(Jl. Dinoyo 19b, lantai 3)
Minggu, tanggal 10 Agustus 2008, pk 17.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
(8:
7064-1331 / 6050-1331)
Cerita tentang Bileam ada dalam Bil 22-25, dan selain
itu ayat-ayat lain yang membicarakan Bileam adalah: Bil 31:8,15-17
Ul 23:3-5 Yos 13:22 Yos 24:9-10
Neh 13:1-3 Mikha 6:5
2Pet 2:15-16 Yudas 11 Wah 2:14.
Bil 22:1-41 - “(1) Kemudian
berangkatlah orang Israel, dan berkemah di dataran Moab, di daerah seberang
sungai Yordan dekat Yerikho. (2) Balak bin Zipor melihat segala yang dilakukan
Israel kepada orang Amori. (3) Maka sangat gentarlah orang Moab terhadap
bangsa itu, karena jumlahnya banyak, lalu muak dan takutlah orang Moab karena
orang Israel. (4) Lalu berkatalah orang Moab kepada para tua-tua Midian:
‘Tentu saja laskar besar itu akan membabat habis segala sesuatu yang di
sekeliling kita, seperti lembu membabat habis tumbuh-tumbuhan hijau di
padang.’ Adapun pada waktu itu Balak bin Zipor menjadi raja Moab. (5) Raja
ini mengirim utusan kepada Bileam bin Beor, ke Petor yang di tepi sungai
Efrat, ke negeri teman-teman sebangsanya, untuk memanggil dia, dengan pesan:
‘Ketahuilah, ada suatu bangsa keluar dari Mesir; sungguh, sampai tertutup
permukaan bumi olehnya, dan mereka sedang berkemah di depanku. (6) Karena itu,
datanglah dan kutuk bangsa itu bagiku, sebab mereka lebih kuat dari padaku;
mungkin aku sanggup mengalahkannya dan menghalaunya dari negeri ini, sebab aku
tahu: siapa yang kauberkati, dia beroleh berkat, dan siapa yang kaukutuk, dia
kena kutuk.’ (7) Lalu berangkatlah para tua-tua Moab dan para tua-tua Midian
dengan membawa di tangannya upah penenung; setelah mereka sampai kepada
Bileam, disampaikanlah kepadanya pesan Balak. (8) Lalu berkatalah Bileam
kepada mereka: ‘Bermalamlah di sini pada malam ini, maka aku akan memberi
jawab kepadamu, sesuai dengan apa yang akan difirmankan TUHAN kepadaku.’
Maka tinggallah pemuka-pemuka Moab itu pada Bileam. (9) Kemudian datanglah
Allah kepada Bileam serta berfirman: ‘Siapakah orang-orang yang bersama-sama
dengan engkau itu?’ (10) Dan berkatalah Bileam kepada Allah: ‘Balak bin
Zipor, raja Moab, mengutus orang kepadaku dengan pesan: (11) Ketahuilah, ada
bangsa yang keluar dari Mesir, dan permukaan bumi tertutup olehnya; karena
itu, datanglah, serapahlah mereka bagiku, mungkin aku akan sanggup berperang
melawan mereka dan menghalau mereka.’ (12) Lalu berfirmanlah Allah kepada
Bileam: ‘Janganlah engkau pergi bersama-sama dengan mereka, janganlah engkau
mengutuk bangsa itu, sebab mereka telah diberkati.’ (13) Bangunlah Bileam
pada waktu pagi, lalu berkata kepada pemuka-pemuka Balak: ‘Pulanglah ke
negerimu, sebab TUHAN tidak mengizinkan aku pergi bersama-sama dengan kamu.’
(14) Lalu berangkatlah pemuka-pemuka Moab itu dan setelah mereka sampai kepada
Balak, berkatalah mereka: ‘Bileam menolak datang bersama-sama dengan
kami.’ (15) Tetapi Balak mengutus pula pemuka-pemuka lebih banyak dan lebih
terhormat dari yang pertama. (16) Setelah mereka sampai kepada Bileam,
berkatalah mereka kepadanya: ‘Beginilah kata Balak bin Zipor: Janganlah
biarkan dirimu terhalang-halang untuk datang kepadaku, (17) sebab aku akan
memberi upahmu sangat banyak, dan apapun yang kauminta dari padaku, aku akan
mengabulkannya. Datanglah, dan serapahlah bangsa itu bagiku.’ (18) Tetapi
Bileam menjawab kepada pegawai-pegawai Balak: ‘Sekalipun Balak memberikan
kepadaku emas dan perak seistana penuh, aku tidak akan sanggup berbuat
sesuatu, yang kecil atau yang besar, yang melanggar titah TUHAN, Allahku. (19)
Oleh sebab itu, baiklah kamupun tinggal di sini pada malam ini, supaya aku
tahu, apakah pula yang akan difirmankan TUHAN kepadaku.’ (20) Datanglah
Allah kepada Bileam pada waktu malam serta berfirman kepadanya: ‘Jikalau
orang-orang itu memang sudah datang untuk memanggil engkau, bangunlah,
pergilah bersama-sama dengan mereka, tetapi hanya apa yang akan Kufirmankan
kepadamu harus kaulakukan.’ (21) Lalu bangunlah Bileam pada waktu pagi,
dipelanainyalah keledainya yang betina, dan pergi bersama-sama dengan
pemuka-pemuka Moab. (22) Tetapi bangkitlah murka Allah ketika ia pergi, dan
berdirilah Malaikat TUHAN di jalan sebagai lawannya. Bileam mengendarai
keledainya yang betina dan dua orang bujangnya ada bersama-sama dengan dia.
(23) Ketika keledai itu melihat Malaikat TUHAN berdiri di jalan, dengan pedang
terhunus di tanganNya, menyimpanglah keledai itu dari jalan dan masuk ke
ladang. Maka Bileam memukul keledai itu untuk memalingkannya kembali ke jalan.
(24) Kemudian pergilah Malaikat TUHAN berdiri pada jalan yang sempit di antara
kebun-kebun anggur dengan tembok sebelah-menyebelah. (25) Ketika keledai itu
melihat Malaikat TUHAN, ditekankannyalah dirinya kepada tembok, sehingga kaki
Bileam terhimpit kepada tembok. Maka ia memukulnya pula. (26) Berjalanlah pula
Malaikat TUHAN terus dan berdirilah Ia pada suatu tempat yang sempit, yang
tidak ada jalan untuk menyimpang ke kanan atau ke kiri. (27) Melihat Malaikat
TUHAN meniaraplah keledai itu dengan Bileam masih di atasnya. Maka bangkitlah
amarah Bileam, lalu dipukulnyalah keledai itu dengan tongkat. (28) Ketika itu
TUHAN membuka mulut keledai itu, sehingga ia berkata kepada Bileam: ‘Apakah
yang kulakukan kepadamu, sampai engkau memukul aku tiga kali?’ (29) Jawab
Bileam kepada keledai itu: ‘Karena engkau mempermain-mainkan aku; seandainya
ada pedang di tanganku, tentulah engkau kubunuh sekarang.’ (30) Tetapi
keledai itu berkata kepada Bileam: ‘Bukankah aku ini keledaimu yang
kautunggangi selama hidupmu sampai sekarang? Pernahkah aku berbuat demikian
kepadamu?’ Jawabnya: ‘Tidak.’ (31) Kemudian TUHAN menyingkapkan mata
Bileam; dilihatnyalah Malaikat TUHAN dengan pedang terhunus di tanganNya
berdiri di jalan, lalu berlututlah ia dan sujud. (32) Berfirmanlah Malaikat
TUHAN kepadanya: ‘Apakah sebabnya engkau memukul keledaimu sampai tiga kali?
Lihat, Aku keluar sebagai lawanmu, sebab jalan ini pada pemandanganKu menuju
kepada kebinasaan. (33) Ketika keledai ini melihat Aku, telah tiga kali ia
menyimpang dari hadapanKu; jika ia tidak menyimpang dari hadapanKu, tentulah
engkau yang Kubunuh pada waktu itu juga dan dia Kubiarkan hidup.’ (34) Lalu
berkatalah Bileam kepada Malaikat TUHAN: ‘Aku telah berdosa, karena aku
tidak mengetahui, bahwa Engkau ini berdiri di jalan menentang aku. Maka
sekarang, jika hal itu jahat di mataMu, aku mau pulang.’ (35) Tetapi
Malaikat TUHAN berfirman kepada Bileam: ‘Pergilah bersama-sama dengan
orang-orang itu, tetapi hanyalah perkataan yang akan Kukatakan kepadamu harus
kaukatakan.’ Sesudah itu pergilah Bileam bersama-sama dengan pemuka-pemuka
Balak itu. (36) Ketika Balak mendengar, bahwa Bileam datang, keluarlah ia
menyongsong dia sampai ke Kota Moab di perbatasan sungai Arnon, pada ujung
perbatasan itu. (37) Dan berkatalah Balak kepada Bileam: ‘Bukankah aku sudah
mengutus orang memanggil engkau? Mengapakah engkau tidak hendak datang
kepadaku? Sungguhkah tidak sanggup aku memberi upahmu?’ (38) Tetapi
berkatalah Bileam kepada Balak: ‘Ini aku sudah datang kepadamu sekarang;
tetapi akan mungkinkah aku dapat mengatakan apa-apa? Perkataan yang akan
ditaruh Allah ke dalam mulutku, itulah yang akan kukatakan.’ (39) Lalu
pergilah Bileam bersama-sama dengan Balak dan sampailah mereka ke
Kiryat-Huzot. (40) Balak mengorbankan beberapa ekor lembu sapi dan kambing
domba dan mengirimkan sebagian kepada Bileam dan kepada pemuka-pemuka yang
bersama-sama dengan dia. (41) Keesokan harinya Balak mengambil Bileam dan
membawa dia mendaki bukit Baal. Dari situ dilihatnyalah bagian yang paling
ujung dari bangsa Israel”.
1) Moab takut, biarpun sebetulnya tidak ada alasan untuk
takut.
Ay 1-3: “(1) Kemudian
berangkatlah orang Israel, dan berkemah di dataran Moab, di daerah seberang
sungai Yordan dekat Yerikho. (2) Balak bin Zipor melihat segala yang dilakukan
Israel kepada orang Amori. (3) Maka sangat gentarlah orang Moab terhadap bangsa
itu, karena jumlahnya banyak, lalu muak dan takutlah orang Moab karena orang
Israel”.
a)
Memang Israel baru saja mengalahkan raja orang Amori yaitu Sihon (Bil
21:21-30) dan raja Basan yaitu Og (Bil 21:31-35). Bdk. Ul 2:26-3:11.
Keil
& Delitzsch mengatakan bahwa pasti tadinya orang Moab percaya bahwa Sihon
dan Og bisa menahan / mengalahkan orang Israel, tetapi ternyata baik Sihon
maupun Og dikalahkan oleh orang Israel.
b)
Bangsa Israel tidak mengambil daerah orang Moab, kecuali daerah Moab yang
tadinya sudah diambil oleh Sihon dari tangan orang Moab.
Adam
Clarke: “‘And
pitched in the plains of Moab.’ They had taken no part of the country that at
present appertained to the Moabites; they had taken only that part which had
formerly belonged to this people, but had been taken from them by Sihon, king of
the Amorites” (= ‘Dan berkemah di dataran Moab’. Mereka tidak
mengambil bagian dari negara yang pada saat itu menjadi milik orang Moab; mereka
hanya mengambil bagian yang dulunya adalah milik dari bangsa ini, tetapi telah
diambil dari mereka oleh Sihon, raja orang Amori).
Bdk.
Bil 21:21-26 - “(21) Kemudian orang Israel mengirim utusan kepada
Sihon, raja orang Amori, dengan pesan: (22) ‘Izinkanlah kami melalui negerimu;
kami tidak akan menyimpang masuk ke ladang-ladang dan kebun-kebun anggurmu, kami
tidak akan minum air sumurmu, di jalan besar saja kami akan berjalan, sampai
kami melalui batas daerahmu.’ (23) Tetapi Sihon tidak mengizinkan orang Israel
berjalan melalui daerahnya, bahkan ia mengumpulkan seluruh laskarnya, lalu
keluar ke padang gurun menghadapi orang Israel, dan sesampainya di Yahas
berperanglah ia melawan orang Israel. (24) Tetapi orang Israel mengalahkan dia
dengan mata pedang dan menduduki negerinya dari sungai Arnon sampai ke sungai
Yabok, sampai kepada bani Amon, sebab batas daerah bani Amon itu kuat. (25) Dan
orang Israel merebut segala kota itu, lalu menetaplah mereka di segala kota
orang Amori, di Hesybon dan segala anak kotanya. (26) Sebab Hesybon ialah
kota kediaman Sihon, raja orang Amori; raja ini tadinya berperang melawan raja
Moab yang lalu, dan merebut dari tangannya seluruh negerinya sampai ke sungai
Arnon”.
c)
Lebih dari itu, Tuhan sendiri melarang Israel untuk menduduki daerah dari
orang Edom, Moab, dan Amon (Ul 2:4-5,9,19).
Catatan:
Edom adalah bangsa keturunan Esau (Kej 36:1,9), dan Moab maupun Amon adalah
bangsa-bangsa keturunan Lot (Kej 19:30-38).
Ul 2:9
- “Lalu berfirmanlah TUHAN kepadaku: Janganlah melawan Moab dan janganlah
menyerang mereka, sebab Aku tidak akan memberikan kepadamu apapun dari negerinya
menjadi milikmu, karena Ar telah Kuberikan kepada bani Lot menjadi miliknya”.
d) Tetapi orang Moab toh
merasa takut dengan kehadiran bangsa Israel.
Ay 3: “Maka sangat gentarlah
orang Moab terhadap bangsa itu, karena jumlahnya banyak, lalu muak dan
takutlah orang Moab karena orang Israel”.
1. Terjemahan dari ay 3.
Kata ‘muak’ tidak ada dalam terjemahan bahasa Inggris.
KJV: ‘And Moab was sore afraid of
the people, because they were many: and Moab was distressed because of the
children of Israel’ (= Dan orang Moab sangat takut terhadap bangsa itu,
karena mereka banyak: dan orang Moab susah / kuatir karena anak-anak Israel).
RSV: ‘And Moab was in great dread of the people, because they were
many; Moab was overcome with fear of the people of Israel’ (= Dan Moab
berada dalam ketakutan yang besar terhadap bangsa itu, karena mereka banyak;
orang Moab dikuasai oleh rasa takut terhadap bangsa Israel).
NIV: ‘and Moab was terrified
because there were so many people. Indeed, Moab was filled with dread because of
the Israelites’ (= dan orang Moab takut karena ada begitu banyak orang.
Memang, orang Moab dipenuhi dengan rasa takut karena orang-orang Israel).
NASB: ‘So Moab was in great fear because of the
people, for they were numerous; and Moab was in dread of the sons of Israel’ (= Demikianlah orang Moab berada dalam rasa
takut yang besar karena bangsa itu, karena mereka banyak; dan orang Moab ada
dalam ketakutan terhadap anak-anak Israel).
Tetapi
menurut Jamieson, Fausset & Brown kata ‘muak’ itu sebetulnya ada.
Jamieson, Fausset & Brown: “‘And
Moab was distressed because of the children of Israel.’ The addition of this
clause being tautological, Michaelis and Hengstenberg take the verb quwts
in its primary signification, ‘to loathe, to be disgusted, or wearied of a
thing’ (Num. 21:5: cf. Gen. 27:46). The Septuagint translates prosoochthise
Mooab, ‘was indignant,’ but Gesenius shows that the idea of loathing
in several verbs is also transferred to that of fear” [= ‘dan orang Moab
susah / kuatir karena anak-anak Israel’. Karena penambahan anak kalimat ini
merupakan suatu pengulangan, Michaelis dan Hengstenberg mengartikan kata kerja
QUWTS (?) dalam artinya yang utama, ‘muak, jijik, atau jemu terhadap
sesuatu’ (Bil 21:5: bdk. Kej 27:46). Septuaginta menterjemahkan prosoochthise
Mooab, ‘marah’, tetapi Gesenius menunjukkan bahwa gagasan dari muak
dalam beberapa kata kerja juga diberikan pada rasa takut].
Bil 21:5
- “Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: ‘Mengapa kamu
memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di
sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak.’”.
Kej 27:46
- “Kemudian Ribka berkata kepada Ishak: ‘Aku telah jemu hidup
karena perempuan-perempuan Het itu; jikalau Yakub juga mengambil seorang isteri
dari antara perempuan negeri ini, semacam perempuan Het itu, apa gunanya aku
hidup lagi?’”.
Mungkin
sekalipun arti ‘muak’ itu ada, tetapi dianggap tidak sesuai dengan kontext,
maka terjemahan-terjemahan bahasa Inggris semua membuang arti itu, dan hanya
menterjemahkan ‘takut’.
2. Mengapa orang Moab tetap merasa takut?
a. Karena curiga tanpa
alasan.
Matthew
Henry: “They
needed not to fear any harm from them if they knew (and it is probable that
Moses let them know) the orders God had given to Israel not to contend with the
Moabites, nor to use any hostility against them, Deut. 2:9. But, if they had any
notice of this, they were jealous that it was but a sham, to make them secure,
that they might be the more easily conquered. Notwithstanding the old friendship
between Abraham and Lot, the Moabites resolved to ruin Israel if they could, and
therefore they will take it for granted, without any ground for the suspicion,
that Israel resolves to ruin them. Thus it is common for those that design
mischief to pretend that mischief is designed against them; and their groundless
jealousies must be the colour of their causeless malice. They hear of their
triumphs over the Amorites (v. 2), and think that their own house is in danger
when their neighbour’s is on fire” [= Mereka tak perlu takut ada
gangguan / bahaya apapun dari orang Israel jika mereka tahu (dan adalah mungkin
bahwa Musa memberitahu mereka) perintah-perintah yang diberikan Allah kepada
Israel untuk tidak melawan orang-orang Moab, atau bersikap bermusuhan terhadap
mereka, Ul 2:9. Tetapi, jika mereka memperhatikan hal ini, mereka kuatir bahwa
itu hanyalah suatu kepura-puraan, untuk membuat mereka merasa aman, sehingga
mereka bisa dikalahkan dengan lebih mudah. Sekalipun ada persahabatan tua / kuno
antara Abraham dan Lot, orang-orang Moab memutuskan untuk menghancurkan Israel
jika mereka bisa melakukannya, dan mereka menganggap, tanpa dasar apapun untuk
curiga, bahwa Israel memutuskan untuk menghancurkan mereka. Demikianlah
merupakan sesuatu yang umum bagi mereka yang merencanakan kejahatan untuk
mengira bahwa kejahatan direncanakan terhadap mereka; dan kewaspadaan /
ketakutan mereka yang tak berdasar pastilah merupakan alasan dari kejahatan
mereka yang tak berdasar. Mereka mendengar tentang kemenangan Israel terhadap
orang-orang Amori (ay 2), dan mengira bahwa rumah mereka ada dalam bahaya
pada waktu tetangga mereka kebakaran].
Penerapan: dalam jaman sekarang ini, dimana begitu banyak orang
melakukan kejahatan secara tak terduga, adalah sesuatu yang bijaksana untuk
selalu waspada terhadap orang-orang yang tidak dikenal. Tetapi bagaimanapun,
‘sikap waspada’ ini berbeda dengan ‘curiga tanpa alasan’.
b.
Bahwa orang Moab tetap takut, menunjukkan bahwa orang-orang yang tidak
percaya / reprobate (orang-orang yang ditentukan untuk binasa) selalu
takut tanpa alasan.
Calvin:
“In his very alarm we see the
truth of what Scripture declares, viz., that the reprobate are always agitated
by groundless terrors; and this is the just reward of those who seek not peace
with God, that they should be constantly harassed by wretched disquietude”
(= Dalam rasa takutnya kita melihat kebenaran dari apa yang dinyatakan oleh
Kitab Suci, yaitu bahwa orang-orang yang ditentukan untuk binasa selalu
digelisahkan oleh rasa takut yang tak berdasar; dan ini merupakan upah yang
benar / adil bagi mereka yang tidak mencari damai dengan Allah, sehingga mereka
secara terus menerus diganggu oleh ketidak-tenangan yang buruk sekali) - hal
182.
Bandingkan
dengan ayat-ayat di bawah ini:
·
Yes 48:22
- “‘Tidak ada damai sejahtera bagi orang-orang fasik!’ firman TUHAN”.
·
Amsal 28:1 - “Orang fasik lari, walaupun tidak ada yang mengejarnya, tetapi
orang benar merasa aman seperti singa muda”.
·
Maz 53:5-6 - “(5) Tidak sadarkah
orang-orang yang melakukan kejahatan, yang memakan habis umatKu seperti memakan
roti, dan yang tidak berseru kepada Allah? (6) Di sanalah mereka ditimpa
kekejutan yang besar, padahal tidak ada yang mengejutkan; sebab Allah
menghamburkan tulang-tulang para pengepungmu; mereka akan dipermalukan, sebab
Allah telah menolak mereka”.
·
Im 26:36 - “Dan mengenai mereka yang masih
tinggal hidup dari antaramu, Aku akan mendatangkan kecemasan ke dalam hati
mereka di dalam negeri-negeri musuh mereka, sehingga bunyi daun yang ditiupkan
anginpun akan mengejar mereka, dan mereka akan lari seperti orang lari menjauhi
pedang, dan mereka akan rebah, sungguhpun tidak ada orang yang mengejar”.
·
Ul 28:65 - “Engkau tidak akan mendapat
ketenteraman di antara bangsa-bangsa itu dan tidak akan ada tempat berjejak
bagi telapak kakimu; TUHAN akan memberikan di sana kepadamu hati yang gelisah,
mata yang penuh rindu dan jiwa yang merana”.
Calvin:
“For as the brightness of the
sun is painful and injurious to those who have weak eyes, so the blessings which
God bestows upon the Church, in token of His paternal favour, torment the
reprobate and stir them up to envy” (= Karena seperti terangnya matahari
merupakan sesuatu yang menyakitkan dan melukai bagi orang-orang yang mempunyai
mata yang lemah, demikian juga berkat-berkat yang Allah berikan kepada Gereja,
sebagai tanda kebaikanNya sebagai Bapa, menyiksa orang-orang yang ditentukan
untuk binasa dan mengaduk / menggerakkan mereka pada iri hati) - hal 182.
2)
Menghadapi hal seperti itu, maka Balak, raja Moab, memutuskan untuk
memanggil Bileam.
Ay 4-5a:
“(4) Lalu berkatalah orang Moab kepada para tua-tua Midian: ‘Tentu saja
laskar besar itu akan membabat habis segala sesuatu yang di sekeliling kita,
seperti lembu membabat habis tumbuh-tumbuhan hijau di padang.’ Adapun pada
waktu itu Balak bin Zipor menjadi raja Moab. (5a) Raja ini mengirim utusan
kepada Bileam bin Beor, ke Petor yang di tepi sungai Efrat, ke negeri
teman-teman sebangsanya, untuk memanggil dia”.
a) ‘tua-tua
Midian’ (ay 4a).
Orang-orang
Midian merupakan keturunan dari Abraham dan Ketura.
Kej 25:2,4
- “(1) Abraham mengambil pula seorang isteri, namanya Ketura. (2)
Perempuan itu melahirkan baginya Zimran, Yoksan, Medan, Midian, Isybak
dan Suah. (3) Yoksan memperanakkan Syeba dan Dedan. Keturunan Dedan ialah orang
Asyur, orang Letush dan orang Leum. (4) Anak-anak Midian ialah Efa, Efer,
Henokh, Abida dan Eldaa. Itulah semuanya keturunan Ketura”.
b) Orang-orang Midian
juga tinggal di Moab pada saat itu, dan karena itu mereka juga merasa terancam.
Bible
Knowledge Commentary: “Because the Midianites were living in Moab at the
time they too felt themselves to be in peril” (= Karena orang-orang Midian tinggal di Moab pada saat itu, mereka juga
merasa diri mereka ada dalam bahaya).
Jamieson, Fausset & Brown: “‘Moab
said unto the elders of Midian.’ While branches of the Midianites established
themselves in various localities (Gen. 36:35; Exo. 3:1, etc.), the main portion
of the tribe were settled on the high table-lands east of Moab and south of
Ammon, being under the government of five kings (shiekhs) (Num. 31:8; Josh.
13:21) - evidently those who are here called ‘elders’ (ziqniym); Septuagint, gerousia,
the senate of Midian” [= ‘Lalu
berkatalah orang Moab kepada para tua-tua Midian’. Sekalipun bagian-bagian
keluarga dari orang-orang Midian menetap di berbagai tempat (Kej 36:35; Kel 3:1,
dsb), bagian utama dari suku itu mendiami dataran tinggi di Timur Moab dan
Selatan Amon, dan berada di bawah pemerintahan dari 5 raja / sheik (Bil 31:8;
Yos 13:21) dan mereka ini jelas adalah yang di sini disebut ‘tua-tua’ (ziqniym);
Septuaginta, gerousia, majelis
dari Midian].
Pulpit Commentary: “It
appears from verse 7 that Balak acted for Midian as well as for Moab; as the
Midianites were but a weak people, they may have placed themselves more or less
under the protection of Balak”
(= Terlihat dari ay 7 bahwa Balak bertindak untuk Midian maupun untuk Moab;
karena orang-orang Midian hanyalah bangsa yang lemah, mereka mungkin telah
menempatkan diri mereka, sedikit atau banyak, di bawah perlindungan Balak).
c) Ay 4
menunjukkan bahwa orang kafir (Moab) mengajak orang kafir lain (Midian) untuk
melawan orang Israel / Gereja.
·
Merupakan sesuatu yang umum kalau anak-anak
setan bersatu melawan anak-anak Tuhan. Ini seharusnya mendorong anak-anak Tuhan
untuk juga bersatu.
·
Karena itu Calvin menduga bahwa Bileam adalah
orang Midian.
d)
Balak tahu bahwa kalau mereka melawan Israel dengan perang biasa mereka
pasti kalah, dan karena itu ia lalu memanggil Bileam, yang dikenal sebagai
semacam tukang sihir.
1. Prasangka
yang menguasainya menyebabkan ia tidak berusaha menempuh jalan damai.
Pulpit
Commentary: “War being useless, what shall Balak do? In his mind there were only
two alternatives, either to fight or to send for Balaam. And yet there was a
better course, had he thought of it, viz., to approach Israel peacefully. But
prejudice, a fixed persuasion that Israel was his enemy, dominated his mind. We
do very foolish things through allowing traditional conceptions to rule us. That
Israel was the enemy of Moab was an assumption with not the smallest basis of
experience. Many of the oppositions and difficulties of life arise from assuming
that those who have the opportunity to injure are likely to use the opportunity.
He who will show himself friendly may find friends and allies where he least
expects them”
(= Perang merupakan sesuatu yang sia-sia, apa yang akan dilakukan oleh Balak?
Dalam pikirannya hanya ada dua pilihan, atau berperang, atau memanggil Bileam.
Tetapi sebetulnya di sana ada jalan yang lebih baik, seandainya ia memikirkan
tentang hal itu, yaitu, mendekati Israel secara damai. Tetapi prasangka, suatu
keyakinan yang sudah pasti, bahwa Israel adalah musuhnya, mendominasi
pikirannya. Kita melakukan hal-hal yang sangat tolol dengan mengijinkan
pemikiran tradisionil memerintah kita. Bahwa Israel adalah musuh orang Moab
merupakan suatu anggapan tanpa dasar pengalaman yang terkecil. Banyak dari
oposisi dan kesukaran dalam hidup muncul dari anggapan bahwa mereka yang
mempunyai kesempatan untuk melukai / merugikan kita sangat mungkin akan
menggunakan kesempatan itu. Ia yang menunjukkan dirinya sendiri ramah /
bersahabat akan mendapatkan sahabat dan sekutu dimana ia paling sedikit
mengharapkannya).
2. Karena tak bisa
menemukan bantuan yang biasa / alamiah, ia lalu mencari bantuan yang sifatnya
supra-natural.
Pulpit
Commentary: “Balak cannot find sufficient resources in
nature, therefore he seeks above nature. When men, who in their selfishness and
unspirituality are furthest from God, find themselves in extremity, it is then
precisely that they are seen turning to a power higher than their own (1 Sam 28)”
[= Balak tidak bisa mendapatkan / menemukan sumber yang cukup dalam alam, dan
karena itu ia mencarinya di atas alam. Pada saat manusia yang dalam keegoisan
dan ke-tidak-rohani-an mereka berada paling jauh dari Allah, mendapati diri
mereka sendiri dalam kebutuhan yang sangat, maka persis pada saat seperti itulah
mereka terlihat berpaling kepada suatu kuasa / kekuatan yang lebih tinggi dari
diri mereka (1Sam 28)].
Catatan: 1Sam 28 adalah cerita raja Saul yang memanggil
pemanggil arwah.
The
Bible Exposition Commentary (OT): “Conventional
warfare was out of the question. Moab and Midian needed the help of the devil,
and Balaam was in touch with the devil. ... Balaam must have had a wide
reputation as a successful practitioner of occult arts, other-wise Balak
wouldn’t have ignored both distance and
price when he sent for him”
(= Perang biasa merupakan sesuatu yang mustahil. Moab dan Midian butuh
pertolongan setan, dan Bileam berhubungan dengan setan. ... Bileam pasti telah
mempunyai reputasi yang luas dan seorang yang dengan sukses mempraktekkan kuasa
gelap, atau Balak tidak akan mengabaikan jarak maupun harga / ongkos pada waktu
ia memanggilnya).
Penerapan: ini sama seperti banyak orang, bahkan ‘orang
Kristen’, yang kalau sakit / menghadapi problem, lalu mencari paranormal,
dukun dan sebagainya.
-AMIN-
-bersambung-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali