(Jl. Dinoyo 19b, lantai 3)
Pdt. Budi Asali, M. Div.
(HP: 7064-1331 / 6050-1331)
Bil 22:41-23:12 - “(22:41) Keesokan harinya Balak mengambil
Bileam dan membawa dia mendaki bukit Baal. Dari situ dilihatnyalah bagian yang
paling ujung dari bangsa Israel. (23:1) Lalu berkatalah Bileam kepada Balak:
‘Dirikanlah bagiku di sini tujuh mezbah dan siapkanlah bagiku di sini tujuh
ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba jantan.’ (23:2) Balak melakukan
seperti yang dikatakan Bileam, maka Balak dan Bileam mempersembahkan seekor
lembu jantan dan seekor domba jantan di atas setiap mezbah itu. (23:3) Sesudah
itu berkatalah Bileam kepada Balak: ‘Berdirilah di samping korban bakaranmu,
tetapi aku ini hendak pergi; mungkin TUHAN akan datang menemui aku, dan
perkataan apapun yang dinyatakanNya kepadaku, akan kuberitahukan kepadamu.’
Lalu pergilah ia ke atas sebuah bukit yang gundul. (23:4) Maka Allah menemui
Bileam, lalu Bileam berkata kepadaNya: ‘Ketujuh mezbah itu telah kuatur, dan
kupersembahkan seekor lembu jantan dan seekor domba jantan di atas setiap
mezbah.’ (23:5) Kemudian TUHAN menaruh perkataan ke dalam mulut Bileam dan
berfirman: ‘Kembalilah kepada Balak dan katakanlah demikian.’ (23:6)
Ketika ia kembali, maka Balak masih berdiri di situ di samping korban
bakarannya, bersama dengan semua pemuka Moab. (23:7) Lalu Bileam mengucapkan
sanjaknya, katanya: ‘Dari Aram aku disuruh datang oleh Balak, raja Moab,
dari gunung-gunung sebelah timur: Datanglah, katanya, kutuklah bagiku Yakub,
dan datanglah, kutuklah Israel. (23:8) Bagaimanakah aku menyerapah yang tidak
diserapah Allah? Bagaimanakah aku mengutuk yang tidak dikutuk TUHAN? (23:9)
Sebab dari puncak gunung-gunung batu aku melihat mereka, dari bukit-bukit aku
memandang mereka. Lihat, suatu bangsa yang diam tersendiri dan tidak mau
dihitung di antara bangsa-bangsa kafir. (23:10) Siapakah yang menghitung debu
Yakub dan siapakah yang membilang bondongan-bondongan Israel? Sekiranya aku
mati seperti matinya orang-orang jujur dan sekiranya ajalku seperti ajal
mereka!’ (23:11) Lalu berkatalah Balak kepada Bileam: ‘Apakah yang
kaulakukan kepadaku ini? Untuk menyerapah musuhkulah aku menjemput engkau,
tetapi sebaliknya engkau memberkati mereka.’ (23:12) Tetapi ia menjawab:
‘Bukankah aku harus berawas-awas, supaya mengatakan apa yang ditaruh TUHAN
ke dalam mulutku?’”.
2)
Tuhan menaruh perkataan ke dalam mulut Bileam.
a)
Bil 23:5-6 - “(5) Kemudian TUHAN menaruh perkataan ke dalam
mulut Bileam dan berfirman: ‘Kembalilah kepada Balak dan katakanlah
demikian.’ (6) Ketika ia kembali, maka Balak masih berdiri di situ di samping
korban bakarannya, bersama dengan semua pemuka Moab”.
Pulpit
Commentary: “there may be in a man high spiritual gifts without real goodness.
Balaam was a veritable prophet, and had in a remarkable degree the faculty both
of understanding the hidden things of God and of announcing them to men. Yet, as
in the case of Saul (1 Sam 10:11; 19:24) and Caiaphas (John 11:51), his
prophetic gifts were not accompanied by sanctification of life. Even so many in
all ages and lands have great spiritual gifts of understanding, of
interpretation, of eloquence, &c., whereby others are greatly advantaged,
but they remain evil themselves” [= Bisa ada
dalam seseorang karunia-karunia rohani yang tinggi tanpa kebaikan yang
sungguh-sungguh. Bileam adalah seorang nabi yang benar-benar, dan mempunyai
dalam suatu tingkat yang hebat / luar biasa kemampuan untuk mengerti hal-hal
yang tersembunyi dari Allah dan untuk menyampaikan hal-hal itu kepada manusia.
Tetapi, seperti dalam kasus Saul (1Sam 10:11; 19:24) dan Kayafas (Yoh 11:51),
karunia-karunia nubuatnya tidak disertai dengan pengudusan hidup. Demikian juga
banyak orang dalam semua jaman dan negara mempunyai kasih karunia rohani yang
hebat tentang pengertian, tentang penafsiran, tentang kefasihan, dsb, dengan
mana orang-orang lain mendapatkan banyak manfaat, tetapi mereka sendiri tetap
jahat].
Catatan:
saya tidak setuju kalau Bileam disebut nabi yang sungguh-sungguh, demikian juga
dengan Saul maupun Kayafas.
1Sam 10:11
- “Dan semua orang yang mengenalnya dari dahulu melihat dengan heran,
bahwa ia bernubuat bersama-sama dengan nabi-nabi itu; lalu berkatalah
orang banyak yang satu kepada yang lain: ‘Apakah gerangan yang terjadi
dengan anak Kish itu? Apa Saul juga termasuk golongan nabi?’”.
1Sam 19:24
- “Iapun menanggalkan pakaiannya, dan iapun juga kepenuhan di
depan Samuel. Ia rebah terhantar dengan telanjang sehari-harian dan
semalam-malaman itu. Itulah sebabnya orang berkata: ‘Apakah juga Saul
termasuk golongan nabi?’”.
Catatan:
kata ‘kepenuhan’ seharusnya
adalah ‘bernubuat’ (KJV/RSV/NIV/NASB).
Yoh 11:51-52
- “(51) Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai
Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk
bangsa itu, (52) dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk
mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai”.
Pulpit
Commentary: “The prophecies of Balaam were the utterances of a bad man deeply
penetrated by religious ideas, and inspired for certain purposes by the Spirit
of God; hence it is evident that many deep moral and spiritual lessons may be
learnt from them, apart from their evidential value as prophecies” (= Nubuat-nubuat
Bileam adalah ucapan-ucapan dari seorang jahat yang dimasuki / dipengaruhi oleh
gagasan-gagasan agama, dan diilhami oleh Roh Allah untuk tujuan-tujuan tertentu;
karena itu adalah jelas bahwa banyak pelajaran-pelajaran moral dan rohani bisa
dipelajari dari ucapan-ucapannya, terpisah dari nilai yang jelas dari
ucapan-ucapan itu sebagai nubuat-nubuat).
Pulpit
Commentary: “God, who opened the mouth of an ass and made it utter human speech,
now opens the mouth of one whose heart was ready to deceive and curse, and makes
that mouth to utter truth and blessing” (= Allah,
yang membuka mulut dari seekor keledai dan membuatnya mengucapkan ucapan
manusia, sekarang membuka mulut dari orang yang hatinya siap untuk menipu dan
mengutuk, dan membuat mulut itu mengucapkan kebenaran dan berkat).
Amsal
16:1 - “Manusia dapat menimbang-nimbang dalam hati, tetapi jawaban lidah
berasal dari pada TUHAN”.
Matthew
Henry: “And it speaks comfort
to God’s witnesses, whom at any time he calls out to appear for him; if God
put a word into the mouth of Balaam, who would have defied God and Israel,
surely he will not be wanting to those who desire to glorify God and edify his
people by their testimony, but it shall be given them in that same hour what
they should speak” [= Dan itu memberikan
penghiburan kepada saksi-saksi Allah, yang pada setiap saat Ia panggil keluar
untuk tampil bagiNya; jika Allah meletakkan suatu kata / firman ke dalam mulut
Bileam, yang mau menentang Allah dan Israel, pastilah Ia tidak akan kekurangan (firman)
bagi mereka yang ingin memuliakan Allah dan mendidik umatNya oleh kesaksian
mereka, tetapi pada saat yang sama akan diberikan kepada mereka apa yang harus
mereka katakan].
Memang
kata-kata Matthew Henry ini tidak berarti bahwa seseorang yang mau berkhotbah di
mimbar tidak perlu mempersiapkan apa yang akan ia khotbahkan. Kalau seseorang
memang mau memuliakan Tuhan dengan berkhotbah, ia harus belajar dan
mempersiapkan apa yang akan ia khotbahkan, dan Tuhan pasti mau memberikan
kepadanya apa yang harus ia katakan.
Catatan:
saya menganggap juga perlu ada panggilan Tuhan bagi orang itu untuk berkhotbah,
tanpa mana ia tidak akan dipakai oleh Tuhan untuk berkhotbah.
Cerita
tentang pemuda buta yang berkhotbah.
b)
Bileam memberkati Israel.
Bil 23:7-10
- “(7) Lalu Bileam mengucapkan sanjaknya, katanya: ‘Dari Aram aku disuruh
datang oleh Balak, raja Moab, dari gunung-gunung sebelah timur: Datanglah,
katanya, kutuklah bagiku Yakub, dan datanglah, kutuklah Israel. (8) Bagaimanakah
aku menyerapah yang tidak diserapah Allah? Bagaimanakah aku mengutuk yang tidak
dikutuk TUHAN? (9) Sebab dari puncak gunung-gunung batu aku melihat mereka, dari
bukit-bukit aku memandang mereka. Lihat, suatu bangsa yang diam tersendiri dan
tidak mau dihitung di antara bangsa-bangsa kafir. (10) Siapakah yang menghitung
debu Yakub dan siapakah yang membilang bondongan-bondongan Israel? Sekiranya aku
mati seperti matinya orang-orang jujur dan sekiranya ajalku seperti ajal
mereka!’”.
1.
Pengakuan Bileam bahwa ia tidak bisa mengutuk orang yang tidak dikutuk
oleh Allah (ay 8).
Matthew
Henry: “he owns the design
defeated, and his own inability to accomplish it. He could not so much as give
them an ill word or an ill wish: How shall I curse those whom God has not
cursed? v. 8. Not that therefore he would not do it, but therefore he could not
do it. This is a fair confession, First, Of the weakness and impotency of his
own magic skill, for which others valued him so much, and doubtless he valued
himself no less. He was the most celebrated man of that profession, and yet owns
himself baffled. God had warned the Israelites not to use divination (Lev.
19:31), and this providence gave them a reason for that law, by showing them the
weakness and folly of it” [= ia mengakui
rancangannya dikalahkan, dan ketidak-mampuannya sendiri untuk mencapainya. Ia
tidak bisa memberi mereka (Israel) suatu kata yang buruk atau suatu
keinginan / harapan yang buruk: ‘Bagaimanakah aku menyerapah yang tidak
diserapah Allah?’ ay 8. Bukan bahwa karena itu ia tidak mau melakukannya,
tetapi karena itu ia tidak bisa melakukannya. Ini merupakan suatu pengakuan
yang jujur, Pertama, Tentang kelemahan dan ketidak-mampuan dari keahlian
magicnya sendiri, untuk mana orang-orang lain begitu memuji-muji dia, dan tak
diragukan ia menilai dirinya tidak kurang dari itu. Ia adalah orang yang paling
terkenal dari pekerjaan itu, tetapi ia mengakui dirinya sendiri dibingungkan.
Allah telah memperingatkan orang-orang Israel untuk tidak menggunakan ramalan
(Im 19:31), dan providensia ini memberi mereka suatu alasan untuk hukum itu,
dengan menunjukkan kepada mereka kelemahan dan kebodohan dari hal itu].
Im 19:31
- “Janganlah kamu berpaling kepada arwah atau kepada roh-roh peramal;
janganlah kamu mencari mereka dan dengan demikian menjadi najis karena mereka;
Akulah TUHAN, Allahmu”.
Catatan:
saya berpendapat bahwa Allah melarang ramal, karena hal itu berhubungan dengan
roh jahat, dan karenanya hal itu merupakan dosa. Bukan bahwa hal itu adalah
‘kelemahan’, dalam arti hal itu tidak bisa digunakan. Terhadap Israel yang
adalah umat Allah, hal itu tidak bisa digunakan, karena adanya perlindungan
Allah, tetapi terhadap orang-orang lain hasilnya akan sangat berbeda. Kalau
tidak, bagaimana mungkin Bileam bisa terkenal karena hal itu? Perlu diketahui
bahwa dalam urusan okultisme, seperti dalam kasus ini, maupun dalam kasus Saul
yang memanggil peramal perempuan (1Sam 28), banyak penafsir Barat yang mempunyai
pemikiran Barat, yang sangat skeptis tentang adanya hal-hal yang bersifat magic,
seperti santet, guna-guna, dan sebagainya. Sebetulnya ini merupakan sesuatu yang
aneh dan salah, karena mereka seharusnya percaya bahwa baik Allah maupun setan
bisa melakukan hal-hal yang bersifat supranatural, sekalipun setan bisa
melakukan itu hanya dengan ijin Allah.
Matthew
Henry: “It is a confession of
the sovereignty and dominion of the divine power. He owns that he could do no
more than God would suffer him to do, for God could overrule all his purposes,
and turn his counsels headlong” (= Itu merupakan
suatu pengakuan tentang kedaulatan dan penguasaan dari kuasa ilahi. Ia mengakui
bahwa ia tidak bisa melakukan lebih dari yang Allah ijinkan ia lakukan, karena
Allah bisa mengesampingkan semua tujuannya, dan membalikkan rencananya dengan
cepat).
Matthew
Henry: “It is a confession of
the inviolable security of the people of God” (= Ini
merupakan suatu pengakuan tentang keamanan yang tidak bisa diganggu gugat dari
umat Allah).
2.
Kata-kata Bileam tentang bangsa Israel (ay 9b-10a).
Ay 9b-10a:
“(9b) Lihat, suatu bangsa yang diam tersendiri dan tidak mau dihitung di
antara bangsa-bangsa kafir. (10a) Siapakah yang menghitung debu Yakub dan
siapakah yang membilang bondongan-bondongan Israel?”.
a. Keterpisahan Israel dari bangsa-bangsa lain merupakan kemuliaan
Israel.
Ay 9b:
“Lihat, suatu bangsa yang diam tersendiri dan tidak mau dihitung di antara
bangsa-bangsa kafir”.
The
Bible Exposition Commentary: Old Testament: “Balaam’s
second basic truth was that the Jews were chosen by God and therefore were a
nation set apart from the other nations (Num 23:9). The Lord had declared this
to Israel at Mount Sinai (Ex 19:5-6), and the laws that He gave them at Sinai
made it possible for them to live like a special people. In his farewell message
to Israel, Moses also emphasizes the uniqueness of Israel as the people of God
(Deut 4:20; 14:2,21; 26:18-19; 32:8-9; 33:3,28-29) and reminded them that God
chose them because He loved them (Num 7:6-8). See also Lev 20:26; 1 Kings
8:52-53; Amos 3:2; and Isa 43:21. Israel’s great temptation was in wanting to
be like the other nations, and this is what led to their downfall and captivity.
Instead of rejoicing in their uniqueness as the people of the true and living
God, they imitated their neighbors in their worship and conduct, and God had to
discipline them. Instead of letting God rule as their King, they asked for a
king ‘like all the nations’ (1 Sam 8:5), and this brought the nation into
all kinds of trouble. Unfortunately, many people in the church today have the
mistaken idea that being like the world is the way to reach the world. They
forget that the church is the people of God, a very special people, saved by His
grace. Instead of maintaining separation (2 Cor 6:14-7:1) they promote imitation
(1 John 2:15-17; Rom 12:2), so that it’s becoming more and more difficult to
distinguish the people of God from the people of the world. And yet, as Campbell
Morgan reminded us, ‘The church did the most for the world when the church was
the least like the world.’”
[= Kebenaran dasar kedua dari Bileam adalah bahwa orang-orang
Yahudi dipilih oleh Allah dan karena itu merupakan suatu bangsa yang dipisahkan
dari bangsa-bangsa lain (Bil 23:9). Tuhan telah menyatakan ini kepada Israel di
gunung Sinai (Kel 19:5-6), dan hukum Taurat yang Ia berikan kepada mereka di
Sinai memungkinkan mereka untuk hidup sebagai bangsa yang spesial. Dalam berita
/ pesan perpisahannya kepada Israel, Musa juga menekankan keunikan Israel
sebagai umat Allah (Ul 4:20; 14:2,21; 26:18-19; 32:8-9; 33:3,28-29) dan
mengingatkan mereka bahwa Allah memilih mereka karena Ia mengasihi mereka (Bil
7:6-8). Lihat juga Im 20:26; 1Raja 8:52-53; Amos 3:2; dan Yes 43:21. Pencobaan
yang besar bagi Israel adalah dalam menginginkan untuk menjadi seperti
bangsa-bangsa lain, dan ini adalah apa yang membawa mereka pada kejatuhan mereka
dan pada pembuangan. Bukannya bersukacita dalam keunikan mereka sebagai umat
dari Allah yang benar dan hidup, mereka meniru tetangga-tetangga mereka dalam
penyembahan dan tingkah laku, dan Allah harus mendisiplin mereka. Bukannya
membiarkan Allah memerintah sebagai Raja mereka, mereka meminta seorang raja
‘seperti bangsa-bangsa lain’ (1Sam 8:5), dan ini membawa bangsa itu ke dalam
semua jenis kesukaran. Patut disayangkan bahwa banyak orang dalam gereja
jaman sekarang mempunyai gagasan yang salah bahwa menjadi seperti dunia adalah
cara untuk menjangkau dunia. Mereka lupa bahwa gereja adalah umat Allah,
suatu umat yang spesial / khusus, diselamatkan oleh kasih karuniaNya. Bukannya
memelihara / mempertahankan pemisahan itu (2Kor 6:14-7:1), mereka
mempromosikan peniruan (1Yoh 2:15-17; Ro 12:2), sehingga menjadi makin lama
makin sukar untuk membedakan umat Allah dari orang-orang dunia. Tetapi, seperti
Campbell Morgan mengingatkan kita, ‘Gereja melakukan yang paling banyak untuk
dunia pada waktu gereja paling tidak menyerupai dunia’.].
2Kor 6:14-7:1
- “(6:14) Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan
orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara
kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?
(6:15) Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian
bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? (6:16) Apakah
hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang
hidup menurut firman Allah ini: ‘Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan
hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka
akan menjadi umatKu. (6:17) Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan
pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa
yang najis, maka Aku akan menerima kamu. (6:18) Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan
kamu akan menjadi anak-anakKu laki-laki dan anak-anakKu perempuan demikianlah
firman Tuhan, Yang Mahakuasa.’ (7:1) Saudara-saudaraku yang kekasih, karena
kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari
semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan
kekudusan kita dalam takut akan Allah”.
1Yoh
2:15-17 - “(15) Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di
dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam
orang itu. (16) Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan
keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan
dari dunia. (17) Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang
yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya”.
Ro 12:2
- “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah
oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah:
apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna”.
Pulpit
Commentary: “THE SINGULAR GLORY OF ISRAEL WAS HIS
SEPARATENESS - a separateness which was outwardly marked by a sharp line of
distinction from other peoples, but was founded upon an inward and distinctive
holiness of life and worship. Even so is the glory of the Church of Christ and
of each faithful soul to be ‘separate from sinners,’ as was Christ. And this
separation must needs be outwardly marked in many ways and in many cases (1 Cor
5:11; 2 Cor 6:17); but its essence is an inward divergence of motive, of
character, and of condition before God. To be ‘even as others’ is to be the
‘children of wrath’ (Eph 2:3); to be Christians is to be ‘a peculiar
people’ (Titus 2:14). If men cannot bear to be peculiar, they need not look to
be blessed; if they must adopt the fashions of this world, they must be content
to share its end (Gal 1:4; 2 Tim 4:10; 1 John 2:15-17)” [= Kemuliaan
yang luar biasa dari Israel adalah keterpisahannya - suatu keterpisahan yang
ditandai secara lahiriah oleh suatu garis perbedaan yang tajam dari
bangsa-bangsa lain, tetapi didasarkan pada kekudusan hidup dan penyembahan yang
ada di dalam dan khusus. Demikian juga kemuliaan dari Gereja Kristus dan dari
setiap jiwa yang setia adalah ‘terpisah dari orang-orang berdosa’, seperti
Kristus. Dan keterpisahan ini harus ditandai secara lahiriah dengan banyak cara
dan dalam banyak kasus (1Kor 5:11; 2Kor 6:17); tetapi hakekatnya adalah
perbedaan di dalam dari motivasi, dari karakter, dan dari kondisi di hadapan
Allah. Menjadi ‘seperti orang-orang lain’ adalah menjadi ‘anak-anak
kemurkaan’ (Ef 2:3); menjadi orang-orang Kristen adalah menjadi ‘umat yang
khusus’ (Titus 2:14). Jika manusia tidak tahan untuk menjadi khusus, mereka
tidak perlu mengharapkan untuk diberkati; jika mereka harus mengadopsi cara /
kebiasaan dunia ini, mereka harus puas dengan ikut ambil bagian dalam keadaan
akhir mereka (Gal 1:4; 2Tim 4:10; 1Yoh
2:15-17)].
1Kor
5:11 - “Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan
bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang
cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang
yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama”.
Ef
2:3 - “Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka,
ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan
pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus
dimurkai, sama seperti mereka yang lain”.
KJV:
‘and were by nature the children of wrath’ (= dan pada dasarnya
merupakan anak-anak kemurkaan).
Tit
2:14 - “yang telah menyerahkan diriNya bagi kita untuk membebaskan kita
dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diriNya suatu umat,
kepunyaanNya sendiri, yang rajin berbuat baik”.
Gal 1:4
- “yang telah menyerahkan diriNya karena dosa-dosa kita, untuk melepaskan
kita dari dunia jahat yang sekarang ini, menurut kehendak Allah dan Bapa
kita”.
2Tim
4:10 - “karena Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku. Ia
telah berangkat ke Tesalonika. Kreskes telah pergi ke Galatia dan Titus ke
Dalmatia”.
1Yoh
2:15-17 - “(15) Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di
dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di
dalam orang itu. (16) Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan
daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa,
melainkan dari dunia. (17) Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya,
tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya”.
Matthew
Henry: “this was Israel’s
praise, though their enemies turned it to their reproach, that they differed
from all the neighbouring nations, not only in their religion and sacred rites,
but in their diet, and dress, and common usages, as a people called out of the
world, and not to be conformed to it. They never lost their reputation till they
mingled among the heathen, Ps. 106:35. Note, It is the duty and honour of those
that are dedicated to God to be separated from the world, and not to walk
according to the course and custom of it” (= ini
adalah pujian Israel, sekalipun musuh-musuh mereka membalikkan hal itu menjadi
celaan mereka, bahwa mereka berbeda dari semua bangsa-bangsa tetangga, bukan
hanya dalam agama dan upacara-upacara keramat, tetapi dalam makanan, pakaian dan
pemakaian kata-kata mereka, sebagai suatu bangsa yang dipanggil keluar dari
dunia, dan tidak menyesuaikan dengannya. Mereka tidak pernah kehilangan reputasi
mereka sampai mereka bercampur di antara orang-orang kafir, Maz 106:35.
Perhatikan, Merupakan kewajiban dan kehormatan dari mereka yang dipersembahkan /
didedikasikan kepada Allah untuk menjadi terpisah dari dunia, dan bukannya
berjalan sesuai dengan jalan dan kebiasaan dari dunia).
Maz 106:34-42
- “(34) Mereka tidak memunahkan bangsa-bangsa, seperti yang diperintahkan
TUHAN kepada mereka, (35) tetapi mereka bercampur baur dengan bangsa-bangsa,
dan belajar cara-cara mereka bekerja. (36) Mereka beribadah kepada
berhala-berhala mereka, yang menjadi perangkap bagi mereka. (37) Mereka
mengorbankan anak-anak lelaki mereka, dan anak-anak perempuan mereka kepada
roh-roh jahat, (38) dan menumpahkan darah orang yang tak bersalah, darah
anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan mereka, yang mereka korbankan kepada
berhala-berhala Kanaan, sehingga negeri itu cemar oleh hutang darah. (39) Mereka
menajiskan diri dengan apa yang mereka lakukan, dan berzinah dalam
perbuatan-perbuatan mereka. (40) Maka menyalalah murka TUHAN terhadap umatNya,
dan Ia jijik kepada milikNya sendiri. (41) DiserahkanNyalah mereka ke tangan
bangsa-bangsa, sehingga orang-orang yang membenci mereka berkuasa atas mereka.
(42) Mereka diimpit oleh musuhnya, sehingga takluk ke bawah kuasanya”.
Barnes’
Notes: “‘Dwell alone.’ i.
e., apart from others, undisturbed by their tumults, and therefore in safety and
just security. ... This tranquility was realized by the Israelites so long as
they clave to God as their shelter and protection. But the inward
‘dwelling alone’ was the indispensable condition of the outward ‘dwelling
alone,’ and so soon as the influence of the pagan world affected Israel
internally, the external power of paganism prevailed also. Balaam himself,
when he eventually counseled tempting the people into sin, acted upon the
knowledge that God’s blessing and Israel’s prosperity depended essentially
on faithfulness to God” (= ‘diam tersendiri’
yaitu, terpisah dari orang-orang lain, tak terganggu oleh keributan mereka, dan
karena itu dalam keamanan dan perlindungan yang benar. ... Ketenangan ini
direalisasikan oleh Israel selama mereka berpegang erat-erat kepada Allah
sebagai naungan dan perlindungan mereka. Tetapi ‘diam tersendiri’ yang
ada di dalam merupakan syarat yang sangat diperlukan dari ‘diam tersendiri’
yang ada di luar / bersifat lahiriah, dan begitu pengaruh dari dunia kafir
mempengaruhi Israel di dalam diri mereka, maka kuasa luar dari kekafiran juga
berkuasa. Bileam sendiri, pada waktu ia akhirnya menasehati untuk mencobai
bangsa itu ke dalam dosa, bertindak berdasarkan pengetahuan bahwa berkat Allah
dan kemakmuran Israel pada dasarnuya tergantung pada kesetiaan kepada Allah).
b.
Ay 10a hanya menunjukkan banyaknya bangsa Israel.
Ay 10a:
“Siapakah yang menghitung debu Yakub dan siapakah yang membilang bondongan-bondongan
Israel?”.
KJV/RSV/NIV/NASB:
‘the fourth part of Israel’ (= ¼ dari Israel).
Istilah
¼ ini sesuai dengan pembagian Israel menjadi 4 kelompok (timur, barat, utara,
selatan), seperti yang bisa kita lihat dalam Bil 2.
Jadi
kelihatannya Bileam hanya bisa melihat sebagian dari Israel, tetapi yang ¼ itu
jumlahnya sudah sangat banyak.
Kata-kata
‘debu Yakub’ merupakan suatu gaya
bahasa hyperbole, yang menunjukkan banyaknya bangsa keturunan Yakub ini.
Bandingkan dengan janji Allah kepada Abraham bahwa keturunannya akan sebanyak
bintang di langit dan debu tanah / pasir di laut (Kej 13:16
15:5 22:17).
3.
Keinginan Bileam untuk mati seperti orang-orang benar.
Ay 10b:
“Sekiranya
aku mati seperti matinya orang-orang jujur dan sekiranya ajalku seperti
ajal mereka!’”.
KJV/RSV/NIV:
‘the righteous’
(= orang benar).
a.
Israel bahagia bukan hanya dalam kehidupan, tetapi juga dalam kematian.
Jamieson,
Fausset & Brown: “The piercing eye of the seer discerned this to be the real
secret of their extraordinary prosperity; and from a strong, though temporary
admiration of their privileged state, he pronounced them a people happy above
all others, not only in life, but at death, from their knowledge of the
true God, and their hope through His grace” (= Mata
yang menembus dari pelihat ini melihat ini sebagai rahasia yang nyata dari
kemakmuran mereka yang luar biasa; dan dari kekaguman yang kuat, sekalipun
bersifat sementara, tentang keadaan yang merupakan hak istimewa mereka, ia
menyatakan mereka sebagai bangsa yang bahagia di atas semua bangsa lain, bukan
hanya dalam kehidupan, tetapi juga dalam kematian, dari pengenalan mereka
tentang Allah yang benar, dan pengharapan mereka melalui kasih karuniaNya).
b.
Kata-kata ini membuktikan kepercayaan tentang ketidak-bisa-binasaan jiwa.
Matthew
Henry: “he goes upon the
supposition of the soul’s immortality, and a different state on the other side
death, to which this is a noble testimony, and an evidence of its being
anciently known and believed. For how could the death of the righteous be more
desirable than the death of the wicked upon any other account than as it
involved happiness in another world, since in the manner and circumstances of
dying we see all things come alike to all?” (= ia
melanjutkan pada anggapan tentang ketidak-bisa-binasaan jiwa, dan suatu keadaan
yang berbeda pada sisi lain dari kematian, untuk mana ini merupakan kesaksian
yang mulia, dan merupakan bukti bahwa hal-hal itu diketahui dan dipercaya sejak
jaman dulu / kuno. Karena bagaimana bisa kematian dari orang benar lebih
diinginkan dari pada kematian dari orang jahat berdasarkan perhitungan lain
selain karena itu mencakup kebahagiaan di dunia yang lain, karena dalam cara dan
keadaan dari kematian kita melihat segala sesuatu datang secara sama kepada
semua orang?).
c.
Kalau mau mati seperti orang benar, harus mau hidup sebagai orang benar.
Pulpit
Commentary: “BALAAM WAS MOVED TO WISH HE MIGHT DIE THE DEATH OF THE RIGHTEOUS, BUT
WAS NOT DISPOSED TO LIVE THE LIFE OF THE RIGHTEOUS; hence his wish was as futile
as the mirage of the desert, and was signally reversed by the actual character
of his end. Even so do evil men continually desire the rewards of goodness,
which they cannot but admire, but they will not submit to the discipline of
goodness. A sentimental appreciation of virtue and piety is worse than useless
by itself” (= Bileam
digerakkan untuk mengingini / mengharapkan supaya ia bisa mengalami kematian
dari orang benar, tetapi tidak ingin / cenderung untuk menjalani kehidupan dari
orang benar; karena itu keinginan / harapannya
sama sia-sianya seperti fata morgana di padang pasir, dan dibalikkan dengan cara
yang menyolok oleh karakter yang sesungguhnya dari akhir hidupnya. Demikian juga
orang-orang jahat terus menerus menginginkan upah / pahala dari kebaikan, yang
tidak bisa tidak mereka kagumi, tetapi mereka tidak mau tunduk pada disiplin
dari kebaikan. Sekedar suatu penghargaan yang sentimentil tentang suatu sifat
baik dan kesalehan, adalah lebih buruk dari pada tidak berguna).
Matthew
Henry: “He shows his opinion
of religion to be better than his resolution; there are many who desire to die
the death of the righteous, but do not endeavour to live the life of the
righteous. Gladly would they have their end like theirs, but not their way. They
would be saints in heaven, but not saints on earth. This is the desire of the
slothful, which kills him, because his hands refuse to labour. This of
Balaam’s is only a wish, not a prayer, and it is a vain wish, being only a
wish for the end, without any care for the means” (= Ia
menunjukkan bahwa pandangannya tentang agama lebih baik dari pada keputusannya;
ada banyak orang yang ingin mengalami kematian orang benar, tetapi tidak
berusaha untuk menjalani kehidupan orang-orang benar. Dengan gembira mereka mau
akhir hidup mereka seperti akhir hidup orang-orang benar itu, tetapi mereka
tidak mau jalan / cara hidup orang-orang benar itu. Mereka mau menjadi
orang-orang kudus di surga, tetapi tidak mau menjadi orang-orang kudus di bumi.
Ini adalah keinginan dari orang malas, yang membunuh dia, karena tangannya
menolak untuk bekerja. Dari Bileam ini hanya merupakan suatu keinginan /
pengharapan, bukan suatu doa, dan itu merupakan suatu keinginan / pengharapan
yang sia-sia, karena hanya merupakan keinginan / pengharapan untuk akhirnya,
tanpa kepedulian apapun untuk cara / jalannya).
Jamieson,
Fausset & Brown: “Balaam was the representative of a large class in the world who
express a wish for the blessedness of the Lord’s people at last, but are
averse to lead a corresponding life” (= Bileam adalah wakil dari suatu kelompok besar
di dunia yang menyatakan suatu keinginan / pengharapan untuk keadaan diberkati
dari umat Tuhan pada akhirnya, tetapi menolak untuk menjalani suatu kehidupan
yang sesuai).
Adam
Clarke: “He who would die well
should live well; for a bad death must be the issue of a bad life” (= Ia
yang mau mati dengan baik harus hidup baik; karena suatu kematian yang buruk
harus merupakan hasil dari suatu kehidupan yang buruk).
The
Bible Exposition Commentary (OT): “Balaam was sent to curse Israel, yet
he ended his oracle by declaring that he wanted to be like Israel! ‘Let me die
the death of the righteous, and let my last end be
like his’ (Num 23:10). But you don’t die the death of the righteous
unless you live the life of the righteous, and that was something Balaam
wasn’t prepared to do. His love of money so controlled his life that he would
do anything to get wealth. Balaam died with the wicked
when Israel defeated the Midianites (31:8), and his end was eternal judgment”
[= Bileam diutus untuk mengutuk Israel, tetapi ia mengakhiri
sabdanya dengan menyatakan bahwa ia ingin menjadi seperti Israel! ‘Sekiranya
aku mati seperti matinya orang-orang jujur (orang-orang benar) dan sekiranya ajalku seperti
ajal mereka!’ (Bil 23:10). Tetapi engkau tidak akan mengalami kematian
orang benar kecuali engkau menjalani kehidupan orang benar, dan itu adalah
sesuatu yang Bileam tidak siap untuk lakukan. Kecintaannya pada uang begitu
mengendalikan kehidupannya sehingga ia mau melakukan apapun untuk mendapatkan
kekayaan. Bileam mati bersama dengan orang jahat pada waktu Israel mengalahkan
orang Midian (31:8), dan akhir hidupnya adalah penghakiman kekal].
Bil 31:8
- “Selain dari orang-orang yang mati terbunuh itu, merekapun membunuh juga
raja-raja Midian, yakni Ewi, Rekem, Zur, Hur dan Reba, kelima raja Midian, juga
Bileam bin Beor dibunuh mereka dengan pedang”.
Pulpit
Commentary: “He
wishes to die the death of the righteous. Do not be misled by the prominence of
the word ‘righteous’ into supposing that for its own sake Balaam cared about
righteousness. It was not righteousness that he desired, but what he saw to be
the pleasant, enviable effects of righteousness. He cared nothing about the
cause if only he could get the effects. He loved the vine because it produced
grapes, and the fig-tree because it produced figs, but if he could have got
grapes from thorns and figs from thistles, he would have loved thorns and
thistles just as well”
(= Ia menginginkan / mengharapkan kematian dari orang
benar. Jangan disesatkan oleh menonjolnya kata ‘benar’ ke dalam dugaan bahwa
demi hal itu sendiri Bileam peduli pada kebenaran. Bukan kebenaran yang ia
inginkan, tetapi apa yang ia lihat sebagai hasil / akibat yang menyenangkan dan
menyebabkan iri hati, dari kebenaran. Ia tidak peduli pada penyebabnya asal ia
bisa mendapatkan hasil / akibatnya. Ia mencintai pohon anggur karena pohon itu
menghasilkan buah anggur, dan pohon ara karena pohon itu menghasilkan buah ara,
tetapi seandainya ia bisa mendapatkan buah anggur dari semak duri dan buah ara
dari rumput duri, ia akan sudah mencintai semak duri dan rumput duri juga).
3)
Teguran Balak.
Bil 23:11
- “Lalu berkatalah Balak kepada Bileam: ‘Apakah yang kaulakukan kepadaku
ini? Untuk menyerapah musuhkulah aku menjemput engkau, tetapi sebaliknya engkau
memberkati mereka.’”.
Matthew
Henry: “How Balak fretted at
it, v. 11. He pretended to honour the Lord with his sacrifices, and to wait for
the answer God would send him; and yet, when it did not prove according to his
mind, he forgot God, and flew into a great passion against Balaam, as if it had
been purely his doing: ‘What hast thou done unto me! How hast thou
disappointed me!’ Sometimes God makes the enemies of his church a vexation one
to another, while he that sits in heaven laughs at them, and the efforts of
their impotent malice” (= Bagaimana Balak
marah-marah / mengomel pada hal itu, ay 11. Ia berpura-pura untuk menghormati
Tuhan dengan korban-korbannya, dan menunggu untuk jawaban yang akan Allah
kirimkan kepadanya; tetapi pada waktu terbukti bahwa itu tidak sesuai dengan
pikirannya, ia melupakan Allah, dan marah terhadap Bileam, seakan-akan itu
semata-mata merupakan tindakan Bileam: ‘Apa yang telah kaulakukan kepadaku!
Betapa engkau telah mengecewakan aku!’. Kadang-kadang Allah membuat
musuh-musuh gerejaNya jengkel satu sama lain, sementara Ia yang duduk di surga
mentertawakan mereka, dan usaha-usaha dari kejahatan mereka yang tidak berdaya).
4)
Jawaban Bileam.
Bil 23:12
- “Tetapi ia menjawab: ‘Bukankah aku harus berawas-awas, supaya
mengatakan apa yang ditaruh TUHAN ke dalam mulutku?’”.
Ini
betul-betul merupakan kata-kata yang benar dan mulia. Tetapi bandingkan dengan:
·
Bil 25:1-2 - “(1)
Sementara Israel tinggal di Sitim, mulailah bangsa itu berzinah dengan
perempuan-perempuan Moab. (2) Perempuan-perempuan ini mengajak bangsa itu ke
korban sembelihan bagi allah mereka, lalu bangsa itu turut makan dari korban itu
dan menyembah allah orang-orang itu”.
·
Bil 31:16 - “Bukankah
perempuan-perempuan ini, atas nasihat Bileam, menjadi sebabnya orang
Israel berubah setia terhadap TUHAN dalam hal Peor, sehingga tulah turun ke
antara umat TUHAN”.
Alangkah
tidak stabilnya ‘nabi’ ini dalam mengajar, sebentar ia mengucapkan hal-hal
yang indah, dan sebentar lagi mengajarkan ajaran sesat!
Penerapan:
semua hamba Tuhan / pemberita Firman Tuhan harus sangat waspada untuk selalu
memberitakan kebenaran, bukan sebentar benar sebentar sesat seperti Bileam!
-bersambung-
e-mail us at [email protected]
Url/alamat website : http://golgothaministry.org atau
http://www.golgothaministry.org