(Jl.
Dinoyo 19b, lantai 3)
Minggu,
tgl 21 & 28 Oktober 2008, pk 17.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
(8:
7064-1331 / 6050-1331)
Kel
20:8-11 - “(8)
Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: (9) enam hari lamanya engkau akan bekerja
dan melakukan segala pekerjaanmu, (10) tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat
TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu
laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu
perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. (11) Sebab
enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya,
dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat
dan menguduskannya”.
Arti
kata ‘kudus’:
·
Terpisah dari / berbeda dengan.
·
Diperuntukkan bagi Allah.
1) Pada hari Sabat, kita dilarang bekerja.
2)
Pada hari Sabat, kita harus berbakti kepada Tuhan.
D.
L. Moody:
“Men
seem to think they have a right to change the holy day into a holiday” (= Manusia
kelihatannya mengira bahwa mereka mempunyai hak untuk mengubah hari yang kudus
menjadi hari libur).
1) Larangan bekerja pada hari Sabat.
a)
Penambahan peraturan / larangan Sabat oleh orang-orang Yahudi.
1.
Banyaknya peraturan orang-orang Yahudi tentang hari Sabat.
Barclay:
Dalam Alkitab
sendiri kita hanya diberitahu bahwa kita harus mengingat hari Sabat dan
menguduskannya dan bahwa pada hari itu tidak ada pekerjaan yang boleh dilakukan,
apakah oleh seorang manusia atau oleh pelayan2nya atau binatang2nya. Tidak puas
dengan itu, orang2 Yahudi belakangan menghabiskan jam demi jam dan generasi demi
generasi untuk mendefinisikan apakah ‘pekerjaan’ itu dan membuat daftar hal2
yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan pada hari Sabat. Mishnah merupakan
hukum dari ahli2 Taurat yang telah disusun dalam sebuah buku. Ahli2 Taurat
menghabiskan hidup mereka untuk menyusun / menentukan peraturan2 ini. Dalam
Mishnah bagian / bab tentang hari Sabat mencapai tidak kurang dari 24 pasal.
Kitab Talmud merupakan buku tafsiran yang menjelaskan tentang Mishnah, dan dalam
Talmud Yerusalem bagian / bab yang menjelaskan tentang hari Sabat mencapai 64,5
kolom / artikel; dan dalam Talmud Babilonia itu mencapai 156 halaman
dobel-folio. Dan kita diberi tahu tentang seorang rabi yang menghabiskan 2,5
tahun untuk mempelajari satu dari 24 pasal dari Mishnah.
2.
Macam2 larangan dalam kalangan agama Yahudi berkenaan dengan hari Sabat.
a.
Larangan membawa ‘beban’ dan mempersiapkan makanan.
b.
Larangan bepergian / melakukan perjalanan jauh.
c.
Larangan mengobati / menyembuhkan.
d.
Larangan menulis.
e.
Larangan menyalakan api / lampu.
f.
Larangan membuat simpul.
g.
Larangan berperang / membela diri.
Barclay:
seorang
Yahudi yang ketat bahkan tidak akan mempertahankan dirinya / nyawanya pada hari
Sabat.
h.
Macam-macam larangan yang lain.
i.
C. Rowland: The Essenes melarang buang air besar pada hari Sabat!
Yesus
mengijinkan hal-hal ini pada hari Sabat:
¨
Pekerjaan
/ hal darurat yang betul-betul dibutuhkan.
Luk 14:5
- “Kemudian
Ia berkata kepada mereka: ‘Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik
ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun
pada hari Sabat?’”.
Bdk.
Yos 6:15 1Raja 20:29
2Raja 3:9.
¨
Menolong
orang / berbuat baik.
Mat 12:10-13
- “(10)
Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka bertanya kepadaNya:
‘Bolehkah menyembuhkan orang pada hari Sabat?’ Maksud mereka ialah supaya
dapat mempersalahkan Dia. (11) Tetapi Yesus berkata kepada mereka: ‘Jika
seorang dari antara kamu mempunyai seekor domba dan domba itu terjatuh ke dalam
lobang pada hari Sabat, tidakkah ia akan menangkapnya dan mengeluarkannya? (12)
Bukankah manusia jauh lebih berharga dari pada domba? Karena itu boleh berbuat
baik pada hari Sabat.’ (13) Lalu kata Yesus kepada orang itu: ‘Ulurkanlah
tanganmu!’ Dan ia mengulurkannya, maka pulihlah tangannya itu, dan menjadi
sehat seperti tangannya yang lain”.
¨
Melayani
Tuhan.
Mat 12:5
- “Atau
tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam
melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah?”.
b)
Ada banyak hal / pekerjaan yang memang tidak boleh kita lakukan pada hari
Sabat.
1.
Kita tidak boleh melakukan pekerjaan sehari-hari.
Kel 20:9-10
- “(9)
enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, (10)
tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan
sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau
hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di
tempat kediamanmu”.
a.
Perhatikan Kel 20:9 - “enam hari
lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu”.
Bdk.
Kel 34:21 - “Enam
harilah lamanya engkau bekerja, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah engkau
berhenti, dan dalam musim membajak dan musim menuai haruslah engkau memelihara
hari perhentian juga”.
D.
L. Moody:
Pada waktu
bangsa Israel masuk ke Tanah Perjanjian, Allah memberitahu mereka untuk
membiarkan tanah mereka beristirahat setiap 7 tahun, dan Ia akan memberikan
kepada mereka sama banyaknya dalam 6 tahun seperti dalam 7 tahun. Selama 490
tahun mereka mengabaikan hukum tersebut. Tetapi perhatikan, Nebukadnezar datang
dan membawa mereka ke Babilonia, dan menaruh mereka 70 tahun dalam pembuangan,
dan tanah itu mendapatkan 70 x istirahat Sabatnya. 7 x 70 = 490. Jadi, mereka
tidak mendapatkan keuntungan dengan melanggar hukum ini. Kamu bisa
memberikan kepada Allah hariNya, atau Ia akan mengambilnya sendiri.
b.
Perhatikan Kel 20:10 - “tetapi
hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu
pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu
laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat
kediamanmu”.
·
seluruh, bukan sebagian dari, hari ketujuh itu adalah hari Sabat Tuhan!
·
bukan hanya kita yang tidak boleh bekerja, tetapi juga pegawai,
anak-anak, dan bahkan binatang!
·
mengapa ‘istri’ tidak disebutkan?
Text
pertama:
Yer 17:21-27 - “(21)
Beginilah firman TUHAN: Berawas2lah demi nyawamu! Janganlah mengangkut
barang2 pada hari Sabat dan membawanya melalui pintu2 gerbang Yerusalem!
(22) Janganlah membawa barang2 dari rumahmu ke luar pada hari Sabat dan
janganlah lakukan sesuatu pekerjaan, tetapi kuduskanlah hari Sabat seperti
yang telah Kuperintahkan kepada nenek moyangmu. (23) Namun mereka tidak mau
mendengarkan dan tidak mau memperhatikannya, melainkan mereka berkeras kepala,
sehingga tidak mau mendengarkan dan tidak mau menerima tegoran. (24) Apabila
kamu sungguh2 mendengarkan Aku, demikianlah firman TUHAN, dan tidak membawa
masuk barang2 melalui pintu2 gerbang kota ini pada hari Sabat, tetapi
menguduskan hari Sabat dan tidak melakukan sesuatu pekerjaan pada hari itu,
(25) maka melalui pintu2 gerbang kota ini akan berarak masuk raja2 dan
pemuka2, yang akan duduk di atas takhta Daud, dengan mengendarai kereta dan
kuda: mereka dan pemuka2 mereka, orang2 Yehuda dan penduduk Yerusalem. Dan
kota ini akan didiami orang untuk selama2nya. (26) Orang akan datang dari
kota2 Yehuda dan dari tempat2 sekitar Yerusalem, dari tanah Benyamin dan dari
Daerah Bukit, dari pegunungan dan dari tanah Negeb, dengan membawa korban
bakaran, korban sembelihan, korban sajian dan kemenyan, membawa korban syukur
ke dalam rumah TUHAN. (27) Tetapi apabila kamu tidak mendengarkan perintahKu
untuk menguduskan hari Sabat dan untuk tidak masuk mengangkut barang2
melalui pintu2 gerbang Yerusalem pada hari Sabat, maka di pintu2
gerbangnya Aku akan menyalakan api, yang akan memakan habis puri2 Yerusalem,
dan yang tidak akan terpadamkan.’”.
Text
kedua:
Neh 13:15-22 - “(15)
Pada masa itu kulihat di Yehuda orang2 mengirik memeras anggur pada hari
Sabat, pula orang2 yang membawa berkas2 gandum dan memuatnya di atas keledai,
juga anggur, buah anggur dan buah ara dan pelbagai muatan yang mereka bawa ke
Yerusalem pada hari Sabat. Aku memperingatkan mereka ketika mereka menjual
bahan2 makanan. (16) Juga orang Tirus yang tinggal di situ membawa ikan dan
pelbagai barang dagangan dan menjual itu kepada orang2 Yehuda pada hari
Sabat, bahkan di Yerusalem. (17) Lalu aku menyesali pemuka2 orang Yehuda,
kataku kepada mereka: ‘Kejahatan apa yang kamu lakukan ini dengan melanggar
kekudusan hari Sabat? (18) Bukankah nenek moyangmu telah berbuat demikian,
sehingga Allah kita mendatangkan seluruh malapetaka ini atas kita dan atas
kota ini? Apakah kamu bermaksud memperbesar murka yang menimpa Israel dengan
melanggar kekudusan hari Sabat?’ (19) Kalau sudah remang2 di pintu2 gerbang
Yerusalem menjelang hari Sabat, kusuruh tutup pintu2 dan kuperintahkan supaya
jangan dibuka sampai lewat hari Sabat. Dan aku tempatkan beberapa orang dari
anak buahku di pintu2 gerbang, supaya tidak ada muatan yang masuk pada hari
Sabat. (20) Tetapi orang2 yang berdagang dan berjualan rupa2 barang itu
kemudian bermalam juga di luar tembok Yerusalem satu dua kali. (21) Lalu aku
memperingatkan mereka, kataku: ‘Mengapa kamu bermalam di depan tembok? Kalau
kamu berbuat itu sekali lagi akan kukenakan tanganku kepadamu.’ Sejak waktu
itu mereka tidak datang lagi pada hari Sabat. (22) Juga kusuruh orang2 Lewi
mentahirkan dirinya dan datang menjaga pintu2 gerbang untuk menguduskan hari
Sabat. Ya Allahku, ingatlah kepadaku juga karena hal itu dan sayangilah aku
menurut kasih setiaMu yang besar!”.
2.
Kita tidak boleh memasak / mempersiapkan makanan.
a.
Kel 16:4-5,22-30 - “(4) Lalu
berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Sesungguhnya Aku akan menurunkan dari langit
hujan roti bagimu; maka bangsa itu akan keluar dan memungut tiap-tiap hari
sebanyak yang perlu untuk sehari, supaya mereka Kucoba, apakah mereka hidup
menurut hukumKu atau tidak. (5) Dan pada hari yang keenam, apabila mereka
memasak yang dibawa mereka pulang, maka yang dibawa itu akan terdapat dua kali
lipat banyaknya dari apa yang dipungut mereka sehari-hari.’ ... (22) Dan pada
hari yang keenam mereka memungut roti itu dua kali lipat banyaknya, dua gomer
untuk tiap-tiap orang; dan datanglah semua pemimpin jemaah memberitahukannya
kepada Musa. (23) Lalu berkatalah Musa kepada mereka: ‘Inilah yang dimaksudkan
TUHAN: Besok adalah hari perhentian penuh, sabat yang kudus bagi TUHAN; maka
roti yang perlu kamu bakar, bakarlah, dan apa yang perlu kamu masak, masaklah;
dan segala kelebihannya biarkanlah di tempatnya untuk disimpan sampai pagi.’
(24) Mereka membiarkannya di tempatnya sampai keesokan harinya, seperti yang
diperintahkan Musa; lalu tidaklah berbau busuk dan tidak ada ulat di dalamnya.
(25) Selanjutnya kata Musa: ‘Makanlah itu pada hari ini, sebab hari ini adalah
sabat untuk TUHAN, pada hari ini tidaklah kamu mendapatnya di padang. (26)
Enam hari lamanya kamu memungutnya, tetapi pada hari yang ketujuh ada sabat;
maka roti itu tidak ada pada hari itu.’ (27) Tetapi ketika pada hari ketujuh
ada dari bangsa itu yang keluar memungutnya, tidaklah mereka mendapatnya. (28)
Sebab itu TUHAN berfirman kepada Musa: ‘Berapa lama lagi kamu menolak
mengikuti segala perintahKu dan hukumKu? (29) Perhatikanlah, TUHAN telah
memberikan sabat itu kepadamu; itulah sebabnya pada hari keenam Ia memberikan
kepadamu roti untuk dua hari. Tinggallah kamu di tempatmu masing-masing,
seorangpun tidak boleh keluar dari tempatnya pada hari ketujuh itu.’ (30) Lalu
beristirahatlah bangsa itu pada hari ketujuh”.
Matthew
Henry:
Pada hari itu
(hari
sebelum hari Sabat)
mereka harus mengambil (manna) cukup untuk
dua hari, dan mempersiapkannya, ay 23. Hukum itu sangat ketat, dan mereka
harus membakarnya dan memasak / merebusnya pada hari sebelumnya, dan bukan pada
hari Sabat.
Barnes:
‘Makanlah
itu pada hari ini’. Bangsa itu harus menjauhkan diri dari pekerjaan biasa dari
kehidupan sehari-hari: mereka tidak boleh mengumpulkan makanan, ataupun, seperti
terlihat, bahkan mempersiapkan makanan seperti pada hari-hari yang lain.
b.
Kel 35:2-3 - “(2) Enam hari lamanya boleh
dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada perhentian kudus
bagimu, yakni sabat, hari perhentian penuh bagi TUHAN; setiap orang yang
melakukan pekerjaan pada hari itu, haruslah dihukum mati. (3) Janganlah kamu
memasang api di manapun dalam tempat kediamanmu pada hari Sabat.’”.
c.
Bil 15:32-36 - “(32)
Ketika orang Israel ada di padang gurun, didapati merekalah seorang yang
mengumpulkan kayu api pada hari Sabat. (33) Lalu orang-orang yang mendapati dia
sedang mengumpulkan kayu api itu, menghadapkan dia kepada Musa dan Harun dan
segenap umat itu. (34) Orang itu dimasukkan dalam tahanan, oleh karena belum
ditentukan apa yang harus dilakukan kepadanya. (35) Lalu berfirmanlah TUHAN
kepada Musa: ‘Orang itu pastilah dihukum mati; segenap umat Israel harus
melontari dia dengan batu di luar tempat perkemahan.’ (36) Lalu segenap umat
menggiring dia ke luar tempat perkemahan, kemudian dia dilontari dengan batu,
sehingga ia mati, seperti yang difirmankan TUHAN kepada Musa”.
Thomas
Watson:
Kelihatannya
merupakan suatu hal kecil / remeh untuk mengambil beberapa ranting untuk membuat
api; tetapi Allah tidak menghendaki hari ini dilanggar dalam hal-hal yang paling
kecil.
3.
Kita tidak boleh melakukan perjalanan, dan kita juga tidak boleh
melakukan hal-hal demi kesenangan diri kita sendiri, termasuk rekreasi.
Bdk.
Yes 58:13-14 - “(13)
Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu
pada hari kudusKu; apabila engkau menyebutkan hari Sabat ‘hari kenikmatan’,
dan hari kudus TUHAN ‘hari yang mulia’; apabila engkau menghormatinya dengan
tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak mengurus urusanmu atau
berkata omong kosong, (14) maka engkau akan bersenang-senang karena TUHAN, dan
Aku akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi dengan kendaraan
kemenangan; Aku akan memberi makan engkau dari milik pusaka Yakub, bapa
leluhurmu, sebab mulut Tuhanlah yang mengatakannya”.
Kata-kata
‘tidak
menginjak-injak hukum Sabat’ diterjemahkan ‘membalikkan
/ memalingkan kakimu dari hari Sabat’ oleh KJV, dan ‘menjaga kakimu dari pelanggaran hari Sabat’ oleh NIV.
Kata-kata
‘urusanmu’
sebetulnya adalah ‘kesenanganmu’
(KJV).
a.
Harus menjaga kaki dari pelanggaran Sabat.
Jamieson, Fausset & Brown: ‘Kaki’. - alat dari gerakan ... manusia
tidak boleh bepergian semata-mata untuk kesenangan pada hari Sabat.
b.
Jangan mencari kesenangan diri sendiri.
Matthew
Henry:
kita harus
memalingkan kaki kita dari melakukan kesenangan kita pada hari kudus itu, yaitu,
dari hidup bebas, dan bersikap terlalu bebas untuk melakukan apa yang kita
senangi pada hari-hari Sabat, tanpa kontrol dan pengekangan hati nurani, atau
dari pemuasan diri kita sendiri dalam kesenangan-kesenangan perasaan / tubuh,
... Pada hari Sabat kita tidak boleh berjalan / hidup dalam jalan kita sendiri
(yaitu, tidak mengikuti pekerjaan kita), atau mencari kesenangan kita sendiri
(yaitu tidak mengikuti kesenangan dan rekreasi kita).
Barnes:
‘Dan
menyebut hari Sabat suatu kesenangan’. Ini dengan tepat menyatakan perasaan
dari semua orang yang mempunyai pandangan yang benar tentang hari Sabat. Bagi
mereka, itu bukanlah sesuatu yang menjemukan, dan saat-saatnya bukanlah
merupakan sesuatu yang berat. Mereka mengasihi hari istirahat yang manis dan
kudus itu. Mereka menilainya sebagai suatu hak, bukan sebagai suatu kewajiban,
untuk diijinkan sekali seminggu untuk melepaskan beban pikiran mereka dari
kekuatiran, dan kerja keras, dan keinginan-keinginan dari kehidupan. Itu
merupakan suatu ‘kesenangan’ bagi mereka untuk mengingat ingatan tentang
penegakan dari hari Sabat, dimana Allah beristirahat dari pekerjaanNya; untuk
mengingat kebangkitan Tuhan Yesus, pada ingatan mana hari Sabat Kristen
diabdikan; untuk diijinkan untuk membaktikan seluruh hari itu bagi doa dan
pujian, bagi ibadah kepada Allah secara umum dan pribadi, bagi
kebaktian-kebaktian yang mengembangkan intelek dan memurnikan hati. Bagi ayah
dari suatu keluarga, merupakan sumber dari kesenangan yang tidak terkatakan
bahwa ia bisa memimpin anak-anaknya ke rumah Allah, dan bahwa ia bisa mengajar
mereka dalam cara-cara agama. Bagi orang bisnis, petani, dan orang-orang
profesional Kristen, merupakan suatu kesenangan bahwa ia bisa menunda /
menghentikan kekuatirannya, dan bisa berpikiir tentang Allah dan tentang surga
tanpa diganggu. Bagi semua yang mempunyai pikiran yang benar, hari Sabat
merupakan suatu kesenangan, dan kalau mereka dipaksa untuk tidak melaksanakan
istirahatnya yang kudus, maka itu merupakan suatu bencana yang tidak terkatakan.
Barnes:
‘maka
engkau akan bersenang-senang karena TUHAN’. Yaitu, sebagai akibat dari
ketaatan / penghormatan yang benar terhadap hari Sabat, engkau akan mendapatkan
kesenangan dalam Yahweh. Merupakan suatu kesenangan untuk mendekat kepadaNya,
dan engkau tidak akan ditinggalkan pada peraturan-peraturan yang tandus dan pada
doa-doa yang tidak dijawab. Kesenangan yang didapatkan umat Allah dalam Dia
merupakan akibat yang langsung dan yang harus terjadi dari pengamatan /
penghormatan yang benar terhadap hari Sabat. Pada hari itulah, yang Ia pisahkan
dengan otoritasNya sendiri, bagi ibadahNya sendiri, Ia memilih untuk bertemu
dengan umatNya, dan untuk berkomunikasi secara akrab dengan mereka dan
memberkati mereka; dan tidak seorangpun yang memelihara hari Sabat secara benar
yang tidak mendapati, sebagai akibatnya, bahwa ia telah menambah kesenangan
dalam keberadaan, karakter, dan pelayanan / ibadah dari Yahweh. Bandingkan
dengan Ayub 22:21-26, dimana prinsip yang dinyatakan di sini - bahwa
pemeliharaan / ketaatan pada hukum Allah akan membawa pada kebahagiaan dalam
Yang Maha Kuasa - dijelaskan secara indah.
Bdk.
Ayub 22:21-26 - “(21)
Berlakulah ramah terhadap Dia, supaya engkau tenteram; dengan demikian engkau
memperoleh keuntungan. (22) Terimalah apa yang diajarkan mulutNya, dan taruhlah
firmanNya dalam hatimu. (23) Apabila engkau bertobat kepada Yang Mahakuasa, dan
merendahkan diri; apabila engkau menjauhkan kecurangan dari dalam kemahmu, (24)
membuang biji emas ke dalam debu, emas Ofir ke tengah batu-batu sungai, (25) dan
apabila Yang Mahakuasa menjadi timbunan emasmu, dan kekayaan perakmu,
(26) maka sungguh-sungguh engkau akan bersenang-senang karena Yang Mahakuasa,
dan akan menengadah kepada Allah”.
Westminster
Confession of Faith: Maka
hari Sabat ini dipelihara / dijaga kudus bagi Tuhan, pada waktu manusia, setelah
mempersiapkan hati mereka dengan seharusnya, dan mengatur / mengurus urusan2
biasa mereka sebelumnya, tidak hanya memelihara suatu istirahat yang kudus, seluruh
hari itu, dari pekerjaan, dari kata2 dan dari pemikiran mereka sendiri
tentang pekerjaan2 duniawi mereka, dan rekreasi2, tetapi juga
membaktikan, seluruh waktu, dalam pelaksanaan ibadahNya secara umum dan
pribadi, dan dalam kewajiban2 yang memang mutlak harus dilakukan dan belas
kasihan.
4.
Membangun Kemah Sucipun tidak boleh dilakukan pada hari Sabat.
Kel 31:12-17
- “(12)
Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: (13) ‘Katakanlah kepada orang Israel,
demikian: Akan tetapi hari-hari SabatKu harus kamu pelihara, sebab itulah
peringatan antara Aku dan kamu, turun-temurun, sehingga kamu mengetahui, bahwa
Akulah TUHAN, yang menguduskan kamu. (14) Haruslah kamu pelihara hari Sabat,
sebab itulah hari kudus bagimu; siapa yang melanggar kekudusan hari Sabat itu,
pastilah ia dihukum mati, sebab setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari
itu, orang itu harus dilenyapkan dari antara bangsanya. (15) Enam hari lamanya
boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada sabat,
hari perhentian penuh, hari kudus bagi TUHAN: setiap orang yang melakukan
pekerjaan pada hari Sabat, pastilah ia dihukum mati. (16) Maka haruslah orang
Israel memelihara hari Sabat, dengan merayakan sabat, turun-temurun, menjadi
perjanjian kekal. (17) Antara Aku dan orang Israel maka inilah suatu peringatan
untuk selama-lamanya, sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi,
dan pada hari yang ketujuh Ia berhenti bekerja untuk beristirahat.’”.
Thomas
Watson:
pekerjaan
yang berhubungan dengan penggunaan agamawi tidak boleh dilakukan pada hari
Sabat, seperti memotong / membentuk batu untuk pembangunan tempat kudus. ... Kel
31:15. Bait Allah / Kemah Suci adalah tempat untuk berbakti kepada Allah, tetapi
merupakan suatu dosa untuk membangun Bait Allah / Kemah Suci pada hari Tuhan.
Matthew
Henry:
Suatu
perintah yang ketat bagi pengudusan hari Sabat, ayat 13-17. ... Sekarang
perintah-perintah telah diberikan bahwa Kemah Suci harus didirikan dan
diperlengkapi untuk ibadah bagi Allah dengan secepat mungkin; tetapi supaya
mereka jangan berpikir bahwa sifat dari pekerjaan itu, dan ketergesa-gesaan yang
dituntut, akan membenarkan mereka untuk mengerjakannya pada hari-hari Sabat,
supaya mereka bisa menyelesaikannya dengan lebih cepat, peringatan ini
dimasukkan tepat pada waktunya, Sesungguhnya, atau sekalipun demikian, hari-hari
SabatKu harus kamu pelihara. Sekalipun mereka harus cepat-cepat mengerjakannya,
tetapi mereka tidak boleh melakukan ketergesa-gesaan yang lebih dari kecepatan
yang benar; mereka tidak boleh melanggar hukum dari hari Sabat dalam
ketergesa-gesaan mereka: bahkan pekerjaan Kemah Suci harus memberi jalan pada
istirahat hari Sabat; demikianlah hati-hatinya Allah bagi kehormatan dari
hari-hari SabatNya.
Jamieson, Fausset & Brown: Alasan untuk penanaman segar dari hukum
keempat pada masa khusus ini adalah, bahwa semangat dan kesungguhan dengan mana
semua golongan membaktikan diri mereka bagi pembangunan Kemah Suci, membuka diri
mereka terhadap pencobaan pelanggaran pada kekudusan dari hari istirahat yang
telah ditetapkan. Mereka bisa / mungkin menduga bahwa pendirian dari Kemah Suci
merupakan pekerjaan yang kudus, dan bahwa merupakan suatu kebaikan yang tinggi -
suatu upeti / penghormatan yang bisa diterima - untuk meneruskan usaha itu tanpa
gangguan dari istirahat satu hari; dan karena itu peringatan yang diberikan di
sini, pada permulaan dari usaha itu, merupakan peringatan yang tepat pada
waktunya.
Barnes’
Notes:
Sangat
memungkinkan bahwa pengumuman / ketetapan yang berhubungan dengan hukuman,
secara khusus diajukan sebagai suatu peringatan berkenaan dengan pembangunan
Kemah Suci, supaya umat / bangsa itu jangan, dalam semangat mereka untuk
melaksanakan pekerjaan itu, dicobai untuk melanggar hukum ilahi untuk
pemeliharaan / penghormatan hari itu.
Keil
& Delitzsch: Pengulangan
dan pengembangan selanjutnya dari perintah ini, yang sudah dimasukkan dalam 10
hukum Tuhan, ada pada tempat yang tepat di sini, karena dengan mudah terjadi
pemikiran bahwa merupakan sesuatu yang diijinkan untuk menghapuskan pemeliharaan
hari Sabat, pada waktu pelaksanaan dari pekerjaan yang begitu besar dalam
penghormatan terhadap Yehovah telah diperintahkan.
2) Kita harus berbakti kepada Tuhan pada
hari Sabat.
Im 23:3
- “Enam hari
lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada
sabat, hari perhentian penuh, yakni hari pertemuan kudus; janganlah kamu
melakukan sesuatu pekerjaan; itulah sabat bagi TUHAN di segala tempat
kediamanmu”.
Im 19:30
- “Kamu harus
memelihara hari-hari sabatKu dan menghormati tempat kudusKu; Akulah
TUHAN”.
Maz 92:1-5
- “(1) Mazmur. Nyanyian untuk hari Sabat. (2) Adalah baik untuk
menyanyikan syukur kepada TUHAN, dan untuk menyanyikan mazmur bagi namaMu, ya
Yang Mahatinggi, (3) untuk memberitakan kasih setiaMu di waktu pagi dan
kesetiaanMu di waktu malam, (4) dengan bunyi-bunyian sepuluh tali dan dengan
gambus, dengan iringan kecapi. (5) Sebab telah Kaubuat aku bersukacita, ya
TUHAN, dengan pekerjaanMu, karena perbuatan tanganMu aku akan bersorak-sorai”.
Bil 28:9-10
- “(9)
‘Pada hari Sabat: dua ekor domba berumur setahun yang tidak bercela, dan dua
persepuluh efa tepung yang terbaik sebagai korban sajian, diolah dengan minyak,
serta dengan korban curahannya. (10) Itulah korban bakaran Sabat pada tiap-tiap
Sabat, di samping korban bakaran yang tetap dan korban curahannya”.
Yeh 46:1-3
- “(1)
Beginilah firman Tuhan ALLAH: Pintu gerbang pelataran dalam yang menghadap ke
sebelah timur haruslah tertutup selama enam hari kerja, tetapi pada hari Sabat
supaya dibuka; pada hari bulan baru juga supaya dibuka. (2) Raja itu akan masuk
dari luar melalui balai gerbang dan akan berdiri dekat tiang pintu gerbang itu.
Sementara itu imam-imam akan mengolah korban bakaran dan korban keselamatan raja
itu dan ia akan sujud menyembah di ambang pintu gerbang itu, lalu keluar lagi.
Dan pintu gerbang itu tidak boleh ditutup sampai petang hari. (3) Penduduk
negeri juga harus turut sujud menyembah di hadapan TUHAN di pintu gerbang itu
pada hari Sabat dan hari bulan baru”.
Ada
beberapa hal yang ingin saya tekankan berkenaan dengan ibadah / kebaktian pada
hari Sabat.
a)
Sebenarnya ‘berbakti kepada Tuhan’ merupakan tujuan dari istirahat
pada hari Sabat. Bukan sekedar istirahatnya semata-mata yang ditekankan, tetapi
kita harus beristirahat / berhenti mengurusi urusan sehari-hari kita, supaya
kita bisa menggunakan hari itu untuk berbakti kepada Tuhan.
John
Murray:
“The
weekly sabbath is based upon the divine example; the divine mode of procedure
in creation determines one of the basic cycles by which human life here on
earth is regulated, namely, the weekly cycle; this sequence of six days of
labour and one of rest have applied to Adam in the state of innocence ...” (= Sabat
mingguan didasarkan pada teladan ilahi; cara / prosedur ilahi dalam penciptaan
menentukan satu dari siklus dasar oleh mana kehidupan manusia di bumi diatur,
yaitu, siklus mingguan; urutan enam hari kerja dan satu hari istirahat ini
telah diterapkan kepada Adam dalam keadaan tidak berdosa)
- ‘Principles of Conduct’,
hal 34.
John
Murray:
“Even
in innocence man would have required time for specific worship. ... Unfallen
man would need to suspend his weekly labours in order to refresh himself with
the exercises of concentrated worship” (= Bahkan dalam ketidak-berdosaan
manusia membutuhkan waktu tertentu untuk ibadah / kebaktian. ... Manusia yang
belum jatuh ke dalam dosa butuh untuk menghentikan pekerjaan-pekerjaan
mingguannya untuk menyegarkan dirinya sendiri dan pelaksanaan dari ibadah yang
terkonsentrasi) - ‘Principles
of Conduct’,
hal 34.
Calvin
(tentang Kel 20:8): “Surely God has no delight in
idleness and sloth, and therefore there was no importance in the simple
cessation of the labours of their hands and feet; nay, it would have been
childish superstition to rest with no other view than to occupy their repose in
the service of God. ... they were only called away from their own works,
that, as if dead to themselves and to the world, they might wholly devote
themselves to God. ... we must see what is the sum of this sanctification,
viz., the death of the flesh, when men deny themselves and renounce their
earthly nature, so that they may be ruled and guided by the Spirit of God” (= Jelas
bahwa Allah tidak menyenangi kemalasan, dan karena itu tidak ada kepentingan
dalam sekedar penghentian dari pekerjaan dari tangan dan kaki mereka; tidak,
merupakan suatu takhyul yang kekanak-kanakan untuk beristirahat tanpa maksud
untuk mengisi istirahat mereka dalam kebaktian / pelayanan Allah. ... mereka
hanya dipanggil untuk menjauh dari pekerjaan-pekerjaan mereka sendiri, supaya,
seakan-akan mati bagi diri mereka sendiri dan bagi dunia, mereka bisa
membaktikan diri mereka seluruhnya kepada Allah. ... kita harus melihat
intisari dari pengudusan ini, yaitu mati bagi daging, pada waktu manusia
menyangkal diri mereka sendiri dan meninggalkan sifat duniawi mereka, sehingga
mereka bisa diatur dan dipimpin oleh Roh Allah) - hal 434.
Calvin
(tentang Kel 20:8): “the legitimate use of the Sabbath
must be supposed to be self-renunciation, since he is in fact accounted to
cease from his works who is not led by his own will nor indulges his own
wishes, but who suffers himself to be directed by the Spirit of God” (=
penggunaan yang sah dari Sabat harus dianggap sebagai penyangkalan diri
sendiri, karena ia yang dianggap berhenti dari pekerjaan-pekerjaannya
sebetulnya adalah ia yang tidak dibimbing oleh kehendaknya sendiri maupun
menuruti pemuasan keinginannya sendiri, tetapi ia yang membiarkan dirinya
diarahkan oleh Roh Allah)
- hal 436.
Calvin
(tentang Kel 20:8): “There is indeed no moment which
should be allowed to pass in which we are not attentive to the consideration
of the wisdom, power, goodness, and justice of God in His admirable creation
and government of the world; but, since our minds are fickle, and apt
therefore to be forgetful or distracted, God, in his indulgence providing
against our infirmities, separates one day from the rest, and commands that it
should be free from all earthly business and cares, so that nothing may stand
in the way of that holy occupation. On this ground He did not merely wish
that people should rest at home, but that they should meet in the sanctuary,
there to engage themselves in prayer and sacrifices, and to make progress in
religious knowledge through the interpretation of the Law” (= Memang
tidak ada saat / waktu yang boleh dibiarkan berlalu dalam mana kita tidak
memberi perhatian pada pertimbangan / perenungan tentang hikmat, kuasa,
kebaikan, dan keadilan dari Allah dalam penciptaanNya dan pemerintahanNya atas
alam semesta yang mengagumkan; tetapi karena pikiran kita plin-plan, dan
karena itu condong untuk lupa atau disimpangkan, maka Allah, dalam kebaikanNya
bersiap-siap untuk menghadapi kelemahan-kelemahan kita, memisahkan satu hari
dari yang lainnya, dan memerintahkan bahwa hari itu harus bebas dari semua
kesibukan dan kekuatiran duniawi, sehingga tidak ada apapun yang menghalangi
pekerjaan / kesibukan kudus itu. Berdasarkan hal ini Ia tidak semata-mata
menginginkan supaya manusia harus beristirahat di rumah, tetapi supaya mereka
bertemu di tempat kudus, menyibukkan diri mereka sendiri dalam doa dan
korban-korban di sana, dan untuk membuat kemajuan dalam pengetahuan agamawi
melalui penafsiran dari hukum Taurat) - hal 437.
Matthew
Henry (tentang Yer 17:19-27): “They must
apply themselves to that which is the proper work and business of the day:
‘Hallow you the sabbath, that is, consecrate it to the honour of God and
spend it in his service and worship.’ It is in order to this that worldly
business must be laid aside, that we may be entire for, and intent upon, that
work, which requires and deserves the whole man” (= Mereka harus menerapkan kepada diri
mereka sendiri pekerjaan dan kesibukan yang benar pada hari itu:
‘Kuduskanlah hari Sabat, yaitu, kuduskanlah hari itu bagi kehormatan Allah
dan habiskanlah / gunakanlah hari itu untuk pelayanan dan penyembahan /
ibadah’. Adalah untuk tujuan ini maka kesibukan / urusan duniawi harus
disingkirkan, supaya kita bisa sepenuhnya untuk, dan bersungguh-sungguh untuk,
pekerjaan itu, yang membutuhkan / menuntut dan layak mendapatkan seluruh
manusia).
Jamieson, Fausset & Brown: “the physical rest, though necessarily made prominent in the prohibitory
form of the enactment ... did not certainly comprehend the whole or the chief
object of the institution. Such abstinence from ‘any manner of work’ would
not be equivalent to ‘keeping holy the Sabbath day.’ It is a part - an
important, but not the principal, end of it, which was to afford an
opportunity of worshipping God” [= istirahat fisik, sekalipun perlu
ditonjolkan dalam bentuk larangan dari undang-undang ... jelas tidak meliputi
seluruh hukum ataupun merupakan tujuan utama dari hukum. Tindakan menjauhkan
diri dari ‘setiap bentuk pekerjaan’ seperti itu tidak akan sama dengan
‘menjaga kekudusan hari Sabat’. Itu merupakan sebagian, suatu tujuan yang
penting tetapi bukan tujuan yang utama darinya, yang adalah mengadakan suatu
kesempatan untuk berbakti kepada Allah].
Jadi, melakukan hal-hal dalam kebaktian, seperti berdoa, menyanyi,
mendengar / belajar Firman Tuhan, dan bahkan melayani, jelas bukan dosa, tetapi
bahkan merupakan hal-hal yang harus dilakukan pada hari Sabat, dan merupakan
tujuan utama adanya hari Sabat.
Bdk. Maz 92:1-5 - “(1) Mazmur. Nyanyian untuk hari Sabat. (2)
Adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada TUHAN, dan untuk menyanyikan
mazmur bagi namaMu, ya Yang Mahatinggi, (3) untuk memberitakan kasih setiaMu
di waktu pagi dan kesetiaanMu di waktu malam, (4) dengan bunyi-bunyian sepuluh
tali dan dengan gambus, dengan iringan kecapi. (5) Sebab telah Kaubuat aku
bersukacita, ya TUHAN, dengan pekerjaanMu, karena perbuatan tanganMu aku akan
bersorak-sorai”.
Catatan: memang ayat 1
(yang saya garis-bawahi), sebetulnya bukan termasuk dalam Kitab Suci. Kalau
saudara menggunakan Kitab Suci bahasa Inggris maka bagian ini diletakkan di
atas sebagai judul, dan ay 2 dalam Kitab Suci Indonesia merupakan ay 1 dalam
Kitab Suci bahasa Inggris. Ay 1 dalam Kitab Suci Indonesia ini merupakan
sesuatu yang ditambahkan kepada mazmur ini, dan seringkali bisa membuat kita
lebih mengerti latar belakang mazmur tersebut. Tetapi bagian seperti ini tidak
selalu benar. Kalau ay 1 dalam Kitab Suci Indonesia ini benar, maka kontext
dari bagian ini adalah ‘nyanyian untuk hari Sabat’.
Matthew Henry (tentang Maz 92):
“This
psalm was appointed to be sung, at least it usually was sung, in the house of
the sanctuary on the sabbath day” (= Mazmur
ini ditetapkan untuk dinyanyikan, setidaknya itu biasanya dinyanyikan, dalam
tempat kudus pada hari Sabat).
Matthew Henry (tentang Maz 92):
“The
sabbath day must be a day, not only of holy rest, but of holy work, and the
rest is in order to the work” (= Hari Sabat haruslah menjadi suatu hari, bukan
hanya dari istirahat yang kudus, tetapi pekerjaan yang kudus, dan istirahat
itu tujuannya untuk pekerjaan itu).
Jamieson, Fausset & Brown (tentang Maz 92): “this psalm is for the ‘holy convocation’ on ‘the
Sabbath’ (Lev. 23:3). On it the Church is to ‘rest from her own works,’
and to ‘triumph in the Lord’s work’ (Ps. 92:4) in saving her and
destroying her foes” [= mazmur ini adalah untuk
‘pertemuan kudus’ pada hari Sabat (Im 23:3). Pada hari itu Gereja harus
‘beristirahat dari pekerjaan-pekerjaannya sendiri’, dan ‘bersukacita
dalam pekerjaan Tuhan’ (Maz 92:4) dalam menyelamatkannya dan menghancurkan
musuh-musuhnya].
b) Kalau ada
orang yang pada hari Sabat hanya beristirahat tetapi tidak berbakti, maka ada
juga yang sebaliknya. Mereka berbakti, tetapi lalu bekerja lagi setelah
kebaktian itu selesai. Atau, mereka bekerja dulu, dan lalu pada sore hari baru
berbakti kepada Tuhan / ke gereja.
Ini tetap salah, karena seluruh hari Sabat itu harus untuk Tuhan.
Thomas
Watson:
“The
Lord forbade manna to be gathered on the Sabbath. ... One might think it would
have been allowed, as manna was the ‘staff of their life;’ and the time when
it fell was between five and six in the morning, so that they might have
gathered it betimes, and all the rest of the Sabbath might have been employed in
God’s worship; and besides, they needed not to have taken any great journey
for it, for it was but stepping out of their doors, and it fell about their
tents: and yet they might not gather it on the Sabbath: and for purposing only
to do it, God was very angry”
(= Tuhan melarang manna dikumpulkan pada hari Sabat. ... Seseorang bisa berpikir
bahwa itu akan diijinkan, karena manna merupakan ‘bahan pokok dari kehidupan
mereka’; dan saat dimana manna itu jatuh adalah di antara pk 5 dan pk 6 pagi,
sehingga mereka bisa mengumpulkannya sangat pagi, dan seluruh sisa dari hari
Sabat bisa digunakan dalam ibadah kepada Allah; dan disamping itu, mereka tidak
perlu melakukan perjalanan yang jauh untuk hal itu, karena mereka hanya perlu
melangkah keluar pintu mereka dan manna itu jatuh di sekitar tenda-tenda mereka:
tetapi toh mereka tidak boleh mengumpulkan manna itu pada hari Sabat: dan hanya
karena adanya maksud seperti itu sudah membuat Allah sangat marah) - ‘The
Ten Commandments’, hal 99.
c) Sebetulnya,
pergi
ke gereja pada hari Sabat / Minggu itu bukan hanya merupakan kewajiban kita,
tetapi juga kebutuhan kita.
Thomas
Watson:
“The
Sabbath-day is for our interest; it promotes holiness in us. The business of
week-days makes us forgetful of God and our souls: the Sabbath brings him back
to our remembrance”
(= Hari Sabat adalah untuk kepentingan kita; itu memajukan kekudusan dalam diri
kita. Kesibukan dari hari-hari dalam minggu itu membuat kita lupa kepada Allah
dan jiwa kita: hari Sabat membawa Dia kembali pada ingatan kita) - ‘The
Ten Commandments’, hal 94.
Seseorang
mengatakan: “After looking at the earth
for six days we need the Lord’s day to look up”
(= Setelah melihat pada bumi / dunia selama 6 hari, kita membutuhkan hari Tuhan
untuk melihat ke atas).
d) Kita harus
berbakti kepada Tuhan di gereja (Im 19:30 26:2
Luk 4:16).
Im 19:30
- “Kamu harus
memelihara hari-hari sabatKu dan menghormati tempat kudusKu; Akulah TUHAN”.
Im 26:2
- “Kamu harus
memelihara hari-hari SabatKu dan menghormati tempat kudusKu, Akulah TUHAN”.
Luk
4:16 - “Ia datang
ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaanNya pada hari Sabat Ia
masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab”.
Dari 2 ayat dalam kitab Imamat di atas bisa terlihat dengan jelas bahwa ‘pemeliharaan
hari Sabat’ dihubungkan dengan tindakan ‘menghormati
tempat kudus Allah’. Jadi, jelas bahwa pada hari Sabat kita
memang harus berbakti kepada Tuhan.
Jadi,
berbakti kepada Tuhan, bukanlah sekedar merupakan anjuran, tetapi merupakan
suatu keharusan. Jadi, kalau kita tidak melakukannya, kita berdosa.
Ada beberapa hal yang ingin saya persoalkan:
1. Kita
tidak boleh berbakti di rumah sendiri (kecuali kalau rumah saudara memang
dijadikan gereja).
Ada
orang-orang yang berbakti kepada Tuhan di rumahnya sendiri (membaca Kitab Suci
sendiri, berdoa sendiri, menyanyi sendiri, dsb). Dengan adanya Mimbar agama
Kristen di TV pada hari Minggu, hal ini bisa dilakukan oleh makin banyak orang.
Tetapi
ini bukan cara berbakti yang benar, dan ini terlihat dari:
a.
Ul 12:5-7 - “(5) Tetapi tempat yang akan dipilih TUHAN,
Allahmu, dari segala sukumu sebagai kediamanNya untuk menegakkan namaNya di
sana, tempat itulah harus kamu cari dan ke sanalah harus kamu pergi. (6) Ke
sanalah harus kamu bawa korban bakaran dan korban sembelihanmu, persembahan
persepuluhanmu dan persembahan khususmu, korban nazarmu dan korban sukarelamu,
anak-anak sulung lembu sapimu dan kambing dombamu. (7) Di sanalah kamu makan di
hadapan TUHAN, Allahmu, dan bersukaria, kamu dan seisi rumahmu, karena dalam
segala usahamu engkau diberkati oleh TUHAN, Allahmu”.
Sebelum
jaman Musa, maka tempat ibadah kepada Tuhan belum ditetapkan, dan karena itu
orang boleh beribadah di mana-mana. Tetapi sejak jaman Musa, Tuhan menetapkan
satu tempat ibadah tertentu. Tetapi penetapan tempatnya juga bisa berubah.
·
pada jaman
Israel ada di padang gurun, tentu saja Kemah Sucinya berpindah-pindah sesuai
dengan keberadaan mereka.
·
pada jaman
Eli dan Samuel, Kemah Suci ada di Silo (1Sam
1:3,9,24 1Sam 2:14
1Sam 3:21 1Sam 4:3).
·
pada jaman
Daud, Kemah Suci dipindahkan ke Yerusalem (2Sam 6).
Tetapi pada jaman Perjanjian Baru,
tidak ada tempat yang ditetapkan.
Yoh 4:20-24 - “(20) Nenek moyang kami menyembah di
atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang
menyembah.’ (21) Kata Yesus kepadanya: ‘Percayalah kepadaKu, hai perempuan,
saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan
juga di Yerusalem. (22) Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah
apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. (23) Tetapi
saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar
akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki
penyembah-penyembah demikian. (24) Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia,
harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran.’”.
Kata-kata
‘menyembah
dalam roh’
di sini dikontraskan dengan kata-kata ‘menyembah
secara lahiriah’. Contoh penyembahan yang lahiriah adalah penekanan tempat tertentu
untuk ibadah, doa dsb (dalam kontex ini jelas inilah yang dimaksud. Bdk. ay 21).
Dari sini jelas bahwa:
¨
Orang
kristen tidak punya tempat / kota suci.
Jadi,
Yerusalem, maupun Israel / Kanaan bukan merupakan tempat suci bagi orang
kristen!
¨
Orang
kristen tidak harus berbakti di gedung gereja.
Rumah,
restoran, ruang senam, lapangan, atau tempat manapun / apapun, boleh dipakai
sebagai tempat untuk berbakti.
Catatan:
kalau pemerintah melarang hal-hal itu, itu lain urusan. Tetapi Kitab Suci
sendiri tidak pernah melarang kebaktian di tempat-tempat seperti itu.
¨
Orang
kristen tidak perlu pergi ke suatu tempat tertentu (misalnya bukit doa) kalau
mau berdoa. Memang kita harus mencari tempat yang sunyi, tetapi bukan tempat
tertentu.
¨
Orang
kristen tidak perlu pergi ke tempat tertentu untuk mendapat berkat tertentu.
Bandingkan dengan Gereja Roma Katolik dengan Lourdes-nya, dan juga orang-orang
yang mempercayai Toronto Blessing dengan Toronto-nya.
b.
Im 23:3 - “Enam hari lamanya boleh dilakukan
pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada sabat, hari perhentian
penuh, yakni hari pertemuan kudus; janganlah kamu melakukan sesuatu
pekerjaan; itulah sabat bagi TUHAN di segala tempat kediamanmu”.
Kata-kata ‘hari pertemuan kudus’ dalam terjemahan bahasa Inggris adalah sebagai berikut:
KJV: ‘an holy convocation’ (= suatu pertemuan kudus).
RSV/NASB: ‘a holy convocation’ (= suatu pertemuan kudus).
NIV: ‘a
day of sacred assembly’ (= suatu hari
pertemuan keramat / kudus).
Jadi,
semua terjemahan mengandung kata ‘pertemuan’,
dan itu jelas menunjuk pada ibadah bersama, bukan sendiri-sendiri.
c.
Adanya Kemah Suci atau Bait Suci.
Kalau
Tuhan memang menghendaki setiap orang percaya berbakti sendiri-sendiri di rumah
masing-masing, untuk apa didirikan Kemah Suci / Bait Allah?
d.
Adanya hamba-hamba Tuhan.
Kalau
memang Tuhan menghendaki setiap orang percaya berbakti di rumahnya
masing-masing, apa gunanya Tuhan menetapkan adanya hamba Tuhan / gembala (Ef 4:11),
penatua dan diaken (1Tim 3:1-13), dsb?
Ef 4:11
- “Dan Ialah
yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita
Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar”.
1Tim 3:1-13
- “(1)
Benarlah perkataan ini: ‘Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat
menginginkan pekerjaan yang indah.’ (2) Karena itu penilik jemaat
haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri,
bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, (3) bukan
peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang, (4)
seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya. (5)
Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat
mengurus Jemaat Allah? (6) Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan
ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis. (7) Hendaklah ia juga mempunyai nama
baik di luar jemaat, agar jangan ia digugat orang dan jatuh ke dalam jerat
Iblis. (8) Demikian juga diaken-diaken haruslah orang terhormat, jangan
bercabang lidah, jangan penggemar anggur, jangan serakah, (9) melainkan orang
yang memelihara rahasia iman dalam hati nurani yang suci. (10) Mereka juga harus
diuji dahulu, baru ditetapkan dalam pelayanan itu setelah ternyata mereka tak
bercacat. (11) Demikian pula isteri-isteri hendaklah orang terhormat, jangan
pemfitnah, hendaklah dapat menahan diri dan dapat dipercayai dalam segala hal.
(12) Diaken haruslah suami dari satu isteri dan mengurus anak-anaknya dan
keluarganya dengan baik. (13) Karena mereka yang melayani dengan baik beroleh
kedudukan yang baik sehingga dalam iman kepada Kristus Yesus mereka dapat
bersaksi dengan leluasa”.
Kis 14:23
- “Di
tiap-tiap jemaat rasul-rasul itu menetapkan penatua-penatua bagi jemaat itu dan
setelah berdoa dan berpuasa, mereka menyerahkan penatua-penatua itu kepada
Tuhan, yang adalah sumber kepercayaan mereka”.
1Tim 5:17
- “Penatua-penatua
yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang
dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar”.
e.
Tidak bisanya kita bersekutu dengan saudara seiman, kalau kita berbakti
sendiri di rumah masing-masing. Perlu diingat bahwa Kristen sangat menekankan
persekutuan dengan saudara seiman.
Ibr 10:25
- “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan
ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita
saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang
mendekat”.
A. T. Robertson: “‘As
the custom of some is.’ ... Already some Christians had formed the habit of
not attending public worship, a perilous habit then and now” (= ‘seperti dibiasakan oleh beberapa
orang’. ... Sudah ada sebagian orang Kristen yang membentuk kebiasaan untuk
tidak menghadiri kebaktian umum, suatu kebiasaan yang membahayakan, dulu maupun
sekarang).
Wycliffe Bible Commentary: “When
Christians meet together, they exhort each other to fruitful service and
unbroken fellowship. The danger of apostasy lurks in the failure of believers to
meet together for mutual help” (= Pada waktu orang-orang kristen berkumpul
/ bertemu bersama-sama, mereka saling menasihati bagi pelayanan yang penuh buah
dan persekutuan yang utuh. Bahaya dari kemurtadan mengintip dalam kegagalan
orang-orang percaya untuk bertemu bersama-sama untuk saling menolong).
Barnes’ Notes: “it
refers to public worship. ... The command, then, here is, to meet together for
the worship of God, and it is enjoined on Christians as an important duty to do
it. It is implied, also, that there is blame or fault where this is
‘neglected.’ ... Why those here referred to neglected public worship, is not
specified. It may have been from such causes as the following. (1) some may have
been deterred by the fear of persecution, as those who were thus assembled would
be more exposed to danger than others. (2) some may have neglected the duty
because they felt no interest in it - as professing Christians now sometimes do.
(3) it is possible that some may have had doubts about the necessity and
propriety of this duty, and on that account may have neglected it. (4) or it may
perhaps have been, though we can hardly suppose that this reason existed, that
some may have neglected it from a cause which now sometimes operates - from
dissatisfaction with a preacher, or with some member or members of the church,
or with some measure in the church. Whatever were the reasons, the apostle says
that they should not be allowed to operate, but that Christians should regard it
as a sacred duty to meet together for the worship of God. None of the causes
above suggested should deter people from this duty. With all who bear the
Christian name, with all who expect to make advances in piety and religious
knowledge, it should be regarded as a sacred duty to assemble together for
public worship. Religion is social; and our graces are to be strengthened and
invigorated by waiting together on the Lord. There is an obvious propriety that
people should assemble together for the worship of the Most High, and no
Christian can hope that his graces will grow, or that he can perform his duty to
his Maker, without uniting thus with those who love the service of God” [= ini menunjuk pada kebaktian umum. ...
Jadi, di sini diperintahkan untuk bertemu bersama-sama untuk menyembah Allah /
berbakti kepada Allah, dan hal itu diperintahkan kepada orang-orang kristen
sebagai suatu kewajiban yang penting untuk dilakukan. Secara tak langsung, juga
terlihat bahwa ada kesalahan pada waktu hal itu diabaikan. ... Mengapa mereka
yang dibicarakan di sini mengabaikan kebaktian umum, tidak dinyatakan. Itu bisa
disebabkan oleh penyebab-penyebab sebagai berikut. (1) sebagian mungkin
dihalangi oleh rasa takut terhadap penganiayaan, karena mereka yang berkumpul
seperti itu akan lebih terbuka terhadap bahaya dari pada yang lain. (2) sebagian
mungkin telah mengabaikan kewajiban ini karena mereka tidak merasa ingin
melakukannya - seperti yang kadang-kadang dilakukan oleh orang-orang yang
mengaku sebagai orang Kristen pada jaman sekarang. (3) adalah mungkin bahwa
sebagian mungkin mempunyai keragu-raguan tentang keharusan dan kebenaran dari
kewajiban ini, dan karena itu telah mengabaikannya. (4) atau itu mungkin,
sekalipun kita hampir tidak bisa menganggap bahwa alasan ini ada pada saat itu,
bahwa sebagian telah mengabaikannya dari suatu penyebab yang pada jaman sekarang
beroperasi - dari ketidak-puasan / ketidak-senangan terhadap sang pengkhotbah,
atau terhadap jemaat tertentu dari gereja, atau terhadap tindakan-tindakan
tertentu dalam gereja. Apapun alasannya, sang rasul mengatakan bahwa hal-hal itu
tidak boleh diijinkan untuk beroperasi, tetapi bahwa orang-orang kristen harus
menganggapnya sebagai suatu kewajiban yang sakral / kudus untuk bertemu
bersama-sama bagi penyembahan terhadap Allah. Tidak ada dari penyebab-penyebab
di atas yang boleh menahan orang-orang dari kewajiban ini. Bersama-sama dengan
semua orang yang disebut orang Kristen, bersama-sama dengan semua orang yang
berharap untuk maju dalam kesalehan dan pengetahuan agamawi, itu harus dianggap
sebagai suatu kewajiban kudus untuk bertemu bersama-sama untuk melakukan
kebaktian umum. Agama merupakan sesuatu yang bersifat sosial; dan kasih karunia
kita harus dikuatkan dan disegarkan dengan bersama-sama melayani Tuhan. Ada
kebenaran / kepantasan yang jelas bahwa orang-orang harus berkumpul bersama-sama
bagi penyembahan terhadap Yang Maha Tinggi, dan tidak ada orang Kristen bisa
berharap bahwa kasih karunianya akan bertumbuh, atau bahwa ia bisa melakukan
kewajibanya kepada Penciptanya, tanpa bersatu seperti itu bersama mereka yang
mencintai pelayanan / ibadah kepada Allah].
2. Yang
dimaksud ‘gereja’ adalah persekutuan orang kristen, bukan gedungnya.
Bdk. 1Kor 1:2 - “kepada
jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam
Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus, dengan semua orang
di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan
mereka dan Tuhan kita”.
Kata
‘jemaat’
seharusnya adalah ‘gereja’,
dan yang disebut dengan ‘gereja’
sebetulnya bukanlah ‘gedung’nya tetapi ‘orang’nya. Bandingkan dengan
kata-kata selanjutnya dalam 1Kor 1:2 - ‘yaitu
mereka yang dikuduskan’.
Jadi,
sekalipun kebaktian itu tidak diadakan di gedung gereja, tetapi di restoran,
hotel, rumah, dsb, itu tidak jadi soal, selama orang-orang yang mengikuti
kebaktian itu adalah orang-orang kristen yang sejati (biarpun tidak semuanya,
karena pasti ada lalang di antara gandum), itu tidak jadi soal.
Sekarang
ada gereja-gereja (biasanya yang sudah mapan) yang mengajar jemaatnya bahwa
kebaktian di ruko, restoran, hotel, rumah, dsb, itu tidak sah. Kebaktian yang
sah hanyalah kebaktian yang diadakan di gedung gereja. Ini adalah omong kosong
yang busuk dan kurang ajar! Ingat bahwa orang kristen abad pertama juga tidak
mempunyai gedung gereja, sehingga mereka berbakti di rumah-rumah yang digunakan
sebagai tempat berbakti. Kalau itu semua tidak sah, maka boleh dikatakan semua
orang Kristen abad-abad awal, dan juga semua rasul-rasul, melakukan kebaktian
yang tidak sah!
3. Dalam
berbakti kepada Tuhan kita harus memilih gereja yang benar, karena kalau tidak,
itu bukan berbakti kepada Tuhan.
Jadi,
kita harus memilih gereja yang benar, yaitu gereja yang betul-betul percaya,
tunduk dan mengajarkan Firman Tuhan, sebagai tempat kita berbakti.
Bdk. 1Kor 1:2 - “kepada
jemaat (gereja) Allah di Korintus, yaitu
mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi
orang-orang kudus, dengan semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama
Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita”.
Adalah
sesuatu yang aneh bahwa Paulus tetap menyebut gereja Korintus yang bejat ini
dengan sebutan ‘gereja’.
Paulus
yakin akan hal itu karena apa yang dialaminya dalam Kis 18:9-10
- “(9) Pada suatu malam berfirmanlah Tuhan kepada Paulus di dalam
suatu penglihatan: ‘Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan
diam! (10) Sebab Aku menyertai engkau dan tidak ada seorangpun yang akan
menjamah dan menganiaya engkau, sebab banyak umatKu di kota ini.’”.
Karena
itulah ia yakin bahwa di tengah-tengah banyak orang kristen yang brengsek di
gereja ini pasti ada sedikit yang tetap setia, dan dengan demikian gereja yang
penuh dengan cacat cela ini tetap adalah gereja Tuhan.
Jadi,
dalam persoalan menilai suatu gereja itu benar atau sesat, kita harus
menghindari 2 pandangan / sikap extrim yang salah:
a.
Pandangan bahwa suatu gereja baru bisa disebut gereja kalau gereja itu
sempurna dan tidak ada cacat celanya. Tidak ada gereja seperti itu di dunia.
Calvin
(tentang 1Kor 1:2): “it is a dangerous temptation to
think that there is no Church at all where perfect purity is not to be seen. For
the man that is prepossessed with this notion, must necessarily in the end
withdraw from all others, and look upon himself as the only saint in the world,
or set up a peculiar sect in company with a few hypocrites” (= merupakan
suatu pencobaan yang berbahaya untuk berpikir bahwa di sana tidak ada Gereja
sama sekali dimana kemurnian yang sempurna tidak terlihat. Karena orang yang
dikuasai oleh pikiran ini, pada akhirnya pasti menarik dari semua yang lain, dan
memandang dirinya sendiri sebagai satu-satunya orang suci di dunia, atau
mendirikan suatu sekte khusus bersama dengan beberapa / sedikit orang-orang yang
munafik) - hal 51.
Ini
perlu diingat dan dicamkan, khususnya oleh orang-orang kristen tertentu, yang
selalu berpindah gereja pada saat melihat adanya ketidak-beresan tertentu dalam
gerejanya / pendetanya.
b.
Pandangan bahwa semua gereja adalah gereja.
Ini
salah karena jelas ada gereja-gereja sesat yang bukanlah gereja dalam pandangan
Tuhan.
Bahwa
tidak semua ‘gereja’ adalah ‘gereja’ di hadapan Tuhan, terlihat dari:
·
istilah ‘jemaah Iblis’
dalam Wah 2:9 dan Wah 3:9.
Wah 2:9
- “Aku tahu
kesusahanmu dan kemiskinanmu - namun engkau kaya - dan fitnah mereka, yang
menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian: sebaliknya
mereka adalah jemaah Iblis”.
Wah 3:9
- “Lihatlah,
beberapa orang dari jemaah Iblis, yaitu mereka yang menyebut dirinya
orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, melainkan berdusta, akan
Kuserahkan kepadamu. Sesungguhnya Aku akan menyuruh mereka datang dan tersungkur
di depan kakimu dan mengaku, bahwa Aku mengasihi engkau”.
KJV/RSV/NIV/NASB:
‘the synagogue of Satan’ (= sinagog Setan).
Dalam
Bil 16:3 Bil 20:4
Bil 31:16 Israel disebut sebagai ‘jemaah / umat TUHAN’. Kata
‘sinagog’ berasal dari kata Yunani SUNAGOGE, yang arti hurufiahnya adalah
‘suatu kumpulan’ atau ‘jemaah’. Jadi dengan kata-kata ini seakan-akan
Yohanes berkata: Kamu menyebut dirimu sendiri ‘jemaah TUHAN’, padahal
sebetulnya kamu adalah ‘jemaah Iblis’.
Mereka
ini sama seperti orang-orang Yahudi dalam Yoh 8:37-44, yang sekalipun
mengaku sebagai keturunan Abraham dan anak-anak Allah, tetapi sebetulnya adalah
anak-anak setan.
Leon
Morris (Tyndale) (tentang Wah 2:9): “This
unusual expression means that their assembly for worship does not gather God’s
people but Satan’s” (= Istilah /
ungkapan yang tidak lazim ini berarti bahwa perkumpulan / persekutuan kebaktian
mereka tidak mengumpulkan umat Allah tetapi umat Setan)
- hal 64.
Thomas
Becon:
“For
commonly, wheresoever God buildeth a church, the devil will build a chapel just
by” (= Karena biasanya, dimanapun
Allah membangun sebuah gereja, setan akan membangun tempat ibadah di dekatnya)
- ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 118.
Daniel
Defoe, ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 119-120:
“Wherever
God erects a house of prayer,
(= Dimanapun Allah mendirikan rumah doa,)
The
Devil always builds a chapel there;
(= Setan selalu membangun tempat ibadah di sana;)
And
‘twill be found, upon examination,
(= Dan akan didapatkan, setelah diselidiki,)
The
latter has the largest congregation”
(= Yang terakhir mempunyai jemaat yang terbesar).
·
istilah ‘rumahmu’
(bukan ‘rumahKu’
atau ‘rumah
BapaKu’)
yang digunakan oleh Yesus dalam Mat 23:38 untuk menunjuk kepada Bait Allah.
Mat
23:38 - “Lihatlah
rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi”.
Perlu
diingat bahwa kalau kita berbakti di gereja yang sesat, maka:
¨
Tuhan
tidak menganggap bahwa saudara sudah berbakti kepadaNya.
Bdk. Yeh 23:38-39 - “(38) Selain itu hal ini juga mereka lakukan
terhadap Aku, mereka menajiskan tempat kudusKu pada hari itu dan melanggar
kekudusan hari-hari SabatKu. (39) Dan sedang mereka menyembelih anak-anak
mereka untuk berhala-berhalanya, mereka datang pada hari itu ke tempat kudusKu
dan melanggar kekudusannya. Sungguh, inilah yang dilakukan mereka di
dalam rumahKu”.
Perhatikan bahwa ay 39 mengatakan bahwa mereka datang ke rumah Allah,
tetapi mereka menyembah berhala dan menyembelih anak-anak mereka bagi berhala /
dewa. Jelas mereka sesat, dan karena itu, sekalipun mereka datang ke rumah
Allah, Allah tetap menganggap mereka menajiskan tempat kudus / rumah Allah dan
melanggar kekudusan Sabat (ay 38).
¨
Kita
mendukung dan memberi semangat kepada gereja sesat itu.
Kehadiran
kita membuat yang hadir bertambah banyak, dan itu memberi semangat yang cukup
besar kepada mereka. Apalagi kalau pada acara persembahan kita mau memberi
persembahan kepada gereja sesat itu!
Jadi,
kalau saudara sadar bahwa gereja saudara adalah gereja yang sesat, maka saudara
harus meninggalkan gereja itu, dan pindah ke gereja yang benar. Kalau saudara
segan untuk meninggalkan gereja saudara, padahal saudara tahu bahwa gereja
saudara itu sesat, apapun alasannya, maka saudara perlu merenungkan pertanyaan
ini secara serius: ‘Apakah aku mengikut Kristus,
atau mengikut gerejaku?’.
Saya
akan memberikan komentar dari beberapa penafsir tentang berbakti di gereja yang
tidak benar. Kedua penafsir di bawah ini memberikan komentar tentang Luk 4:16
yang berbunyi sebagai berikut: “Ia datang ke Nazaret tempat Ia
dibesarkan, dan menurut kebiasaanNya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat,
lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab”.
Adam Clarke (tentang Luk 4:16):
“Our Lord
regularly attended the public worship of God in the synagogues; for there the
Scriptures were read: other parts of the worship were very corrupt; but it
was the best at that time to be found in the land. To worship God publicly
is the duty of every man, and no man can be guiltless who neglects it. If a
person cannot get such public worship as he likes, let him frequent such as he
can get. Better to attend the most indifferent than to stay at home, especially
on the Lord’s day. The place and the time are set apart for the worship of
the true God: if others do not conduct themselves well in it, that is not your
fault, and need not be any hindrance to you. You come to worship God -
do not forget your errand - and God will supply the lack in the service
by the teachings of his Spirit” (= Tuhan kita secara teratur menghadiri kebaktian umum Allah di
sinagog-sinagog; karena di sana Kitab Suci dibacakan: bagian-bagian lain dari
kebaktian itu sangat buruk / rusak; tetapi itu adalah yang terbaik pada saat
itu yang bisa ditemukan di negara itu. Menyembah Allah berbakti kepada Allah
secara umum merupakan kewajiban dari setiap orang, dan tidak ada orang bisa
tidak bersalah kalau ia mengabaikannya. Jika seseorang tidak bisa mendapatkan
kebaktian seperti yang ia inginkan, biarlah ia pergi secara tetap ke tempat yang
bisa ia dapatkan. Lebih baik untuk menghadiri kebaktian / gereja yang paling
acuh tak acuh dari pada tinggal di rumah, khususnya pada hari Tuhan. Tempat
dan waktu dipisahkan untuk berbakti kepada Allah yang benar; jika orang-orang
lain tidak bertingkah laku benar di dalamnya, itu bukan salahmu, dan tidak perlu
menjadi penghalang bagimu. Kamu datang untuk berbakti kepada Allah - jangan
melupakan tujuanmu - dan Allah akan menyuplai kekurangan dalam kebaktian itu
oleh pengajaran RohNya).
Barnes’ Notes (tentang Luk 4:16):
“From this
it appears that the Saviour regularly attended the service of the synagogue. In
that service the Scriptures of the Old Testament were read, prayers were
offered, and the Word of God was explained. ... There was great corruption in
doctrine and practice at that time, but Christ did not on that account keep away
from the place of public worship. From this we may learn: 1. That it is our
duty ‘regularly’ to attend public worship. 2. That it is better to attend
a place of worship which is not entirely pure, or where just such doctrines are
not delivered as we would wish, than not attend at all. ... At the same
time, this remark should not be construed as enjoining it as our duty to attend
a place where the ‘true’ God is not worshipped, or where he is worshipped by
pagan rites and pagan prayers. If, therefore, the Unitarian does not worship
the true God, and if the Roman Catholic worships God in a manner forbidden, and
offers homage to the creatures of God also, thus being guilty of idolatry, it
cannot be a duty of a man to attend on such a place of worship” (= Dari sini kelihatan bahwa sang Juruselamat
secara teratur menghadiri kebaktian di sinagog. Dalam kebaktian itu Kitab Suci
Perjanjian Lama dibacakan, doa dinaikkan, dan Firman Allah dijelaskan. ... Di
sana ada keburukan / kerusakan yang besar dalam doktrin dan praktek pada jaman
itu, tetapi hal itu tidak menyebabkan Kristus menjauhi tempat ibadah itu.
Dari sini bisa kita pelajari: 1. Bahwa merupakan kewajiban kita untuk secara
teratur menghadiri kebaktian umum. 2. Bahwa lebih baik untuk menghadiri suatu
tempat ibadah / kebaktian yang tidak sepenuhnya murni, atau dimana ajaran-ajaran
tidak diberikan seperti yang kita inginkan, dari pada tidak menghadiri kebaktian
sama sekali. ... Pada saat yang sama, kata-kata ini tidak boleh
ditafsirkan sebagai memerintahkan hal itu sebagai kewajiban kita untuk
menghadiri suatu tempat ibadah dimana yang disembah bukanlah Allah yang benar,
atau dimana Ia disembah dengan upacara-upacara kafir dan doa-doa kafir.
Karena itu, jika Unitarian tidak menyembah Allah yang benar, dan jika Roma
Katolik menyembah Allah dengan cara yang dilarang, dan juga memberikan
penghormatan kepada makhluk-makhluk ciptaan dari Allah, dan dengan demikian
bersalah dalam hal pemberhalaan, maka tidak bisa merupakan kewajiban seseorang
untuk menghadiri tempat ibadah seperti itu) - hal 196.
Catatan:
‘Unitarian’ mempercayai bahwa Allah itu tunggal secara mutlak, dan dengan
demikian menyangkal keilahian Kristus, dan doktrin Allah Tritunggal.
Jadi,
memang lebih baik berbakti di gereja yang jelek (bukan yang sesat)
dari pada tidak berbakti sama sekali. Tetapi itu tidak berarti bahwa kita boleh
berbakti di gereja yang betul-betul sesat, seperti Saksi Yehuwa, Mormon, dan
menurut Barnes, Gereja Roma Katolik.
e)
Satu hal lain yang perlu disadari adalah bahwa membolos dari kebaktian
Minggu, bukan hanya merupakan suatu dosa, tetapi juga merupakan suatu tindakan
yang sangat kurang ajar kepada Tuhan.
Illustrasi:
Ada seorang melihat seorang pengemis. Ia kasihan dan ingin memberinya uang.
Dalam kantongnya ada 7 keping uang, dan ia lalu memberikan 6 keping kepada
pengemis itu, dan menyisakan 1 keping untuk dirinya sendiri. Tetapi pengemis
itu, yang melihat bahwa orang itu menyisakan satu keping untuk dirinya sendiri,
lalu menyambar sisa yang 1 keping itu, dan lari. Ini betul-betul menunjukkan
orang yang kurang ajar bukan? Tetapi itu coba bandingkan dengan analoginya:
Allah mempunyai 7 hari, dan ia memberikan 6 hari bagi kita untuk bekerja,
belajar, mengurus urusan-urusan kita dsb. Ia hanya menyisakan satu hari bagi
diriNya sendiri, yaitu hari Sabat. Tetapi kita sering lalu menyambar hari yang
satu itu dari tangan Allah, dan tetap menggunakannya untuk diri kita sendiri!
Apa bedanya orang yang membolos dari kebaktian dengan pengemis yang kurang ajar
tadi?
f)
Alasan yang tidak sah dan yang sah untuk tidak berbakti pada hari Sabat.
1.
Alasan yang tidak sah.
Hal-hal
di bawah ini bukanlah alasan yang sah untuk membolos dari kebaktian hari Minggu,
dan karena itu jangan membolos dari kebaktian hari Minggu, dengan alasan-alasan
yang sangat umum di bawah ini:
·
ada tamu.
·
arisan / pertemuan RT / RW.
·
kerja bakti.
·
bekerja / lembur.
·
belajar.
·
piknik / keluar kota.
·
pergi ke pesta HUT.
·
ada acara dari ‘para-church’ (persekutuan, dsb).
Para pemimpin maupun pengikut dari para-church ini harus
menyadari bahwa para-church didirikan untuk mendukung gereja, dan
bukannya untuk menyaingi gereja. Karena itu mereka seharusnya tidak mengadakan
acara pada hari Minggu!
·
saudara merasa sudah mengikuti ‘kebaktian’ Pernikahan.
Ingat bahwa upacara pernikahan di gereja sebetulnya bukanlah suatu
kebaktian! Saya berpendapat bahwa hari Minggu bukanlah hari untuk menikah,
tetapi untuk berbakti. Orang kristen seharusnya tidak menikah pada hari Minggu!
Mengapa? Karena ini bukan hanya menyebabkan pengantinnya tidak bisa berbakti,
tetapi juga menyebabkan banyak orang berdosa karena membolos dari kebaktian.
2.
Alasan yang sah.
Alasan
yang sah untuk tidak pergi ke kebaktian adalah kalau saudara sakit, dan itupun
tentu bukan sembarang sakit. Sakitnya harus cukup berat (sehingga memang tidak
memungkinkan saudara untuk berbakti atau berkonsentrasi dalam kebaktian), atau
menular dan membahayakan. Sedangkan alasan yang lain adalah kalau terjadi
hal-hal yang memang sangat extrim, seperti bencana alam, banjir yang hebat, atau
kerusuhan massal.
-AMIN-
e-mail us at golgotha_ministry0@yahoo.com