Providence
of God
oleh : Pdt. Budi Asali MDiv.
VI.
KEBERATAN TERHADAP DOKTRIN INI
Kebanyakan
dari serangan / keberatan di bawah ini sudah saya bahas dan jelaskan di depan,
kecuali keberatan / serangan no 6 dan 7. Saya memberikan semua ini hanya untuk
memudahkan saudara mencari jawaban terhadap keberatan / serangan yang ditujukan
terhadap doktrin ini.
1) Doktrin ini menjadikan manusia seperti robot / wayang.
Jawab:
Lihat pelajaran V, point B, 2 di atas.
2) Kalau Allah sudah menetapkan segala sesuatu, bagaimana mungkin
manusia masih bisa mempunyai kebebasan, dan bahkan harus bertanggung jawab atas
dosanya?
Jawab:
Lihat pelajaran V di atas.
Bandingkan juga dengan Ro 9:19-21 - "Sekarang
kamu akan berkata kepadaku: ‘Jika demikian, apa lagi yang masih disalahkanNya?
Sebab siapa yang menentang kehendakNya?’ Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu
membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya:
‘Mengapakah engkau membentuk aku demikian?’ Apakah tukang periuk tidak
mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu
benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai
guna tujuan yang biasa?".
Dalam
tafsirannya tentang Kej 50:20 Calvin mengatakan sebagai berikut:
"If
human minds cannot reach these depths, let them rather suppliantly adore the
mysteries they do not comprehend, than, as vessels of clay, proudly exalt
themselves against their Maker" (=
Jika pikiran manusia tidak bisa menjangkau hal-hal yang dalam ini, hendaklah
mereka dengan rendah hati memuja misteri yang tidak mereka mengerti, dari pada,
sebagai bejana tanah liat, dengan sombong meninggikan diri mereka sendiri
terhadap Pencipta mereka) - hal 488.
3) Bagaimana Allah yang maha suci bisa menciptakan dosa?
Jawab:
a) Allah memang menetapkan terjadinya dosa dan mengatur sehingga dosa
terjadi, tetapi Allah bukan pencipta dosa. Lihat pelajaran IV, point B, 1,2 di
atas.
b) Dalam menetapkan dan mengatur terjadinya dosa Allah mempunyai
tujuan yang baik. Lihat pelajaran IV, point D di atas.
4) Allah menentukan karena Ia tahu bahwa hal itu akan terjadi.
Jawab:
lihat pelajaran III, point A, 2 di atas.
5) Allah bukan menentukan dosa, tetapi mengijinkan dosa.
Jawab:
lihat pelajaran IV, point B, 3 di atas.
6) Kalau Allah menetapkan terjadinya dosa, padahal Ia melarang kita
untuk berbuat dosa, bukankah ini menunjukkan adanya suatu kontradiksi dalam diri
Allah?
Jawab:
Harus diakui bahwa di sini keterbatasan otak / pengertian kita membuat kita
tidak bisa mengerti Allah. Tetapi jelas bahwa Allah tidak bertentangan dengan
diriNya sendiri.
Calvin:
"Yet God’s will is not therefore
at war with itself, nor does it change, nor does it pretend not to will what he
wills. But even though his will is one and simple in him, it appears manifold to
us because, on account of our mental incapacity, we do not grasp how in divers
ways it wills and does not will something to take place. ... when we do not
grasp how God wills to take place what he forbids to be done, let us recall our
mental incapacity, and at the same time consider that the light in which God
dwells is not without reason called unapproachable (1Tim 6:16), because it is
overspread with darkness" [= Tetapi
itu tidak menyebabkan kehendak Allah berperang / bertentangan dengan dirinya
sendiri, juga tidak menyebabkan kehendak Allah itu berubah, atau hanya
berpura-pura tidak menghendaki apa yang Ia kehendaki. Tetapi sekalipun
kehendakNya adalah satu dan sederhana di dalam Dia, tetapi itu terlihat
bermacam-macam bagi kita karena, disebabkan oleh ketidak-mampuan otak kita, kita
tidak mengerti bagaimana dalam cara yang berbeda kehendakNya menghendaki dan
tidak menghendaki sesuatu untuk terjadi. ... pada waktu kita tidak mengerti
bagaimana Allah menghendaki terjadi apa yang ia larang untuk dilakukan, biarlah
kita mengingat ketidakmampuan otak kita, dan pada saat yang sama memikirkan
bahwa terang dimana Allah tinggal bukan tanpa alasan disebut tak terhampiri
(1Tim 6:16), karena itu dilingkupi dengan kegelapan]
- ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XVIII, no
3.
7) Ada banyak orang yang keberatan dengan diajarkannya doktrin ini
karena bisa menimbulkan tanggapan yang negatif, misalnya malah berbuat dosa
karena toh sudah ditentukan, marah kepada Allah sebagai penentu penderitaan
kita, malas berdoa / memberitakan Injil karena semua toh sudah ditentukan, dsb.
Jawab:
a) Harus diakui bahwa tanggapan salah seperti itu bisa saja terjadi,
tetapi itu adalah kesalahan dari orang yang mendengar ajaran ini, bukan
kesalahan ajarannya!
John Murray: "... perversion does
not refute the truth of the doctrine perverted"
(= ... penyimpangan tidak menyangkal kebenaran dari doktrin yang disimpangkan)
- ‘Collected Writings of John Murray’, vol II, hal 87.
b) Jangan lupa bahwa Injilpun bisa menimbulkan tanggapan yang salah /
negatif. Misalnya: Kalau ada orang yang mendengar bahwa Yesus sudah mati untuk
menebus dosa-dosanya, baik yang dulu, yang sekarang, maupun yang akan datang,
maka bisa saja ia lalu malah berbuat dosa karena toh sudah dibayar / ditebus
oleh Yesus. Lalu, apakah Injil sebaiknya tidak diajarkan karena bisa menimbulkan
tanggapan salah / negatif seperti ini? Tanggapan salah yang sama juga bisa
diberikan terhadap pemberitaan bahwa keselamatan tidak bisa hilang. Lalu, apakah
inipun tidak boleh diajarkan?
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali