Eksposisi Wahyu kepada Yohanes

oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.


Wahyu 2:1-7

Surat kepada jemaat / gereja Efesus

Ay 1: “Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kananNya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu”.

1)   ‘Efesus’.

a)   Ini adalah kota yang besar pada jaman itu, dan bahkan merupakan kota terbesar dari propinsi Asia.

·        William Barclay: “Pergamum was the official capital of the province of Asia but Ephesus was by far its greater city” (= Pergamus adalah ibukota resmi dari propinsi Asia, tetapi Efesus adalah kota yang jauh lebih besar) - hal 58.

·        Steve Gregg (hal 64) mengatakan bahwa kota Efesus mempunyai penduduk kira-kira 250.000 orang. Bandingkan dengan kota Niniwe yang sekalipun penduduknya hanya 120.000 orang sudah disebut sebagai kota yang besar (Yunus 4:11).

Catatan: tetapi kebanyakan penafsir menganggap bahwa 120.000 orang di Niniwe itu hanyalah bayi-bayinya saja (sampai usia 3-4 tahun), karena dikatakan mereka tidak bisa membedakan tangan kanan dari tangan kirinya. Dengan demikian penduduk Niniwe diperkirakan sebanyak 600.000 orang.

b)   Gereja Efesus didirikan dan dilayani oleh tokoh-tokoh yang hebat-hebat.

Gereja di sini didirikan oleh Paulus (H. L. Ellison, ‘Daily Bible Commentary’, hal 457), yang bersama-sama dengan Priskila dan Akwila singgah di sana dalam perjalanan misionarisnya yang ke 2, pada sekitar tahun 52 M (Kis 18:19). Paulus lalu meninggalkan Efesus, sedangkan Priskila dan Akwila tetap di Efesus (Kis 18:20-21). Karena itu ada yang beranggapan bahwa pendiri gereja Efesus bukan Paulus tetapi Priskila dan Akwila (Ladd, hal 37). Lalu dalam perjalanan misionarisnya yang ketiga, Paulus singgah ke Efesus lagi dan melayani gereja ini selama kira-kira 3 tahun (bdk. Kis 19:1-8,10,22  Kis 20:31).

Beasley-Murray: “From the letters of Paul and the book of Acts it is evident that the apostle had the most notable ministry of his missionary career in this city” (= Dari surat-surat Paulus dan Kitab Kisah Para Rasul jelas bahwa sang rasul mempunyai pelayanan yang paling menyolok dari karir misionarisnya di kota ini) - hal 73.

Selain Paulus, Timotius juga pernah melayani di sana. Ini didapatkan dari tradisi (cerita turun temurun dari mulut ke mulut), tetapi juga dari 1Tim 1:3-dst.

Rasul Yohanes juga pernah tinggal dan melayani di Efesus. Ini tidak diceritakan dalam Kitab Suci, tetapi hanya dinyatakan oleh tradisi.

Homer Hailey: “Tradition says that after Paul’s death the city became the home of John for many years” (= Tradisi mengatakan bahwa setelah kematian Paulus kota itu menjadi rumah Yohanes untuk waktu yang lama) - hal 120.

Leon Morris (Tyndale): “traditions says that John lived there in his old age” (= tradisi mengatakan bahwa Yohanes tinggal di sana pada masa tuanya) - hal 59.

Robert H. Mounce (hal 86) bahkan mengatakan bahwa di antara para tokoh yang pernah melayani kota Efesus ini, rasul Yohanes adalah yang paling dekat dengan kota itu.

Apa perlunya kita tahu bahwa gereja Efesus ini didirikan dan dilayani oleh tokoh-tokoh yang hebat-hebat itu? Perlunya adalah supaya kita waspada. Kalau gereja Efesus yang didirikan dan dilayani oleh tokoh-tokoh yang luar biasa itu saja bisa kehilangan kasih yang semula, dan bahkan akhirnya dihancurkan oleh Kristus, lebih-lebih gereja kita! Karena itu, tidak peduli siapa tokoh yang mendirikan dan melayani gereja saudara, jangan lengah dalam menjaga kasih saudara supaya saudara tidak kehilangan kasih yang semula! Kalau saudara tidak mau menjaganya dengan sungguh-sungguh, jangan heran kalau gereja saudara dihancurkan oleh Kristus!

2)   ‘Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kananNya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu’.

a)   Ini adalah sebagian dari penggambaran tentang Kristus dalam Wahyu pasal 1 (yaitu ay 13 dan ay 20). Perlu diketahui bahwa kepada setiap gereja diberikan sebagian penggambaran tentang diri Kristus.

·        untuk gereja Efesus (2:1 diambil dari 1:13,20).

·        untuk gereja Smirna (2:8b diambil dari 1:17b-18a).

·        untuk gereja Pergamus (2:12b diambil dari 1:16a).

·        untuk gereja Tiatira (2:18b diambil dari 1:14b-15a).

·        untuk gereja Sardis (3:1b diambil dari 1:16a,20a).

·        untuk gereja Filadelfia (3:7b diambil dari 1:18b).

·        untuk gereja Laodikia (3:14b diambil dari 1:5a).

b)   ‘Inilah firman dari Dia’.

Ini menunjukkan bahwa rasul Yohanes hanyalah alat Yesus untuk berbicara kepada gereja Efesus ini. Firmannya datang dari Yesus, bukan dari Yohanes. Sebetulnya ini juga berlaku pada waktu seorang hamba Tuhan memberitakan Firman Tuhan, tetapi ada perbedaannya. Dalam kasus rasul Yohanes menulis Kitab Wahyu ini, ada pengilhaman sehingga tulisannya infallible dan inerrant (= tidak ada kesalahan), sedangkan dalam kasus seorang hamba Tuhan berkhotbah, pengilhaman itu tidak ada, sehingga selalu ada kemungkinan salah.

c)   ‘yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kananNya’.

·        John Stott: “The claim is even stronger here than the earlier one in the first chapter. He not only ‘has’ the stars; He ‘holds’ them. He not only stands in the midst of the lampstands; He ‘walks among’ them. He is the divine overseer of the churches” (= Pernyataan ini lebih kuat di sini dari pada pernyataan dalam pasal satu. Ia bukan hanya ‘mempunyai’ bintang-bintang itu; Ia ‘memegang’nya. Ia tidak hanya berdiri di tengah-tengah kaki dian; Ia ‘berjalan di antara’ mereka. Ia adalah penilik / pengawas ilahi dari gereja-gereja) - hal 23.

Catatan: Wah 1:16 menggunakan kata bahasa Yunani ECHON (= having / mempunyai), tetapi Wah 2:1 ini menggunakan kata bahasa Yunani KRATON (= holding / memegang).

·        Adanya rasul-rasul palsu di Efesus (ay 2) menyebabkan Yohanes menggambarkan Kristus sebagai ‘memegang ketujuh bintang itu di tangan kananNya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu’ (ay 1). Hendriksen menganggap bahwa bintang menunjuk pada pendeta gereja. Jadi menghadapi serangan rasul-rasul palsu, yang jelas menyerang pendeta, pelayanannya dan gereja, maka Yohanes memberikan suatu penghiburan bahwa pendeta ada dalam tangan Kristus, dan Kristus hadir dalam gereja.

d)   ‘dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu’.

·        William Barclay: “This expression tells us of Christ’s unweary activity in the midst of His Churches. He is not confined to any one of them; wherever men are met to worship in his name, Christ is there” (= Pernyataan ini memberitahu kita tentang aktivitas Kristus yang tak kenal lelah di tengah-tengah gereja-gerejaNya. Ia tidak dibatasi oleh salah satu dari mereka; dimanapun manusia bertemu untuk berbakti dalam namaNya, Kristus ada di sana) - hal 62.

Perhatikan adanya kata-kata ‘in his name’ (= dalam namaNya). Ini jelas tidak mencakup kebaktian / pertemuan / persekutuan yang dilakukan oleh gereja yang sesat. Karena itu kalau saudara berbakti di gereja yang sesat, yang tidak dihadiri oleh Kristus sendiri, maka dalam pandangan Tuhan saudara belum berbakti.

·        Robert H. Mounce menghubungkan bagian ini dengan janji Tuhan kepada bangsa Israel dalam Im 26:12 yang berbunyi: “Tetapi Aku akan hadir di tengah-tengahmu dan Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umatKu”. Tetapi kata ‘hadir’ dalam Kitab Suci Indonesia ini salah terjemahan, dan seharusnya adalah ‘berjalan’.

NIV: ‘I will walk among you and be your God, and you will be my people’ (= Aku akan berjalan di antara kamu dan menjadi Allahmu, dan kamu akan menjadi umatKu).

KJV, RSV, dan NASB juga menggunakan ‘walk’ (= berjalan).

Ay 2: “Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta”.

1)   ‘Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu’.

a)   ‘Aku tahu’.

Homer Hailey: “‘I know’ ... ‘thy works’ (Ephesus, Thyatira, Sardis, Philadelphia, Laodicea), ‘thy tribulation’ (Smyrna), ‘where thou dwellest’ (Pergamum). The variations are due to differing circumstances. The One in their midst knows all about each church and each one that makes up the church; nothing is hidden from His eyes, ‘but all things are naked and laid open before the eyes of him with whom we have to do’ (Heb. 4:13). Whether it be works, tribulation, or extremely trying surroundings that test the faith of His saints, He knows!” [= ‘Aku tahu’ ... ‘pekerjaanmu’ (Efesus, Tiatira, Sardis, Filadelfia, Laodikia), ‘kesusahanmu’ (Smirna), ‘dimana engkau diam / tinggal’ (Pergamus). Variasi ini disebabkan oleh perbedaan keadaan. Ia yang ada di tengah-tengah mereka mengetahui segala sesuatu tentang setiap gereja dan setiap orang yang membentuk gereja itu; tidak ada apapun yang tersembunyi dari mataNya, ‘tetapi segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia dengan siapa kita harus berurusan’ (Ibr 4:13). Apakah itu adalah pekerjaan, kesusahan, atau keadaan sekitar yang sangat berat yang menguji iman dari para orang kudusNya, Ia tahu!] - hal 117-118.

Penerapan:

Apakah dalam penderitaan / problem yang banyak, berat, dan berlarut-larut, saudara lalu beranggapan bahwa Tuhan tidak mengetahui hal itu?

H. L. Ellison (Daily Bible Commentary): “Our knowledge of ourselves is at best distorted by self-interest, ignorance and prejudice. We see in part and we know in part. Christ’s knowledge is complete, objective and constructive” (= Sebaik-baiknya pengetahuan / pengenalan kita tentang diri kita sendiri, itu tetap disesatkan oleh kesenangan diri sendiri, ketidaktahuan dan prasangka. Kita melihat sebagian dan kita mengetahui / mengenal sebagian. Pengetahuan Kristus adalah lengkap, obyektif dan membangun) - hal 457.

b)   ‘segala pekerjaanmu’.

·        Kata ‘pekerjaan’ di sini sekalipun juga mencakup pelayanan mereka, tetapi tidak hanya menunjuk pada pelayanan mereka, melainkan menunjuk pada seluruh aspek kehidupan mereka.

·        kalau saudara adalah orang yang hidup benar tetapi selalu disalah-mengerti oleh orang lain, dan dianggap jahat, maka inilah hiburan bagi saudara: Kristus tahu segala pekerjaan / kehidupan saudara! Manusia bisa salah mengerti, tetapi Kristus tidak! Sebaliknya, kalau saudara hidup jahat tetapi saudara pandai bersikap munafik dan bersandiwara sehingga banyak orang menganggap bahwa saudara adalah orang baik, maka ingat bahwa Kristus tahu segala pekerjaan / kehidupan saudara!

c)   ‘jerih payahmu’.

Leon Morris (Tyndale): “KOPOS signifies labour to the point of weariness” (= KOPOS menunjukkan pekerjaan sampai lelah) - hal 59.

William Barclay: “The Risen Christ praises their ‘toil’. The word is KOPOS and it is a favourite New Testament word. Tryphena, Tryphosa and Persis all ‘work hard’ in the Lord (Romans 16:12). The one thing that Paul claims is that he has ‘worked harder’ than all (1Corinthians 15:10). He fears lest the Galatians slip back, and his ‘labour’ is in vain (Galatians 4:11). In each case - and there are many others - the word is either KOPOS or the verb KOPIAN. The special characteristic of these words is that they describe the kind of toil which takes everything of mind and sinew that a man can put into it. The Christian way is not for the man who fears to break sweat. The Christian is to be a toiler for Christ, and, even if physical toil is impossible, he can still toil in prayer” [= Kristus yang telah bangkit memuji ‘jerih payah’ mereka. Kata yang dipakai adalah KOPOS dan itu adalah kata favorit dalam Perjanjian Baru. Trifena, Trifosa dan Persis semua ‘bekerja keras’ dalam Tuhan (Ro 16:12). Satu hal yang diklaim oleh Paulus adalah bahwa ia bekerja lebih keras dari semua (1Kor 15:10). Ia takut orang Galatia akan tergelincir ke belakang, dan ‘jerih payah / susah payah’nya menjadi sia-sia (Gal 4:11). Dalam setiap kasus - dan ada banyak yang lain - kata yang dipakai adalah KOPOS atau kata kerja KOPIAN. Karakter khusus dari kata-kata ini adalah bahwa mereka menggambarkan jenis jerih payah yang menggunakan segala sesuatu dari pikiran dan otot. Jalan Kristen bukanlah untuk orang yang takut untuk berkeringat. Seorang Kristen harus berjerih payah untuk Kristus, dan bahkan jika jerih payah secara fisik tidak mungkin dilakukan, ia masih bisa berjerih payah dalam doa] - hal 62.

Pulpit Commentary: “it denotes the Divine delight in the quality as well as the quantity of their works. It was strenuous, whole-hearted, earnest. Too many who work for the Lord do so as if with but one hand, or even with one finger” (= ini menunjukkan kesenangan Ilahi terhadap kwalitas maupun kwantitas dari pekerjaan mereka. Itu adalah berat, sepenuh hati, sungguh-sungguh. Banyak orang yang bekerja untuk Tuhan melakukannya seakan-akan hanya dengan satu tangan, atau bahkan dengan satu jari) - hal 77.

Penerapan:

Apakah saudara betul-betul berjerih payah / bekerja keras untuk Kristus? Atau hanya bekerja secara santai? Atau bahkan tidak pernah bekerja sama sekali? Ingat bahwa Kristus tahu semua itu! Apakah pada akhir jaman saudara ingin mendengar kata-kata Kristus seperti yang ada dalam Mat 25:26 - ‘Hai kamu hamba yang jahat dan malas ...’? Bandingkan juga dengan Luk 19:22.

d)   ‘ketekunanmu’.

Kata bahasa Yunani yang digunakan adalah HUPOMONE, yang telah saya jelaskan dalam pembahasan Wah 1:9.

John Stott (hal 24) mengatakan bahwa gereja Efesus ini mendapatkan oposisi lokal, karena Efesus merupakan:

·        tempat pertemuan dari banyak agama.

·        salah satu pusat penyembahan kaisar di propinsi itu.

·        pusat penyembahan kepada Dewi Diana / Artemis (Kis 19:23-40).

Ini menyebabkan gereja / orang kristen Efesus dibenci oleh banyak orang di sana, dan bahkan diboikot sehingga kehilangan langganan dalam bisnis, dan bahkan mendapatkan problem dalam berbelanja. Bahkan mungkin ada penganiayaan secara fisik terhadap orang kristen di Efesus. Tetapi menghadapi semua itu mereka tetap bertekun!

e)   Adam Clarke memperhatikan bahwa ay 2-3 merupakan pujian dan ay 4 merupakan kecaman, dan lalu mengatakan bahwa hal-hal yang baik selalu disebut lebih dulu, dan ini menunjukkan bahwa Allah lebih senang memperhatikan yang baik dari pada yang jahat dalam diri seseorang / sebuah gereja.

Penerapan:

Bagaimana dengan saudara? Apakah saudara lebih senang / bersukacita pada waktu mendapatkan hal-hal yang baik dalam diri seorang kristen dari pada mendapatkan hal-hal yang jahat / jelek? Ada banyak orang kristen yang merasa senang / bersukacita kalau mendengar ada hal-hal yang jelek tentang seorang kristen lain. Ini aneh, tetapi nyata! Mungkin ini menyenangkan, karena dengan demikian mereka merasa dirinya lebih baik dari orang itu. Jangan menjadi orang seperti itu! Itu jelas lebih mirip setan dari pada Allah!

2)   ‘Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta’.

a)   Dalam Kitab Suci ada banyak peringatan untuk waspada terhadap nabi-nabi palsu.

·        Dalam Mat 7:15 Tuhan Yesus memperingatkan: “Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar sebagai domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas”.

·        1Tes 5:21 - “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik”.

·        1Yoh 4:1 - “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia”.

Dan khusus untuk gereja Efesus, pada waktu Paulus meninggalkan mereka, ia sudah memperingatkan akan munculnya nabi-nabi palsu, dan ia menyuruh tua-tua Efesus untuk berjaga-jaga terhadap mereka.

Kis 20:28-31a - “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya dengan darah AnakNya sendiri. Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan kawanan itu. Bahkan dari antara kamu sendiri akan muncul beberapa orang, yang dengan ajaran palsu mereka berusaha menarik murid-murid dari jalan yang benar dan supaya mengikut mereka. Sebab itu berjaga-jagalah ...”.

Ini jelas mengharuskan tua-tua / majelis ‘menjaga mimbar’ dengan mengawasi setiap pemberitaan Firman Tuhan dalam gereja. Tetapi sekalipun mereka mengawasi pemberitaan Firman Tuhan dalam gereja, mereka tidak akan bisa tahu sesat atau tidaknya suatu ajaran kalau mereka tidak belajar Firman Tuhan dengan rajin dan tekun. Karena itu kalau saudara adalah tua-tua / majelis, ingatlah bahwa ‘belajar Firman Tuhan’ dan ‘menjaga mimbar’ adalah 2 tugas saudara yang harus selalu saudara lakukan!

Dan tua-tua Efesus mentaati perintah Paulus, sehingga mereka berhasil membongkar kepalsuan rasul-rasul palsu yang masuk ke Efesus.

b)   ‘engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat’.

·        Terjemahan.

KJV: ‘thou canst not bear them which are evil’ (= engkau tidak dapat tahan terhadap mereka / memikul mereka yang jahat).

NASB: ‘you cannot endure evil men’ (= engkau tidak dapat tahan terhadap orang jahat).

NIV: ‘you cannot tolerate wicked men’ (= engkau tidak dapat menoleransi orang jahat).

Kata bahasa Yunani yang dipakai adalah BASTASAI (yang berasal dari kata dasar BASTAZO), yang berarti ‘to bear’ (= bertahan / memikul). A. T. Robertson mengatakan bahwa ini menunjukkan bahwa orang-orang jahat itu merupakan suatu beban bagi gereja Efesus.

·        Yang disebut sebagai ‘orang jahat’ di sini bukan seadanya orang jahat tetapi rasul-rasul palsu / para pengajar sesat itu. Jadi orang kristen bukannya harus menjauhi seadanya orang jahat, karena jika demikian siapa yang memberitakan Injil kepada mereka?

Juga perlu diperhatikan bahwa para pengajar sesat ini disebut sebagai orang jahat. Mengapa? Karena ada banyak orang kristen, yang sekalipun tahu bahwa pendeta-pendeta tertentu mengajar-kan ajaran sesat, tetapi tetap bersimpati kepada mereka dengan alasan bahwa hidup mereka saleh, dan bahkan membanggakan kesalehan nabi-nabi palsu itu! Ini adalah omong kosong terbesar! Bahwa mereka menyesatkan orang, itu sudah jelas menunjukkan bahwa mereka adalah orang jahat. Kalaupun dalam hal-hal lain mereka kelihatannya saleh, itu pasti hanya karena mereka pandai bersandiwara!

·        Perhatikan bahwa gereja Efesus di sini dipuji karena ketidak-sabarannya terhadap orang-orang jahat / rasul-rasul palsu itu!

Pujian rasul Yohanes terhadap ketidak-sabaran gereja Efesus dalam menghadapi rasul-rasul palsu, cocok / sejalan dengan celaan rasul Paulus terhadap kesabaran orang Korintus dalam menghadapi pengajar sesat.

2Kor 11:4 - “Sebab kamu sabar saja, jika ada seseorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima”.

·        Apa maksudnya mereka tidak dapat sabar / tidak tahan / tidak menoleransi orang jahat?

Barnes’ Notes: “That is, they had no sympathy with their doctrines or practices; they were utterly opposed to them. They had lent them no countenance, but had in every way shown that they had no fellowship with them” (= Yaitu mereka tidak mempunyai simpati dengan doktrin atau praktek mereka; mereka sepenuhnya menentang orang-orang itu. Mereka tidak menyetujui / memberi muka kepada orang-orang itu, tetapi dengan segala cara menunjukkan bahwa mereka tidak mempunyai persekutuan dengan orang-orang jahat itu) - hal 1552.

Bandingkan dengan 2 ayat di bawah ini:

*        Tit 3:10 - “Seorang bidat yang sudah satu dua kali kaunasihati, hendaklah engkau jauhi”.

Jadi jelas bahwa dalam menghadapi seorang pengajar sesat, kita mempunyai kewajiban untuk menegur / menasehati dia. Tetapi kalau teguran / nasehat itu tidak dihiraukan, maka kita harus menjauhi / mengucilkan dia!

*        2Yoh 10-11 - “Jikalau seseorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya. Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat”.

·        Perhatikan beberapa komentar lain di bawah ini tentang sikap tidak sabar dari gereja Efesus terhadap orang-orang jahat / rasul-rasul palsu itu.

*        Homer Hailey: “This attitude toward evil men is commendable; if they will not be transformed, let them be transferred” (= Sikap terhadap orang-orang jahat ini patut dipuji; jika mereka tidak mau diubah, biarlah mereka dipindahkan) - hal 121.

*        Homer Hailey: “In an age when we pride ourselves in tolerance and compromise, this attitude might appear bigoted and intolerant. Bigoted, no; intolerant, yes, but an intolerance commended by the Lord” (= Dalam jaman dimana kita membanggakan diri kita sendiri karena toleransi dan kompromi, sikap ini kelihatannya fanatik dan tidak bertoleransi. Fanatik, tidak; tidak bertoleransi, ya, tetapi ini adalah sikap tidak bertoleransi yang dipuji oleh Tuhan) - hal 121.

*        Pulpit Commentary: “Their holy intolerance. There is an intolerance, and there is far too much of it, which is the fruit of conceit, of spiritual pride, of abject narrowness, of gross ignorance, and blind bigotry. They in whom it is found are perhaps amongst the very chiefest enemies of the Church of God, although they loudly boast to belong to its very elect. The intolerance of such is never holy. But, on the other hand, there is a tolerance which is a mere giving in to wickedness because we have not enough zeal for God and righteousness to withstand it. Such people boast of their broadness, ... Of such people it could never have been said, as is here said of the Ephesian Church, ‘Thou canst not bear them which are evil’” (= Ketidak-toleransian yang kudus. Ada ketidak-toleransian, dan ada terlalu banyak ketidak-toleransian seperti itu, yang merupakan buah dari kesombongan, dari kesombongan rohani, dari pikiran sempit yang hina, dari ketidaktahuan / kebodohan yang hebat, dan dari kefanatikan yang buta. Mereka dalam siapa hal ini ditemukan, mungkin adalah musuh-musuh terbesar / terutama dari gereja Allah, sekalipun mereka dengan lantang membanggakan bahwa mereka termasuk orang pilihan. Ketidak-toleransian seperti itu tidak pernah kudus. Tetapi, di sisi lain, ada toleransi yang sekedar merupakan sikap menyerah / mengalah terhadap kejahatan, karena kita tidak mempunyai semangat yang cukup untuk Allah dan kebenaran untuk menahan kejahatan itu. Orang-orang seperti itu membanggakan pikiran luas mereka, ... Tentang orang seperti itu tidak akan pernah bisa dikatakan, seperti di sini dikatakan tentang gereja Efesus: ‘Engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat’) - hal 77.

*        Pulpit Commentary: “Woe to the Church that tolerates, knowingly, impostors in her midst! that lets them remain amongst the true, though they be false!” (= Celakalah gereja yang secara sadar menoleransi para penipu di tengah-tengah mereka! yang membiarkan mereka tetap tinggal di antara orang-orang benar, sekalipun mereka itu palsu!) - hal 78.

*        William R. Newell: “To permit men known to be bad to be in fellowship or even in office, is common today, but is treachery to Christ (= Mengijinkan orang yang diketahui sebagai orang jahat ada dalam persekutuan atau bahkan dalam jabatan, adalah sesuatu yang umum saat ini, tetapi itu adalah pengkhianatan terhadap Kristus) - hal 37.

·        Apakah saudara berhubungan dengan seorang nabi palsu, atau mempunyai seorang teman nabi palsu? Kalau ya, renungkanlah apakah sikap saudara selama ini terhadap dia sesuai dengan ajaran Kitab Suci yang baru saya uraikan di atas?

c)   ‘bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta’.

·        ‘menyebut dirinya rasul’.

Barnes’ Notes: “It cannot be supposed that they claimed to have been of the number of apostles selected by the Saviour, for that would have been too absurd; and the only solution would seem to be that they claimed either (1) that they have been called to that office after the Saviour ascended, as Paul was; or (2) that they claimed the honour due to this name or office in virtue of some election to it; or (3) that they claimed to be the successors of the apostles, and to possess and transmit their authority” [= Tidak bisa dianggap bahwa mereka mengklaim sebagai salah satu dari rasul yang dipilih oleh sang Juruselamat, karena itu akan terlalu menggelikan; dan satu-satunya penyelesaian kelihatannya adalah: atau (1) bahwa mereka dipanggil kepada jabatan itu setelah sang Juruselamat naik ke surga, sama seperti Paulus; atau (2) bahwa mereka mengklaim kehormatan yang merupakan hak dari sebutan atau jabatan ini berdasarkan pemilihan kepada jabatan itu; atau (3) bahwa mereka mengklaim sebagai pengganti dari rasul-rasul, dan memiliki dan meneruskan / membawa otoritas mereka] - hal 1553.

Catatan:

*        yang no 2 dalam kutipan di atas, misalnya seperti Matias (Kis 1:23-26); sedangkan yang no 3 seperti dalam Gereja Roma Katolik.

*        ada kemungkinan lain lagi, yaitu bahwa mereka dikatakan menyebut dirinya rasul palsu, hanya berarti bahwa mereka mengaku sebagai hamba Tuhan / pendeta, tetapi sebetulnya adalah pengajar sesat.

Penerapan:

Jaman sekarang ada banyak sekali orang yang mengaku diri / menyebut diri sebagai pendeta. Tetapi tidak semua mereka adalah pendeta di hadapan Tuhan. Karena itu saudara harus menguji mereka, dari ajaran ataupun kehidupan mereka.

·        ‘pendusta’.

Ini mungkin menunjukkan bahwa para rasul palsu itu melakukan penyesatan secara sadar dan sengaja. Jadi mereka tahu bahwa ajaran mereka itu salah / sesat, tetapi mereka tetap mengajarkannya, mungkin untuk bisa mendapatkan keuntungan dari semua itu. Memang jelas bahwa dalam dunia ini ada penyesat yang melakukan penyesatan secara tidak sadar / tidak sengaja (bdk. Yoh 16:2  Ro 10:2). Jadi mereka betul-betul mengira bahwa apa yang mereka ajarkan itu memang benar. Tetapi jelas juga ada penyesat yang melakukannya secara sadar dan sengaja! Yang kedua ini jelas hukumannya akan lebih berat (bdk. Luk 12:47-48).

d)   Bahwa gereja Efesus bisa membongkar penyesatan / kepalsuan rasul-rasul palsu itu, menunjukkan bahwa gereja Efesus kuat dalam doktrin.

Herman Hoeksema: “the church of Ephesus was strong in doctrine” (= gereja Efesus kuat dalam doktrin) - hal 51.

Mengapa bisa disimpulkan demikian? Karena penyesatan oleh nabi palsu boleh dikatakan selalu terjadi dalam persoalan doktrin.

Memang ada penyesatan dalam persoalan kehidupan praktis, seperti dalam kasus pengikut Nikolaus dalam Wah 2:6, atau dalam kasus sekte ‘Children of God’, tetapi inipun biasanya dilandasi oleh pengertian doktrinal yang salah. Bandingkan ini dengan 1Kor 15:32 - “Kalau hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku? Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka ‘marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati’”.

Dari ayat ini jelas bahwa kehidupan praktis yang salah disebabkan oleh pengertian doktrinal yang salah.

Semua ini menyebabkan sebuah gereja harus kuat dalam doktrin!

Penerapan:

·        Kalau saudara adalah hamba Tuhan, maulah mengajar hal-hal doktrinal kepada jemaat saudara. Ingat bahwa perbedaan kristen dengan agama-agama lain atau dengan sekte-sekte sesat dalam gereja, selalu terletak dalam persoalan doktrinal. Dalam persoalan kehidupan praktis, kristen yang benar atau sekte-sekte sesat maupun agama-agama lain, hampir sama ajarannya. Karena itu kalau saudara tidak mau mengajar doktrin, maka bagi jemaat saudara tidak terlalu jadi soal apakah mereka menjadi orang kristen atau beragama lain.

·        Kalau saudara adalah jemaat, maka maulah menerima ajaran yang bersifat doktrinal. Banyak hamba Tuhan yang sebetulnya mau mengajarkan doktrin, tetapi lalu berhenti karena jemaatnya tidak menyenangi doktrin! Memang sikap hamba Tuhan yang seperti ini merupakan sikap yang salah, karena sama seperti orang tua harus memberi makanan yang diperlukan oleh anaknya atau penting bagi anaknya dan bukannya makanan yang disenangi oleh anaknya, demikian juga hamba Tuhan seharusnya memberikan apa yang diperlukan oleh jemaat atau penting bagi jemaat, bukan apa yang disenangi oleh jemaat! Tetapi kalau saudara sebagai jemaat mau mendengar ajaran doktrinal, maka itu akan lebih memotivasi para hamba Tuhan untuk mengajarkan ajaran doktrinal.

Herman Hoeksema: “the church at Ephesus was faithful in discipline. This is usually connected with doctrinal soundness. ... Christian discipline is the reaction of the church against every form of evil, both in doctrine and life, through the preaching of the Word of God as well as through personal admonition and, ultimately, through excommunication” (= gereja Efesus setia dalam disiplin. Ini biasanya berhubungan dengan kesehatan doktrinal. ... Disiplin Kristen merupakan reaksi gereja terhadap setiap bentuk kejahatan, baik dalam doktrin maupun kehidupan, melalui pemberitaan Firman Allah dan melalui teguran pribadi dan akhirnya melalui pengucilan) - hal 53.

Ay 3: “Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena namaKu; dan engkau tidak mengenal lelah”.

1)   ‘engkau tetap sabar dan menderita oleh karena namaKu’.

Terjemahan Kitab Suci Indonesia ini agak kacau.

KJV: ‘And hast borne, and hast patience, and for my name's sake hast laboured’ (= Dan telah bertahan, dan mempunyai kesabaran, dan telah bekerja demi namaKu).

RSV: ‘I know you are enduring patiently and bearing up for my name's sake’ (= Aku tahu engkau bertahan dengan sabar dan bertahan demi namaKu).

NIV: ‘You have persevered and have endured hardships for my name’ (= Engkau telah bertekun dan telah menahan penderitaan demi namaKu).

NASB/Lit: ‘and you have perseverance and have endured for My name's sake’ (= dan engkau mempunyai ketekunan dan telah bertahan demi namaKu). Ini terjemahan yang paling tepat.

Catatan:

·        Kata Yunani yang diterjemahkan ‘perseverance’ (= ketekunan) adalah HUPOMONE.

·        Kata Yunani yang diterjemahkan ‘have endured’ (= telah bertahan) adalah EBASTASAS, yang sama dengan kata BASTASAI dalam ay 2 di atas, berasal dari kata dasar BASTAZO, yang berarti ‘to bear’ (= bertahan / memikul).

Ada beberapa hal yang bisa dibahas dari bagian ini:

a)   Ada saat untuk sabar / bertahan dan ada saat untuk tidak sabar / tidak bertahan (Pengkhotbah 3:1-8).

Kalau tadi dalam ay 2 ada pujian karena ketidaksabaran / sikap tidak tahan terhadap rasul-rasul palsu, maka sekarang dalam ay 3 ada pujian karena kesabaran / sikap bertahan terhadap penderitaan yang mereka alami demi Tuhan. Kesabaran / sikap bertahan di sini sengaja dikontraskan dengan ketidaksabaran / sikap tidak tahan dalam ay 2 di atas.

John Stott: “There is a deliberate contrast in the statement that although they could bear trials and tribulations for the sake of Christ’s name (v. 3), they could not bear the company of these evil men (v. 2)” [= Ada kontras yang disengaja dalam pernyataan bahwa sekalipun mereka mereka sabar dalam ujian dan kesusahan demi nama Kristus (ay 3), mereka tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat ini (ay 2)] - hal 26.

Jadi ada hal-hal terhadap mana kita tidak boleh sabar, tetapi juga ada hal-hal terhadap mana kita harus sabar, yaitu pada waktu mengalami penderitaan / penganiayaan demi Kristus!

b)   Apa artinya sabar di sini?

Sabar di sini berarti bahwa mereka tidak menjadi kecewa, marah, bersungut-sungut, lari dari Tuhan, dsb.

2)   ‘dan engkau tidak mengenal lelah’.

KJV: ‘hast not fainted’ (= tidak menjadi lemah / tak bersemangat).

RSV/NIV/NASB: ‘have not grown weary’ (= tidak menjadi lelah / bosan).

Dalam mengikut / melayani Tuhan selalu ada banyak serangan setan / penderitaan. Ada 2 kemungkinan dalam menghadapi semua itu:

a)   Kita sabar dan terus bertekun dalam ikut / melayani Tuhan.

b)   Kita menjadi lelah, bosan, kehilangan semangat.

Yang mana yang cocok dengan hidup saudara?

Homer Hailey: “A trait of human nature is the tendency to grow faint under hard work and pressures from without. How often in the advancing years of life do men and women who formerly were diligent in serving the Lord retire from the Lord’s work with the plea, ‘I carried the load in my younger years; I am now passing the work on to those in the vigor and strength of that age.’ But is there ever a time to grow weary, to retire and let others bear the brunt of battle and carry the load that should be mine? No, never!” (= Suatu ciri dari manusia adalah kecenderungan untuk menjadi lemah / takut / tak bersemangat di bawah pekerjaan berat dan tekanan-tekanan dari luar. Betapa seringnya dalam masa tuanya laki-laki dan perempuan, yang dulunya rajin dalam melayani Tuhan, berhenti dari pekerjaan Tuhan dengan alasan: ‘Aku telah membawa beban pada masa mudaku; sekarang aku menyerahkan pekerjaan itu kepada mereka yang muda dan kuat’. Tetapi apakah ada saat dimana kita boleh merasa bosan / lelah, berhenti dan membiarkan orang lain memikul bagian yang terberat dari pertempuran dan membawa beban yang seharusnya adalah milikku? Tidak, tidak pernah!) - hal 121-122.

Ay 4: “Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula”.

1)   ‘Namun demikian Aku mencela engkau’.

a)   Tadi ada pujian, sekarang ada kritikan.

Tuhan bersikap fair; memuji apa yang baik dan mengkritik apa yang jelek. Kita seringkali melakukan hanya salah satu saja, baik terhadap anak, pegawai, jemaat, anak sekolah minggu, dsb. Atau sering juga kita tidak melakukan kedua-duanya.

b)   KJV: ‘Nevertheless I have somewhat against thee’ (= Bagaimanapun Aku mempunyai sesuatu yang kecil / sedikit terhadap engkau).

Ini salah, karena kata ‘somewhat’ (= sedikit) ini sebetulnya tidak ada. Terjemahan yang salah ini mengecilkan kesalahan gereja Efesus dalam persoalan meninggalkan kasih yang semula ini, padahal itu sama sekali bukan sesuatu dosa yang remeh! Karena itu, kalau saudara sedang meninggalkan kasih yang semula / pertama, jangan meremehkan keadaan itu!

2)   ‘karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula’.

a)   Dicela sekalipun ‘baik’.

Sekalipun ada banyak hal-hal yang sangat baik dalam diri gereja Efesus ini, seperti sikap orthodox, menjaga kemurnian doktrin, bekerja keras, tidak menjadi lelah / bosan, membenci kejahatan dsb, tetapi mereka tetap dicela karena meninggalkan kasih yang semula / pertama. Karena itu jelaslah bahwa:

·        Kemurnian doktrinal tidak bisa menggantikan kasih.

George Eldon Ladd: “Doctrinal purity and loyalty can never be a substitute for love” (= Kemurnian dan kesetiaan doktrinal tidak pernah bisa menjadi pengganti kasih) - hal 39.

Adalah sesuatu yang baik kalau saudara adalah orang yang sangat memperhatikan dan menjaga doktrin, tetapi pada saat yang sama saudara juga harus memperhatikan dan menjaga kasih saudara kepada Tuhan.

·        Kebencian terhadap dosa / kejahatan tidak bisa menggantikan kasih kepada Kristus.

John Stott: “to hate error and evil is not the same as to love Jesus Christ” (= membenci kesalahan dan kejahatan tidaklah sama dengan mengasihi Yesus Kristus) - hal 29.

Orang yang mengasihi Kristus pasti membenci kejahatan, tetapi orang yang membenci kejahatan belum tentu mengasihi Kristus. Sebagai contoh, ada banyak orang yang mengutuk perkosaan massal tanggal 14 Mei 1998, padahal mereka sama sekali bukan orang kristen, dan karenanya tentu tidak mengasihi Kristus.

·        pelayanan yang bagaimanapun giatnya tidak bisa menggantikan kasih.

Pulpit Commentary: “Ere ever he would restore the recreant Peter to his apostleship, thrice over was the question asked, ‘Lovest thou me?’ as if the Lord would teach him and all of us that love to himself is the one indispensable qualification of all acceptable service” (= Sebelum Ia mengembalikan Petrus yang tidak setia / murtad dari kerasulannya, tiga kali Ia menanyakan pertanyaan: ‘Apakah engkau mengasihi Aku?’, seakan-akan Tuhan mengajar dia dan semua kita bahwa kasih kepadaNya adalah satu persyaratan yang harus ada dalam semua pelayanan yang menyenangkanNya) - hal 79.

b)   Bandingkan celaan di sini dengan Yer 2:1-8! (khususnya perhatikan Yer 2:2b,5)!

Yer 2:2b - “Aku teringat kepada kasihmu pada masa mudamu, kepada cintamu pada waktu engkau menjadi pengantin, bagaimana engkau mengikuti Aku di padang gurun, di negeri yang tiada tetaburannya”.

NIV: ‘I remember the devotion of your youth, how as a bride you loved me and followed me through the desert, through a land not sown’ (= Aku mengingat kesetiaan / penyerahan / pembaktian masa mudamu, bagaimana sebagai mempelai engkau mengasihi Aku dan mengikuti Aku melalui padang gurun, melalui tanah / negeri yang tidak ditaburi).

Yer 2:5 - “Beginilah firman TUHAN: Apakah kecurangan yang didapati nenek moyangmu padaKu, sehingga mereka menjauh dari padaKu, mengikuti dewa kesia-siaan, sampai mereka menjadi sia-sia?”.

Penerapan:

Kalau saudara sedang meninggalkan kasih yang semula, tanyakan pertanyaan yang sama terhadap diri saudara sendiri: apakah kecurangan / kesalahan yang aku dapati pada Allah, sehingga aku meninggalkan kasihku yang semula kepadaNya?

c)   Kasih kepada siapa yang dimaksudkan di sini?

·        Ada yang menganggap bahwa ini menunjuk kepada kasih kepada sesama manusia.

Beasley-Murray: “the love which had abated was primarily love for fellow men” (= Kasih yang telah berkurang terutama adalah kasih kepada sesama manusia) - hal 75.

·        Leon Morris (hal 60) mengatakan bahwa tidak jelas apa yang dimaksud dengan ‘kasih’ di sini. Ada yang mengartikan bahwa ini adalah ‘kasih kepada Kristus’, ada yang mengatakan bahwa ini adalah ‘kasih kepada sesama saudara seiman’, dan ada juga yang mengatakan bahwa ini adalah ‘kasih kepada seluruh umat manusia’. Leon Morris lalu mengatakan bahwa mungkin kasih di sini mencakup ketiga-tiganya.

·        Tetapi saya berpendapat bahwa penekanan utama di sini adalah kasih kepada Allah / Kristus.

Barnes’ Notes: “The love here referred to is evidently love to the Saviour” (= Kasih yang dimaksudkan di sini jelas adalah kasih kepada sang Juruselamat) - hal 1553.

Pulpit Commentary: “Christ is very jealous of our love” (= Kristus sangat cemburu akan cinta kita) - hal 69.

·        Tetapi perlu juga diingat bahwa kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama sangat berhubungan. Kalau kasih kepada Allah berkurang, maka pasti kasih kepada sesama juga demikian.

Robert H. Mounce (NICNT): “A cooling of personal love for God inevitably results in the loss of harmonious relationship within the body of believers” (= Kasih pribadi yang mendingin kepada Allah secara tak terhindarkan menghasilkan hilangnya hubungan yang harmonis di dalam tubuh orang-orang percaya) - hal 88.

Penerapan:

Untuk memperbaiki hubungan / persekutuan dalam keluarga ataupun gereja, maka setiap individu harus memperbaiki kasihnya kepada Tuhan. Ini juga berlaku sebaliknya. Untuk memperbaiki kasih kepada Tuhan kita harus memperbaiki hubungan dengan sesama.

d)   Siapa yang dikatakan meninggalkan kasih yang semula / pertama ini? Ada 2 pandangan tg hal ini:

1.   Kata-kata ini ditujukan kepada mereka sebagai gereja, bukan sebagai individu.

Herman Hoeksema (hal 58-59) mengatakan bahwa yang kehilangan kasih yang semula bukanlah jemaat / individu yang tadinya mempunyai kasih yang semula, tetapi gereja Efesus. Jadi gereja ini bertumbuh dalam hal jumlah, dan orang-orang yang baru ini tidak mempunyai kasih yang semula seperti jemaat yang lama. Ia berpandangan demikian karena ia berkata bahwa orang kristen sejati tidak bisa kehilangan keselamatan. Tetapi saya berpendapat bahwa ‘kehilangan kasih yang semula’ tidaklah sama dengan ‘kehilangan keselamatan’ / ‘jatuh dari kasih karunia’!

William Hendriksen mempunyai pemikiran yang sejalan dengan Hoeksema. Ia berkata bahwa rasul Yohanes menulis Kitab Wahyu ini lebih dari 40 tahun setelah gereja Efesus didirikan. Jadi generasi pertama sudah mati, dan lalu muncul generasi kedua, yang tidak mempunyai kasih yang semula.

Pandangan Hoeksema dan Hendriksen ini memang memungkinkan. Apalagi kalau dilihat dari Yer 2:1-8, yang pada ay 2nya berbicara tentang ‘cintamu’, padahal yang dimaksud adalah ‘cinta nenek moyangmu’. Jadi bagian ini meninjau Israel sebagai suatu bangsa, yang dahulu mengasihi Tuhan tetapi sekarang tidak. Karena itu adalah mungkin bahwa dalam kasus gereja Efesus juga diartikan seperti itu.

Kalau ini benar, maka ini menjadi peringatan bagi setiap gereja yang benar, untuk berjaga-jaga bukan hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk generasi penerus. Apa yang harus dilakukan untuk ini?

·        perhatikan anak-anak sekolah minggu supaya mempunyai guru-guru sekolah minggu yang baik dan injili. Guru-guru Sekolah Minggu sendiri harus menjaga kerohanian mereka dan pengajaran mereka, karena secara manusia boleh dikatakan bahwa nasib dari generasi penerus ada di tangan mereka! Renungkan Mat 18:6 - Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepadaKu, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut”.

·        perhatikan kerohanian pemuda remaja di gereja.

·        jaga agar Majelis gereja yang dipilih selalu adalah orang-orang yang rohani, alkitabiah dan injili. Jangan memilih orang yang kaya tetapi yang rohaninya brengsek!

·        hati-hati dalam memilih hamba Tuhan.

·        jaga supaya dalam gereja selalu terdapat Pemberitaan Injil. Dengan demikian orang-orang yang baru bisa mendengar Injil dan bertobat.

2.   Kata-kata ini ditujukan kepada mereka sebagai individu. Jadi jemaat Efesus itu sendiri yang meninggalkan kasih yang semula.

Kebanyakan penafsir membahas bagian ini dari sudut pandang ke 2 ini. Saya sendiri, sekalipun menganggap pandangan pertama di atas tetap mempunyai kemungkinan untuk benar, lebih condong pada pandangan ke 2 ini, karena:

·        dari surat-surat kepada gereja-gereja yang lain terlihat bahwa Tuhan memperhatikan individu, dan bukannya hanya gereja secara keseluruhan. Jadi kalau yang salah hanya sebagian, maka Tuhan juga menegur yang sebagian itu (bdk. 2:14,15,24  3:4).

·        Ay 5 menyuruh mereka untuk:

*        mengingat betapa dalamnya mereka telah jatuh.

*        bertobat.

*        melakukan lagi apa yang semula mereka lakukan.

Semua ini rasanya menunjukkan bahwa yang meninggalkan kasih yang semula / pertama itu adalah diri mereka sendiri, bukan generasi sebelum mereka.

e)   Meninggalkan kasih yang semula / pertama’.

1.   Pada waktu Paulus menulis surat Efesus, gereja Efesus masih berkobar-kobar dalam kasihnya kepada Allah. Ini ditunjukkan secara implicit oleh Ef 6:24, dan ini juga diwujudkan dengan kasih kepada sesama orang kudus - Ef 1:15 (ingat bahwa kasih kepada sesama berhubungan erat dengan kasih kepada Tuhan). Tetapi sekarang gereja Efesus telah meninggalkan kasih yang semula / pertama itu. Perhatikan bahwa mereka tidak dikatakan ‘kehilangan’ (pasif) tetapi ‘meninggalkan’ (aktif) kasih yang semula / pertama itu. Karena itu Allah menyuruh mereka kembali kepada kasih yang pertama itu.

2.   Kalau sejak lahir seorang kristen tidak pernah mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh, maka ini bukan ‘meninggalkan kasih yang semula’, tetapi ‘suam-suam kuku’ (Wah 3:14-15) dimana Kristus masih ada di luar hidupnya (bdk. Wah 3:20). Dengan kata lain, orang ini tidak pernah menjadi kristen yang sejati.

Tetapi semua orang kristen sejati pasti pernah mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh, karena:

·        Ro 5:5b mengatakan “kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita”.

Catatan: tentang ‘kasih Allah’ dalam Ro 5:5 ini ada yang menafsirkan bahwa itu adalah ‘kasih Allah kepada kita’, tetapi ada juga yang menafsirkan bahwa itu adalah ‘kasih kita kepada Allah’.

·        kasih adalah ‘buah Roh Kudus’ (Gal 5:22).

Penerapan:

Untuk bisa tahu apakah saudara termasuk orang kristen sejati yang meninggalkan kasih yang semula, atau orang suam-suam kuku yang adalah orang kristen KTP, telusurilah jalan hidup saudara selama ini. Kalau tidak pernah ada saat dimana saudara berkobar-kobar dalam cinta saudara kepada Tuhan, maka saudara adalah orang suam-suam kuku. Bertobatlah dan terimalah Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara, sebelum terlambat!

3.   Kasih yang semula / pertama itu mudah memudar.

Thomas Manton: “That of all graces, love needeth keeping. Why? Because of all graces it is most decaying. Mat. 24:12  Rev. 2:4” (= Bahwa dari semua kasih karunia, kasih membutuhkan pemeliharaan. Mengapa? Karena dari semua kasih karunia itu adalah yang paling mudah berkurang / hilang. Mat 24:12  Wah 2:4) - ‘Jude’, hal 344.

Tetapi supaya saudara tidak secara salah dan terlalu cepat menganggap bahwa kasih saudara kepada Allah sudah memudar, perhatikan kutipan di bawah ini.

Barnes’ Notes: “Individual Christians often lose much of their first love. It is true, indeed, that there is often an appearance of this which does not exist in reality. Not a little of the ardour of young converts is often nothing more than the excitement of animal feeling, which will soon die away of course, though their real love may not be diminished, or may be constantly growing stronger. When a son returns home after a long absence, and meets his parents and brothers and sisters, there is a glow, a warmth of feeling, a joyousness of emotion, which cannot be expected to continue always, and which he may never be able to recall again, though he may be ever growing in real attachment to his friends and to his home” (= Individu-individu Kristen sering kehilangan banyak dari kasih pertama mereka. Memang benar bahwa seringkali kelihatannya terjadi hal ini, padahal sebetulnya tidak. Tidak sedikit dari semangat / kobaran api / kehangatan emosi dari petobat-petobat muda yang seringkali tidak lebih dari kegembiraan dari perasaan binatang, yang tentu saja akan segera lenyap, sekalipun kasih sejati mereka mungkin tidak berkurang, atau mungkin bertambah kuat secara konstan. Pada saat seorang anak pulang ke rumah setelah pergi cukup lama, dan bertemu dengan orang tua dan saudara-saudaranya, di sana ada suatu pijaran / sinar, suatu perasaan yang hangat, suatu sukacita emosi, yang tidak bisa diharapkan berlangsung senantiasa, dan yang mungkin tidak akan pernah bisa dihidupkan kembali, sekalipun ia mungkin terus bertumbuh dalam kasih yang sejati kepada teman-temannya dan rumahnya) - hal 1553.

4.   Hal-hal yang menyebabkan berkurangnya / hilangnya kasih yang semula.

a.   Dosa.

Thomas Manton: “Some times it falleth out through freeness in sinning. Neglect is like not blowing up the coals; sinning is like pouring on waters, a very quenching of the Spirit, 1Thes. 5:19” (= Kadang-kadang itu terjadi karena kebebasan dalam berbuat dosa. Kelalaian adalah seperti tidak mengipasi arang; berbuat dosa adalah seperti menyiramnya dengan air, tindakan yang memadamkan Roh, 1Tes 5:19) - ‘Jude’, hal 345.

Contoh dosa:

·        cinta uang / dunia.

Mat 6:24 - “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon”.

Yak 4:4 -  “Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuh-an dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.

1Yoh 2:15 -  “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.

2Tim 3:4b - “lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah”. Ini salah terjemahan.

NIV/NASB: ‘lovers of pleasure rather than lovers of God’ (= pecinta kesenangan dan bukannya pecinta Allah).

·        pelayanan / pekerjaan / kesibukan yang begitu ditekankan sehingga menyebabkan tak ada waktu untuk sendirian dengan Tuhan (doa dan belajar Firman Tuhan).

Steve Gregg: “Like Martha, a church may become so engrossed in religious work that it neglects the ‘one thing needed’ (Luke 10:42)” [= Seperti Marta, sebuah gereja bisa menjadi begitu asyik dalam pekerjaan agamawi sehingga mengabaikan ‘satu hal yang diperlukan’ (Luk 10:42)] - hal 65.

Catatan: ‘bagian yang terbaik’ dalam Luk 10:42 diterjemahkan ‘one thing is needful’ (= satu hal yang diperlukan) oleh RSV.

Kata-kata Steve Gregg ini memang sangat mungkin. Orang yang terlalu bersemangat dalam pelayanan, sampai tidak ada waktu untuk belajar Firman dan berdoa, akan kehilangan kasih yang semula. Dan hal yang menyedihkan adalah bahwa ada banyak (bahkan mungkin kebanyakan!) hamba Tuhan yang seperti ini!

·        allah lain, yaitu hal-hal yang dicintai / diutamakan lebih dari Tuhan.

·        occultisme, seperti: tenaga dalam, hipnotisme, yoga, dsb.

b.   Penderitaan yang hebat, banyak, dan berlarut-larut, khususnya kalau kita tidak menghadapinya dengan benar.

c.   Banyaknya kejahatan di sekitar kita.

Mat 24:12 - “Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin”.

d.   Peperangan mereka melawan kesesatan / nabi palsu.

Ramsey mengatakan bahwa celaan tentang hilangnya kasih yang semula ini (ay 4) diletakkan setelah pujian tentang semangat mereka membongkar kepalsuan dari rasul-rasul palsu (ay 2), tetapi diletakkan sebelum pujian tentang kebencian mereka terhadap tindakan para pengikut Nikolaus (ay 6), dan ini menunjukkan bahwa hilangnya kasih yang semula ini berhubungan dengan semangat mereka dalam membongkar kepalsuan rasul-rasul palsu itu.

James B. Ramsey: “This censure is administered in close connection with the praise of their zeal in exposing these false apostles, and before the second ground of praise is mentioned, implying some real connection between this zeal against false teachers, and their declining love. There is such a connection, and it should never be forgotten. When any are called to contend earnestly for the faith, when patience is tried by daring and persistent error, and when at length the pretensions of the false teachers are exposed, the process is apt to chafe and embitter the spirit, and success to foster spiritual pride; thus holy love to Jesus and His people insensibly loses that first fervour with which it gushes forth in faith’s first view of the cross and the extinguished curse” (= Celaan / kecaman ini diberikan dalam hubungan yang erat dengan pujian terhadap semangat mereka dalam menyingkapkan rasul-rasul palsu ini, dan diberikan sebelum pujian kedua ini disebutkan, menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara semangat menentang guru-guru palsu ini dengan penurunan kasih mereka. Disana ada hubungan seperti itu, dan itu tidak pernah boleh dilupakan. Pada waktu seseorang dipanggil untuk berjuang dengan sungguh-sungguh untuk iman, pada waktu kesabaran diuji oleh kesalahan yang berani dan gigih, dan pada waktu akhirnya pernyataan palsu dari guru-guru palsu itu tersingkap, proses itu cenderung / mudah melukai dan memahitkan roh, dan berhasil mengembangkan kesombongan rohani; sehingga kasih kudus kepada Yesus dan umatNya tanpa terasa kehilangan gairah / semangat pertamanya yang dipancarkan oleh kasih itu pada pandangan pertama dari iman terhadap salib dan kutuk yang dipadamkan) - hal 131.

Catatan: Ramsey menganggap bahwa pujian pertama berhubungan dengan semangat mereka dalam membongkar kepalsuan rasul-rasul palsu itu, dan ay 3 berhubungan dengan pujian pertama tersebut, karena penderitaan dalam ay 3 itu disebabkan hal itu. Pujian kedua berkenaan dengan kebencian terhadap pengikut Nikolaus (ay 6). Jadi kecaman tentang hilangnya kasih semula terletak setelah pujian pertama, tetapi sebelum pujian kedua, dan karena itu ia lalu menyimpulkan bahwa kecaman itu berhubungan dengan pujian pertama itu.

Kata-kata Ramsey di atas sesuai dengan kata-kata Mounce yang berikut ini.

Robert H. Mounce (NICNT): “Every virtue carries within itself the seeds of its own destruction” (= Setiap sifat baik / kebajikan membawa dalam dirinya sendiri benih kehancuran dirinya sendiri)  - hal 88.

Memang orang yang kuat dalam doktrin dan berani / tegas biasanya rawan dalam persoalan kasih! Sebaliknya orang yang penuh kasih, sabar, biasanya kompromistis / kurang tegas, atau munafik / suka berdusta, pengecut, dsb.

Penerapan:

Karena itu kalau saudara menjumpai apapun yang baik dalam diri saudara, maka renungkanlah hal buruk apa yang ter-cakup dalam hal baik tersebut, dan berusahalah untuk memper-tahankan hal baiknya dan membuang hal buruknya.

5.   Ciri / akibat berkurangnya / hilangnya kasih yang semula.

Thomas Manton: “Where we love there will be musing on the object beloved, there will be familiarity and intimateness of converse. There is not a day can pass but love will find some errand and occasion to confer with God, either to implore his help or ask his counsel. But now, when men can pass over whole days and weeks, and never give God a visit, such strangeness argueth little love. Again, when there is no care of glorifying God, no plotting and contrivings how we may be most useful for him, when we do not mourn over sin as we were wont to do, are not so sensible of offences, have not these meltings of heart, are not so careful to avoid all occasions of offending God, are not so watchful, so zealous, as we were wont to be, do not rise up in arms against temptations and carnal thoughts, love is decayed. Certainly when the sense of our obligation to Christ is warm upon the heart, sin doth not escape so freely; love will not endure it to live and act in the heart, Titus 2:11-12, Gen 39:9. But now, as this is worn off, the heart is not watched, the tongue is not bridled, speeches are idle, yea, rotten and profane; wrath and envy tyrannise over the soul, all runneth to riot in the poor neglected heart; yea, further, God’s public worship is performed perfunctorily, and in a careless, stupid manner; sin confessed without remorse and sense of the wrong done to God; prayer made for spiritual blessings without desire of obtaining; wrath deprecated without any fear of the danger; intercession for others without any sympathy or brotherly love; thanks given without any conference of holy things is either none at all, or very slight and careless; hearing without attention; reading without a desire of profit; singing without any delight or melody of heart. All this is but the just account of a heart declining in the love of God” [= Dimana kita mengasihi disana akan ada perenungan tentang obyek yang dikasihi, disana akan ada keakraban dan keintiman dalam pembicaraan. Tidak ada satu haripun akan berlalu dimana kasih tidak menemukan pesan / berita dan alasan / kesempatan untuk berbicara dengan Allah, untuk meminta pertolonganNya atau nasehatNya. Tetapi sekarang, ketika seseorang bisa melewati beberapa hari dan minggu tanpa pernah mengunjungi Allah, keanehan seperti itu menunjukkan kasih yang sedikit / kecil. Juga, pada saat ada ketidakpedulian dalam memuliakan Allah, tidak ada perencanaan dan usaha / penyusunan tentang bagai-mana kita bisa menjadi paling berguna untuk Dia, pada saat kita tidak berkabung atas dosa seperti yang biasa kita lakukan, tidak peka terhadap pelanggaran, tidak mempunyai hati yang hancur, tidak begitu hati-hati untuk menghindari semua kesempatan untuk menyakiti hati / menyalahi Allah, tidak begitu berjaga-jaga dan bersemangat seperti kita biasanya, tidak bangkit untuk melawan pencobaan dan pikiran daging, kasih itu berkurang / melemah. Jelas bahwa ketika rasa kewajiban pada Kristus itu hangat dalam hati kita, dosa tidak lolos dengan begitu bebas; kasih tidak akan mengijinkannya hidup dan bertindak dalam hati, Titus 2:11-12, Kej 39:9. Tetapi sekarang, karena semua ini sudah luntur, hati tidak dijaga, lidah tidak dikekang, kata-kata kosong bahkan busuk dan kotor / tak senonoh; kemarahan dan iri hati merajalela dalam jiwa, semua menuju pada kekacauan dalam hati yang diabaikan; lebih jauh lagi, bahkan kebaktian dilakukan dengan asal-asalan / tak sungguh-sungguh dan dalam cara yang ceroboh dan bodoh; dosa diakui tanpa penyesalan dan perasaan bersalah kepada Allah; doa untuk berkat rohani tanpa keinginan untuk mendapatkan; kemarahan mengutuk tanpa takut bahaya; doa syafaat untuk orang lain tanpa simpati atau kasih persaudaraan; syukur diberikan tanpa menghargai kebaikan / manfaat atau kasih kepada Allah dalam mengingat mereka; perundingan tentang hal-hal kudus tidak pernah dilakukan atau sangat sedikit dan ceroboh; pembacaan (Kitab Suci / Firman Tuhan) tanpa keinginan mendapatkan keuntungan / manfaat; menyanyi tanpa kesenangan atau nyanyian di hati. Semua ini hanyalah laporan / catatan suatu hati yang menurun dalam kasih kepada Allah] - ‘Jude’, hal 345-346.

Renungkanlah kata-kata Manton di atas ini kata demi kata, dan ban-dingkanlah dengan hidup saudara. Dari situ saudara bisa mengetahui apakah saudara sudah kehilangan kasih yang semula atau tidak.

Thomas Manton: “In our serious sequestration and retirements we should have such thoughts as these are: - I was wont to spend some time every day with God; I remember when it was a delight to me to think of him; now I have no heart to pray or meditate, no relish of communion with his blessed majesty; it was the joy of my soul to be at an ordinance, the returns of the Sabbath were welcome to me; but now what a weariness is it! Time was when I had sweet experiences, and the graces of God’s Spirit were more lively in me, but now all is dead and inefficacious; time was when a vain thought was burdensome unto me, but now I can away with sinful actions; time was when the mispence of ordinary time was a grief unto my soul, now I can spend the Sabbath unprofitably and never be troubled, &c. Thus should you consider your estate” (= Dalam penyendirian kita yang serius kita harus mempunyai pemikiran-pemikiran seperti ini: Saya biasanya menghabiskan beberapa waktu setiap hari dengan Allah; saya ingat bahwa dulu adalah suatu kesenangan bagi saya untuk berpikir tentang Dia; sekarang aku tidak mempunyai hati untuk berdoa dan bermeditasi, tidak ada kesukaan dalam bersekutu dengan Dia; dulu adalah sukacita dari jiwaku untuk berada dalam Perjamuan Kudus, datangnya hari Sa-bat kusambut dengan baik; tetapi sekarang alangkah membosankannya hal itu! Ada saat dimana aku mempunyai pengalaman yang manis, dan kasih karunia Roh Allah lebih hidup dalam diriku, tetapi sekarang semua mati dan tidak manjur; ada saat dimana pemikiran sia-sia adalah suatu beban bagiku, tetapi sekarang aku bisa mengabaikan tindakan-tindakan berdosa; ada saat dimana penghamburan waktu biasa merupa-kan kesedihan bagi jiwaku, sekarang aku bisa menghamburkan Sabat secara tak berguna dan tidak merisaukannya, dsb. Begitulah engkau harus memikirkan / merenungkan keadaanmu) - ‘Jude’, hal 346-347.

Pulpit Commentary: “with all their discernment of evil, and zeal against it, they lacked reality. Their light still burned, but in a dull, lifeless way; their service had become mechanical (= dengan pandangan mereka yang tajam terhadap kejahatan, dan semangat menentangnya, mereka kekurangan realitas / kenyataan. Lampu mereka tetap menyala, tetapi secara pudar dan tak bersemangat; pelayanan mereka telah menjadi pelayanan mekanis) - hal 58.

John Stott: “Without this love, the Church’s work is lifeless” (= Tanpa kasih ini, pekerjaan Gereja tidak bersemangat) - hal 28.

John Stott: “It is the duty of man to worship God, of the creature to worship his Creator, but the duty is barren without love. If the worship of the Church is to be more than lip-service, it must spring from hearts that love God. ... I expect the worship of the church of Ephesus was almost dead. The singing had become drab and uninspired, and the prayers were scarcely better than heathen incantations. There was form but no spirit. There was no life because there was no love. What was true of the public worship of the Ephesian Christians was true no doubt of their private devotions also. Only love can save private prayer and Bible reading from degenerating into a mechanical routine” (= Adalah kewajiban dari manusia untuk menyembah / berbakti kepada Allah, dari makhluk ciptaan untuk menyembah / berbakti kepada Penciptanya. Jika penyembahan / kebaktian dari Gereja tidak merupakan kebaktian di bibir saja, maka itu harus keluar dari hati yang mengasihi Allah. ... Saya memperkirakan bahwa kebaktian gereja Efesus hampir mati. Nyanyian telah menjadi membosankan / tidak menarik dan tak bersemangat, dan doa-doa hampir tidak lebih baik dari mantera-mantera orang kafir. Di sana ada upacara tetapi tidak ada roh / semangat. Di sana tidak ada kehidupan / semangat karena di sana tidak ada kasih. Apa yang benar tentang kebaktian umum orang-orang kristen Efesus pasti juga benar tentang Saat Teduh pribadi mereka. Hanya kasih yang bisa menyelamatkan doa dan pembacaan Kitab Suci secara pribadi terhadap penurunan menjadi suatu kerutinan yang bersifat mekanis) - hal 30.

Pulpit Commentary: “The outward forms may be perfect, zeal may be maintained, patience unwearied, orthodoxy untarnished; but if love - the soul’s secret energy - be impaired, time only is needed to bring the Church to utter decay” (= Hal-hal luar / lahiriah mungkin sempurna, semangat mungkin dipertahankan, kesabaran tidak pernah lelah, keorthodoxan tidak bercacat; tetapi kalau kasih - kekuatan rahasia dari jiwa - berkurang / rusak, hanya waktu yang dibutuhkan untuk membawa gereja pada kebusukan total) - hal 92.

Memang saya percaya bahwa orang yang meninggalkan kasih yang semula mula-mula bisa kelihatan tetap baik. Mungkin ia tetap melayani, tetap bersaat teduh, tetap memberi persembahan, dsb. Tetapi kalau keadaan ini dibiarkan, maka keadaan akan makin lama makin memburuk, sehingga dari luarpun hal itu akan kelihatan.

John Stott: “toil becomes drudgery if it is not a labour of love. Jacob could work seven years for the hand of Rachel only because he loved her, and the seven years ‘seemed to him but a few days because of the love he had for her’ (Gen. 29:20). The endurance of suffering can be hard and bitter if it is not softened and sweetened by love. It is one thing to grit the teeth and clench the fists with Stoical indifference, and quite another to smile in the face of adversity with Christian love” [= jerih payah menjadi pekerjaan yang membosankan jika itu bukanlah pekerjaan kasih. Yakub bisa bekerja 7 tahun untuk mendapatkan tangan Rahel hanya karena ia mengasihinya, dan 7 tahun itu ‘baginya terlihat seperti hanya beberapa hari karena kasihnya kepadanya’ (Kej 29:20). Bertahan terhadap penderitaan bisa menjadi berat dan pahit jika itu tidak dilunakkan dan dimaniskan oleh kasih. ‘Mengertakkan gigi dan mengepalkan kepalan dengan ke-tidak-acuhan Stoa’ berbeda dengan ‘tersenyum menghadapi kesengsaraan dengan kasih Kristen’] - hal 28.

Catatan: golongan Stoic / Stoa adalah golongan yang disebutkan dalam Kis 17:18. Ini adalah golongan yang percaya pada takdir, tetapi mereka percaya bahwa takdir itu bahkan ada di atas Allah.

6.   Apa yang harus dilakukan supaya kasih yang semula tidak berkurang / hilang?

·        terus bertumbuh secara rohani; jangan pernah puas dengan apa yang saudara capai secara rohani, baik dalam pengertian Firman Tuhan, keteguhan iman, pengudusan dsb.

Thomas Manton: “Increase and grow in love, 1Thes. 4:10. Nothing conduceth to a decay more than contentment with what we have received; every day you should love sin less, self less, world less, but Christ more and more” (= Bertambahlah dan bertumbuhlah dalam kasih, 1Tes 4:10. Tidak ada yang lebih menimbulkan kebusukan / penurunan kasih dari pada kepuasan dengan apa yang telah kita terima; setiap hari engkau harus makin kurang mengasihi dosa, diri sendiri, dunia, tetapi mengasihi Kristus makin lama makin banyak) - ‘Jude’, hal 346.

1Tes 4:10 - “Hal itu kamu lakukan juga terhadap semua saudara di seluruh wilayah Makedonia. Tetapi kami menasihati kamu, saudara-saudara, supaya kamu lebih bersungguh-sungguh lagi melakukannya.

·        kalau terjadi penurunan kasih, tanganilah secepat mungkin.

Thomas Manton: “Observe the first declinings, for these are the cause of all the rest. Evil is best stopped in the beginning; if, when we first began to grow careless, we had taken heed, then it would never have come to this. ... it is easier to crush an egg than to kill the serpent” (= Amatilah penurunan pertama, karena ini adalah penyebab dari semua yang lain. Kejahatan sebaiknya dihentikan pada permulaan; jika pada waktu pertama-tama kita mulai bertumbuh menjadi ceroboh kita sudah memperhatikan, maka itu tidak akan pernah menjadi seperti ini. ... adalah lebih mudah menghancurkan sebuah telur dari pada membunuh ularnya) - ‘Jude’, hal 346.

Ay 5: “Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat”.

1)   ‘Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh!’.

KJV: ‘Remember therefore from whence thou art fallen’ (= Sebab itu ingatlah dari mana engkau jatuh).

NASB: ‘Remember therefore from where you have fallen’ (= Sebab itu ingatlah dari mana engkau telah jatuh).

NIV: ‘Remember the height from which you have fallen!’ (= Sebab itu ingatlah ketinggian dari mana engkau telah jatuh).

RSV: ‘Remember then from what you have fallen’ (= Sebab itu ingatlah dari apa engkau telah jatuh).

Jadi, untuk orang yang meninggalkan kasih yang pertama, hal pertama yang harus dilakukan adalah melihat ke belakang untuk mengingat-ingat dimana / kapan ia meninggalkan kasih yang pertama itu, dan untuk membandingkan keadaan pada waktu ia masih mempunyai kasih yang pertama dengan keadaan sekarang setelah ia meninggalkan kasih yang pertama itu.

Perlu diingat bahwa ‘melihat ke belakang’ bisa merupakan dosa. Contoh:

·        istri Lot dalam Kej 19:26.

·        Israel yang ingin kembali ke Mesir (Kel 16:3  17:3  Bil 11:5  Bil 14:2-4  Bil 20:5).

·        Luk 9:62 - “Tetapi Yesus berkata: ‘Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah’”.

·        Pengkhotbah 7:10 - “Janganlah mengatakan: ‘Mengapa zaman dulu lebih baik dari pada zaman sekarang?’ Karena bukannya berdasarkan hikmat engkau menanyakan hal itu”.

Tetapi jelas bahwa kalau kita melihat ke belakang dengan motivasi untuk mengembalikan kasih yang semula, maka ini justru merupakan sesuatu yang baik.

James B. Ramsey: “Recall the past experience of His grace” (= Ingatlah pengalaman lampau tentang kasih karuniaNya) - hal 132.

Ini mencakup mengingat saat pertobatan, saat berjalan bersama Tuhan, jawaban doa, berkat Firman Tuhan, kemajuan iman dan pengudusan, kemenangan atas godaan / pencobaan, dsb.

2)   ‘Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan’.

KJV: ‘repent, and do the first works (= bertobatlah, dan lakukanlah pekerjaan-pekerjaan pertama).

Jadi, setelah kita tahu tindakan apa yang menyebabkan kita meninggalkan kasih pertama itu, maka kita harus bertobat (mengaku dosa dan membuang dosa). Setelah itu kita harus kembali melakukan ‘pekerjaan pertama’, yaitu pekerjaan yang kita lakukan pada waktu kita masih mempunyai ‘kasih yang pertama’.

Pulpit Commentary: “‘The first works’ means ‘the fruits of thy first love’” (= ‘Pekerjaan-pekerjaan pertama’ berarti ‘buah-buah dari kasih pertamamu’) - hal 58.

Mungkin saudara merasa heran akan perintah ini, karena bukankah gereja Efesus adalah orang-orang yang sudah bekerja keras bagi Tuhan? Memang, tetapi ingatlah bahwa dalam 1Kor 13:1-3 Paulus berkata bahwa semua perbuatan baik / pelayanan tidak ada gunanya kalau tidak ada kasih (Ladd, hal 39). Jadi Kristus tidak menghendaki seadanya pekerjaan (asal melayani), tetapi ia menghendaki pekerjaan yang dilandasi oleh kasih kepadaNya!

3)   ‘Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat’.

a)   Terjemahan KJV salah.

KJV: ‘or else I will come unto thee quickly (= atau jika tidak Aku akan datang kepadamu dengan cepat / segera).

Kata ‘quickly’ (= dengan cepat / segera) ini tidak ada dalam terjemahan Inggris yang lain, dan seharusnya memang tidak ada.

b)   Setelah memberikan perintah untuk bertobat, Kristus memberikan ancaman kalau mereka tidak bertobat. Kristus mengancam akan ‘mengambil kaki dian mereka dari tempatnya’. Apa artinya?

Adam Clarke: “As there is here an allusion to the candlestick in the tabernacle and temple, which could not be removed without suspending the whole Levitical service, so the threatening here intimates that, if they did not repent, &c., he would unchurch them; they should no longer have a pastor, no longer have the word and sacraments, and no longer have the presence of the Lord Jesus” (= Karena di sini ada gambaran kaki dian dalam Kemah Suci dan Bait Allah, yang tidak bisa disingkirkan tanpa menyingkirkan seluruh pelayanan Imamat, maka ancaman di sini menunjukkan bahwa jika mereka tidak bertobat dsb, Ia akan membuat mereka tidak mempunyai gereja; mereka akan tidak mempunyai pendeta, tidak lagi mempunyai Firman dan sakramen, dan tidak lagi mendapatkan kehadiran Tuhan Yesus) - hal 976.

c)   Ancaman ini akhirnya tergenapi: gereja Efesus musnah!

William Hendriksen: “The threat ‘or else I come to thee, and will move thy lampstand out of its place’, was fulfilled. There is today no church in Ephesus. The place itself is a ruin” (= Ancaman ‘jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya’ digenapi. Sekarang tidak ada gereja di Efesus. Tempat itu sendiri merupakan suatu reruntuhan) - hal 62.

Steve Gregg: “Indeed, today there is no city or church in the Turkish location that was once Ephesus. Islam has been established in this region which Paul had once thoroughly evangelized (Acts 19:10). How different might the history of that region have been had the church continued to practice its first love (Eph. 1:15)?” [= Memang, sekarang tidak ada kota atau gereja di lokasi Turki yang dulunya adalah Efesus. Islam telah ditegakkan di daerah dimana Paulus pernah memberitakan Injil secara menyeluruh (Kis 19:10). Alangkah berbedanya sejarah dari daerah itu, andaikata gereja itu terus mempraktekkan kasih pertamanya (Ef 1:15)] - hal 65.

John Stott: “He warns them that if they disobey His commands, and do not repent, their church’s existence will be ignominiously terminated. I will come to you and remove your lampstand from its place, unless you repent (v. 5). No church has a secure and permanent place in the world. It is continuously on trial. If we can judge from the letter which Bishop Ignatius of Antioch wrote to the Ephesian church at the beginning of the second century, it rallied after Christ’s appeal. Ignatius describes it in glowing terms. But later it lapsed again, and by the Middle ages its Christian testimony had been obliterated. ‘The little railway station and hotel and few poor dwelling houses of Ayasaluk, which now command the ruins of the city, are eloquent of the doom which has overtaken both Ephesus and its church’ (H. B. Swete, The Apocalypse of St. John: p. 27). Otherwise, there is nothing but rubble and a bog. A traveller visiting the village ‘found only three Christians there’, writes Trench (p. 81) ‘and these sunken in such ignorance and apathy as scarcely to have heard the names of St. Paul or St. John. Christ’s warning to Ephesus is just as appropriate to us today. Our own church’s light will be extinguished if we stubbornly persevere in our refusal to love Christ” [= Ia memperingati mereka bahwa jika mereka tidak mentaati perintahNya, dan tidak bertobat, keberadaan gereja mereka akan diakhiri secara memalukan. Aku akan datang kepadamu dan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, kecuali kamu bertobat (ay 5). Tidak ada gereja yang mempunyai tempat yang aman dan permanen dalam dunia. Gereja diuji secara terus menerus. Jika kita menilai dari surat yang ditulis oleh Uskup Ignatius dari Antiokhia kepada gereja Efesus pada awal abad kedua, gereja ini hidup kembali sesuai seruan Kristus. Ignatius menggambarkannya dengan ungkapan yang bersemangat. Tetapi belakangan gereja itu tergelincir lagi, dan pada abad pertengahan kesaksian kristennya dihapuskan. ‘Setasiun kereta api kecil dan hotel dan beberapa rumah orang miskin di Ayasaluk, yang sekarang menguasai reruntuhan kota itu, merupakan suatu gambaran / pernyataan yang hidup tentang peng-hakiman / hukuman / nasib tragis yang menimpa Efesus dan gerejanya’ (H.B. Swete, The Apocalypse of St. John: hal 27). Selain itu, tidak ada apapun kecuali reruntuhan dan tanah berlumpur / berawa. Seorang pelancong yang mengunjungi desa itu ‘menemukan hanya tiga orang kristen di sana’ tulis Trench (hal 81) ‘dan mereka ini tenggelam dalam ketidaktahuan dan sikap acuh tak acuh sedemikian rupa sehingga hampir tidak pernah mendengar nama Paulus atau Yohanes’. Peringatan Kristus kepada Efesus ini juga cocok bagi kita sekarang. Terang gereja kita sendiri akan dipadamkan jika kita secara tegar tengkuk bertekun dalam penolakan untuk mengasihi Kristus] - hal 33.

James B. Ramsey: “A church, therefore, may be large and prosperous, zealous for truth and order and purity, labouring patiently and successfully for the name of Christ, and yet there may be, unseen by human eyes, and unsuspected even by herself, a secret defect that silently but surely threatens her very existence. No external zeal can compensate for declining love” (= Karena itu, suatu gereja bisa besar dan makmur, bersemangat untuk kebenaran dan keteraturan dan kemurnian, bekerja dengan sabar dan sukses untuk nama Kristus, tetapi di sana bisa ada, tanpa terlihat oleh mata manusia, dan tidak diduga bahkan oleh gereja itu sendiri, suatu cacat rahasia yang, secara diam-diam tetapi pasti, mengancam keberadaannya. Tidak ada semangat lahiriah yang bisa menggantikan kasih yang menurun) - hal 130-131.

d)   Beberapa hal tentang ancaman dan penggenapan di sini.

·        Mengapa Kristus mengancam untuk menghancurkan, dan akhirnya betul-betul menghancurkan gereja Efesus? Bukankah ‘something’ (= sesuatu) lebih baik dari pada ‘nothing’ (= tidak ada sama sekali)?

Pulpit Commentary: “Our Lord Jesus does not desire the prolonged continuance of a Church whose love in on the decline. A cold Church does not and cannot represent Jesus in the world; it is no longer accomplishing the object for which Churches are formed, and therefore there is no reason why it should continue” (= Tuhan kita Yesus tidak menginginkan keberadaan lebih lama dari suatu gereja yang kasihnya menurun. Gereja yang dingin tidak mewakili dan tidak bisa mewakili Yesus dalam dunia ini; gereja itu tidak lagi mengerjakan tujuan pembentukan gereja, dan karena itu tidak ada alasan mengapa gereja itu harus dilanjutkan) - hal 70.

·        Ancaman dan lebih-lebih penggenapannya, menunjukkan bahwa kehilangan kasih pertama / semula bukanlah suatu dosa yang remeh!

·        Ancaman dan penggenapan ini membuat saudara harus, secara serius dan dengan segera, membenahi gereja saudara, khususnya kalau gereja saudara serupa dengan gereja Efesus atau bahkan lebih jelek!

·        Ancaman dan penggenapannya ini tidak bertentangan dengan:

*        Yes 42:3a - “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya”.

Mengapa? Karena Yes 42:3b ini berbicara soal individu kristen. Untuk individu kristen (yang sejati), bagaimanapun hebatnya ia jatuh, Kristus tidak akan menghancurkannya. Tetapi Wah 2:5 membicarakan gereja lokal, dan ini memang bisa dihancurkan. Perlu diingat bahwa pada waktu gereja Efesus dimusnahkan, itu tidak berarti bahwa orang kristennya lalu murtad / kehilangan keselamatannya. Mungkin mereka mati, atau pindah ke tempat lain, tetapi mereka tetap selamat.

*        Mat 16:18b - “di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya”.

Mengapa, dan apa bedanya? Karena Mat 16:18b ini berbicara soal gereja Universal / Gereja yang kudus dan am. Gereja Universal ini tidak mungkin akan hancur, tetapi gereja lokal bisa!

Ay 6: “Tetapi ini yang ada padamu, yaitu engkau membenci segala perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus, yang juga Kubenci”.

1)   Apa yang dimaksud dengan ‘pengikut-pengikut Nikolaus’ / golongan Nikolaitan ini?

a)   Pendirinya dan ajarannya.

Banyak yang mengatakan bahwa Nikolaus ini sama dengan Nikolaus yang merupakan salah satu dari 7 diaken dalam Kis 6:1-6, yang lalu menjadi sesat, tetapi banyak juga yang menentang pandangan ini.

Pulpit Commentary: “A common belief was that their founder was Nicolaus of Antioch, one of the seven deacons. Ireneaus (i. 26), followed by Hippolytus (‘Refut,’ vii. 24), supported this view; Ignatius (‘Trall,’ 9) and the Apostolic Constitutions (vi. 8) are against it. The Nicolaitans may have claimed him as their founder, or similarity of name may have caused confusion with a different person” [= Kepercayaan yang umum adalah bahwa pendiri mereka adalah Nikolaus dari Antiokhia, salah satu dari tujuh diaken. Ireneaus (i. 26), diikuti oleh Hippolytus (‘Refut’, vii. 24), mendukung pandangan ini; Ignatius (‘Trall’, 9) dan the Apostolic Constitution (vi. 8) menentang pandangan ini. Pengikut Nikolaus mungkin mengclaim Nikolaus sebagai pendirinya, atau persamaan nama mungkin telah menyebabkan kekacauan dengan orang yang berbeda] - hal 58.

William Barclay: “Ireneaus says of the Nicolaitans that ‘they lived lives of unrestrained indulgence’ (Against Heresies, 1.26.3). Hippolytus says that he was one of the seven and that ‘he departed from correct doctrine, and was in the habit of inculcating indifference of food and life’ (Refutation of Heresies, 7:24). The Apostolic Constitution (6:8) describe the Nicolaitans as ‘shameless in uncleanness.’ Clement of Alexandria says they ‘abandon themselves to pleasure like goats ... leading a life of self-indulgence.’ But he acquits Nicolaus of all blame and says that they perverted his saying ‘that the flesh must be abused.’ Nicolaus meant that the body must be kept under; the heretics perverted it into meaning that the flesh can be used as shamelessly as a man wishes (The Miscellanies 2:20). The Nicolaitans obviously taught loose living” [= Ireneaus berkata tentang pengikut Nikolaus bahwa ‘mereka hidup dengan keinginan hati yang tidak dikekang’ (Against Heresies, 1.26.3). Hippolytus mengatakan bahwa ia adalah salah satu dari tujuh diaken dan bahwa ‘ia menyimpang dari doktrin yang benar, dan mempunyai kebiasaan untuk menanamkan ketidak-acuhan terhadap makanan dan kehidupan’ (Refutation of Heresies, 7:24). The Apostolic Constitution (6:8) menggambarkan pengikut Nikolaus sebagai ‘memalukan dalam kenajisan’. Clement dari Alexandria mengatakan mereka ‘meninggalkan diri mereka sendiri dalam kesenangan seperti kambing ... membawa pada suatu kehidupan yang memuaskan keinginan sendiri’. Tetapi ia melepaskan Nikolaus dari segala tuduhan dan mengatakan bahwa mereka menyimpangkan kata-katanya ‘bahwa daging harus disiksa / diperlakukan dengan kejam / disalah-gunakan (abused)’. Nikolaus memaksudkan bahwa tubuh harus dikuasai; tetapi orang-orang sesat itu membelokkannya dan mengartikannya bahwa daging bisa digunakan tanpa tahu malu sebagaimana seseorang menginginkannya (The Miscellanies 2:20). Pengikut Nikolaus jelas mengajarkan kehidupan yang longgar / tidak ketat] - hal 67.

James B. Ramsey: “The very name of these Nicolaitans has become synonymous with antinomian and licentious indulgences” (= Nama dari pengikut Nikolaus ini telah menjadi sinonim dengan ‘anti hukum’ dan keinginan-keinginan yang tidak bermoral) - hal 129.

Barclay memberikan kemungkinan-kemungkinan cara mereka berargumentasi:

·        Hukum Taurat sudah tidak berlaku, dan karena itu orang kristen boleh berbuat sekehendak mereka. Bandingkan ini dengan Gal 5:13 - “Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa”.

·        Tubuh ini ‘evil’ (= jahat) dan karena itu bagaimanapun seseorang hidup, itu tidak mempengaruhinya.

Penerapan:

Sejalan dengan pemikiran sesat ini, banyak orang kristen yang tidak lagi berjuang untuk menguduskan dirinya karena berpikir: ‘Bagaimanapun aku berusaha untuk kudus, tetap saja aku banyak berbuat dosa. Jadi lebih baik aku tidak perlu berusaha’.

·        Orang kristen dibela oleh kasih karunia Allah, sehingga tidak akan ada ruginya sekalipun hidup berdosa. Bandingkan ini dengan:

*        Ro 5:20-6:2 - “Tetapi hukum Taurat ditambahkan supaya pelanggaran menjadi semakin banyak; dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah, supaya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?”.

*        Ro 6:15-16 - “Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak! Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran?”.

Barclay juga mengatakan bahwa problem yang menyebabkan kesesatan mereka ini adalah bahwa orang kristen harus hidup berbeda dengan orang kafir, khususnya dalam persoalan makan persembahan berhala dan perzinahan yang pada abad pertama itu merupakan hal yang merajalela. Karena itu mereka mengkompromikan ajaran Kristen.

William Barclay: “To John the Nicolaitans were worse than pagans, for they were the enemy within the gates. The Nicolaitans were not prepared to be different; they were the most dangerous of all heretics from a practical point of view, for, if their teaching had been successful, the world would have changed Christianity and not Christianity the world” (= Bagi Yohanes pengikut Nikolaus ini lebih buruk dari orang kafir, karena mereka adalah musuh dalam pintu gerbang. Pengikut Nikolaus tidak siap untuk menjadi berbeda; mereka adalah yang paling berbahaya dari semua ajaran sesat dari sudut pandang praktis, karena jika ajaran mereka sukses, maka dunialah yang mengubah kekristenan dan bukannya kekristenan mengubah dunia) - hal 68.

William Barclay: “this danger is coming not from outside the Church but from inside. The claim of these heretics was that they were not destroying Christianity but presenting an improved version” [= bahaya datang bukan dari luar Gereja tetapi dari dalam. Klaim dari orang-orang sesat ini adalah bahwa mereka bukannya menghancurkan kekristenan tetapi memperkenalkan / mengajukan suatu versi yang lebih baik (versi baru yang merupakan perbaikan dari versi lama)] - hal 66.

Penerapan:

Ini seperti bahasa Roh, nggeblak, Toronto Blessing, bahwa seluruh ajaran Kharismatik yang dianggap sebagai versi kristen yang telah diperbaiki.

b)   Pengikut Nikolaus ini sesat dalam doktrin maupun praktek.

Barnes’ Notes: “The word Nicolaitanes occurs only in this place, and in the 15th verse of this chapter. ... From the two passages, compared with each other, it would seem that they were alike corrupt in doctrine and in practice, for in the passage before us their deeds are mentioned, and in ver. 15 their doctrine” (= Kata ‘Nikolaus’ muncul hanya di sini dan pada ayat 15 dari pasal ini. ... Dari kedua bagian ini, dibandingkan satu dengan yang lain, kelihatannya mereka ini rusak / jahat dalam doktrin dan dalam praktek, karena dalam bagian di depan kita ini tindakan mereka yang disebutkan, dan dalam ay 15 doktrin mereka) - hal 1555.

c)   Hubungan ‘golongan Nikolaitan’ dengan ‘penganut ajaran Bileam’ (Wah 2:14) dan ‘pengikut wanita Izebel’ (Wah 2:20).

Ada pandangan-pandangan yang berbeda-beda tentang hal ini.

William Barclay: “the Nicolaitans and those who hold the teaching of Balaam were, in fact, one and the same. There is a play on words here. The name Nicolaus, the founder of the Nicolaitans, could be derived from two Greek words, nikan, to conquer, and LAOS, the people. Balaam can be derived from two Hebrew words, BELA, to conquer, and HA’AM, the people. The two names, then, are the same and both can describe an evil teacher, who has won victory over the people and subjugated them to poisonous heresy” (= ‘Pengikut Nikolaus’ dan ‘mereka yang memegang ajaran Bileam’ dalam faktanya adalah satu dan sama. Ada permainan kata di sini. Nama ‘Nikolaus’, pendiri dari sekte Nikolaitan, bisa diturunkan dari 2 kata Yunani, NIKAN, ‘mengalahkan’, dan LAOS, ‘orang-orang’ / ‘bangsa’. Kata ‘Bileam’ bisa diturunkan dari 2 kata Ibrani, BELA, ‘mengalahkan’, dan HA’AM, ‘orang-orang’ / ‘bangsa’. Jadi, kedua nama ini adalah sama dan keduanya bisa menggambarkan seorang guru yang jahat, yang telah mendapat kemenangan atas orang-orang / bangsa dan menaklukkan mereka kepada ajaran sesat yang beracun) - hal 66.

Pulpit Commentary: “The name Nicolaus may be intended as a Greek equivalent of Balaam, but this is by no means certain” (= Nama Nikolaus mungkin dimaksudkan sebagai kata Yunani yang sama dengan kata Bileam, tetapi ini sama sekali tidak pasti) - hal 58.

Leon Morris setuju dengan William Barclay, tetapi Albert Barnes mengatakan bahwa penyebutan golongan Nikolaitan dan penganut ajaran Bileam secara berurutan dalam Wah 2:14-15 justru menunjukkan bahwa mereka bukanlah golongan yang sama.

William Hendriksen beranggapan bahwa selain ‘golongan Nikolaitan’ dan ‘penganut ajaran Bileam’, ada satu golongan lagi yaitu ‘penganut / pengikut Izebel’ (Wah 2:20), yang juga menunjuk pada golongan yang sama.

Pulpit Commentary: “The doctrine of the Nicolaitans, and that of Balaam (ver. 14), and that of the woman Jezebel (ver. 20), seem to have this much in common - a contention that the freedom of the Christian placed him above the moral Law. Neither idolatry nor sensuality could harm those who had been made free by Christ” [= Doktrin dari Nikolaitan, dan doktrin dari Bileam (ay 14), dan doktrin dari wanita Izebel (ay 20), kelihatannya mempunyai persamaan ini - suatu pendirian bahwa kebebasan orang Kristen menempatkan dia di atas hukum moral. Baik penyembahan berhala maupun pemuasan hawa nafsu tidak dapat merugikan mereka yang telah dibebaskan oleh Kristus] - hal 58.

2)   Gereja Efesus dipuji karena membenci perbuatan pengikut Nikolaus.

Perhatikan beberapa komentar di bawah ini berkenaan dengan hal ini.

John Stott: “They were not so stupid as to suppose that Christian charity can tolerate such false apostles. Love embraces neither error nor evil” (= Mereka tidak sedemikian bodoh sehingga menganggap bahwa kasih Kristen bisa menoleransi rasul-rasul palsu seperti itu. Kasih tidak memeluk kesalahan maupun kejahatan) - hal 26.

Catatan: John Stott (hal 24) menganggap bahwa yang disebut rasul-rasul palsu dalam ay 2 adalah golongan Nikolaitan ini.

Homer Hailey: “The child of God who does not hate wickedness does not love righteousness” (= Anak Allah yang tidak membenci kejahatan tidak mengasihi kebenaran) - hal 123.

Leon Morris (Tyndale): “While love is the typical Christian attitude, love for the good carries with it a corresponding hatred for what is wrong. ... Notice that it is the deeds and not the persons which are the objects of hatred” (= Sekalipun kasih adalah sikap kristen yang khas, kasih terhadap yang baik membawa hal yang cocok dengannya yaitu kebencian terhadap apa yang salah. ... Perhatikan bahwa adalah perbuatannya dan bukan orangnya yang merupakan obyek kebencian itu) - hal 61.

Pulpit Commentary: “it is possible to hate what Christ hates without loving what he loves” (= Adalah mungkin untuk membenci apa yang Kristus benci tanpa mengasihi apa yang Ia kasihi) - hal 58.

Misalnya seseorang bisa membenci ajaran sesat, tetapi tidak merindukan Firman Tuhan yang benar, malas berdoa, segan melayani / memberitakan Injil, dsb. Ini tentu bukan merupakan sesuatu yang benar. Kita harus membenci apa yang Kristus benci dan mengasihi apa yang Kristus kasihi.

3)   James B. Ramsey membandingkan ay 2 (dimana mereka menentang doktrin sesat dari rasul-rasul palsu) dengan ay 6 (dimana mereka menentang praktek-praktek tak bermoral dari golongan Nikolaitan), dan lalu berkata:

“Observe also how resistance to false teachers and to immoral practices go together. Loose doctrines and loose morals are intimately connected. ... A low estimate of truth is inseparable from a low estimate of practical holiness. The conscience that is not tender enough to be wounded with false doctrines, is not tender enough to be hurt much with unholy practices” (= Perhatikan juga bahwa perlawanan terhadap guru-guru palsu dan terhadap praktek-praktek yang tidak bermoral berjalan bersama-sama. Doktrin yang longgar dan moral yang longgar berhubungan sangat erat. ... Penilaian yang rendah tentang kebenaran tidak terpisahkan dari penilaian yang rendah tentang kesucian praktis. Hati nurani yang tidak cukup lembut / peka untuk dilukai oleh doktrin-doktrin sesat, juga tidak cukup lembut / peka untuk dilukai oleh praktek-praktek yang tidak suci) - hal 130.

Kata-kata Ramsey ini memang sangat logis. Dan karena itu jangan percaya adanya nabi palsu yang mempunyai doktrin sesat tetapi hidupnya bisa kudus, atau adanya orang kristen yang bersikap santai saja pada waktu mendengar ajaran sesat tetapi hidupnya bisa kudus. Kalau ada hal seperti itu, maka kekudusannya pasti hanya kekudusan lahiriah, pura-pura / munafik.

Ay 7: “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah”.

1)   ‘Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.

Bentuk jamak ‘jemaat-jemaat’ (atau ‘gereja-gereja’) menunjukkan bahwa setiap surat harus dibacakan kepada semua gereja, dan bukan hanya dibacakan di gereja kepada siapa surat itu ditujukan.

2)   ‘Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah’.

a)   ‘Barangsiapa menang’.

·        Homer Hailey (hal 118) mengatakan bahwa kata ‘menang’, dalam bahasa Yunaninya adalah NIKAO, yang merupakan kata favorit dari rasul Yohanes. Kata ini muncul 28 x dalam Perjanjian Baru, dan 24 diantaranya digunakan oleh rasul Yohanes (1 x dalam Injil Yohanes, 6 x dalam 1Yohanes, dan 17 x dalam Kitab Wahyu).

·        George Eldon Ladd: “The idea of conquering suggests warfare. The Christian life is an unrelenting warfare against the powers of evil” (= Gagasan tentang ‘menang / mengalahkan’ memberikan kesan suatu peperangan. Hidup Kristen merupakan suatu perang yang tidak ada hentinya melawan kuasa kejahatan) - hal 40.

Dan mengingat bahwa kata-kata / janji tentang ‘barang siapa menang’ ini ada dalam ketujuh surat dalam Wah 2-3 (2:7,1117,26  3:5,12,21), maka jelas bahwa tidak ada gereja yang tidak perlu berperang.

·        Orang yang menang adalah orang kristen yang setia dan bertekun sampai akhir dalam berperang melawan setan dan dosa dan dalam mengasihi Kristus.

Robert H. Mounce (NICNT): “The overcomer in Revelation is not one who has conquered an earthly foe by force, but one who has remained faithful to Christ to the very end. The victory he achieves is analogous to the victory of Christ on the cross” (= Pemenang dalam Kitab Wahyu bukanlah orang yang telah mengalahkan musuh duniawi dengan kekuatan, tetapi orang yang tetap setia kepada Kristus sampai akhir. Kemenangan yang ia capai analog dengan kemenangan Kristus pada kayu salib) - hal 90.

·        Bandingkan dengan 1Yoh 5:4 - “Perintah-perintahNya itu tidak berat, sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita”.

Jadi, sekalipun Wah 2:7 ini mengatakan ‘barangsiapa menang’ tetapi sebetulnya bagi orang kristen kemenangan itu dijamin. Adanya ja-minan membuat kita bisa mempunyai damai dan sukacita di tengah-tengah peperangan, tetapi adanya kata-kata ‘barangsiapa menang’ mengharuskan kita tetap berperang habis-habisan, dan bukannya bersikap santai karena toh sudah dijamin.

b)   ‘Taman Firdaus Allah’.

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘the paradise of God’.

Penggunaan kata ‘paradise’:

1.   Dalam Septuaginta atau Perjanjian Lama berbahasa Yunani, kata ini mempunyai 2 penggunaan:

·        Ini digunakan untuk menunjuk pada Taman Eden (Kej 2:8  3:1).

·        Ini digunakan untuk menunjuk pada taman / kebun yang megah / indah (Yes 1:30  Yer 29:5  Pengkhotbah 2:5).

2.      Dalam pemikiran orang kristen mula-mula dianggap bahwa semua orang mati akan pergi ke suatu tempat penantian, dan tinggal di sana sampai penghakiman terakhir. Tetapi di sana ada satu tempat khusus bagi para tokoh Kitab Suci dan nabi-nabi, dan tempat ini disebut ‘paradise’. Tertullian menganggap bahwa hanya ada satu golongan orang yang langsung masuk ke ‘paradise’ ini, yaitu para martir. Ia berkata:

“The sole key to unlock paradise is your own life’s blood” (= Satu-satunya kunci untuk membuka firdaus adalah darahmu sendiri) - William Barclay, hal 70.

Barclay lalu mengatakan:

“The great early thinkers did not identify paradise and heaven; paradise was the intermediate stage, where the souls of the righteous were fitted to enter the presence of God” (= Para pemikir mula-mula yang besar tidak menyamakan firdaus dengan surga; firdaus adalah tingkat di tengah-tengah, dimana jiwa dari orang benar disesuaikan untuk masuk ke hadirat Allah) - hal 71.

Terhadap hal ini Barclay lalu memberikan komentar sesatnya:

“There is something very lovely here. Who has not felt that the leap from earth to heaven is too great for one step and that there is need of a gradual entering into the presence of God?” (= Ada sesuatu yang indah di sini. Siapa yang tidak merasa bahwa loncatan dari bumi ke surga adalah terlalu besar untuk satu langkah dan bahwa diperlukan untuk masuk setahap demi setahap ke hadirat Allah?) - hal 71.

Kata-katanya ini menunjukkan seolah-olah darah Kristus tidak cukup berkuasa untuk menyucikan kita yang percaya, sehingga setelah mati kita masih membutuhkan semacam penyesuaian! Ini kontras sekali dengan cerita yang pernah saya baca tentang seorang penginjil, yang waktu diejek dengan pertanyaan: ‘Berapa jauhnya dari Chicago ke surga?’, lalu menjawab: ‘Hanya satu langkah. Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan sampai di surga!’.

3.   Pada akhirnya orang-orang kristen mengidentikkan ‘paradise’ dengan ‘surga’.

Dasarnya:

·        Luk 23:43 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus”.

Padahal waktu Yesus mati, Ia menyerahkan rohNya kepada Bapa (Luk 23:46), yang menunjukkan bahwa Ia pergi ke surga. Jadi jelas bahwa ‘Firdaus’ yang Ia maksudkan juga adalah surga.

·        Wah 2:7 ini mengatakan bahwa pohon kehidupan ada di Taman Firdaus Allah. Tetapi Wah 22:2,14 menunjukkan bahwa pohon kehidupan itu ada di surga (ingat bahwa mulai Wah 21:9 rasul Yohanes menggambarkan surga).

·        2Kor 12:2-4 - “Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau - entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya - orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. Aku juga tahu tentang orang itu, - entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya - ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia”.

Mula-mula Paulus berkata bahwa orang itu (Catatan: yang ia maksudkan sebetulnya adalah dirinya sendiri) diangkat ‘ke tingkat yang ketiga dari sorga’, tetapi sebentar lagi ia mengatakan bahwa orang itu diangkat ‘ke Firdaus’. Kalau Firdaus bukan surga maka di sini terjadi suatu kontradiksi!

c)   Seluruh kalimat ‘Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah’ ini artinya adalah: orang yang menang akan mendapatkan hidup yang kekal di surga.

Robert H. Mounce (NICNT): “The Paradise of God in Revelation symbolizes the eschatological state in which God and man are restored to that perfect fellowship which existed before the entrance of sin into the world” (= Firdaus Allah dalam Kitab Wahyu menyimbolkan keadaan eschatologi / akhir jaman dalam mana Allah dan manusia dipulihkan kepada suatu persekutuan yang sempurna yang ada sebelum masuknya dosa ke dalam dunia) - hal 90.

Saya bahkan berpendapat bahwa persekutuan di surga itu akan lebih baik lagi dari pada persekutuan Allah dan manusia sebelum adanya dosa.

 

 -AMIN-


e-mail us at [email protected]