Kebaktian

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Jl. Dinoyo 19b, lantai 3)

Minggu, tanggal 10 Januari 2010, pk 17.00

Pdt. Budi Asali, M. Div.

(HP: 7064-1331 / 6050-1331)

[email protected]

 

Bileam (8)

Bilangan 22:41-23:12

 

Bil 22:41-23:12 - “(22:41) Keesokan harinya Balak mengambil Bileam dan membawa dia mendaki bukit Baal. Dari situ dilihatnyalah bagian yang paling ujung dari bangsa Israel. (23:1) Lalu berkatalah Bileam kepada Balak: ‘Dirikanlah bagiku di sini tujuh mezbah dan siapkanlah bagiku di sini tujuh ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba jantan.’ (23:2) Balak melakukan seperti yang dikatakan Bileam, maka Balak dan Bileam mempersembahkan seekor lembu jantan dan seekor domba jantan di atas setiap mezbah itu. (23:3) Sesudah itu berkatalah Bileam kepada Balak: ‘Berdirilah di samping korban bakaranmu, tetapi aku ini hendak pergi; mungkin TUHAN akan datang menemui aku, dan perkataan apapun yang dinyatakanNya kepadaku, akan kuberitahukan kepadamu.’ Lalu pergilah ia ke atas sebuah bukit yang gundul. (23:4) Maka Allah menemui Bileam, lalu Bileam berkata kepadaNya: ‘Ketujuh mezbah itu telah kuatur, dan kupersembahkan seekor lembu jantan dan seekor domba jantan di atas setiap mezbah.’ (23:5) Kemudian TUHAN menaruh perkataan ke dalam mulut Bileam dan berfirman: ‘Kembalilah kepada Balak dan katakanlah demikian.’ (23:6) Ketika ia kembali, maka Balak masih berdiri di situ di samping korban bakarannya, bersama dengan semua pemuka Moab. (23:7) Lalu Bileam mengucapkan sanjaknya, katanya: ‘Dari Aram aku disuruh datang oleh Balak, raja Moab, dari gunung-gunung sebelah timur: Datanglah, katanya, kutuklah bagiku Yakub, dan datanglah, kutuklah Israel. (23:8) Bagaimanakah aku menyerapah yang tidak diserapah Allah? Bagaimanakah aku mengutuk yang tidak dikutuk TUHAN? (23:9) Sebab dari puncak gunung-gunung batu aku melihat mereka, dari bukit-bukit aku memandang mereka. Lihat, suatu bangsa yang diam tersendiri dan tidak mau dihitung di antara bangsa-bangsa kafir. (23:10) Siapakah yang menghitung debu Yakub dan siapakah yang membilang bondongan-bondongan Israel? Sekiranya aku mati seperti matinya orang-orang jujur dan sekiranya ajalku seperti ajal mereka!’ (23:11) Lalu berkatalah Balak kepada Bileam: ‘Apakah yang kaulakukan kepadaku ini? Untuk menyerapah musuhkulah aku menjemput engkau, tetapi sebaliknya engkau memberkati mereka.’ (23:12) Tetapi ia menjawab: ‘Bukankah aku harus berawas-awas, supaya mengatakan apa yang ditaruh TUHAN ke dalam mulutku?’”.

 

2)   Tuhan menaruh perkataan ke dalam mulut Bileam.

 

a)      Bil 23:5-6 - “(5) Kemudian TUHAN menaruh perkataan ke dalam mulut Bileam dan berfirman: ‘Kembalilah kepada Balak dan katakanlah demikian.’ (6) Ketika ia kembali, maka Balak masih berdiri di situ di samping korban bakarannya, bersama dengan semua pemuka Moab”.

 

Pulpit Commentary: “there may be in a man high spiritual gifts without real goodness. Balaam was a veritable prophet, and had in a remarkable degree the faculty both of understanding the hidden things of God and of announcing them to men. Yet, as in the case of Saul (1 Sam 10:11; 19:24) and Caiaphas (John 11:51), his prophetic gifts were not accompanied by sanctification of life. Even so many in all ages and lands have great spiritual gifts of understanding, of interpretation, of eloquence, &c., whereby others are greatly advantaged, but they remain evil themselves” [= Bisa ada dalam seseorang karunia-karunia rohani yang tinggi tanpa kebaikan yang sungguh-sungguh. Bileam adalah seorang nabi yang benar-benar, dan mempunyai dalam suatu tingkat yang hebat / luar biasa kemampuan untuk mengerti hal-hal yang tersembunyi dari Allah dan untuk menyampaikan hal-hal itu kepada manusia. Tetapi, seperti dalam kasus Saul (1Sam 10:11; 19:24) dan Kayafas (Yoh 11:51), karunia-karunia nubuatnya tidak disertai dengan pengudusan hidup. Demikian juga banyak orang dalam semua jaman dan negara mempunyai kasih karunia rohani yang hebat tentang pengertian, tentang penafsiran, tentang kefasihan, dsb, dengan mana orang-orang lain mendapatkan banyak manfaat, tetapi mereka sendiri tetap jahat].

Catatan: saya tidak setuju kalau Bileam disebut nabi yang sungguh-sungguh, demikian juga dengan Saul maupun Kayafas.

1Sam 10:11 - “Dan semua orang yang mengenalnya dari dahulu melihat dengan heran, bahwa ia bernubuat bersama-sama dengan nabi-nabi itu; lalu berkatalah orang banyak yang satu kepada yang lain: ‘Apakah gerangan yang terjadi dengan anak Kish itu? Apa Saul juga termasuk golongan nabi?’”.

1Sam 19:24 - “Iapun menanggalkan pakaiannya, dan iapun juga kepenuhan di depan Samuel. Ia rebah terhantar dengan telanjang sehari-harian dan semalam-malaman itu. Itulah sebabnya orang berkata: ‘Apakah juga Saul termasuk golongan nabi?’”.

Catatan: kata ‘kepenuhan’ seharusnya adalah ‘bernubuat’ (KJV/RSV/NIV/NASB).

Yoh 11:51-52 - “(51) Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, (52) dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai”.

 

Pulpit Commentary: “The prophecies of Balaam were the utterances of a bad man deeply penetrated by religious ideas, and inspired for certain purposes by the Spirit of God; hence it is evident that many deep moral and spiritual lessons may be learnt from them, apart from their evidential value as prophecies” (= Nubuat-nubuat Bileam adalah ucapan-ucapan dari seorang jahat yang dimasuki / dipengaruhi oleh gagasan-gagasan agama, dan diilhami oleh Roh Allah untuk tujuan-tujuan tertentu; karena itu adalah jelas bahwa banyak pelajaran-pelajaran moral dan rohani bisa dipelajari dari ucapan-ucapannya, terpisah dari nilai yang jelas dari ucapan-ucapan itu sebagai nubuat-nubuat).

 

Pulpit Commentary: “God, who opened the mouth of an ass and made it utter human speech, now opens the mouth of one whose heart was ready to deceive and curse, and makes that mouth to utter truth and blessing” (= Allah, yang membuka mulut dari seekor keledai dan membuatnya mengucapkan ucapan manusia, sekarang membuka mulut dari orang yang hatinya siap untuk menipu dan mengutuk, dan membuat mulut itu mengucapkan kebenaran dan berkat).

 

Amsal 16:1 - “Manusia dapat menimbang-nimbang dalam hati, tetapi jawaban lidah berasal dari pada TUHAN”.

 

Matthew Henry: “And it speaks comfort to God’s witnesses, whom at any time he calls out to appear for him; if God put a word into the mouth of Balaam, who would have defied God and Israel, surely he will not be wanting to those who desire to glorify God and edify his people by their testimony, but it shall be given them in that same hour what they should speak” [= Dan itu memberikan penghiburan kepada saksi-saksi Allah, yang pada setiap saat Ia panggil keluar untuk tampil bagiNya; jika Allah meletakkan suatu kata / firman ke dalam mulut Bileam, yang mau menentang Allah dan Israel, pastilah Ia tidak akan kekurangan (firman) bagi mereka yang ingin memuliakan Allah dan mendidik umatNya oleh kesaksian mereka, tetapi pada saat yang sama akan diberikan kepada mereka apa yang harus mereka katakan].

 

Memang kata-kata Matthew Henry ini tidak berarti bahwa seseorang yang mau berkhotbah di mimbar tidak perlu mempersiapkan apa yang akan ia khotbahkan. Kalau seseorang memang mau memuliakan Tuhan dengan berkhotbah, ia harus belajar dan mempersiapkan apa yang akan ia khotbahkan, dan Tuhan pasti mau memberikan kepadanya apa yang harus ia katakan.

Catatan: saya menganggap juga perlu ada panggilan Tuhan bagi orang itu untuk berkhotbah, tanpa mana ia tidak akan dipakai oleh Tuhan untuk berkhotbah.

 

Cerita tentang pemuda buta yang berkhotbah.

 

b)      Bileam memberkati Israel.

Bil 23:7-10 - “(7) Lalu Bileam mengucapkan sanjaknya, katanya: ‘Dari Aram aku disuruh datang oleh Balak, raja Moab, dari gunung-gunung sebelah timur: Datanglah, katanya, kutuklah bagiku Yakub, dan datanglah, kutuklah Israel. (8) Bagaimanakah aku menyerapah yang tidak diserapah Allah? Bagaimanakah aku mengutuk yang tidak dikutuk TUHAN? (9) Sebab dari puncak gunung-gunung batu aku melihat mereka, dari bukit-bukit aku memandang mereka. Lihat, suatu bangsa yang diam tersendiri dan tidak mau dihitung di antara bangsa-bangsa kafir. (10) Siapakah yang menghitung debu Yakub dan siapakah yang membilang bondongan-bondongan Israel? Sekiranya aku mati seperti matinya orang-orang jujur dan sekiranya ajalku seperti ajal mereka!’”.

 

1.   Pengakuan Bileam bahwa ia tidak bisa mengutuk orang yang tidak dikutuk oleh Allah (ay 8).

Matthew Henry: “he owns the design defeated, and his own inability to accomplish it. He could not so much as give them an ill word or an ill wish: How shall I curse those whom God has not cursed? v. 8. Not that therefore he would not do it, but therefore he could not do it. This is a fair confession, First, Of the weakness and impotency of his own magic skill, for which others valued him so much, and doubtless he valued himself no less. He was the most celebrated man of that profession, and yet owns himself baffled. God had warned the Israelites not to use divination (Lev. 19:31), and this providence gave them a reason for that law, by showing them the weakness and folly of it” [= ia mengakui rancangannya dikalahkan, dan ketidak-mampuannya sendiri untuk mencapainya. Ia tidak bisa memberi mereka (Israel) suatu kata yang buruk atau suatu keinginan / harapan yang buruk: ‘Bagaimanakah aku menyerapah yang tidak diserapah Allah?’ ay 8. Bukan bahwa karena itu ia tidak mau melakukannya, tetapi karena itu ia tidak bisa melakukannya. Ini merupakan suatu pengakuan yang jujur, Pertama, Tentang kelemahan dan ketidak-mampuan dari keahlian magicnya sendiri, untuk mana orang-orang lain begitu memuji-muji dia, dan tak diragukan ia menilai dirinya tidak kurang dari itu. Ia adalah orang yang paling terkenal dari pekerjaan itu, tetapi ia mengakui dirinya sendiri dibingungkan. Allah telah memperingatkan orang-orang Israel untuk tidak menggunakan ramalan (Im 19:31), dan providensia ini memberi mereka suatu alasan untuk hukum itu, dengan menunjukkan kepada mereka kelemahan dan kebodohan dari hal itu].

Im 19:31 - “Janganlah kamu berpaling kepada arwah atau kepada roh-roh peramal; janganlah kamu mencari mereka dan dengan demikian menjadi najis karena mereka; Akulah TUHAN, Allahmu”.

Catatan: saya berpendapat bahwa Allah melarang ramal, karena hal itu berhubungan dengan roh jahat, dan karenanya hal itu merupakan dosa. Bukan bahwa hal itu adalah ‘kelemahan’, dalam arti hal itu tidak bisa digunakan. Terhadap Israel yang adalah umat Allah, hal itu tidak bisa digunakan, karena adanya perlindungan Allah, tetapi terhadap orang-orang lain hasilnya akan sangat berbeda. Kalau tidak, bagaimana mungkin Bileam bisa terkenal karena hal itu? Perlu diketahui bahwa dalam urusan okultisme, seperti dalam kasus ini, maupun dalam kasus Saul yang memanggil peramal perempuan (1Sam 28), banyak penafsir Barat yang mempunyai pemikiran Barat, yang sangat skeptis tentang adanya hal-hal yang bersifat magic, seperti santet, guna-guna, dan sebagainya. Sebetulnya ini merupakan sesuatu yang aneh dan salah, karena mereka seharusnya percaya bahwa baik Allah maupun setan bisa melakukan hal-hal yang bersifat supranatural, sekalipun setan bisa melakukan itu hanya dengan ijin Allah. 

 

Matthew Henry: “It is a confession of the sovereignty and dominion of the divine power. He owns that he could do no more than God would suffer him to do, for God could overrule all his purposes, and turn his counsels headlong” (= Itu merupakan suatu pengakuan tentang kedaulatan dan penguasaan dari kuasa ilahi. Ia mengakui bahwa ia tidak bisa melakukan lebih dari yang Allah ijinkan ia lakukan, karena Allah bisa mengesampingkan semua tujuannya, dan membalikkan rencananya dengan cepat).

 

Matthew Henry: “It is a confession of the inviolable security of the people of God” (= Ini merupakan suatu pengakuan tentang keamanan yang tidak bisa diganggu gugat dari umat Allah).

 

2.      Kata-kata Bileam tentang bangsa Israel (ay 9b-10a).

Ay 9b-10a: “(9b) Lihat, suatu bangsa yang diam tersendiri dan tidak mau dihitung di antara bangsa-bangsa kafir. (10a) Siapakah yang menghitung debu Yakub dan siapakah yang membilang bondongan-bondongan Israel?”.

 

a. Keterpisahan Israel dari bangsa-bangsa lain merupakan kemuliaan Israel.

Ay 9b: “Lihat, suatu bangsa yang diam tersendiri dan tidak mau dihitung di antara bangsa-bangsa kafir”.

 

The Bible Exposition Commentary: Old Testament: “Balaam’s second basic truth was that the Jews were chosen by God and therefore were a nation set apart from the other nations (Num 23:9). The Lord had declared this to Israel at Mount Sinai (Ex 19:5-6), and the laws that He gave them at Sinai made it possible for them to live like a special people. In his farewell message to Israel, Moses also emphasizes the uniqueness of Israel as the people of God (Deut 4:20; 14:2,21; 26:18-19; 32:8-9; 33:3,28-29) and reminded them that God chose them because He loved them (Num 7:6-8). See also Lev 20:26; 1 Kings 8:52-53; Amos 3:2; and Isa 43:21. Israel’s great temptation was in wanting to be like the other nations, and this is what led to their downfall and captivity. Instead of rejoicing in their uniqueness as the people of the true and living God, they imitated their neighbors in their worship and conduct, and God had to discipline them. Instead of letting God rule as their King, they asked for a king ‘like all the nations’ (1 Sam 8:5), and this brought the nation into all kinds of trouble. Unfortunately, many people in the church today have the mistaken idea that being like the world is the way to reach the world. They forget that the church is the people of God, a very special people, saved by His grace. Instead of maintaining separation (2 Cor 6:14-7:1) they promote imitation (1 John 2:15-17; Rom 12:2), so that it’s becoming more and more difficult to distinguish the people of God from the people of the world. And yet, as Campbell Morgan reminded us, ‘The church did the most for the world when the church was the least like the world.’” [= Kebenaran dasar kedua dari Bileam adalah bahwa orang-orang Yahudi dipilih oleh Allah dan karena itu merupakan suatu bangsa yang dipisahkan dari bangsa-bangsa lain (Bil 23:9). Tuhan telah menyatakan ini kepada Israel di gunung Sinai (Kel 19:5-6), dan hukum Taurat yang Ia berikan kepada mereka di Sinai memungkinkan mereka untuk hidup sebagai bangsa yang spesial. Dalam berita / pesan perpisahannya kepada Israel, Musa juga menekankan keunikan Israel sebagai umat Allah (Ul 4:20; 14:2,21; 26:18-19; 32:8-9; 33:3,28-29) dan mengingatkan mereka bahwa Allah memilih mereka karena Ia mengasihi mereka (Bil 7:6-8). Lihat juga Im 20:26; 1Raja 8:52-53; Amos 3:2; dan Yes 43:21. Pencobaan yang besar bagi Israel adalah dalam menginginkan untuk menjadi seperti bangsa-bangsa lain, dan ini adalah apa yang membawa mereka pada kejatuhan mereka dan pada pembuangan. Bukannya bersukacita dalam keunikan mereka sebagai umat dari Allah yang benar dan hidup, mereka meniru tetangga-tetangga mereka dalam penyembahan dan tingkah laku, dan Allah harus mendisiplin mereka. Bukannya membiarkan Allah memerintah sebagai Raja mereka, mereka meminta seorang raja ‘seperti bangsa-bangsa lain’ (1Sam 8:5), dan ini membawa bangsa itu ke dalam semua jenis kesukaran. Patut disayangkan bahwa banyak orang dalam gereja jaman sekarang mempunyai gagasan yang salah bahwa menjadi seperti dunia adalah cara untuk menjangkau dunia. Mereka lupa bahwa gereja adalah umat Allah, suatu umat yang spesial / khusus, diselamatkan oleh kasih karuniaNya. Bukannya memelihara / mempertahankan pemisahan itu (2Kor 6:14-7:1), mereka mempromosikan peniruan (1Yoh 2:15-17; Ro 12:2), sehingga menjadi makin lama makin sukar untuk membedakan umat Allah dari orang-orang dunia. Tetapi, seperti Campbell Morgan mengingatkan kita, ‘Gereja melakukan yang paling banyak untuk dunia pada waktu gereja paling tidak menyerupai dunia’.].

2Kor 6:14-7:1 - “(6:14) Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? (6:15) Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? (6:16) Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: ‘Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umatKu. (6:17) Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. (6:18) Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anakKu laki-laki dan anak-anakKu perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa.’ (7:1) Saudara-saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah”.

1Yoh 2:15-17 - “(15) Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. (16) Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. (17) Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya”.

Ro 12:2 - Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna”.

 

Pulpit Commentary: THE SINGULAR GLORY OF ISRAEL WAS HIS SEPARATENESS - a separateness which was outwardly marked by a sharp line of distinction from other peoples, but was founded upon an inward and distinctive holiness of life and worship. Even so is the glory of the Church of Christ and of each faithful soul to be ‘separate from sinners,’ as was Christ. And this separation must needs be outwardly marked in many ways and in many cases (1 Cor 5:11; 2 Cor 6:17); but its essence is an inward divergence of motive, of character, and of condition before God. To be ‘even as others’ is to be the ‘children of wrath’ (Eph 2:3); to be Christians is to be ‘a peculiar people’ (Titus 2:14). If men cannot bear to be peculiar, they need not look to be blessed; if they must adopt the fashions of this world, they must be content to share its end (Gal 1:4; 2 Tim 4:10; 1 John 2:15-17) [= Kemuliaan yang luar biasa dari Israel adalah keterpisahannya - suatu keterpisahan yang ditandai secara lahiriah oleh suatu garis perbedaan yang tajam dari bangsa-bangsa lain, tetapi didasarkan pada kekudusan hidup dan penyembahan yang ada di dalam dan khusus. Demikian juga kemuliaan dari Gereja Kristus dan dari setiap jiwa yang setia adalah ‘terpisah dari orang-orang berdosa’, seperti Kristus. Dan keterpisahan ini harus ditandai secara lahiriah dengan banyak cara dan dalam banyak kasus (1Kor 5:11; 2Kor 6:17); tetapi hakekatnya adalah perbedaan di dalam dari motivasi, dari karakter, dan dari kondisi di hadapan Allah. Menjadi ‘seperti orang-orang lain’ adalah menjadi ‘anak-anak kemurkaan’ (Ef 2:3); menjadi orang-orang Kristen adalah menjadi ‘umat yang khusus’ (Titus 2:14). Jika manusia tidak tahan untuk menjadi khusus, mereka tidak perlu mengharapkan untuk diberkati; jika mereka harus mengadopsi cara / kebiasaan dunia ini, mereka harus puas dengan ikut ambil bagian dalam keadaan akhir mereka (Gal 1:4; 2Tim 4:10; 1Yoh 2:15-17)].

1Kor 5:11 - “Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama”.

Ef 2:3 - “Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain”.

KJV: ‘and were by nature the children of wrath’ (= dan pada dasarnya merupakan anak-anak kemurkaan).

Tit 2:14 - “yang telah menyerahkan diriNya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diriNya suatu umat, kepunyaanNya sendiri, yang rajin berbuat baik.

Gal 1:4 - “yang telah menyerahkan diriNya karena dosa-dosa kita, untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini, menurut kehendak Allah dan Bapa kita”.

2Tim 4:10 - “karena Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku. Ia telah berangkat ke Tesalonika. Kreskes telah pergi ke Galatia dan Titus ke Dalmatia”.

1Yoh 2:15-17 - “(15) Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. (16) Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. (17) Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya”.

 

Matthew Henry: “this was Israel’s praise, though their enemies turned it to their reproach, that they differed from all the neighbouring nations, not only in their religion and sacred rites, but in their diet, and dress, and common usages, as a people called out of the world, and not to be conformed to it. They never lost their reputation till they mingled among the heathen, Ps. 106:35. Note, It is the duty and honour of those that are dedicated to God to be separated from the world, and not to walk according to the course and custom of it” (= ini adalah pujian Israel, sekalipun musuh-musuh mereka membalikkan hal itu menjadi celaan mereka, bahwa mereka berbeda dari semua bangsa-bangsa tetangga, bukan hanya dalam agama dan upacara-upacara keramat, tetapi dalam makanan, pakaian dan pemakaian kata-kata mereka, sebagai suatu bangsa yang dipanggil keluar dari dunia, dan tidak menyesuaikan dengannya. Mereka tidak pernah kehilangan reputasi mereka sampai mereka bercampur di antara orang-orang kafir, Maz 106:35. Perhatikan, Merupakan kewajiban dan kehormatan dari mereka yang dipersembahkan / didedikasikan kepada Allah untuk menjadi terpisah dari dunia, dan bukannya berjalan sesuai dengan jalan dan kebiasaan dari dunia).

Maz 106:34-42 - “(34) Mereka tidak memunahkan bangsa-bangsa, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada mereka, (35) tetapi mereka bercampur baur dengan bangsa-bangsa, dan belajar cara-cara mereka bekerja. (36) Mereka beribadah kepada berhala-berhala mereka, yang menjadi perangkap bagi mereka. (37) Mereka mengorbankan anak-anak lelaki mereka, dan anak-anak perempuan mereka kepada roh-roh jahat, (38) dan menumpahkan darah orang yang tak bersalah, darah anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan mereka, yang mereka korbankan kepada berhala-berhala Kanaan, sehingga negeri itu cemar oleh hutang darah. (39) Mereka menajiskan diri dengan apa yang mereka lakukan, dan berzinah dalam perbuatan-perbuatan mereka. (40) Maka menyalalah murka TUHAN terhadap umatNya, dan Ia jijik kepada milikNya sendiri. (41) DiserahkanNyalah mereka ke tangan bangsa-bangsa, sehingga orang-orang yang membenci mereka berkuasa atas mereka. (42) Mereka diimpit oleh musuhnya, sehingga takluk ke bawah kuasanya”.

 

Barnes’ Notes: “‘Dwell alone.’ i. e., apart from others, undisturbed by their tumults, and therefore in safety and just security. ... This tranquility was realized by the Israelites so long as they clave to God as their shelter and protection. But the inward ‘dwelling alone’ was the indispensable condition of the outward ‘dwelling alone,’ and so soon as the influence of the pagan world affected Israel internally, the external power of paganism prevailed also. Balaam himself, when he eventually counseled tempting the people into sin, acted upon the knowledge that God’s blessing and Israel’s prosperity depended essentially on faithfulness to God” (= ‘diam tersendiri’ yaitu, terpisah dari orang-orang lain, tak terganggu oleh keributan mereka, dan karena itu dalam keamanan dan perlindungan yang benar. ... Ketenangan ini direalisasikan oleh Israel selama mereka berpegang erat-erat kepada Allah sebagai naungan dan perlindungan mereka. Tetapi ‘diam tersendiri’ yang ada di dalam merupakan syarat yang sangat diperlukan dari ‘diam tersendiri’ yang ada di luar / bersifat lahiriah, dan begitu pengaruh dari dunia kafir mempengaruhi Israel di dalam diri mereka, maka kuasa luar dari kekafiran juga berkuasa. Bileam sendiri, pada waktu ia akhirnya menasehati untuk mencobai bangsa itu ke dalam dosa, bertindak berdasarkan pengetahuan bahwa berkat Allah dan kemakmuran Israel pada dasarnuya tergantung pada kesetiaan kepada Allah).

 

b. Ay 10a hanya menunjukkan banyaknya bangsa Israel.

Ay 10a: “Siapakah yang menghitung debu Yakub dan siapakah yang membilang bondongan-bondongan Israel?”.

KJV/RSV/NIV/NASB: the fourth part of Israel’ (= ¼ dari Israel).

Istilah ¼ ini sesuai dengan pembagian Israel menjadi 4 kelompok (timur, barat, utara, selatan), seperti yang bisa kita lihat dalam Bil 2.

Jadi kelihatannya Bileam hanya bisa melihat sebagian dari Israel, tetapi yang ¼ itu jumlahnya sudah sangat banyak.

Kata-kata ‘debu Yakub’ merupakan suatu gaya bahasa hyperbole, yang menunjukkan banyaknya bangsa keturunan Yakub ini. Bandingkan dengan janji Allah kepada Abraham bahwa keturunannya akan sebanyak bintang di langit dan debu tanah / pasir di laut (Kej 13:16  15:5  22:17).

 

3.      Keinginan Bileam untuk mati seperti orang-orang benar.

Ay 10b: Sekiranya aku mati seperti matinya orang-orang jujur dan sekiranya ajalku seperti ajal mereka!’.

KJV/RSV/NIV: ‘the righteous’ (= orang benar).

 

a. Israel bahagia bukan hanya dalam kehidupan, tetapi juga dalam kematian.

Jamieson, Fausset & Brown: “The piercing eye of the seer discerned this to be the real secret of their extraordinary prosperity; and from a strong, though temporary admiration of their privileged state, he pronounced them a people happy above all others, not only in life, but at death, from their knowledge of the true God, and their hope through His grace” (= Mata yang menembus dari pelihat ini melihat ini sebagai rahasia yang nyata dari kemakmuran mereka yang luar biasa; dan dari kekaguman yang kuat, sekalipun bersifat sementara, tentang keadaan yang merupakan hak istimewa mereka, ia menyatakan mereka sebagai bangsa yang bahagia di atas semua bangsa lain, bukan hanya dalam kehidupan, tetapi juga dalam kematian, dari pengenalan mereka tentang Allah yang benar, dan pengharapan mereka melalui kasih karuniaNya).

 

b. Kata-kata ini membuktikan kepercayaan tentang ketidak-bisa-binasaan jiwa.

Matthew Henry: “he goes upon the supposition of the soul’s immortality, and a different state on the other side death, to which this is a noble testimony, and an evidence of its being anciently known and believed. For how could the death of the righteous be more desirable than the death of the wicked upon any other account than as it involved happiness in another world, since in the manner and circumstances of dying we see all things come alike to all?” (= ia melanjutkan pada anggapan tentang ketidak-bisa-binasaan jiwa, dan suatu keadaan yang berbeda pada sisi lain dari kematian, untuk mana ini merupakan kesaksian yang mulia, dan merupakan bukti bahwa hal-hal itu diketahui dan dipercaya sejak jaman dulu / kuno. Karena bagaimana bisa kematian dari orang benar lebih diinginkan dari pada kematian dari orang jahat berdasarkan perhitungan lain selain karena itu mencakup kebahagiaan di dunia yang lain, karena dalam cara dan keadaan dari kematian kita melihat segala sesuatu datang secara sama kepada semua orang?).

 

c. Kalau mau mati seperti orang benar, harus mau hidup sebagai orang benar.

Pulpit Commentary: “BALAAM WAS MOVED TO WISH HE MIGHT DIE THE DEATH OF THE RIGHTEOUS, BUT WAS NOT DISPOSED TO LIVE THE LIFE OF THE RIGHTEOUS; hence his wish was as futile as the mirage of the desert, and was signally reversed by the actual character of his end. Even so do evil men continually desire the rewards of goodness, which they cannot but admire, but they will not submit to the discipline of goodness. A sentimental appreciation of virtue and piety is worse than useless by itself” (= Bileam digerakkan untuk mengingini / mengharapkan supaya ia bisa mengalami kematian dari orang benar, tetapi tidak ingin / cenderung untuk menjalani kehidupan dari orang benar; karena itu keinginan / harapannya sama sia-sianya seperti fata morgana di padang pasir, dan dibalikkan dengan cara yang menyolok oleh karakter yang sesungguhnya dari akhir hidupnya. Demikian juga orang-orang jahat terus menerus menginginkan upah / pahala dari kebaikan, yang tidak bisa tidak mereka kagumi, tetapi mereka tidak mau tunduk pada disiplin dari kebaikan. Sekedar suatu penghargaan yang sentimentil tentang suatu sifat baik dan kesalehan, adalah lebih buruk dari pada tidak berguna).

 

Matthew Henry: “He shows his opinion of religion to be better than his resolution; there are many who desire to die the death of the righteous, but do not endeavour to live the life of the righteous. Gladly would they have their end like theirs, but not their way. They would be saints in heaven, but not saints on earth. This is the desire of the slothful, which kills him, because his hands refuse to labour. This of Balaam’s is only a wish, not a prayer, and it is a vain wish, being only a wish for the end, without any care for the means” (= Ia menunjukkan bahwa pandangannya tentang agama lebih baik dari pada keputusannya; ada banyak orang yang ingin mengalami kematian orang benar, tetapi tidak berusaha untuk menjalani kehidupan orang-orang benar. Dengan gembira mereka mau akhir hidup mereka seperti akhir hidup orang-orang benar itu, tetapi mereka tidak mau jalan / cara hidup orang-orang benar itu. Mereka mau menjadi orang-orang kudus di surga, tetapi tidak mau menjadi orang-orang kudus di bumi. Ini adalah keinginan dari orang malas, yang membunuh dia, karena tangannya menolak untuk bekerja. Dari Bileam ini hanya merupakan suatu keinginan / pengharapan, bukan suatu doa, dan itu merupakan suatu keinginan / pengharapan yang sia-sia, karena hanya merupakan keinginan / pengharapan untuk akhirnya, tanpa kepedulian apapun untuk cara / jalannya).

 

Jamieson, Fausset & Brown: “Balaam was the representative of a large class in the world who express a wish for the blessedness of the Lord’s people at last, but are averse to lead a corresponding life” (= Bileam adalah wakil dari suatu kelompok besar di dunia yang menyatakan suatu keinginan / pengharapan untuk keadaan diberkati dari umat Tuhan pada akhirnya, tetapi menolak untuk menjalani suatu kehidupan yang sesuai).

 

Adam Clarke: “He who would die well should live well; for a bad death must be the issue of a bad life” (= Ia yang mau mati dengan baik harus hidup baik; karena suatu kematian yang buruk harus merupakan hasil dari suatu kehidupan yang buruk).

 

The Bible Exposition Commentary (OT): “Balaam was sent to curse Israel, yet he ended his oracle by declaring that he wanted to be like Israel! ‘Let me die the death of the righteous, and let my last end be like his’ (Num 23:10). But you don’t die the death of the righteous unless you live the life of the righteous, and that was something Balaam wasn’t prepared to do. His love of money so controlled his life that he would do anything to get wealth. Balaam died with the wicked when Israel defeated the Midianites (31:8), and his end was eternal judgment” [= Bileam diutus untuk mengutuk Israel, tetapi ia mengakhiri sabdanya dengan menyatakan bahwa ia ingin menjadi seperti Israel! ‘Sekiranya aku mati seperti matinya orang-orang jujur (orang-orang benar) dan sekiranya ajalku seperti ajal mereka!’ (Bil 23:10). Tetapi engkau tidak akan mengalami kematian orang benar kecuali engkau menjalani kehidupan orang benar, dan itu adalah sesuatu yang Bileam tidak siap untuk lakukan. Kecintaannya pada uang begitu mengendalikan kehidupannya sehingga ia mau melakukan apapun untuk mendapatkan kekayaan. Bileam mati bersama dengan orang jahat pada waktu Israel mengalahkan orang Midian (31:8), dan akhir hidupnya adalah penghakiman kekal].

Bil 31:8 - “Selain dari orang-orang yang mati terbunuh itu, merekapun membunuh juga raja-raja Midian, yakni Ewi, Rekem, Zur, Hur dan Reba, kelima raja Midian, juga Bileam bin Beor dibunuh mereka dengan pedang.

 

Pulpit Commentary: “He wishes to die the death of the righteous. Do not be misled by the prominence of the word ‘righteous’ into supposing that for its own sake Balaam cared about righteousness. It was not righteousness that he desired, but what he saw to be the pleasant, enviable effects of righteousness. He cared nothing about the cause if only he could get the effects. He loved the vine because it produced grapes, and the fig-tree because it produced figs, but if he could have got grapes from thorns and figs from thistles, he would have loved thorns and thistles just as well” (= Ia menginginkan / mengharapkan kematian dari orang benar. Jangan disesatkan oleh menonjolnya kata ‘benar’ ke dalam dugaan bahwa demi hal itu sendiri Bileam peduli pada kebenaran. Bukan kebenaran yang ia inginkan, tetapi apa yang ia lihat sebagai hasil / akibat yang menyenangkan dan menyebabkan iri hati, dari kebenaran. Ia tidak peduli pada penyebabnya asal ia bisa mendapatkan hasil / akibatnya. Ia mencintai pohon anggur karena pohon itu menghasilkan buah anggur, dan pohon ara karena pohon itu menghasilkan buah ara, tetapi seandainya ia bisa mendapatkan buah anggur dari semak duri dan buah ara dari rumput duri, ia akan sudah mencintai semak duri dan rumput duri juga).

 

3)      Teguran Balak.

Bil 23:11 - “Lalu berkatalah Balak kepada Bileam: ‘Apakah yang kaulakukan kepadaku ini? Untuk menyerapah musuhkulah aku menjemput engkau, tetapi sebaliknya engkau memberkati mereka.’”.

 

Matthew Henry: “How Balak fretted at it, v. 11. He pretended to honour the Lord with his sacrifices, and to wait for the answer God would send him; and yet, when it did not prove according to his mind, he forgot God, and flew into a great passion against Balaam, as if it had been purely his doing: ‘What hast thou done unto me! How hast thou disappointed me!’ Sometimes God makes the enemies of his church a vexation one to another, while he that sits in heaven laughs at them, and the efforts of their impotent malice” (= Bagaimana Balak marah-marah / mengomel pada hal itu, ay 11. Ia berpura-pura untuk menghormati Tuhan dengan korban-korbannya, dan menunggu untuk jawaban yang akan Allah kirimkan kepadanya; tetapi pada waktu terbukti bahwa itu tidak sesuai dengan pikirannya, ia melupakan Allah, dan marah terhadap Bileam, seakan-akan itu semata-mata merupakan tindakan Bileam: ‘Apa yang telah kaulakukan kepadaku! Betapa engkau telah mengecewakan aku!’. Kadang-kadang Allah membuat musuh-musuh gerejaNya jengkel satu sama lain, sementara Ia yang duduk di surga mentertawakan mereka, dan usaha-usaha dari kejahatan mereka yang tidak berdaya).

 

4)            Jawaban Bileam.

Bil 23:12 - “Tetapi ia menjawab: ‘Bukankah aku harus berawas-awas, supaya mengatakan apa yang ditaruh TUHAN ke dalam mulutku?’”.

Ini betul-betul merupakan kata-kata yang benar dan mulia. Tetapi bandingkan dengan:

·         Bil 25:1-2 - “(1) Sementara Israel tinggal di Sitim, mulailah bangsa itu berzinah dengan perempuan-perempuan Moab. (2) Perempuan-perempuan ini mengajak bangsa itu ke korban sembelihan bagi allah mereka, lalu bangsa itu turut makan dari korban itu dan menyembah allah orang-orang itu”.

·         Bil 31:16 - “Bukankah perempuan-perempuan ini, atas nasihat Bileam, menjadi sebabnya orang Israel berubah setia terhadap TUHAN dalam hal Peor, sehingga tulah turun ke antara umat TUHAN”.

Alangkah tidak stabilnya ‘nabi’ ini dalam mengajar, sebentar ia mengucapkan hal-hal yang indah, dan sebentar lagi mengajarkan ajaran sesat!

Penerapan: semua hamba Tuhan / pemberita Firman Tuhan harus sangat waspada untuk selalu memberitakan kebenaran, bukan sebentar benar sebentar sesat seperti Bileam!

 

 

-bersambung-

 

e-mail us at [email protected]

Url/alamat website : http://golgothaministry.org atau                      

http://www.golgothaministry.org