Kebaktian

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Rungkut Megah Raya, blok D no 16)

 

Minggu, tgl 17 Juni 2012, pk 17.00

 

Pdt. Budi Asali, M. Div.

(HP: 7064-1331 / 6050-1331)

[email protected]

 

Roma 8:29-30(1)

 

Ro 8:29-30 - “(29) Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. (30) Dan mereka yang ditentukanNya dari semula, mereka itu juga dipanggilNya. Dan mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya. Dan mereka yang dibenarkanNya, mereka itu juga dimuliakanNya”.

 

I) Hubungan text ini dengan Ro 8:28.

 

Ro 8:28 - “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.

 

John Murray: This verse unfolds in greater detail the elements included in the ‘purpose’ of verse 28, and verses 29, 30 are a ‘continued confirmation’ of the truth that all things work for good to those who are the called of God. There is no question but the apostle here introduces us to the eternal counsel of God as it pertains to the people of God and delineates for us its various aspects [= Ayat ini (ay 29) menyingkapkan dalam detail-detail yang lebih besar elemen-elemen yang termasuk dalam ‘rencana’ dari ay 28, dan ay 29,30 adalah suatu ‘penegasan lanjutan’ dari kebenaran bahwa segala sesuatu bekerja untuk kebaikan bagi mereka yang dipanggil oleh Allah. Tak ada keraguan bahwa di sini sang rasul memperkenalkan kita pada rencana kekal dari Allah sebagaimana rencana itu berhubungan dengan umat Allah dan menggambarkan untuk kita aspek-aspeknya yang bermacam-macam] - ‘Romans, NICNT’, hal 315.

 

Adam Clarke: “In this and the following verse the apostle shows how our calling is an argument that all things work together to advance our eternal happiness, by showing the several steps which the wisdom and goodness of God have settled, in order to complete our salvation. In order to this he first gives us, in this verse, the foundation and finishing, or the beginning and end, of the scheme of our redemption.” [= Dan ayat ini dan yang berikutnya (ay 29 dan 30) sang rasul menunjukkan bagaimana panggilan kita merupakan suatu argumentasi bahwa segala sesuatu bekerja bersama-sama untuk memajukan kebahagiaan kekal kita, dengan menunjukkan beberapa langkah-langkah yang telah ditentukan oleh hikmat dan kebaikan Allah, untuk melengkapkan / menyempurnakan keselamatan kita. Untuk ini ia pertama-tama memberikan kepada kita, dalam ayat ini, dasar / fondasi dan penyelesaian, atau permulaan dan akhir, dari rencana / pola penebusan kita].

 

Charles Hodge: ‘For whom he did foreknow, he also did predestinate,’ etc. The connection of this verse with the preceding, and the force of ‘for’; appears from what has already been said. Believers are called in accordance with a settled plan and purpose of God, ‘for’ whom he calls he had previously predestined: and as all the several steps or stages of our salvation are included in this plan of the unchanging God, if we are predestinated and called, we shall be justified and glorified. Or the connecting idea is this: All things must work together for good to those who love God, ‘for’ the plan of God cannot fail; those whom he has called into this state of reconciliation, whom he has made to love him, he will assuredly bring to the glory prepared for his people (= ‘Karena siapa yang Ia kenal / ketahui lebih dulu, juga Ia predestinasikan / tentukan,’ dst. Hubungan ayat ini dengan ayat yang sebelumnya, dan kekuatan dari ‘karena’; terlihat dari apa yang telah dikatakan. Orang-orang percaya dipanggil sesuai dengan suatu rencana dan tujuan yang tertentu / tetap dari Allah, ‘karena’ siapa yang Ia panggil sebelumnya telah Ia predestinasikan / tentukan: dan karena semua langkah-langkah atau tingkat-tingkat dari keselamatan kita termasuk dalam rencana dari Allah yang tak berubah ini, jika kita dipredestinasikan / ditentukan dan dipanggil, kita akan dibenarkan dan dimuliakan. Atau, gagasan yang berhubungan adalah ini: Segala sesuatu harus bekerja bersama-sama untuk kebaikan dari mereka yang mengasihi Allah, ‘karena’ rencana Allah tidak bisa gagal; mereka yang telah Ia panggil ke dalam keadaan perdamaian, yang telah Ia buat sehingga mengasihiNya, pasti akan Ia bawa pada kemuliaan yang disediakan untuk umatNya).

 

Arthur W. Pink: Romans 8:28, 29, ‘For whom He did foreknow, He also did predestinate to be conformed to the image of His Son,’ but the first word here, ‘for,’ looks back to the preceding verse and the last clause of it reads, ‘to them who are the called according to His purpose’ - these are the ones whom He did ‘foreknow and predestinate.’ (= Ro 8:28,29, ‘Karena siapa yang Ia ketahui lebih dulu, juga Ia predestinasikan / tentukan untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya’, tetapi kata pertama di sini, ‘karena’, melihat ke belakang pada ayat sebelumnya dan anak kalimatnya yang berbunyi, ‘bagi mereka yang dipanggil sesuai dengan rencanaNya’ orang-orang ini adalah orang-orang yang Ia ‘ketahui lebih dulu dan predestinasikan / tentukan’.) - ‘The Sovereignty of God’, hal 54.

 

II) Rantai keselamatan yang tidak terputuskan.

 

Ro 8:29-30 - “(29) Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. (30) Dan mereka yang ditentukanNya dari semula, mereka itu juga dipanggilNya. Dan mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya. Dan mereka yang dibenarkanNya, mereka itu juga dimuliakanNya”.

Catatan:

1.   Untuk kata-kata ‘dipilihNya dari semula’ Kitab Suci bahasa Inggris menterjemahkan ‘foreknow’ atau ‘foreknew’, yang artinya ‘tahu / kenal lebih dulu’. Bandingkan dengan terjemahan-terjemahan dari beberapa Kitab Suci bahasa Inggris di bawah ini.

KJV: ‘(29) For whom he did foreknow, he also did predestinate to be conformed to the image of his Son, that he might be the firstborn among many brethren. (30) Moreover whom he did predestinate, them he also called: and whom he called, them he also justified: and whom he justified, them he also glorified’ (= ).

RSV: ‘(29) For those whom he foreknew he also predestined to be conformed to the image of his Son, in order that he might be the first-born among many brethren. (30) And those whom he predestined he also called; and those whom he called he also justified; and those whom he justified he also glorified’ (= ).

NIV: ‘(29) For those God foreknew he also predestined to be conformed to the likeness of his Son, that he might be the firstborn among many brothers. (30) And those he predestined, he also called; those he called, he also justified; those he justified, he also glorified’ (= ).

NASB: ‘(29) For those whom He foreknew, He also predestined to become conformed to the image of His Son, so that He would be the firstborn among many brethren; (30) and these whom He predestined, He also called; and these whom He called, He also justified; and these whom He justified, He also glorified’ (= ).

Ini sering dijadikan dasar oleh orang-orang Arminian untuk doktrin ‘Conditional Election’ (= Pemilihan yang bersyarat) mereka. Kontrasnya adalah doktrin ‘Unconditional Election’ (= Pemilihan yang tidak bersyarat) dari orang-orang Reformed. 

2.   Kata-kata ‘dari semula’ yang muncul 3 x dalam text Kitab Suci Indonesia sebetulnya tidak ada. Mungkin kata-kata itu dimaksudkan untuk menterjemahkan kata ‘fore’ dalam ‘foreknew / foreknow’, atau kata ‘pre’ dalam ‘predestinate’.

 

Sekarang mari kita membahas Ro 8:29-30 ini potong per potong:

 

1)   “semua orang yang dipilihNya dari semula (ay 29a).

KJV: ‘whom he did foreknow (= yang ia ketahui / kenal lebih dulu).

RSV/NASB: ‘those whom he foreknew (= mereka yang ia ketahui / kenal lebih dulu).

NIV: ‘those God foreknew (= mereka yang Allah ketahui / kenal lebih dulu).

Yunani: PROEGNO, yang berasal dari kata PROGINOSKO [PRO (= sebelumnya) + GINOSKO (= tahu / kenal)].

 

Macam-macam arti / penafsiran tentang kata ini:

 

a)         Allah tahu lebih dulu secara intelektual.

Jelas bahwa kata PROGINOSKO memang bisa berarti ‘tahu lebih dulu secara intelektual’. Tetapi tidak harus berarti seperti itu pada saat kata itu diterapkan kepada Allah.

 

John Murray: “‘Whom he foreknew’ - few questions have provoked more difference of interpretation than that concerned with the meaning of God’s foreknowledge as referred to here. It is, of course, true that the word is used in the sense of ‘to know beforehand’ (cf. Acts 26:5; 2 Pet. 3:17). As applied to God it could, therefore, refer to his eternal prevision, his foresight of all that would come to pass. It has been maintained by many expositors that this sense will have to be adopted here. Since, however, those whom God is said to have foreknown are distinguished from others and identified with those whom God also predestinated to be conformed to the image of his Son, and since the expression ‘whom he foreknew’ does not, on this view of its meaning, intimate any distinction by which the people of God could be differentiated, various ways of supplying this distinguishing element have been proposed (= ‘Yang Ia ketahui lebih dulu’ - sedikit pertanyaan telah menimbulkan lebih banyak perbedaan penafsiran dari pada yang berkenaan dengan arti dari pra pengetahuan Allah sebagaimana ditunjuk di sini. Tentu saja merupakan sesuatu yang benar bahwa kata itu digunakan dalam arti ‘mengetahui sebelumnya’ (bdk. Kis 26:5; 2Pet 3:17). Karena itu, pada saat diterapkan kepada Allah, kata itu bisa menunjuk pada pengetahuan tentang masa yang akan datang, penglihatan lebih dulu tentang semua yang akan terjadi. Telah dipertahankan oleh banyak penafsir bahwa arti ini akan harus diadopsi / diterima di sini. Tetapi, karena mereka yang Allah katakan telah ketahui / kenal sebelumnya dibedakan dari orang-orang lain, dan diidentifikasi dengan mereka yang Allah juga predestinasikan untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, dan karena dalam pandangan ini ungkapan / istilah ‘yang Ia ketahui / kenal sebelumnya’ tidak menunjukkan perbedaan apapun dengan mana umat Allah bisa dibedakan, maka telah diusulkan cara-cara yang bermacam-macam tentang penyuplaian elemen yang membedakan ini) - ‘Romans, NICNT’, hal 315-316.

Kis 26:5 - “Sudah lama mereka mengenal (PROGINOSKONTES) aku dan sekiranya mereka mau, mereka dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah hidup sebagai seorang Farisi menurut mazhab yang paling keras dalam agama kita”.

2Pet 3:17 - “Tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, kamu telah mengetahui hal ini sebelumnya (PROGINOSKONTES). Karena itu waspadalah, supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh”.

 

Tentang bagian yang saya garis-bawahi dalam kata-kata John Murray di atas, coba perhatikan dan bandingkan dengan Ro 8:29nya.

Ro 8:29 - Sebab semua orang yang dipilihNya / diketahuiNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara”.

 

Kata-kata ‘semua orang yang diketahuiNya dari semula’ disamakan dengan ‘mereka yang ditentukanNya dari semula / dipredestinasikanNya’, tetapi secara implicit dibedakan dari kelompok ‘orang-orang lain yang TIDAK diketahui dari semula’.

 

b)         Allah tahu kalau orang-orang itu akan beriman, taat, bertekun dan sebagainya.

 

Tentang Ro 8:29 ini Pdt. Jusuf B. S. berkata:

“Di sini disebutkan bahwa Allah mengenal lebih dahulu dan baru sesudah itu, mereka yang sudah dikenalNya terdahulu, mereka itu juga yang ditetapkan lebih dahulu (ditentukan atau dipilih untuk ini dan itu), dengan sangat adil. Di dalamnya sudah termasuk segala kehendak dan perbuatan orang itu, semua ini diperhitungkan dengan teliti (1Pet 1:2a)” - ‘Keselamatan Tidak Bisa Hilang?’, hal 39.

1Pet 1:2a - yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darahNya”.

KJV: Elect according to the foreknowledge of God the Father (= Orang-orang pilihan sesuai dengan pra-pengetahuan dari Allah Bapa).

RSV: chosen and destined by God the Father (= dipilih dan ditentukan oleh Allah Bapa).

NIV: ‘God’s elect ... who have been chosen according to the foreknowledge of God the Father (= Orang-orang pilihan Allah ... yang telah dipilih sesuai dengan pra-pengetahuan Allah Bapa).

NASB: ‘who are chosen according to the foreknowledge of God the Father (= yang dipilih sesuai dengan pra-pengetahuan Allah Bapa).

Catatan: NIV dan NASB memasukkan kata-kata ‘God’s elect’ dan ‘who are chosen’ ke dalam ay 1.

 

Suhento Liauw: Konsep Pemilihan dalam Roma 8:28-30. Roma 8:28-30 adalah salah satu perikop favorit Kalvinis di dalam mempertahankan iman mereka. Sekilas di dalam ayat-ayat ini seolah-olah ada mata rantai yang tidak terputuskan. Siapa yang dipilih ditentukan dari semula. Mereka dipanggil (tidak bisa ditolak) → dibenarkan (justification) → dimuliakan (gloryrification). Skema besarnya adalah: Election → Predestination → Irresistible Grace → Perseverence. Pemahaman yang Alkitabiah: Dalam ayat ini kata προγινωσκω (proginosko) dalam bentuk tenses aorist (προεγνω) artinya ‘barang siapa yang telah diketahui dari semula’ bukan dipilih sebelumnya tanpa kondisi. Jadi barang siapa yang percaya kepada Kristus, Allah sudah mengetahuinya dari semula karena Ia Mahatahu dan karena manusia (yang bersangkutan akan percaya kepada Kristus bukan karena Allah paksa tetapi yang timbul dari hati manusia itu sendiri). - file ‘Graphe - Liauw - U.doc’.

Catatan: tulisan ini sebetulnya tanpa nama penulisnya, tetapi saya yakin penulisnya adalah Suhento Liauw.

 

Jawaban / tanggapan:

 

1.   Conditional Election / pemilihan bersyarat, yang mengatakan bahwa Allah memilih karena tahu lebih dulu kalau orang itu akan beriman dsb, merupakan pandangan bodoh dari orang yang tidak punya logika!

Pikirkan baik-baik! Kalau Allah sudah tahu lebih dulu bahwa orang itu akan beriman / menjadi baik, bukankah hal itu sudah pasti akan terjadi? Lalu untuk apa Allah lalu menentukan / memilih? Penentuan / pemilihan yang Allah lakukan sama sekali tidak ada gunanya / tidak mempunyai fungsi, karena tanpa hal itupun apa yang Ia ketahui lebih dulu itu toh pasti akan terjadi.

 

2.   Untuk bisa memilih seseorang, maka dalam arti tertentu Allah memang harus tahu tentang orang itu.

 

R. C. Sproul: “All the text declares is that God predestines those whom he foreknows. No one in this debate disputes that God has foreknowledge. Even God could not choose people he didn’t know anything about. Before he could choose Jacob he had to have some idea in his mind of Jacob. But the text does not teach that God chose Jacob on the basis of Jacob’s choice [= Semua yang dinyatakan oleh text itu (Ro 8:29) adalah bahwa Allah mempredestinasikan mereka yang Ia ketahui lebih dulu. Tidak seorangpun dalam perdebatan ini memperdebatkan bahwa Allah mempunyai pengetahuan lebih dulu. Bahkan Allah tidak bisa memilih orang yang sama sekali tidak diketahuiNya. Sebelum Ia memilih Yakub Ia harus mempunyai beberapa gagasan dalam pikiranNya tentang Yakub. Tetapi text itu (Ro 8:29) tidak mengajar bahwa Allah memilih Yakub berdasarkan pilihan Yakub] - ‘Chosen By God’, hal 131.

 

3.   Ro 8:29 itu tidak mengatakan bahwa ‘Allah tahu lebih dulu tentang iman / perbuatan baik mereka’.

 

A. H. Strong: “The Arminian interpretation of ‘whom he foreknew’ (Rom 8:29) would require the phrase ‘as conformed to the image of His Son’ to be conjoined with it. Paul, however, makes conformity to Christ to be the result, not the foreseen condition, of God’s foreordination” [= Penafsiran Arminian tentang ‘siapa yang diketahuiNya lebih dulu’ (Ro 8:29) mengharuskan kata-kata ‘untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya’ dihubungkan dengannya. Tetapi Paulus membuat keserupaan dengan Kristus sebagai hasil, dan bukan sebagai syarat yang dilihat lebih dulu, dari penetapan Allah] - ‘Systematic Theology’, hal 781.

 

Saya sangat setuju dengan kata-kata A. H. Strong ini! Orang-orang Arminian, termasuk Pdt. Jusuf B. S. dan Guy Duty membaca / menafsirkan Ro 8:29 ini seakan-akan ayat itu berbunyi sebagai berikut:

“Karena mereka yang diketahuiNya lebih dulu akan menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, lalu dipredestinasikanNya, supaya Ia menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang dipredestinasikanNya, juga dipanggilNya; mereka yang dipanggilNya, juga dibenarkanNya; mereka yang dibenarkanNya, juga dimuliakanNya”.

 

Bandingkan dengan bunyi Ro 8:29 yang seharusnya berbunyi:

“Karena mereka yang diketahuiNya lebih dulu, juga dipredestinasikanNya untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang dipredestinasikanNya, juga dipanggilNya; mereka yang dipanggilNya, juga dibenarkanNya; mereka yang dibenarkanNya, juga dimuliakanNya”.

 

Loraine Boettner: “Notice especially that Rom. 8:29 does not say that they were foreknown as doers of good works, but that they were foreknown as individuals to whom God would extend the grace of election” (= Perhatikan khususnya bahwa Ro 8:29 tidak berkata bahwa mereka diketahui lebih dulu sebagai pembuat kebaikan, tetapi bahwa mereka diketahui lebih dulu sebagai individu-individu kepada siapa Allah memberikan kasih karunia pemilihan) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 100.

 

Charles Haddon Spurgeon: “it is further asserted that the Lord foreknew who would exercise repentance, who would believe in Jesus, and who would persevere in a consistent life to the end. This is readily granted, but a reader must wear very powerful magnifying spectacles before he will be able to discover that sense in the text. Upon looking carefully at my Bible again I do not perceive such statement. Where are those words which you have added, ‘Whom he did foreknew to repent, to believe, and to persevere in grace’? I do not find them either in the English version or in the Greek original. If I could so read them the passage would certainly be very easy, and would very greatly alter my doctrinal views; but, as I do not find those words there, begging your pardon, I do not believe in them. However wise and advisable a human interpolation may be, it has no authority with us; we bow to holy Scripture, but not to glosses which theologians may choose to put upon it. No hint is given in the text of foreseen virtue any more than of foreseen sin, and, therefore, we are driven to find another meaning for the word” (= Selanjutnya ditegaskan / dinyatakan bahwa Tuhan mengetahui lebih dulu siapa yang akan bertobat, siapa yang akan percaya kepada Yesus, dan siapa yang akan bertekun dalam hidup yang konsisten sampai akhir. Ini dengan mudah diterima, tetapi seorang pembaca harus memakai kacamata pembesar yang sangat kuat sebelum ia bisa menemukan arti itu dalam text itu. Melihat dalam Alkitab saya dengan teliti sekali lagi, saya tidak mendapatkan arti seperti itu. Dimana kata-kata yang kamu tambahkan itu ‘Yang diketahuiNya lebih dulu akan bertobat, percaya, dan bertekun dalam kasih karunia’? Saya tidak menemukan kata-kata itu baik dalam versi Inggris atau dalam bahasa Yunani orisinilnya. Jika saya bisa membaca seperti itu, text itu pasti akan menjadi sangat mudah, dan akan sangat mengubah pandangan doktrinal saya; tetapi, karena saya tidak menemukan kata-kata itu di sana, maaf, saya tidak percaya padanya. Bagaimanapun bijaksana dan baiknya penyisipan / penambahan manusia, itu tidak mempunyai otoritas bagi kami; kami membungkuk / menghormat pada Kitab Suci, tetapi tidak pada komentar / keterangan yang dipilih oleh ahli-ahli theologia untuk diletakkan padanya. Tidak ada petunjuk yang diberikan dalam text itu tentang kebaikan atau dosa yang dilihat lebih dulu, dan karena itu, kami didorong untuk mencari / mendapatkan arti yang lain untuk kata itu) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 7, hal 22.

 

John Murray: The most common is to suppose that what is in view is God’s foresight of faith. God foreknew who would believe; he foreknew them as his by faith. On this interpretation predestination is conceived of as conditioned upon this prevision of faith. ... Even if it were granted that ‘foreknew’ means the foresight of faith, the biblical doctrine of sovereign election is not thereby eliminated or disproven. For it is certainly true that God foresees faith; he foresees all that comes to pass. The question would then simply be: whence proceeds this faith which God foresees? And the only biblical answer is that the faith which God foresees is the faith he himself creates (cf. John 3:3–8; 6:44, 45, 65; Eph. 2:8; Phil. 1:29; 2 Pet. 1:2). Hence his eternal foresight of faith is preconditioned by his decree to generate this faith in those whom he foresees as believing, and we are thrown back upon the differentiation which proceeds from God’s own eternal and sovereign election to faith and its consequents. ... On exegetical grounds we shall have to reject the view that ‘foreknew’ refers to the foresight of faith [= Yang paling umum adalah menganggap bahwa apa yang sedang dipertimbangkan adalah pra-penglihatan Allah tentang iman. Allah tahu lebih dulu siapa yang akan percaya; ia mengetahui mereka lebih dulu sebagai milikNya oleh iman. Pada penafsiran ini predestinasi dimengerti sebagai bersyarat pada pra-penglihatan terhadap iman ini. ... Bahkan jika diterima sebagai kebenaran bahwa ‘tahu lebih dulu’ berarti pra-penglihatan terhadap iman, doktrin Alkitabiah tentang pemilihan yang berdaulat tidaklah dengan itu dihapuskan atau dibuktikan sebagai salah. Karena jelas benar bahwa Allah melihat iman lebih dulu; Ia melihat lebih dulu semua yang akan terjadi. Maka pertanyaannya hanyalah: dari mana keluar iman ini, yang Allah lihat lebih dulu? Dan satu-satunya jawaban yang Alkitabiah adalah bahwa iman yang Allah lihat lebih dulu adalah iman yang Ia sendiri ciptakan (bdk. Yoh 3:3-8; 6:44,45,65; Ef 2:8; Fil 1:29; 2Pet 1:2). Jadi pra-penglihatanNya yang kekal tentang iman disyaratkan oleh ketetapanNya untuk membangkitkan iman ini dalam diri mereka yang Ia lihat labih dulu sebagai percaya, dan kita dilempar ke belakang pada pembedaan yang keluar dari pemilihan kekal dan berdaulat dari Allah sendiri terhadap iman dan konsekwensi-konsekwensinya. ... Pada dasar yang bersifat exegesis kita akan harus menolak pandangan bahwa ‘melihat lebih dulu’ menunjuk pada pra-penglihatan terhadap iman] - ‘Romans, NICNT’, hal 316.

Yoh 3:3-8 - “(3) Yesus menjawab, kataNya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.’ (4) Kata Nikodemus kepadaNya: ‘Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?’ (5) Jawab Yesus: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. (6) Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. (7) Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. (8) Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.’”.

Yoh 6:44,45,65 - “(44) Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. (45) Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepadaKu. ... (65) Lalu Ia berkata: ‘Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepadaKu, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.’”.

Ef 2:8 - “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah.

Fil 1:29 - “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia”.

2Pet 1:1-2 - “(1) Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. (2) Kasih karunia dan damai sejahtera melimpahi kamu oleh pengenalan akan Allah dan akan Yesus, Tuhan kita”.

 

c)         Arti sebenarnya dari kata-kata ‘tahu lebih dulu’ (foreknew) di sini.

John Murray: It should be observed that the text says ‘whom he foreknew’; ‘whom’ is the object of the verb and there is no qualifying addition. This, of itself, shows that, unless there is some other compelling reason, the expression ‘whom he foreknew’ contains within itself the differentiation which is presupposed. If the apostle had in mind some ‘qualifying adjunct’ it would have been simple to supply it. Since he adds none we are forced to inquire if the actual terms he uses can express the differentiation implied. The usage of Scripture provides an affirmative answer (= Harus diperhatikan bahwa textnya mengatakan ‘yang Ia ketahui / kenal lebih dulu’; kata ‘yang’ merupakan obyek dari kata kerja, dan tidak ada penambahan yang memberi persyaratan. Ini, dalam dirinya sendiri, menunjukkan bahwa, kecuali disana ada alasan lain yang memaksa, ungkapan ‘yang Ia ketahui / kenal lebih dulu’ memuat dalam dirinya sendiri pembedaan yang disyaratkan. Jika sang rasul dalam pikirannya mempunyai ‘tambahan yang memberi persyaratan’ adalah mudah untuk menyuplainya. Karena ia tidak menambahkan apapun kita didesak untuk menyelidiki jika istilah-istilah sebenarnya yang ia gunakan bisa menyatakan pembedaan itu yang dinyatakan secara implicit) - ‘Romans, NICNT’, hal 316-317.

Penjelasan: kata-kata ‘yang diketahuiNya lebih dulu’ dst, jelas menunjukkan suatu pembedaan dengan ‘yang tidak diketahuiNya lebih dulu’. Tetapi pembedaan dalam hal apa? Paulus tidak menyebutkannya. Jadi, pembedaan itu harus ada di dalam kata-kata itu sendiri. Dan karena itu kita harus menyelidiki kata ‘foreknow’ itu untuk mengetahui pembedaan apa yang ada di dalam kata itu.

 

John Murray: Although the term ‘foreknow’ is used seldom in the New Testament, it is altogether indefensible to ignore the meaning so frequently given to the word ‘know’ in the usage of Scripture; ‘foreknow’ merely adds the thought of ‘beforehand’ to the word ‘know’. Many times in Scripture ‘know’ has a pregnant meaning which goes beyond that of mere cognition. It is used in a sense practically synonymous with ‘love’, to set regard upon, to know with peculiar interest, delight, affection, and action (cf. Gen. 18:19; Exod. 2:25; Psalm 1:6; 144:3; Jer. 1:5; Amos 3:2; Hosea 13:5; Matt. 7:23; 1 Cor. 8:3; Gal. 4:9; 2 Tim. 2:19; 1 John 3:1). There is no reason why this import of the word ‘know’ should not be applied to ‘foreknow’ in this passage, as also in 11:2 where it also occurs in the same kind of construction and where the thought of election is patently present (cf. 11:5, 6.) When this import is appreciated, then there is no reason for adding any qualifying notion and ‘whom he foreknew’ is seen to contain within itself the differentiating element required. It means ‘whom he set regard upon’ or ‘whom he knew from eternity with distinguishing affection and delight’ and is virtually equivalent to ‘whom he foreloved’ [= Sekalipun istilah ‘tahu lebih dulu’ jarang digunakan dalam Perjanjian Baru, sama sekali tak bisa dipertahankan untuk mengabaikan arti yang begitu sering diberikan pada kata ‘tahu’ dalam penggunaan dari / oleh Kitab Suci; ‘mengetahui lebih dulu’ hanya menambahkan pemikiran ‘sebelumnya’ pada kata ‘tahu’. Banyak kali dalam Kitab Suci kata ‘tahu’ mempunyai arti yang penuh yang melampaui arti dari sekedar pengertian / pengetahuan intelektual. Kata itu digunakan dalam suatu arti yang secara praktis sinonim dengan ‘kasih’, ‘menujukan perhatian kepada’, ‘mengenal dengan perhatian khusus, kesenangan, perasaan sayang / kasih, dan tindakan yang khusus’ (bdk. Kej 18:19; Kel 2:25; Maz 1:6; 144:3; Yer 1:5; Amos 3:2; Hosea 13:5; Mat 7:23; 1Kor 8:3; Gal 4:9; 2Tim 2:19; 1Yoh 3:1). Tidak ada alasan mengapa arti dari kata ‘tahu’ ini tidak boleh diterapkan pada ‘mengetahui lebih dulu’ dalam text ini, seperti juga dalam 11:2 dimana kata itu juga muncul dalam jenis konstruksi yang sama dan dimana pemikiran tentang pemilihan hadir secara jelas (bdk. 11:5,6). Pada waktu arti ini dimengerti, maka tidak ada alasan untuk menambahkan maksud / pikiran mensyaratkan apapun dan kata-kata ‘yang Ia ketahui lebih dulu’ dilihat sebagai mengandung dalam dirinya sendiri elemen pembedaan yang dibutuhkan. Itu berarti ‘yang Ia perhatikan’ atau ‘yang Ia tahu dari kekekalan dengan kasihdan kesenangan membedakan yang kekal’ dan sebenarnya sama dengan ‘yang Ia kasihi lebih dulu’] - ‘Romans, NICNT’, hal 317.

Kej 18:19 - “Sebab Aku telah memilih (Ibrani: YADA) dia, supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN, dengan melakukan kebenaran dan keadilan, dan supaya TUHAN memenuhi kepada Abraham apa yang dijanjikanNya kepadanya.’”.

Kel 2:25 - “Maka Allah melihat orang Israel itu, dan Allah memperhatikan (Ibrani: YADA) mereka”.

Maz 1:6 - “sebab TUHAN mengenal (Ibrani: YADA) jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan”.

Maz 144:3 - “Ya TUHAN, apakah manusia itu, sehingga Engkau memperhatikannya (Ibrani: YADA), dan anak manusia, sehingga Engkau memperhitungkannya?”.

Yer 1:5 - “‘Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal (Ibrani: YADA) engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.’”.

Amos 3:2 - “‘Hanya kamu yang Kukenal (Ibrani: YADA) dari segala kaum di muka bumi, sebab itu Aku akan menghukum kamu karena segala kesalahanmu”.

Hosea 13:5 - “Akulah yang mengenal (Ibrani: YADA) engkau di padang gurun, di tanah yang gersang”.

Mat 7:23 - “Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal (Yunani: GINOSKO) kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.

1Kor 8:3 - “Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal (Yunani: GINOSKO) oleh Allah”.

Gal 4:9 - “Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal (Yunani: GINOSKO) Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal (Yunani: GINOSKO) Allah, bagaimanakah kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan mau mulai memperhambakan diri lagi kepadanya?”.

2Tim 2:19 - “Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: ‘Tuhan mengenal (Yunani: GINOSKO) siapa kepunyaanNya’ dan ‘Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan.’”.

1Yoh 3:1 - “Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal (Yunani: GINOSKO) kita, sebab dunia tidak mengenal (Yunani: GINOSKO) Dia”.

Catatan: kata Yunani GINOSKO boleh dikatakan sama dengan kata Ibrani YADA.

 

John Murray menambahkan bahwa arti seperti ini sesuai dengan alur / aliran dari ayat itu sendiri, yang dari awal sampai akhir menunjukkan Allah sebagai subyek / pelaku dari tindakan-tindakan yang eficient / efektif.

Ro 8:29-30 - “(29) Sebab semua orang yang dipilihNya (diketahuiNya lebih dulu) dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. (30) Dan mereka yang ditentukanNya dari semula, mereka itu juga dipanggilNya. Dan mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya. Dan mereka yang dibenarkanNya, mereka itu juga dimuliakanNya.

 

Kalau kata ‘foreknow’ diartikan ‘mengetahui lebih dulu tentang iman dan ketekunan dari orang-orang yang diketahui itu’, maka itu bahkan bukan suatu tindakan, sehingga ini tidak cocok dengan alur dari Ro 8:29-30 itu.

 

John Murray: This interpretation, furthermore, is in agreement with the efficient and determining action which is so conspicuous in every other link of the chain - it is God who predestinates, it is God who calls, it is God who justifies, and it is he who glorifies. Foresight of faith would be out of accord with the determinative action which is predicated of God in these other instances and would constitute a weakening of the total emphasis at the point where we should least expect it. Foresight has too little of the active to do justice to the divine monergism upon which so much of the emphasis falls (= ) - ‘Romans, NICNT’, hal 317-318.

Catatan: ini tidak saya terjemahkan, tetapi intinya sudah saya berikan di atas.

 

John Murray lalu menyimpulkan: It is not the foresight of difference but the foreknowledge that makes difference to exist, not a foresight that recognizes existence but the foreknowledge that determines existence. It is sovereign distinguishing love (= Bukanlah pra-penglihatan tentang perbedaan, tetapi pra-pengetahuan yang membuat perbedaan itu ada, bukan suatu pra-penglihatan yang mengenali keberadaan tetapi pra-pengetahuan yang menentukan keberadaan. Itu adalah kasih yang membedakan) - ‘Romans, NICNT’, hal 318.

 

Arthur W. Pink: “‘Elect according to the foreknowledge of God the Father, through sanctification of the Spirit, unto obedience and sprinkling of the blood of Jesus Christ’ (1 Peter 1:2). Here again election by the Father precedes the work of the Holy Spirit in, and the obedience of faith by, those who are saved; thus taking it entirely off creature ground, and resting it in the sovereign pleasure of the Almighty. The ‘foreknowledge of God the Father’ does not here refer to His prescience of all things, but signifies that the saints were all eternally present in Christ before the mind of God. ... it needs to be pointed out that when we read in Scripture of God ‘knowing’ certain people, the word is used in the sense of knowing with approbation and love: ‘But if any man love God, the same is known of Him’ (1 Corinthians 8:3). To the hypocrites Christ will yet say ‘I never knew you’ - He never loved them. ‘Elect according to the foreknowledge of God the Father’ signifies, then, chosen by Him as the special objects of His approbation and love. [= Orang-orang pilihan sesuai dengan pra-pengetahuan Allah Bapa, melalui pengudusan Roh, kepada ketaatan dan pemercikan darah Yesus Kristus’ (1Pet 1:2). Di sini lagi pemilihan oleh Bapa mendahului pekerjaan Roh Kudus dalam, dan ketaatan dari iman oleh, mereka yang diselamatkan; karena itu mengambil makhluk ciptaan sepenuhnya sebagai dasar, dan meletakkannya pada perkenan yang berdaulat dari Yang Mahakuasa. Pra-pengetahuan dari Allah Bapa’ di sini tidak menunjuk pada pra-pengetahuanNya tentang segala sesuatu, tetapi berarti bahwa orang-orang kudus semuanya hadir secara kekal dalam Kristus di hadapan pikiran Allah. ... perlu dijelaskan bahwa pada waktu kita membaca dalam Kitab Suci tentang Allah ‘mengetahui’ orang-orang tertentu, kata itu digunakan dalam arti ‘mengenal dengan penerimaan yang baik dan kasih’: ‘Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah’ (1Kor 8:3). Kepada orang-orang munafik Kristus akan berkata ‘Aku tidak pernah mengenal kamu’ - Ia tidak pernah mengasihi mereka’. ‘Jadi, ‘orang-orang pilihan sesuai dengan pra-pengetahuan Allah Bapa’ berarti ‘dipilih olehNya sebagai obyek-obyek khusus dari penerimaanNya yang baik dan kasihNya’] - ‘The Sovereignty of God’, hal 53,54.

 

Bahkan Lenski yang adalah orang Arminian setuju dengan arti ‘to know’ (= tahu) ini. Kata-kata Lenski saya berikan di bawah tetapi tidak saya terjemahkan, karena artinya kurang lebih sama dengan tafsiran-tafsiran di atas.

 

Lenski: Προγινώσκειν = πρό plus γινώσκειν = to know in advance = ‘to foreknow.’ The addition πρό does not change the meaning of ‘to know,’ it only dates it. The same is true with regard to προορίζειν, to ordain in advance, to predestine. How far back πρό reaches is not debated, for all agree that these divine acts go back to eternity. The kind of knowing referred to in the clause, ‘whom he foreknew,’ need not be in doubt in view of passages such as the following: ‘The Lord knoweth the way of the righteous,’ Ps. 1:6; ‘You only have I known of all the families of the earth,’ Amos 3:2; ‘I never knew you,’ Matt. 7:23; ‘I know my sheep, and am known of mine,’ John 10:14; ‘The Lord knoweth them that are his,’ 2 Tim. 2:19. It is well to note that γινώσκω = a knowing that places the knower into a personal relation to the one known, which is not the case with οἶδα, the act of mere intellectual apprehension (C.-K. 388). It is plain that in his omniscience God knew, knows, and foreknew all men. When Jesus says regarding the wicked on judgment day that he never knew them, and when in contrast it is so repeatedly said regarding the Lord and regarding Jesus that they know the godly, we at once see that in all these statements ‘to know,’ γινώσκω, is used in a pregnant sense, which usage our dogmaticians well define as noscere (nosse) cum affectu et effectu, ‘to know with affection and with a resultant effect.’ The dictionaries would do well to adopt this definition, because nothing that is more exact and to the point has been produced. Now προγινώσκειν dates this affectionate and effective knowing back into eternity. This is the whole story (= ).

Lenski: We add one point. This knowing is divine and occurred in eternity. All of time was spread out before the omniscient mind of God, and throughout its extent God knew every one of his own in advance, knew him affectionately and effectively, already in eternity knew him as his own from the moment of the inception of his faith until his death in this faith. This excludes all those who believe only for a time and become apostate before their death. For in eternity, before the mind of God, all time and all that occurs in time were finished and complete. God’s foreknowing cannot be restricted to any point in time; it covers all time in one act. In regard to the wicked, in eternity God knew about them (οἶδα) in advance but no more; his knowing could not embrace them in affectionate effectiveness (γινώσκω) (= ).

Lenski: “‘Foreknew’ ever remains eternal advance knowledge, a divine knowledge that includes all that God’s grace would succeed in working in us. It has been well called ‘the eye of predestination.’ God did not close his eyes, then reach into the massa perdita to will the appropriation of a few, then open his eyes again and see them finally saved in heaven (= ).

 

 

-bersambung-

 


 

C.-K. Biblisch-theologisches Woerterbuch der Neutestamentlichen Graezitaet von D. Dr. Hermann Cremer, zehnte, etc., Auflage, herausgegeben von D. Dr. Julius Koegel.

 

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali