy and whose nature
is love” (= Mereka lebih mementingkan
tabut dari pada Tuhan. Agama mereka merosot kepada tahyul. Saya menjadi orang
yang percaya tahyul pada saat cara penyembahan / ibadah diijinkan untuk
memudarkan obyek penyembahan / ibadah. ... Hal seperti itu bisa terjadi dengan
doa. Saya bisa menggunakan doa sebagai alat / pelayan magic untuk melindungi
diriku dari hal-hal yang ingin saya hindari. Saya tidak berdoa karena saya
menginginkan persekutuan dengan Allah, tetapi karena aku tidak merasa aman tanpa
doa. ... Jadi biarlah mata saya selalu diarahkan kepada Tuhan! Biarlah saya
tidak puas dengan tabut, tetapi biarlah saya mencari Dia yang namaNya adalah
kudus dan yang sifatNya adalah kasih) - ‘Springs of Living Water’, April 14.
5)
Ay 3 yang menunjukkan bahwa Yesus pergi (termasuk pergi ke surga) untuk
menyiapkan tempat tinggal bagi kita ini harus dibandingkan dengan Ibr 6:20,
dimana Yesus disebut sebagai ‘Perintis’.
KJV/RSV/NASB: ‘forerunner’ (= pelopor).
Kata Yunaninya adalah PRODROMOS, dan hanya muncul 1 x dalam
Perjanjian Baru.
William Barclay: “There are two uses of
this word which light up the picture within it. In the Roman army the prodromoi
were the reconnaissance troops. They went ahead of the main body of the army to
blaze the trail and to ensure that it was safe for the rest of the troops to
follow. The harbour of Alexandria was very difficult to approach. When the great
corn ships came into it a little pilot boat was sent out to guide them along the
channel into safe waters. That pilot boat was called the prodromos.
It went first to make it safe for others to follow. That is what Jesus did. He
blazed the way to heaven and to God that we might follow in his steps”
(= Ada 2 penggunaan dari kata ini yang menjelaskan hal ini. Dalam tentara Romawi
PRODROMOI adalah pasukan pengintaian. Mereka berjalan di depan pasukan utama
dari tentara itu untuk membuka jalan dan memastikan keamanan dari sisa pasukan
untuk mengikuti mereka. Pelabuhan Alexandria adalah tempat yang sukar di dekati.
Pada saat kapal jagung / gandum yang besar datang kepadanya, sebuah perahu
pembimbing yang kecil dikeluarkan untuk memimpin mereka di sepanjang jalan
kepada air / tempat yang aman. Perahu pembimbing itu disebut PRODROMOS. Perahu
itu berangkat dulu untuk membuat yang lain bisa mengikutinya dengan aman. Itulah
yang Yesus lakukan. Ia membuka jalan ke surga dan kepada Allah sehingga kita
mengikuti langkah-langkahNya)
- hal 155.
Catatan: prodromoi
adalah bentuk jamak dari prodromos.
6)
‘Akan masuk surga bersama Yesus’ adalah penghiburan bagi kita pada saat kita
menderita.
Ay 2-3 ini harus direnungkan kalau kita ada dalam penderitaan
/ kesusahan, problem. Sekalipun sekarang kita menderita, tetapi nanti kita akan
bersama dengan Yesus di surga!
Ro 8:18 - “Sebab aku
yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan
kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita”.
2Kor 4:17 - “Sebab
penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang
melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami”.
1)
Ini menunjukkan kejujuran Tomas, seperti yang juga terlihat dalam Yoh 20:25. Dia
tidak mau berpura-pura percaya atau berpura-pura tahu.
Mungkin ia berpikir: ‘Tadi Engkau sendiri mengatakan bahwa ke
tempat dimana Engkau akan pergi, kami tidak bisa datang (13:33); lalu bagaimana
mungkin Engkau sekarang berkata bahwa kami tahu jalan ke sana?’.
William Barclay: “There was one among
them who could never say that he understood what he did not understand, and that
was Thomas. He was far too honest and far too much in earnest to be satisfied
with any vague pious expressions. Thomas had to be sure. So he expressed his
doubts and his failure to understand, and the wonderful thing is that it was the
question of a doubting man which provoked one of the greatest things Jesus ever
said. No one need be ashamed of his doubts; for it is amazingly true that he who
seeks will in the end find” (= Ada satu
di antara mereka yang tidak pernah bisa berkata bahwa ia tahu / mengerti apa
yang ia tidak tahu / mengerti, dan itu adalah Tomas. Ia terlalu jujur dan
terlalu bersungguh-sungguh untuk dipuaskan dengan pernyataan-pernyataan saleh
yang kabur. Tomas harus yakin. Jadi ia menyatakan keraguannya dan kegagalannya
untuk tahu / mengerti, dan hal yang sangat bagus adalah bahwa pertanyaan dari
seseorang yang ragu-ragulah yang menimbulkan salah satu hal terbesar yang pernah
diucapkan oleh Yesus. Tak seorangpun perlu malu tentang keraguannya; karena
merupakan sesuatu yang benar bahwa ia yang mencari pada akhirnya akan
mendapatkan / menemukan)
- hal 156-157.
2)
Kalau demikian, apakah kata-kata Yesus dalam ay 4 tadi salah? Ia berkata
‘kamu tahu’ padahal Tomas tidak tahu. Untuk menjawab ini, ada yang
menafsirkan:
· Dalam
ay 4, Yesus memaksudkan: ‘Kamu seharusnya tahu’.
· Mereka
(para murid) memang mempunyai pengetahuan, tetapi agak kabur / tidak pasti.
1)
Ini adalah kalimat ke 6 menggunakan ‘I AM’.
2)
‘Akulah jalan ... Tidak ada seorangpun
yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’.
a)
Kata-kata ‘Akulah jalan’ menyebabkan dalam Kitab Kisah Para Rasul kekristenan sering
disebut dengan istilah ‘jalan’
(Bdk. Kis 9:2 19:9,23 24:14,22). Bdk. juga dengan Ibr 10:20 - “karena
Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu
diriNya sendiri”.
b)
William Hendriksen: “‘I am the
way.’ Jesus does not merely show the way; he is himself the way. It is true
that he teaches the way (Mark 12:14; Luke 20:21), guides us in the way (Luke
1:79), and has dedicated for us a new and living way (Heb. 10:20); but all this
is possible only because he is himself the way”
[= ‘Aku adalah jalan’. Yesus tidak semata-mata menunjukkan jalan itu; Ia
sendiri adalah jalan itu. Adalah benar bahwa Ia mengajarkan jalan itu (Mark
12:14; Luk 20:21), memimpin kita di dalam jalan itu (Luk 1:79), dan telah
memberikan kita jalan yang baru dan hidup (Ibr 10:20); tetapi semua ini
memungkinkan hanya karena Ia sendiri adalah jalan itu]
- hal 267.
Dalam hal ini Yesus berbeda dengan semua pendiri agama lain. Mereka
paling-paling bisa menunjukkan jalan, tetapi mereka tidak pernah mengatakan:
‘Akulah jalan’.
Dan pada waktu mereka menunjukkan jalan, kita perlu mengingat
kata-kata Kitab Suci: “Ada jalan yang
disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut” (Amsal 14:12).
c)
Ini menunjukkan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga.
Yoh 14:6 ini hanya mempunyai 3 kemungkinan:
1.
Kitab Sucinya salah. Yesus sebetulnya tidak pernah mengucapkan kata-kata ini.
2.
Kitab Sucinya benar. Yesus memang mengucapkan kata-kata ini, tetapi pada saat
Yesus mengucapkan kata-kata ini, Ia tidak mengucapkan kebenaran. Dengan kata
lain Yesus berdusta!
3.
Kitab Sucinya benar dan Yesusnya tidak berdusta. Jadi Ia memang adalah
satu-satunya jalan ke surga.
Kalau saudara menerima salah satu dari 2 kemungkinan pertama, maka
saudara seharusnya berhenti jadi orang kristen. Adalah kegilaan kalau seseorang
tetap menjadi orang kristen padahal ia percaya Kitab Sucinya salah atau Yesusnya
berdusta! Kalau saudara menolak 2 kemungkinan pertama itu, maka hanya
kemungkinan terakhirlah yang menjadi pilihan saudara! Yesus adalah satu-satunya
jalan ke surga!
Ayat ini jelas menentang:
a.
Universalisme, yaitu pandangan yang mengatakan bahwa pada akhirnya semua orang
akan masuk surga.
b.
Pandangan yang mengatakan bahwa orang yang beragama lain tetap bisa masuk surga
sekalipun tidak percaya kepada Yesus.
Berdasarkan ayat ini kita harus menyimpulkan bahwa bagaimanapun
baiknya hidup seseorang, dan agama apapun yang ia anut, kalau ia tidak mempunyai
Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka ia tetap akan pergi ke neraka.
Mengapa? Karena ia tetap adalah orang berdosa, sehingga tanpa Penebus /
Juruselamat dosa maka ia harus membayar sendiri hutang dosanya di dalam neraka.
Beberapa komentar tentang Yesus sebagai satu-satunya jalan:
· Barnes’
Notes: “To
come to the Father is to obtain his favour, to have access to his throne by
prayer, and finally to enter his kingdom. No man can obtain any of these except
by the merits of the Lord Jesus Christ. By coming by him is meant coming in his
name, and depending on his merits. ... We are sinful, and it is only by his
merits that we can be pardoned. ... God has appointed him as the Mediator, and
has ordained that all blessings shall descend to this world through him”
(= Datang kepada Bapa adalah mendapatkan perkenanNya, mendapatkan jalan masuk ke
tahtaNya melalui doa, dan akhirnya memasuki kerajaanNya. Tidak seorangpun bisa
mendapatkan hal-hal ini kecuali oleh jasa Tuhan Yesus Kristus. Yang dimaksud
dengan datang melaluiNya adalah datang dalam namaNya, dan bergantung / bersandar
pada jasaNya. ... Kita adalah orang berdosa dan hanya oleh jasaNya kita bisa
diampuni. ... Allah telah menetapkanNya sebagai Pengantara, dan telah menentukan
bahwa semua berkat akan turun kepada dunia ini melalui Dia)
- hal 333.
Catatan:
Jelas bahwa yang ditekankan dalam Yoh 14:6 ini adalah persoalan masuk
surga, karena kontex (ay 2-4) membicarakan rumah Bapa / surga. Jadi bagian
secara jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga (bdk.
Kis 4:12 1Yoh 5:11-12). Siapapun yang menafsirkan bahwa bagian ini tidak
menunjukkan bahwa orang beragama lain tidak bisa masuk surga, adalah orang
kurang ajar / nabi palsu, yang telah memutar-balikkan Kitab Suci (bdk. 2Pet 3:16).
Contoh: orang-orang Liberal mengatakan bahwa Yoh 14:6 ini hanya berlaku
untuk orang kristen. Ini membuat kata-kata Yesus ini menjadi tidak ada
artinya / kehilangan maknanya sama sekali. Apa gunanya kata-kataNya ini kalau
itu hanya berlaku untuk orang kristen?
Tetapi sekalipun penekanan Yoh 14:6 ini adalah dalam persoalan
masuk surga, jelas bahwa:
* kita
bisa berkenan pada Bapa, juga hanya kalau kita menerima jasa penebusan Yesus
melalui iman (Yoh 3:36 Ibr 11:6).
* pada
waktu kita berdoa, Yesus juga adalah satu-satunya jalan / pengantara kepada
Bapa. Karena itulah kita berdoa ‘dalam nama Yesus’ (Yoh 14:13-14
Yoh 16:23-24 bdk. Ibr 10:19-22).
· Calvin: “men contrive for
themselves true labyrinth, whenever, after having forsaken Christ, they attempt
to come to God. ... Wherefore all theology, when separated from Christ, is not
only vain and confused, but is also mad, deceitful, and spurious”
(= manusia mengusahakan / membuat bagi diri mereka sendiri suatu susunan yang
membingungkan, pada waktu, setelah meninggalkan Kristus, mereka berusaha untuk
datang kepada Allah. ... Karena itu semua theologia, pada waktu dipisahkan dari
Kristus, bukan hanya sia-sia dan kacau, tetapi juga gila, bersifat penipu, dan
palsu) - hal 85.
Calvin: “it
is a foolish and pernicious curiosity, when men, not satisfied with him, attempt
to go to God by indirect and crooked path”
(= merupakan keingintahuan yang bodoh dan jahat, pada waktu manusia, tidak puas
dengan Dia, berusaha untuk pergi kepada Allah melalui jalan yang tidak langsung
dan bengkok / berliku-liku)
- hal 86.
· Charles
Haddon Spurgeon: “There
is no getting to God except through Christ. Those who say that we can go to
heaven without a Mediator know not what they say, or say what they know to be
false. There can be no acceptable approach to the Father except by Jesus Christ
the Son” (= Tidak ada yang sampai kepada
Allah kecuali melalui Kristus. Mereka yang berkata bahwa kita dapat pergi ke
surga tanpa seorang Pengantara tidak tahu apa yang mereka katakan, atau
mengatakan apa yang mereka tahu sebagai sesuatu yang salah. Tidak ada tindakan
mendekat kepada Bapa yang bisa diterima kecuali oleh Yesus Kristus sang Anak)
- ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 8, hal 67.
· Pulpit
Commentary: “Those
who want to be with Jesus hereafter must be with him here. And those who want to
be with the Father hereafter, having knowledge of him, and receiving of his
fulness, can only gain this through Jesus. There is no other name given whereby
men are to be saved” (= Mereka yang ingin
bersama dengan Yesus di alam baka harus bersama dengan Dia di sini. Dan mereka
yang ingin bersama dengan Bapa di alam baka, mengenal Dia dan menerima
kepenuhanNya, hanya bisa men-dapatkan ini melalui Yesus. Tidak ada nama lain
yang diberikan dengan mana manusia bisa diselamatkan)
- hal 261.
· A.
T. Robertson: “There
is no use for the Christian to wince at these words of Jesus. If he is really
the Incarnate Son of God (1:1,14,18), they are necessarily true”
[= Tidak ada gunanya bagi orang Kristen untuk berbalik / mundur pada kata-kata
Yesus ini. Jika Ia betul-betul adalah Anak Allah yang berinkarnasi (1:1,14,18),
kata-kataNya itu pasti benar]
- hal 250.
· F.
F. Bruce: “he
is himself the way to the Father. He is, in fact, the only way by which men and
women may come to the Father; there is no other way. If this seems offensively
exclusive, let it he borne in mind that the one who makes this claim is the
incarnate Word, the revealer of the Father”
(= Ia sendiri adalah jalan kepada Bapa. Dalam faktanya Ia adalah satu-satunya
jalan dengan mana orang laki-laki dan perempuan bisa datang kepada Bapa; tidak
ada jalan yang lain. Jika ini kelihatannya bersifat exklusif dan menghina,
baiklah dicamkan bahwa yang membuat pernyataan ini adalah Firman yang
berinkarnasi, yang menyatakan Bapa) - hal 298.
d)
Karena ayat ini mengajarkan Kristus sebagai satu-satunya jalan ke surga, maka
konsekwensinya adalah: orang kristen harus memberitakan Injil, supaya
orang-orang di sekitarnya bisa percaya kepada Yesus dan diselamatkan (bdk. Ro
10:13-15).
3)
‘Akulah ... kebenaran’.
a) Yesus adalah kebenaran.
Pulpit Commentary: “it is observable that
Jesus does not say, ‘I teach the truth;’ he says, ‘I am the Truth.’”
(= perlu diperhatikan bahwa Yesus tidak berkata: ‘Aku mengajarkan
kebenaran’; Ia berkata: ‘Aku adalah kebenaran’)
- hal 239.
Catatan:
Yesus memang pernah berkata: Aku mengatakan kebenaran (Yoh 8:40,45,46). Tetapi
perlu diingat bahwa Ia bukan hanya mengatakan kebenaran, tetapi Ia sendiri
adalah kebenaran.
Ini sama seperti Roh Kudus, yang sekalipun dikatakan menginsyafkan
dunia akan kebenaran (Yoh 16:8), memimpin orang ke dalam kebenaran (Yoh 16:13),
tetapi juga disebut sebagai Roh Kebenaran (Yoh 14:17 15:26 16:13).
b)
Bahwa Yesus adalah kebenaran, menjamin bahwa kata-kataNya yang menyatakan
diriNya sebagai satu-satunya jalan ke surga, adalah benar!
4)
‘Akulah ... hidup’.
Pulpit Commentary: “if we truly have Jesus,
whatever we may lack, we shall not lack life” (= jika kita betul-betul mempunyai Yesus, dalam hal apapun kita
kekurangan, kita tidak akan kekurangan hidup / kehidupan)
- hal 261.
5)
‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.
Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’.
a)
Kata-kata ini kelihatannya menggelikan / merupakan kebodohan. Mengapa?
Leon Morris (NICNT): “‘I am the Way’,
said One who would shortly hang impotent on the cross. ‘I am the Truth’,
when the lies of evil men were about to enjoy a spectacular triumph. ‘I am the
Life’, when within a few hours His corpse would be placed in a tomb”
(= ‘Akulah jalan’, kata Orang yang sebentar lagi tergantung tak berdaya pada
salib. ‘Akulah kebenaran’, pada waktu dusta orang-orang jahat akan menikmati
kemenangan yang spektakuler. ‘Akulah hidup’, pada saat dalam beberapa jam
lagi mayatNya akan diletakkan dalam sebuah kubur)
- hal 641.
Memang Injil adalah ‘kebodohan’,
tetapi “Allah berkenan menyelamatkan
mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil” (1Kor 1:21b)!
b) Kata-kata ini harus kita tanggapi.
Ada kata-kata indah yang berbunyi sebagai berikut:
You call
Me the way but you do not follow Me, (=
Engkau menyebutKu jalan tetapi engkau tidak mengikutKu,)
You call
Me the light but you do not see Me, (=
Engkau menyebutKu terang tetapi engkau tidak melihatKu,)
You call
Me the teacher but you do not listen to Me, (=
Engkau menyebutKu guru tetapi engkau tidak mendengarkanKu,)
You call
Me the Lord but you do not serve Me, (=
Engkau menyebutKu Tuhan tetapi engkau tidak melayaniKu,)
You call
Me the truth but you do not believe in Me, (=
Engkau menyebutKu kebenaran tetapi engkau tidak percaya kepadaKu,)
Do not be
surprised if one day I don’t know you. (=
Janganlah terkejut jika suatu hari Aku tidak mengenal kamu.)
1)
‘Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu
mengenal juga BapaKu’.
Jika kamu mengenal Aku seperti seharusnya, yaitu mengenal bahwa Aku
adalah Anak Allah yang kekal, yang setara / sehakekat dengan Bapa, maka kamu
pasti juga mengenal Bapa.
2)
‘Sekarang ini kamu mengenal Dia dan
kamu telah melihat Dia’.
NIV/NASB: ‘from now on’ (= mulai sekarang ini).
Matthew Poole:
“And if you believe what I say, from
henceforth you do know the Father, and you have seen the Father so oft as you
have seen me” (= Dan jika engkau percaya
apa yang Aku katakan, sejak sekarang ini dan seterusnya engkau mengenal Bapa,
dan engkau telah melihat Bapa sesering engkau telah melihat Aku)
- hal 354.
The Interpreter’s One-Volume Commentary on the Bible:
“It is a seeing that is also knowing;
for though ‘no one has ever seen God’ (1:18), he who has seen me has seen
the Father (14:9)” [= Itu adalah melihat
yang juga mengenal; karena sekalipun ‘tidak seorangpun yang pernah melihat
Allah’ (1:18), ia yang telah melihat Aku telah melihat Bapa (14:9)]
- hal 723.
3)
Yesus bisa mengucapkan seluruh ay 7 ini bukan karena Ia adalah satu pribadi
dengan Bapa, tetapi karena adanya kesatuan hakekat antara Yesus dengan Bapa!
Dengan kata lain, Yesus betul-betul adalah Allah sendiri.
William Barclay: “The danger of the
Christian faith is that we may set up Jesus as a kind of secondary God”
(= Bahaya dari iman Kristen adalah bahwa kita mendirikan Yesus sebagai semacam
Allah sekunder / kedua) - hal 161-162.
Perlu diingat bahwa adanya Allah besar dan Allah kecil, sebetulnya
hanya ada dalam agama-agama lain di luar Kristen, seperti Hindu (Brahma, Wisnu,
Syiwa), dan juga agama Yunani kuno (dewa Zeus, Yupiter, Venus, dsb). Kristen
tidak mengenal ajaran seperti itu. Allah kecil atau setengah Allah itu tidak
pernah ada. Atau seseorang itu Allah, atau ia bukan Allah sama sekali.
Ini perlu dicamkan untuk menghadapi Saksi Yehovah, Mormon, Pdt.
Bambang Noorsena (Gereja Orthodox Syria) dsb, yang mengatakan Yesus hanya
‘allah kecil’.
1)
Kebodohan yang membawa manfaat.
Pertanyaan Filipus dalam ay 8 ini merupakan pertanyaan bodoh,
karena baru saja dalam ay 7 Kristus mengucapkan kata-kata yang sebetulnya
merupakan jawaban dari pertanyaan itu. Tetapi karena adanya pertanyaan itu maka
Yesus mendapatkan kesempatan untuk mengajarkan sesuatu yang penting tentang
hubunganNya dengan Bapa.
Leon Morris (NICNT): “A question from Philip
opens the way for some teaching on the intimate relation existing between Jesus
and the Father” (= Suatu pertanyaan dari
Filipus membuka jalan untuk suatu pengajaran tentang hubungan yang intim yang
ada antara Yesus dan Bapa)
- hal 643.
Jadi, kebodohan Filipus ternyata membawa manfaat! Tetapi ini tentu
tidak berarti bahwa kita boleh membiarkan diri kita terus bodoh! Semua orang
kristen harus berusaha untuk menjadi lebih pandai dengan banyak belajar Firman
Tuhan. Bdk. 1Kor 15:20 Amsal 1:20-23,32-33 Amsal 2:1-5
Amsal 3:13-15. Ini sama seperti sekalipun dikatakan ‘dimana
dosa bertambah banyak di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah’
(Ro 5:20b), tetapi lalu ditambahkan bahwa kita tidak boleh bertekun dalam
dosa (Ro 6:1).
2)
‘tunjukkanlah Bapa itu kepada kami’.
a)
Pulpit Commentary: “The very
request, ‘Show us the Father,’ is a confession of their ignorance of Jesus;
for if they had known him, they would have known the Father”
(= Permohonan ‘Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami’ merupakan suatu pengakuan
tentang ketidaktahuan / ketidakmengertian mereka tentang Yesus; karena jika
mereka mengenalNya, mereka juga telah mengenal Bapa)
- hal 251.
Tetapi ini tak boleh diartikan seakan-akan para murid itu sama
sekali tidak mengenal Yesus. Bdk. Mat 16:15-17.
William Hendriksen: “What the disciples
lacked, however, was not genuine faith as such but genuine faith in full
measure. They had seen but, due to their own sinfulness, they had not seen
clearly enough” (= Tetapi para murid
bukannya tidak mempunyai iman yang sejati, tetapi tidak mempunyai iman sejati dengan
sepenuhnya. Mereka telah melihat tetapi karena keberdosaan mereka, mereka
belum melihat dengan cukup jelas) - hal 270-271.
b)
Kata ‘tunjukkanlah’ dalam bahasa Yunaninya adalah DEIXON, dan ini ada dalam
bentuk ‘aorist imperative’ (= kata perintah bentuk lampau), yang
maksudnya: ‘tunjukkanlah satu kali saja’.
c)
William Hendriksen: “With his
physical eyes Philip (probably representing the others; note: show us)
evidently desired to see the Father; not, to be sure, that he denied God’s
spirituality and essential invisibility, but he was asking for a theophany: a
visible manifestation of the Father’s glory, such as had been granted to Moses
and other believers in the old dispensation (Ex. 24:9-11; 33:18). He did not
seem to realize that a far greater privilege than that which Moses enjoyed while
on earth, had been given to him!” [=
Jelas bahwa dengan mata jasmaninya Filipus (mungkin mewakili yang lain;
perhatikan: ‘tunjukkanlah ... kepada kami’) ingin melihat Bapa; jelas
bukan karena ia menyangkal sifat rohani dari Allah atau ketidakmungkinan melihat
hakekat Allah, tetapi ia meminta suatu theophany: pernyataan kemuliaan Bapa yang
bisa terlihat oleh mata jasmani, seperti yang telah diberikan kepada Musa dan
orang percaya yang lain dalam Perjanjian Lama (Kel 24:9-11; 33:18). Kelihatannya
ia tidak menyadari bahwa suatu hak yang jauh lebih besar dari yang telah
dinikmati oleh Musa pada waktu hidup di dunia, telah diberikan kepadanya]
- hal 269-270.
1)
Kata ‘mengenal’ dan ‘melihat’ dalam ay 9 harus diartikan secara rohani.
William Hendriksen: “The kind of recognition
which Jesus has in mind is spiritual in character. It amounts to seeing by faith
the Father in the Son” (= Jenis
pengenalan yang ada dalam pikiran Yesus bersifat rohani. Itu berarti
melihat Bapa di dalam Anak, oleh iman) - hal 270.
Jadi, orang yang hanya sekedar melihat Yesus secara jasmani,
tetap belum / tidak melihat Bapa.
2)
Kata-kata ini menunjukkan kesatuan hakekat (tetapi bukan kesatuan pribadi)
antara Yesus dengan Bapa, karena itu kita tidak boleh berkata bahwa Bapa sama
dengan Anak, atau Bapa adalah Anak sendiri, dan sebaliknya.
Pengakuan Iman Athanasius, no 3-7, berbunyi sebagai berikut:
“3. But
the Catholic faith is this, that we worship one God in trinity, and trinity in
unity. 4. Neither confounding the persons, nor separating the
substance. 5. For the person of the Father is one, of the Son
another, and of the Holy Ghost another. 6. But of the Father, of the
Son, and of the Holy Ghost there is one divinity, equal glory and co-eternal
majesty. 7. What the Father is, the same is the Son, and the Holy
Ghost.” (= 3. Tetapi iman Katolik /
universal adalah ini, bahwa kami menyembah satu Allah dalam tritunggal, dan
tritunggal dalam kesatuan. 4. Tidak ada kekacauan / percampuran
pribadi-pribadi ataupun pemisahan zat. 5. Karena pribadi dari Bapa
adalah satu, dari Anak adalah pribadi yang lain, dan dari Roh Kudus adalah
pribadi yang lain. 6. Tetapi dari Bapa, dari Anak, dan dari Roh
Kudus ada satu keilahian, kemuliaan yang sama / setara dan keagungan / kuasa
yang berdaulat yang sama kekalnya. 7. Apa adanya Bapa itu,
demikian juga dengan Anak, dan juga Roh Kudus)
- A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’, hal 117.
Leon Morris (NICNT): “It is difficult to
interpret it without seeing the Father and the Son as in some sense one.
These are words which no mere man has a right to use”
(= Adalah sukar untuk menafsirkan hal ini tanpa memandang Bapa dan Anak itu satu
dalam arti tertentu. Ini adalah kata-kata yang tidak seorangpun, yang
adalah manusia semata-mata, mempunyai hak untuk menggunakannya)
- hal 644.
William Hendriksen: “The Jews did not make
the mistake of thinking that when Jesus made statements of this character (see
also 5:17; 10:30) he referred merely to moral unity or ethical harmony. They
clearly understood that nothing less than essential equality with God was
intended (see on 1:1)” [= Pada waktu
Yesus membuat pernyataan-pernyataan seperti ini (lihat juga 5:17; 10:30),
orang-orang Yahudi tidak membuat kesalahan dengan berpikir bahwa Ia semata-mata
memaksudkan kesatuan moral atau keharmonisan yang bersifat etika. Mereka secara
jelas mengerti bahwa tidak kurang dari kesetaraan hakiki dengan Allahlah yang
dimaksudkan (lihat pada 1:1)] - hal 271.
1)
Ay 10b.
· Calvin
berpendapat bahwa ay 10b diucapkan oleh Yesus sebagai manusia.
· William
Hendriksen: “Whenever
Jesus speaks, the Father works by means of this speaking. Every word of Jesus is
a work of the Father! This, however, does not mean that the Father is acting
like a ventriloquist who speaks through his dummy. On the contrary, the Son
speaks the mind of the Father because this is also his own mind”
(= Pada waktu Yesus berbicara, Bapa bekerja dengan memakai pembicaraan ini.
Setiap kata dari Yesus merupakan pekerjaan Bapa! Tetapi ini tidak berarti bahwa
Bapa bertindak seperti seorang pembicara dengan suara perut yang berbicara
melalui bonekanya. Sebaliknya, Anak mengucapkan pikiran Bapa karena ini juga
merupakan pikiranNya sendiri) - hal 271.
2)
Dalam ay 10b-11, Yesus bicara tentang ‘pekerjaan’. Bdk. Yoh 10:37-38.
Ini mirip dengan Mat 11:1-6. Waktu Yohanes Pembaptis ragu-ragu
tentang Yesus, Yesus menunjukkan bahwa apa yang telah diperbuatNya cocok dengan
tanda-tanda dari Mesias yang ada dalam Perjanjian Lama.
3)
Percaya tentang Yesus.
Ay 11a (NASB/Lit): ‘Believe Me that I am in the
Father, and the Father in Me’ (= Percayailah Aku bahwa Aku ada di
dalam Bapa, dan Bapa di dalam Aku).
Ini menunjukkan bahwa kita harus mempercayai ajaran Yesus / Kitab
Suci tentang Yesus. Ini juga ditunjukkan oleh bagian-bagian lain dari
Kitab Suci pada waktu Kitab Suci menggunakan istilah bahasa Yunani PISTEUO HOTI
yang berarti ‘believe that’ (= percaya bahwa). Contoh: Yoh 20:31
Ro 10:9 1Yoh 5:1.
Sebetulnya kita harus percaya segala sesuatu yang dikatakan Kitab
Suci tentang Tuhan Yesus, tetapi ada hal-hal yang harus ditekankan tentang
Yesus, yaitu:
a)
Yesus adalah Allah / Tuhan sendiri dalam arti yang setinggi-tingginya
(Yoh 1:1 Yoh 20:28 Ro 9:5 Tit 2:13 Ibr 1:8).
Pengakuan Iman Nicea-Konstantinople mengatakan tentang Yesus: “God
of God, ... very God of very God” (=
Allah dari Allah, ... Allah yang sejati dari Allah yang sejati)
- A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’, hal 116.
b)
Yesus telah menjadi manusia (Yoh 1:14). Ini Ia lakukan supaya Ia bisa
menderita dan mati untuk dosa umat manusia. Tetapi ini tidak berarti bahwa Ia
kehilangan keilahianNya! Setelah inkarnasi dan seterusnya, Yesus adalah
100 % Allah dan 100 % manusia, tetapi Ia hanyalah satu Pribadi.
Ini dinyatakan oleh:
· Pengakuan
Iman Athanasius, no 28-32, yang berbunyi:
“28. It
is, therefore, true faith that we believe and confess that our Lord Jesus Christ
is both God and man. 29. He is God, generated from eternity from the
substance of the Father; man, born in time from the substance of his mother.
30. Perfect God, perfect man, subsisting of a rational soul and human
flesh. 31. Equal to the Father is respect to his divinity, less than
the Father in respect to his humanity. 32. Who, although he is God
and man, is not two but one Christ” (= 28. Karena itu adalah iman yang benar bahwa kita percaya dan
mengaku bahwa Tuhan kita Yesus Kristus adalah Allah dan manusia. 29. Ia
adalah Allah, diperanakkan dari kekekalan dari zat Sang Bapa; manusia,
dilahirkan dalam waktu dari zat ibuNya. 30. Allah yang sempurna,
manusia yang sempurna, terdiri dari jiwa yang rasionil dan daging manusia.
31. Setara dengan Sang Bapa dalam hal keilahianNya, lebih rendah dari Sang
Bapa dalam hal kemanusiaanNya. 32. Yang, sekalipun adalah Allah dan
manusia, bukanlah dua tetapi satu Kristus)
- A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’, hal 118.
· Pengakuan
Iman Chalcedon yang berbunyi:
“We,
then, following the holy Fathers, all with one consent, teach men to confess,
one and the same Son, our Lord Jesus Christ; the same perfect in Godhead and
also perfect in Manhood; truly God, and truly Man, of a reasonable soul and
body; consubstantial with the Father according to the Godhead, and
consubstantial with us according to the Manhood; in all things like unto us
without sin; begotten before all ages of the Father according to the Godhead,
and in these latter days, for us and for our salvation, born of Mary the Virgin
Mother of God according to the Manhood. He is one and the same Christ, Son,
Lord, Only begotten, existing in two natures without mixture, without change,
without division, without separation; the diversity of the two natures not being
at all destroyed by their union, but the peculiar properties of each nature
being preserved, and concurring to one person and one subsistence, not parted or
divided into two persons, but one and the same Son, and Only-begotten, God The
Word, the Lord Jesus Christ; as the prophets from the beginning have declared
concerning Him, and as the Lord Jesus Christ Himself hath taught us, and as the
Creed of the holy fathers has delivered to us”
(= Maka, kami semua, mengikuti Bapa-bapa kudus, dengan suara bulat, mengajar
manusia untuk mengaku, Anak yang satu dan yang sama, Tuhan kita Yesus
Kristus, sempurna dalam keilahian dan juga sempurna dalam kemanusiaan,
sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia, dengan jiwa yang bisa
berpikir dan tubuh; menurut keilahianNya mempunyai zat / hakekat yang sama
dengan Sang Bapa, dan menurut kemanusiaanNya mempunyai zat / hakekat yang sama
dengan kita, dalam segala hal sama seperti kita tetapi tanpa dosa; menurut
keilahianNya diperanakkan sebelum segala jaman dari Bapa, dan menurut
kemanusiaanNya dilahirkan dari Maria, sang Perawan, Bunda Allah dalam hari-hari
akhir ini. Ia adalah Kristus, Anak, Tuhan yang satu dan yang sama,
satu-satunya yang diperanakkan, mempunyai keberadaan dalam 2 hakekat, tanpa
percampuran, tanpa perubahan, tanpa perpecahan, tanpa perpisahan; perbedaan dari
dua hakekat itu sama sekali tidak dihancurkan oleh persatuan mereka, tetapi
sifat-sifat dasar yang khas dari setiap hakekat dipertahankan dan bersatu
menjadi satu pribadi dan satu keberadaan / makhluk, tidak berpisah atau
terbagi menjadi dua pribadi, tetapi Anak yang satu dan yang sama, dan
satu-satunya yang diperanakkan, Allah Firman, Tuhan Yesus Kristus; seperti
nabi-nabi dari semula telah menyatakan tentang Dia, dan seperti Tuhan Yesus
Kristus sendiri telah mengajar kita, dan seperti pengakuan iman bapa-bapa kudus
telah menyampaikan kepada kita) - A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’, hal 118-119.
c)
Yesus hidup suci (2Kor 5:21).
d)
Yesus menderita dan disalibkan sampai mati untuk menebus semua dosa umat
manusia (Yes 53:4-6 Yoh 19:30 Kol 2:13). ‘Semua
dosa’ berarti mencakup dosa asal, dosa yang lalu, dosa sekarang, dan dosa yang
akan datang terus sampai kita mati, tanpa kecuali! Ini perlu ditekankan,
karena tanpa mengerti dan percaya hal ini, ia tidak akan pernah yakin akan
keselamatannya.
e)
Yesus bangkit secara jasmani dari antara orang mati (Ro 10:9-10).
f)
Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga (Yoh 14:6 Kis 4:12
1Yoh 5:11,12).
Penerapan:
Pakailah hal-hal ini untuk memeriksa iman saudara sendiri. Kalau
ternyata iman saudara sudah beres, pakailah hal-hal ini untuk memeriksa iman
orang kristen yang lain. Ini bukan dilakukan dengan tujuan menghakimi, tetapi
dengan tujuan menginjili orang-orang yang imannya kacau karena sebetulnya mereka
tidak tahu / tidak mengerti apa / siapa yang mereka percayai.
1)
Percaya kepada Yesus.
Tadi kita sudah membahas bahwa ‘percaya bahwa / tentang’ sangat
penting, tetapi ini tidak cukup. Kita juga harus percaya kepada Yesus.
Ini ditunjukkan oleh Kitab Suci pada waktu menggunakan kata bahasa Yunani
PISTEUO (= believe / percaya), yang diikuti dengan kata depan EN / EIS /
EPI (= in / kepada). Misalnya dalam Yoh 14:12 ini (‘percaya
kepadaKu’), dan juga dalam ayat-ayat seperti Yoh 3:16 Yoh 3:36 Kis
10:43 Kis 16:31.
Jadi, jelas bahwa orang yang betul-betul beriman, tidak hanya harus
percaya pada segala sesuatu yang dikatakan oleh Kitab Suci tentang Yesus,
tetapi juga harus percaya kepada Yesus!
Untuk melihat perbedaan 2 hal ini, saya memberikan illustrasi
sebagai berikut: saudara tahu dan percaya banyak hal tentang saya.
Misalnya bahwa saya adalah seorang pendeta, mempunyai 1 istri, 1 anak, lahir
tahun 1954 dsb. Tetapi kalau suatu kali saya datang kepada saudara dan mau
meminjam uang sebesar Rp 100 juta dari saudara tanpa bon / bukti apapun, apakah
saudara mau meminjamkannya? Kalau ya, itu berarti saudara percaya kepada
saya. Kalau tidak itu berarti saudara hanya percaya tentang saya.
2)
Dalam ‘pekerjaan’ ini, tercakup bukan hanya mujijat, tetapi juga pertobatan.
Orang-orang Kharismatik sangat senang dengan Yoh 14:12 ini dan
mereka menganggapnya sebagai dasar bahwa mereka bisa melakukan mujijat-mujijat
yang lebih besar dari mujijat-mujijat Yesus. Tetapi apa yang dimaksud oleh Yesus
dengan kata ‘pekerjaan-pekerjaan’? Semua penafsir setuju bahwa yang dimaksud
dengan ‘pekerjaan’ tidak hanya mencakup mujijat tetapi juga pertobatan dari
orang-orang yang dilayani. Mengapa? Karena dalam persoalan mujijat tidak ada
siapapun yang melakukan mujijat-mujijat yang lebih banyak ataupun lebih besar
dari Yesus.
Adam Clarke:
“Perhaps the greater works refer to the
immense multitude that were brought to God by the ministry of the apostles. By
the apostles was the doctrine of Christ spread far and wide; while Christ
confined his ministry chiefly to the precincts of Judea. It is certainly the
greater miracle of Divine grace to convert the obstinate, wicked heart of man
from sin to holiness. ... Christ only preached in Judea, and in the language
only of that country; but the apostles preached through the most of the then
known world, and in all the languages of all countries. ... I think it still
more natural to attribute the greater works to the greater number of conversions
made under the apostles’ ministry” (=
Mungkin pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar menunjuk pada orang banyak yang
dibawa kepada Allah oleh pelayanan rasul-rasul. Oleh rasul-rasul ajaran Kristus
disebarkan ke mana-mana; sedangkan Kristus membatasi pelayananNya terutama pada
daerah Yudea. Pastilah merupakan mujijat yang lebih besar dari kasih karunia
ilahi untuk mempertobatkan hati manusia yang jahat dan tegar tengkuk, dari dosa
kepada kekudusan. ... Kristus hanya berkhotbah di Yudea, dan hanya dalam bahasa
negara itu; tetapi rasul-rasul berkhotbah di seluruh dunia yang dikenal saat
itu, dan dalam semua bahasa dari semua negara. ... Saya berpendapat bahwa adalah
lebih wajar untuk menghubungkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dengan
jumlah pertobatan yang lebih banyak yang dibuat dalam pelayanan rasul-rasul) - hal 623.
Barnes’ Notes:
“The word ‘greater’ cannot refer to
that miracles themselves, for the works of the apostles did not exceed those of
Jesus in power. ... But though not greater in themselves considered, yet they
were greater in their effects. They made a deeper impression on mankind. ... The
word ‘works’ here probably denotes not merely miracles, but all things that
the apostles did that made an impression on mankind, including their travels,
their labours, their doctrine, etc.” (=
Kata ‘lebih besar’ tidak bisa menunjuk pada mujijat-mujijat itu sendiri,
karena pekerjaan-pekerjaan dari rasul-rasul tidak melampaui pekerjaan-pekerjaan
Yesus dalam kuasa. ... Tetapi sekalipun tidak lebih besar kalau dipertimbangkan
dalam diri mereka sendiri, mereka tetap lebih besar dalam hasil / akibatnya.
Mereka membuat kesan yang lebih dalam pada umat manusia. Kata
‘pekerjaan-pekerjaan’ di sini mungkin tidak hanya menunjuk pada
mujijat-mujijat, tetapi semua hal yang dilakukan oleh rasul-rasul yang
memberikan kesan kepada umat manusia, termasuk perjalanan mereka, pekerjaan /
jerih payah mereka, ajaran mereka, dsb)
- hal 334.
Matthew Poole:
“you shall do greater works than I have
done; not more or greater miracles: the truth of that may be justly questioned;
for what miracle was ever done by the apostles greater than that of raising
Lazarus? Much less do I think that it is to be understood of speaking with
divers tongues. It is rather to be understood of their successful carrying the
gospel to the Gentiles, by which the whole world, almost was brought to the
obedience of the faith of Christ. We never read that of Christ which we read of
Peter, viz. his converting three thousand at one sermon”
(= kamu akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada yang telah
Aku lakukan; bukan mujijat-mujijat yang lebih banyak dan lebih besar: kebenaran
dari hal itu patut dipertanyakan; karena mujijat apa yang pernah dilakukan oleh
rasul-rasul yang lebih besar dari pembangkitan Lazarus? Saya berpendapat lebih
tidak mungkin lagi bahwa ini dimengerti sebagai berbicara dalam bermacam-macam
bahasa. Tetapi ini harus dimengerti sebagai suksesnya mereka dalam membawa injil
kepada orang-orang non Yahudi, dengan mana hampir seluruh dunia dibawa kepada
ketaatan dari iman Kristus. Kita tidak pernah membaca tentang Kristus apa yang
kita baca tentang Petrus, yaitu pemertobatannya terhadap 3000 orang dalam satu
khotbah) - hal 355.
Leon Morris (NICNT): “What Jesus means we may
see in the narrative of the Acts. There there are a few miracles of healing, but
the emphasis is on the mighty works of conversion. On the day of Pentecost alone
more believers were added to the little band of believers than throughout
Christ’s entire earthly life. There we see a literal fulfilment of ‘greater
works than these shall he do’” (= Apa
yang Yesus maksudkan bisa kita lihat dalam cerita dari Kisah Para Rasul. Di sana
ada beberapa mujijat kesembuhan, tetapi penekanannya adalah pada pekerjaan yang
hebat tentang pertobatan. Pada hari Pentakosta saja lebih banyak orang percaya
ditambahkan kepada rombongan kecil orang percaya dari pada dalam sepanjang
kehidupan duniawi Kristus. Di sana kita melihat penggenapan hurufiah dari ‘ia
akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu’)
- hal 646.
Leon Morris (NICNT) mengutip Ryle:
“‘greater works’ mean more
conversions. There is no greater work possible than the conversion of a soul”
(= ‘pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar’ berarti lebih banyak pertobatan.
Tidak ada kemungkinan adanya pekerjaan yang lebih besar dari pada pertobatan
suatu jiwa) - hal 646.
Pulpit Commentary: “by Christ’s ERGA are
meant, not merely the supernatural portents, but all the work of his life, all
the healing of souls, all the conversion of souls, all the indubitable issues of
his approach to the heart of man. The great ERGON is salvation from sin, the
gift of righteousness, and the life where before there was moral death”
(= yang dimaksudkan dengan pekerjaan Kristus bukanlah semata-mata tanda-tanda
yang bersifat supranatural, tetapi semua pekerjaan dalam hidupNya, semua
penyembuhan jiwa, semua pertobatan jiwa, semua hasil yang tidak diragukan dari
pendekatanNya pada hati manusia. Pekerjaan yang besar adalah keselamatan dari
dosa, karunia kebenaran, dan hidup dimana sebelumnya ada kematian moral)
- hal 224.
William Hendriksen: “Christ’s work had
consisted to a considerable extent of miracles in the physical realm, performed
largely among the Jews. When he now speaks about the greater works, he is in all
probability thinking of those in connection with the conversion of the Gentiles.
Such works were of a higher character and vaster in extent. ... the greater
works are the spiritual works. The miracles in the physical realm are
subservient to those in the spiritual sphere: the former serve to prove the
genuine character of the latter. Does Jesus, perhaps, by means of this very
comparison, which places the spiritual so far above the physical, hint that
miracles in the physical sphere would gradually disappear when they would no
longer be necessary?” (= Pekerjaan
Kristus terdiri dari banyak mujijat-mujijat dalam dunia jasmani, dilakukan pada
umumnya di antara orang Yahudi. Pada waktu sekarang Ia berbicara tentang
pekerjaan yang lebih besar, mungkin sekali Ia berpikir tentang
pekerjaan-pekerjaan berhubungan dengan pertobatan dari orang-orang non Yahudi.
Pekerjaan-pekerjaan seperti itu bersifat lebih tinggi dan lebih luas. ...
pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar adalah pekerjaan-pekerjaan rohani.
Mujijat-mujijat dalam dunia jasmani lebih rendah dan berguna bagi
mujijat-mujijat dalam dunia rohani: yang pertama berfungsi untuk membuktikan
keaslian dari yang terakhir. Mungkinkah Yesus, melalui perbandingan ini, yang
menempatkan hal rohani begitu jauh di atas hal jasmani, mengisyaratkan / memberi
petunjuk bahwa mujijat-mujijat dalam dunia jasmani akan perlahan-lahan hilang
pada waktu mereka tidak dibutuhkan lagi?)
- hal 273.
Calvin: “Now
the ascension of Christ was soon afterwards followed by a wonderful conversion
of the world, in which the Divinity of Christ was more powerfully displayed than
while he dwelt among men” (= Kenaikan
Kristus ke surga segera disusul oleh pertobatan yang luar biasa dari dunia,
dalam mana keilahian Kristus dinyatakan secara lebih kuat dari pada pada waktu
Ia tinggal di antara manusia)
- hal 89.
William Barclay: “It is quite certain
that in the early days the early Church possessed the power of working cures.
... But it is clear that that is by no means all that Jesus meant; for though it
could be said that the early Church did the things which Jesus did, it certainly
could not be said that it did greater things than he did”
(= Adalah cukup pasti bahwa mula-mula Gereja mula-mula memiliki kuasa untuk
melakukan penyembuhan. ... Tetapi jelas bahwa itu bukanlah semua yang Yesus
maksudkan; karena sekalipun bisa dikatakan bahwa Gereja mula-mula melakukan
hal-hal yang dilakukan Yesus, pastilah tidak bisa dikatakan bahwa Gereja
mula-mula itu melakukan hal-hal yang lebih besar dari yang Yesus lakukan)
- hal 164.
William Barclay: “Think of what Jesus in
the days of his flesh had actually done. He had never preached outside
Palestine. Within his lifetime Europe had never heard the gospel. He had never
personally met moral degradation of a city like Rome. ... It was into that world
the early Christians went; and it was that world which they won for Christ. When
it came to a matter of numbers and extent and changing power, the triumphs of
the message of the Cross were even greater than the triumphs of Jesus in the
days of his flesh. It is of moral re-creation and spiritual victory that Jesus
is speaking” (= Pikirkan tentang apa yang
dilakukan oleh Yesus dalam hidupNya dalam daging. Ia tidak pernah berkhotbah di
luar Palestina. Dalam hidupNya Eropah tidak pernah mendengar Injil. Ia tidak
pernah secara pribadi menjumpai degradasi / penurunan moral dari suatu kota
seperti Roma. ... Ke dalam dunia itulah orang-orang Kristen mula-mula pergi; dan
dunia itulah yang mereka menangkan bagi Kristus. Pada saat yang dipersoalkan
adalah jumlah dan luas dan kuasa yang mengubah, maka kemenangan dari berita
tentang Salib adalah lebih besar dari pada kemenangan Yesus pada waktu Ia hidup
dalam dagingNya. Adalah tentang penciptaan kembali secara moral dan kemenangan
rohani yang Yesus bicarakan)
- hal 165.
Saya memberikan banyak sekali kutipan untuk menunjukkan bahwa semua
penafsir sependapat dalam hal ini!
3)
Kata-kata Yesus bahwa kita akan melakukan pekerjaan yang lebih besar dari
pekerjaanNya, jelas menunjukkan bahwa kita harus bekerja untuk Dia / melayani
Dia! Kalau saudara adalah orang yang malas / tidak mau bekerja / melayani, maka
ingatlah hal-hal di bawah ini:
· orang
yang mengubur 1 talenta, dan nasibnya (Mat 25:14-30).
· Yesus
datang untuk melayani bukan untuk dilayani (Mat 20:28), dan Ia adalah
teladan kita (Yoh 13:14-15).
· Ef 2:10
- “Karena kita ini buatan Allah,
diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang
dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya”.
· Yoh 9:4
- “Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia
yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam dimana tidak ada
seorangpun yang dapat bekerja”.
4)
Ay 12b: ‘Sebab Aku akan pergi kepada
Bapa’.
Ini alasan mengapa orang kristen bisa melakukan pekerjaan yang
lebih besar dari yang Yesus lakukan. Pada saat Ia hidup di dunia ini, Ia
terbatas oleh daging / tubuhNya. Tetapi pada saat Ia naik ke surga dan mengutus
Roh Kudus turun, maka Roh itu bisa bekerja bebas (Barclay).
Pulpit Commentary: “‘Because I go unto
the Father.’ The ascension of Christ secured the bestowal of the Spirit, and
the influences of the Spirit enabled the richly endowed and blessed to do great
marvels. ‘Strengthened with all might’ by the Holy Spirit, they were made
fit for the great enterprise committed to them. Feeble in themselves, they were
strong in their Lord” (= ‘Sebab Aku
akan pergi kepada Bapa’. Kenaikan Kristus ke surga menjamin pemberian Roh, dan
pengaruh Roh memampukan orang-orang yang dibantu dan diberkati secara hebat
untuk melakukan hal-hal yang mengherankan. ‘Dikuatkan dengan segala
kekuatan’ (Kol 1:11a) oleh
Roh Kudus, mereka dibuat jadi cocok untuk proyek yang diserahkan kepada mereka.
Lemah dalam diri mereka sendiri, mereka kuat dalam Tuhan mereka)
- hal 241.
1)
‘apa juga’ (ay 13).
NIV/NASB: ‘whatever’ (= apapun).
TB2-LAI: ‘apapun’.
a)
Ini tidak boleh ditafsirkan bahwa Allah akan mengabulkan permintaan apapun dari
anak-anakNya.
Ada beberapa ayat lain, yang sama seperti ayat ini, kelihatannya
menjanjikan untuk mengabulkan permintaan apapun dari kita, seperti Yoh
15:7 Mark 11:24. Tetapi dalam menafsirkan Kitab Suci kita harus
memperhatikan seluruh Kitab Suci supaya kita tidak menafsirkan satu ayat
sehingga bertentangan dengan ayat lain. Dan dalam Kitab Suci ada 2 ayat yaitu:
· Mat 7:11
- “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi
pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan
memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepadaNya”.
· 1Yoh 5:14
- “Dan inilah keberanian percaya kita
kepadaNya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu
kepadaNya menurut kehendakNya”.
yang jelas memberikan syarat / batasan tentang pengabulan doa,
yaitu bahwa Allah hanya mengabulkan permintaan kita kalau permintaan itu:
¨ baik dalam pandangan Allah.
¨ sesuai dengan kehendak Allah.
Matthew Poole:
“The ‘whatsoever’, in this text,
must be limited by what the will of God hath revealed in other texts, as to the
matter of our prayers” (= Kata
‘apapun’ dalam text ini harus dibatasi oleh apa yang dinyatakan oleh
kehendak Allah dalam text-text yang lain yang berkenaan dengan doa kita)
- hal 355.
b)
Sekalipun Allah tidak berjanji untuk mengabulkan apapun yang kita minta, dan
karenanya pasti akan ada doa-doa yang tidak dikabulkan, tetapi itu tidak boleh
menyebabkan kita terlalu mudah menyerah pada waktu berdoa.
Perlu diingat bahwa doktrin yang benar selalu bisa menghasilkan
tanggapan yang salah (Catatan: tetapi tentu saja ini bukan kesalahan
doktrinnya tetapi kesalahan orangnya). Misalnya:
· doktrin
bahwa Yesus sudah menebus semua dosa, yaitu yang lalu, yang sekarang maupun yang
akan datang, bisa menyebabkan orang lalu sengaja berbuat dosa.
· doktrin
yang menyatakan bahwa keselamatan tidak bisa hilang, bisa membuat orang hidup
sembarangan.
· doktrin
tentang Predestinasi bisa menyebabkan orang menjadi tidak tekun dalam
memberitakan Injil.
Demikian juga dengan ajaran yang mengatakan bahwa Allah tidak
selalu mengabulkan doa. Ini dengan mudah dipakai oleh setan untuk membuat kita
tidak bertekun dalam doa. Jadi misalnya kita meminta sesuatu kepada Tuhan, dan
kita telah berdoa selama beberapa minggu atau beberapa bulan untuk hal itu, maka
setan mulai menggoda kita dengan menggunakan ajaran Firman Tuhan ini (bdk. Mat
4:6 dimana ia juga menggoda Yesus dengan menggunakan Firman Tuhan), misalnya
dengan berkata: ‘Rupanya apa yang kamu doakan tidak sesuai dengan kehendak
Tuhan, atau tidak baik dalam pandangan Tuhan. Jadi apa gunanya bertekun dalam
hal yang tidak sesuai kehendak Tuhan / hal yang tidak baik dalam pandangan
Tuhan?’. Padahal sebetulnya sekalipun doa kita tidak dijawab selama beberapa
minggu / bulan, itu tidak menunjukkan bahwa doa itu tidak sesuai kehendak Tuhan
atau doa itu tidak baik dalam pandangan Tuhan.
Contohnya adalah Daniel 10:12-14 yang berbunyi: “Lalu
katanya kepadaku: ‘Janganlah takut, Daniel, sebab telah didengarkan
perkataanmu sejak hari pertama engkau berniat untuk mendapatkan pengertian dan
untuk merendahkan dirimu di hadapan Allahmu, dan aku datang oleh karena
perkataanmu itu. Pemimpin kerajaan orang Persia berdiri dua puluh satu hari
lamanya menentang aku; tetapi kemudian Mikhael, salah seorang dari
pemimpin-pemimpin terkemuka, datang menolong aku, dan aku meninggalkan dia di
sana berhadapan dengan raja-raja orang Persia. Lalu aku datang untuk membuat
engkau mengerti apa yang akan terjadi pada bangsamu pada hari-hari yang
terakhir; sebab penglihatan ini juga mengenai hari-hari itu.’”.
Tentang Daniel 10:12-14 ini Calvin berkata:
“We
ought carefully to notice this, because delay often disturbs us when God does
not immediately extend his help, and for a long time hides from us the fruit of
our prayers. Whenever our passions burst forth with strong impetuosity, and we
easily manifest tokens of impatience, we must notice this expression of the
angel, for our prayers may be already heard while God’s favour and mercy is
concealed from us. The experience of Daniel is daily fulfilled in every member
of the Church, and without the slightest doubt the same discipline is exercised
towards all the pious. ... we ought to derive another practical benefit from the
passage, - God does not cease to regard us with favour even while he may not
please to make us conscious of it, for he does not always place it before our
eyes, but rather hides it from our view”
(= Kita harus memperhatikan hal ini dengan teliti, karena penundaan sering
mengganggu kita pada waktu Allah tidak langsung memberikan pertolonganNya, dan
untuk waktu yang lama menyembunyikan dari kita buah dari doa-doa kita. Kapanpun
emosi kita meledak dengan ketidaksabaran yang kuat, dan kita dengan mudah
menunjukkan tanda-tanda ketidaksabaran, kita harus memperhatikan pernyataan dari
malaikat ini, karena doa-doa kita bisa sudah didengar pada waktu perkenan dan
belas kasihan Allah masih tersembunyi dari kita. Pengalaman Daniel terjadi
setiap hari dalam setiap anggota Gereja, dan tanpa keraguan sedikitpun disiplin
yang sama dilakukan terhadap semua orang saleh. ... kita harus mendapatkan
manfaat praktis yang lain dari text ini, - Allah tidak berhenti berkenan kepada
kita bahkan pada waktu Ia tidak berkenan untuk membuat kita menyadari hal ini,
karena Ia tidak selalu meletakkannya di depan mata kita, tetapi sebaliknya
menyembunyikannya dari pandangan kita) - ‘Commentary on Daniel’, hal 251.
Barnes’ Notes:
“Thy words were heard. In heaven.
Another proof that prayer is at once heard, though the answer may be long
delayed. The instance before us shows that the answer to prayer may seem to be
delayed, from causes unknown to us, though the prayer ascends at once to heaven,
and God designs to answer it. In this case, it was deferred by the detention of
the messenger on the way (ver. 13); in other cases it may be from a different
cause; but it should never be set down as a proof that prayer is not heard, and
that it will not be answered, because the answer is not granted at once. Weeks,
or months, or years may elapse before the Divine purpose shall be made known,
though, so to speak, the messenger may be on his way to us. ... Daniel would
have been cheered in his days of fasting and service if he had known that an
angel was on his way to him to comfort him, and to communicate to him an answer
from God; often - if not always - in our days of deepest anxiety and trouble;
when our prayers seem not to penetrate the skies; when we meet with no response;
when the thing for which we pray seems to be withheld; when our friends remain
unconverted; when irreligion abounds and prevails; when we seem to be doing no
good, and when calamity presses upon us, if we saw the arrangement which God was
already making to answer the prayer, and could see the messenger on the way, our
hearts would exult, and our tears would cease to flow. And why, in our days of
trouble and anxiety, should we not believe that it is so; and that God, even
though the delay may seem to be long, will yet show himself to be a hearer and
an answerer of prayer” (= ‘telah
didengarkan perkataanmu’. Di surga. Ini merupakan bukti yang lain bahwa doa
itu langsung didengar sekalipun jawabannya bisa ditunda lama. Contoh di depan
kita menunjukkan bahwa jawaban doa bisa kelihatannya ditunda, dari sebab-sebab
yang tidak kita ketahui, sekalipun doa itu segera naik ke surga, dan Allah
merencanakan untuk menjawabnya. Dalam kasus ini, itu ditunda oleh tertahannya
utusan dalam perjalanannya (ay 13); dalam kasus yang lain itu bisa disebabkan
oleh penyebab yang lain; tetapi itu tidak pernah boleh dipakai sebagai bukti
bahwa doa itu tidak dijawab, dan bahwa doa itu tidak akan dijawab, karena
jawaban itu tidak diberikan dengan segera. Berminggu-minggu, atau
berbulan-bulan, atau bertahun-tahun bisa lewat sebelum rencana / tujuan ilahi
diberitahukan, sekalipun boleh dikatakan bahwa sang utusan sedang dalam
perjalanan kepada kita. ... Daniel akan bergembira pada hari-hari puasa dan
pelayanannya andaikata ia mengetahui bahwa seorang malaikat sedang ada dalam
perjalanan kepada dia untuk menghiburnya, dan untuk menyampaikan kepadanya suatu
jawaban dari Allah; sering, jika tidak selalu, pada saat-saat kekuatiran dan
kegelisahan / kesusahan kita yang terdalam; pada waktu doa-doa kita kelihatannya
tidak menembus langit; pada waktu kita tidak mendapatkan tanggapan; pada waktu
hal-hal yang kita doakan kelihatannya ditahan; pada waktu teman-teman kita tetap
tidak bertobat; pada waktu ketidakberagamaan bertambah banyak dan menang; pada
waktu kelihatannya kita tidak melakukan apa yang baik, dan pada waktu bencana
menekan kita, jika kita melihat pengaturan yang telah dibuat Allah untuk
menjawab doa kita, dan jika kita bisa melihat sang utusan sedang dalam
perjalanannya, hati kita akan bersukaria, dan air mata kita akan berhenti
mengalir. Dan mengapa, pada hari-hari kegelisahan / kesusahan dan kekuatiran
kita, kita tidak percaya bahwa keadaannya memang demikian; dan bahwa Allah,
sekalipun penundaannya kelihatannya lama, tetap menunjukkan diriNya sebagai
Pendengar dan Penjawab doa?)
- hal 197.
Karena itu ajaran bahwa Allah tidak berjanji untuk mengabulkan
segala permintaan kita ini harus diimbangi dengan ajaran tentang ketekunan dalam
berdoa, seperti dalam:
¨ Luk 18:1-8.
¨ Mat 15:21-28.
¨ Hakim 20:1-35.
2)
Kata ‘apa juga’ / ‘apapun’ ini berhubungan dengan ‘pekerjaan yang
lebih besar’ dalam ay 12.
William Hendriksen: “The word ‘whatever’
comprises much territory. It refers to both the great works and the greater
works (of verse 12)” [= Kata ‘apapun’
mencakup banyak daerah / wilayah. Itu menunjuk pada pekerjaan-pekerjaan yang
besar dan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar (dari ayat 12)]
- hal 273.
Jadi kita bisa melakukan pekerjaan lebih besar dari pekerjaan
Kristus (dalam hal mempertobatkan orang), kalau kita berdoa dalam nama Yesus.
Kalau kita tidak bisa melakukan yang pekerjaan yang lebih besar dari pekerjaan
Kristus, itu karena kita tidak atau kurang berdoa (bdk. Yak 4:2b - “Kamu
tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa”).
Penerapan:
Jika saudara ingin gereja kita maju dan mempertobatkan banyak
orang, banyaklah berdoa untuk gereja, dan ikutlah dalam acara Persekutuan Doa.
3)
Berdoa ‘dalam nama Yesus’ (ay 13,14).
Ada yang beranggapan bahwa doa dalam nama Yesus ini berarti doa
yang sesuai dengan kehendak Yesus. Tetapi saya lebih setuju dengan pandangan
yang mengatakan bahwa doa dalam nama Yesus adalah doa dimana kita datang kepada
Tuhan berlandaskan jasa penebusan Kristus.
Pulpit Commentary: “It implies that it is
by the blood of Christ we draw near to God”
(= Ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa oleh darah Kristus kita mendekat
kepada Allah) - hal 234.
Bdk. Ibr 10:19-22 - “Jadi,
saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke
dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi
kita melalui tabir, yaitu diriNya sendiri, dan kita mempunyai seorang Imam Besar
sebagai kepala Rumah Allah. Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati
yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah
dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air
yang murni”.
4)
‘supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak’ (ay 13b).
Calvin berkata bahwa bagian ini sejalan dengan kata-kata Paulus
dalam Fil 2:10-11 yang berbunyi: “supaya
dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan di bumi dan yang
ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’
bagi kemuliaan Allah, Bapa!”.
Pemuliaan Bapa tidak bisa dipisahkan dengan pemuliaan Yesus, bahkan
pemuliaan Bapa terjadi melalui pemuliaan Yesus.
5)
‘Jika kamu meminta sesuatu kepadaKu’ (ay 14).
a) Kata ‘kepadaKu’ ini diperdebatkan keasliannya.
Saya setuju dengan Bruce M. Metzger, yang berpendapat bahwa
beberapa manuscript menghapus bagian yang sebetulnya asli ini karena salah satu
dari 2 alasan di bawah ini:
· Kata-kata
‘meminta sesuatu kepadaKu dalam
namaKu’
kelihatannya aneh.
Seperti yang dikatakan oleh F. F. Bruce:
“If
something is asked for in Jesus’ name, the request is probably viewed
as addressed to the Father” (=
Jika sesuatu diminta dalam nama Yesus, permintaan itu mungkin dipandang
sebagai ditujukan kepada Bapa) - hal 301.
· Keinginan
membuang kontradiksi antara ayat ini dengan Yoh 16:23, dimana doa dalam
nama Yesus itu ditujukan kepada Bapa.
Metzger mengatakan bahwa kata ‘kepadaKu’
ini didukung oleh cukup banyak manuscript, dan kata ini kelihatannya sesuai
dengan kata-kata ‘Aku akan
melakukannya’ pada
akhir dari ay 14.
b)
Kata ini menunjukkan bahwa doa bukan hanya boleh ditujukan kepada Bapa,
tetapi juga kepada Yesus (dan tentu saja juga boleh ditujukan kepada
Roh Kudus).
William Hendriksen: “now the disciples are
told that they must not only pray in the name of Christ but to Christ”
(= sekarang murid-murid diberitahu bahwa mereka harus berdoa bukan hanya dalam
nama Kristus tetapi kepada Kristus)
- hal 274.
Leon Morris (NICNT): “The two are
inseparable, as throughout this paragraph. That is why prayer may be addressed
to either” (= Keduanya tidak terpisahkan,
seperti dalam sepanjang paragraf ini. Itu sebabnya doa bisa ditujukan kepada
yang manapun dari Mereka)
- hal 646.
Leon Morris (NICNT): “There is no object to
the verb ‘ask’ in the preceding verse, so that it is not certain whether it
is Christ or the Father who is to be asked (though it is Christ who will
‘do’ the response). ... We expect the same to be true of this verse. However
the true text appears to be ‘if ye shall ask me anything in my name’.
Prayer may be addressed to the Son as well as to the Father. But it is
still ‘in my name’. ... As in the previous verse, the prayer will be
answered by Christ” [= Tidak ada obyek
bagi kata kerja ‘minta’ dalam ayat sebelumnya
(ay 13),
sehingga tidak jelas apakah kita harus minta kepada Kristus atau kepada Bapa
(sekalipun Kristuslah yang akan ‘melakukan’ tanggapan). ... Kita
mengharapkan hal yang sama untuk ayat ini
(ay 14). Tetapi text
yang benar kelihatannya adalah ‘jika kamu meminta sesuatu kepadaKu
dalam namaKu’. Doa boleh ditujukan kepada Anak maupun kepada Bapa.
Tetapi itu tetap ‘dalam namaKu’. ... Seperti dalam ayat sebelumnya
(ay 13), doa akan
dijawab oleh Kristus] -
hal 647.
Pulpit Commentary: “Surely this passage is
the true justification of prayer to Christ himself”
(= Jelas bahwa text ini merupakan pembenaran yang benar tentang doa kepada
Kristus sendiri) - hal 225.
Doa kepada Yesus ini dipraktekkan oleh Stefanus menjelang
kematiannya (Kis 7:59 - “Ya Tuhan
Yesus, terimalah rohku”).
Dan ingat bahwa pada saat itu ia dipenuhi oleh Roh Kudus (Kis 7:55).
Masakan ia salah dalam menujukan doanya pada saat dipenuhi Roh Kudus?
c) Pulpit Commentary menghubungkan bagian ini dengan bagian
terakhir dari ay 12 yang berbunyi: ‘Sebab
Aku pergi kepada Bapa’,
dan lalu memberikan komentar:
“Becoming
invisible, he did not become inaccessible; yea, rather, he became more
accessible than ever” (= Ia menjadi tidak
kelihatan, tetapi Ia tidak menjadi ‘tidak dapat dicapai’; ya sebaliknya Ia
menjadi lebih mudah dicapai dari sebelumnya) - hal 262.
Karena itu tidak ada alasan bagi kita untuk menginginkan untuk
hidup pada jaman Yesus. Sekalipun kita hidup pada jaman ini dimana kita tidak
bisa melihat Dia secara jasmani, tetapi kita bahkan bisa dengan lebih mudah
mencapaiNya.
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali