Kebaktian Perdana

Minggu, tgl 25 Februari 2007, pk 17.00

 Persekutuan

“GOLGOTA”

 

(Jl. Dinoyo 19b, lantai 3, Surabaya)

 Pdt. Budi Asali, M.Div.

 

 

Golgota(1)

 

Mat 27:33 - “Maka sampailah mereka di suatu tempat yang bernama Golgota, artinya: Tempat Tengkorak”.

 

Mark 15:22 - “Mereka membawa Yesus ke tempat yang bernama Golgota, yang berarti: Tempat Tengkorak”.

 

Yoh 19:17 - “Sambil memikul salibNya Ia pergi ke luar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota”.

 

Luk 23:33 - “Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka menyalibkan Yesus di situ dan juga kedua orang penjahat itu, yang seorang di sebelah kananNya dan yang lain di sebelah kiriNya”.

KJV: ‘Calvary’ (= Kalvari).

NIV/NASB: ‘the skull’ (= tengkorak).

 

I) Arti kata ‘Golgota’.

GOLGOTA merupakan kata bahasa Aram (Golgotha, from Aramaic ‘gulgalta’, ‘a skull’); dalam bahasa Latinnya adalah CALVA / CALVARIUM (dan dari kata ini diturunkan kata CALVARY), yang artinya adalah ‘tempat tengkorak’.

 

The New Bible Dictionary: “Calvary. The name occurs only once in the AV, in Lk. 23:33. The word comes from the Vulgate, where the Lat. CALVARIA translates the Gk. KRANION; both words translate Aramaic GULGOLTHA, the ‘Golgotha’ of Mt. 27:33, meaning ‘skull’.” [= Kalvari. Nama ini muncul hanya sekali dalam AV / KJV, dalam Luk 23:33. Kata itu datang dari terjemahan Vulgate (bahasa Latin), dimana kata Latin CALVARIA menterjemahkan kata Yunani KRANION; kedua kata itu menterjemahkan kata bahasa Aram GULGOLTHA, ‘Golgota’ dari Mat 27:33, berarti ‘tengkorak’] - hal 181.

 

Hendriksen mengatakan (hal 425) bahwa kata ‘Golgota’ merupakan istilah Yunani yang berasal dari kata Aramaic GULGOLTA (bdk. Thomas Whitelaw, hal 404) yang berarti ‘tengkorak’. Adam Clarke mengatakan (hal 273) bahwa kata ‘Golgota’ berasal dari kata bahasa Ibrani GOLGOLETH (menurut Thomas Whitelaw dan F. F. Bruce: GULGOLET), yang berarti ‘tengkorak’. Ini sama dengan kata ‘Kalvari’, yang berasal dari kata bahasa Latin CALVARIA, yang juga berarti ‘tengkorak’.

 

Vincent (tentang Mat 27:33): “‘Golgotha.’ An Aramaic word, Golgoltha = the Hebrew, Gulgoleth, and translated ‘skull’ in Judg. 9:53; 2 Kings 9:35.” (= ‘Golgota’. Suatu kata bahasa Aram, GOLGOLTHA = kata Ibrani GULGOLETH, dan diterjemahkan ‘tengkorak’ dalam Hak 9:53; 2Raja 9:35).

 

Hak 9:53 - “Tetapi seorang perempuan menimpakan sebuah batu kilangan kepada kepala Abimelekh dan memecahkan batu kepalanya.

KJV: ‘his skull’ (= tengkoraknya).

 

2Raja 9:35 - “Mereka pergi untuk menguburkannya, tetapi mereka tidak menjumpai mayatnya, hanya kepala dan kedua kaki dan kedua telapak tangannya”.

KJV: ‘the skull’ (= tengkorak).

 

Pulpit Commentary (tentang Injil Matius): “The word ‘Golgotha’ means ‘a skull.’ It reminds us of death; it tells us what we must one day be. But in that place which is called ‘a skull,’ he who is the Life of the world suffered and died; and by his death he hath abolished death” (= Kata ‘Golgota’ berarti ‘sebuah tengkorak’. Kata itu mengingatkan kita tentang kematian; kata itu memberitahu bahwa suatu hari kita harus mati. Tetapi di tempat yang disebut ‘sebuah tengkorak’, Ia yang adalah Hidup dari dunia menderita dan mati; dan oleh kematianNya Ia telah menghapuskan kematian) - hal 607.

 

II) Apakah Golgota merupakan sebuah bukit?

 

Banyak kata-kata tentang bukit Golgota, dan dalam bahasa Inggris sering muncul sebutan ‘Mount Calvary’ (= Gunung Kalvari). Juga lagu-lagu rohani banyak yang menyebut Golgota sebagai bukit. Seperti lagu ‘The Old Rugged Cross’ (= Salib Kuno yang Kasar / Berat), dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia ‘Di bukit Golgota nampaklah salibHu’.

 

Apakah Golgota / Kalvari memang merupakan suatu bukit? Ini saja tidak bisa dipastikan, dan banyak pro dan kontra berkenaan dengan hal ini.

 

1)  Ada beberapa penafsir yang tidak setuju bahwa Golgota merupakan bukit.

 

Pulpit Commentary tentang Mat 27:33): “a bare space of rock (not a hill)” [= suatu tempat kosong / gundul dari batu karang (bukan suatu bukit)] - hal 588.

 

Leon Morris (John, NICNT): “The usual explanation is that Jesus was crucified on a hill which was in the shape of a skull. ... despite frequent references in hymns, sermons and the like to the hill on which Jesus was crucified, nothing in the Gospels indicates that Jesus was crucified on a hill” (= Penjelasan yang umum adalah bahwa Yesus disalibkan di sebuah bukit, yang mempunyai bentuk dari sebuah tengkorak. ... Sekalipun sering ada keterangan / petunjuk dalam lagu-lagu pujian, khotbah-khotbah, dsb, pada bukit dimana Yesus disalibkan, tidak ada dalam Injil-Injil yang menunjukkan bahwa Yesus disalibkan di sebuah bukit) - footnote, hal 805.

 

Tetapi bagaimana dengan kata-kata dalam ayat-ayat di bawah ini?

Mark 15:40 - “Ada juga beberapa perempuan yang melihat dari jauh, di antaranya Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus Muda dan Yoses, serta Salome”.

Luk 23:49 - “Semua orang yang mengenal Yesus dari dekat, termasuk perempuan-perempuan yang mengikuti Dia dari Galilea, berdiri jauh-jauh dan melihat semuanya itu.

Kalau tempat itu bisa terlihat dari jauh, bukankah memungkinkan bahwa itu merupakan suatu petunjuk bahwa penyaliban itu memang dilakukan di atas sebuah bukit?

 

2)  Yang setuju bahwa Golgota merupakan bukit.

 

Alan Cole (Tyndale): Golgotha ... a smooth rounded hilltop devoid of vegetation” (= arti dari Golgota diterjemahkan dengan baik oleh kata bahasa Latin CALVARIUM, suatu puncak bukit yang bulat dan halus tanpa tumbuh-tumbuhan) - ‘The Gospel According to St. Mark’, hal 238.

 

Leon Morris (John, NICNT): “Jesus was crucified on a hill which was in the shape of a skull” (=Yesus disalibkan di sebuah bukit yang berbentuk tengkorak) - footnote, hal 805.

 

A. T. Robertson (tentang Mat 27:33): “Calvary or Golgotha ... probably what is now called Gordon’s Calvary, a hill north of the city wall” (= Kalvari atau Golgota ... mungkin apa yang sekarang disebut Kalvarinya Gordon, suatu bukit di sebelah utara dari tembok kota).

 

Barnes’ Notes (tentang Mat 27:33): “Golgotha, or Calvary, was probably a small eminence on the northwest of Jerusalem” (= Golgota, atau Kalvari, mungkin adalah suatu bukit kecil di barat laut Yerusalem).

 

Encyclopedia Britannica 2000: “Golgotha. Aramaic: Skull, also called CALVARY (from Latin calva: ‘bald head,’ or ‘skull’), skull-shaped hill in Jerusalem, the site of Jesus’ Crucifixion. ... The hill of execution was outside the city walls of Jerusalem, apparently near a road and not far from the sepulchre where Jesus was buried. Its exact location is uncertain, but most scholars prefer either the spot now covered by the Church of the Holy Sepulchre or a hillock called Gordon’s Calvary just north of the Damascus Gate (= Golgota. Aram: Tengkorak, juga disebut Kalvari (dari kata bahasa Latin CALVA: ‘kepala yang gundul’ atau ‘tengkorak’), bukit berbentuk tengkorak di Yerusalem, tempat penyaliban Yesus. ... Bukit untuk penghukuman mati itu ada di luar tembok kota Yerusalem, rupanya dekat dengan jalanan dan tidak jauh dari kuburan dimana Yesus dikuburkan. Tempat persisnya tidak pasti, tetapi kebanyakan ahli Kitab Suci memilih atau tempat yang sekarang ditutupi oleh Gereja Kuburan Kudus atau suatu bukit kecil yang disebut Kalvarinya Gordon di utara dari Pintu Gerbang Damsyik).

 

III) Mengapa tempat itu disebut ‘tengkorak’?

 

1)  Ada yang mengatakan karena tengkorak Adam ditemukan di sana.

Teori ini pertama-tama disebutkan oleh Origen, dan lalu diikuti oleh banyak orang, termasuk Athanasius. Kalau teori ini benar, maka ini menunjukkan sesuatu yang sangat menarik, karena Kristus yang adalah Adam yang kedua, mati di tempat yang sama dengan Adam yang pertama. Tetapi berbeda dengan Adam pertama yang dikalahkan oleh kematian, maka Adam kedua, setelah mati lalu bangkit kembali, dan dengan demikian mengalahkan kematian!

 

Yesus memang bukan hanya disebut sebagai ‘Adam yang akhir’ atau ‘Adam yang kedua’, tetapi juga sering dikontraskan dengan Adam, yang merupakan TYPE dari Kristus.

Bdk. 1Kor 15:45,47 - “(45) Seperti ada tertulis: ‘Manusia pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup’, tetapi Adam yang akhir menjadi roh yang menghidupkan. ... (47) Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia kedua berasal dari sorga”.

 

1Kor 15:21-22 - “(21) Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. (22) Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus”.

 

Ro 5:14c,17-19 - “(14c) ... Adam, yang adalah gambaran (Yunani: TUPOS) Dia yang akan datang. ... (17) Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus. (18) Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup. (19) Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar”.

 

Matthew Henry (tentang Yoh 19:17): “Adam was buried here, and that this was the place of his skull, and they observe that where death triumphed over the first Adam there the second Adam triumphed over him [= Adam dikuburkan di sini, dan bahwa ini adalah tempat dari tengkoraknya, dan mereka memperhatikan bahwa dimana kematian menang atas (Adam) yang pertama, disana Adam yang kedua menang atasnya].

 

The International Standard Bible Encyclopedia (dengan topik ‘Golgotha’): “GOLGOTHA. ... That the name is due to an ancient pre-Christian tradition that the skull of Adam was found there. The first mention of this is by Origen (185-253 AD), who himself lived in Jerusalem 20 years. He writes: ‘I have received a tradition to the effect that the body of Adam, the first man, was buried upon the spot where Christ was crucified,’ etc. This tradition was afterward referred to by Athanasius, Epiphanius, Basil of Caesarea, Chrysostom and other later writers. The tomb and skull of Adam, still pointed out in an excavated chamber below the traditional Calvary, marks the survival of this tradition on the spot. This is by far the most ancient explanation of the name Golgotha and, in spite of the absurdity of the original tradition about Adam, is probably the true one” [= ‘Golgota’. ... Nama ini disebabkan suatu tradisi kuno sebelum jaman Kristen bahwa tengkorak dari Adam ditemukan di sana. Ini pertama kalinya disebutkan oleh Origen (185 - 253 M.), yang hidup / tinggal di Yerusalem selama 20 tahun. Ia menulis: ‘Saya telah menerima tradisi bahwa tubuh / mayat Adam, manusia pertama, dikuburkan pada tempat dimana Kristus disalibkan’, dsb. Tradisi ini belakangan dirujuk oleh Athanasius, Epiphanius, Basil dari Caesarea, Chrysostom, dan penulis-penulis belakangan lainnya. Kuburan dan tengkorak Adam, tetap menunjuk pada suatu kamar / ruangan di bawah Kalvari tradisional, menandakan tetap hidupnya tradisi tentang tempat itu. Ini pasti merupakan penjelasan yang paling kuno tentang nama Golgota dan, sekalipun menggelikan berkenaan dengan tradisi orisinil tentang Adam, mungkin merupakan penjelasan yang benar].

 

Keberatan terhadap teori ini:

·        Pulpit Commentary (tentang Mat 27:33): “Tradition (authorized by Origen) pointed to it as the spot where Adam was buried, and where his skull was found - a story that seems to have arisen from the typical reason that it was congruous that the first Adam and the second Adam should meet in death, the latter winning the victory there where the former showed his defeat” [= Tradisi (disahkan / dibenarkan oleh Origen) menunjuk padanya sebagai tempat dimana Adam dikuburkan, dan dimana tengkoraknya ditemukan - suatu cerita yang kelihatannya telah muncul dari alasan yang khas bahwa merupakan sesuatu yang cocok / masuk akal bahwa Adam yang pertama dan Adam yang kedua bertemu dalam kematian, yang terakhir memenangkan kemenangan di sana dimana yang pertama menunjukkan kekalahannya] - hal 588.

·        J. C. Ryle (‘Expository Thoughts on the Gospels’, John volume III) menganggap teori ini menggelikan karena banjir Nuh pasti sudah menghancurkan kuburan Adam.

 

2)  Ada yang mengatakan karena ada banyak tengkorak di tempat itu, karena itu merupakan tempat pelaksanaan hukuman mati.

Banyak yang keberatan dengan teori ini, karena mereka beranggapan bahwa tidak mungkin orang-orang Yahudi membiarkan tengkorak berserakan dekat dengan kota / jalan seperti itu, karena itu merupakan sesuatu yang bisa menajiskan mereka.

 

Bdk. Bil 19:11-13,16 - “(11) Orang yang kena kepada mayat, ia najis tujuh hari lamanya. (12) Ia harus menghapus dosa dari dirinya dengan air itu pada hari yang ketiga, dan pada hari yang ketujuh ia tahir. Tetapi jika pada hari yang ketiga ia tidak menghapus dosa dari dirinya, maka tidaklah ia tahir pada hari yang ketujuh. (13) Setiap orang yang kena kepada mayat, yaitu tubuh manusia yang telah mati, dan tidak menghapus dosa dari dirinya, ia menajiskan Kemah Suci TUHAN, dan orang itu haruslah dilenyapkan dari Israel; karena air pentahiran tidak disiramkan kepadanya, maka ia najis; kenajisannya masih melekat padanya. ... (16) Juga setiap orang yang di padang, yang kena kepada seorang yang mati terbunuh oleh pedang, atau kepada mayat, atau kepada tulang-tulang seorang manusia, atau kepada kubur, orang itu najis tujuh hari lamanya.

 

Terhadap keberatan ini bisa diberikan jawaban bahwa tengkorak-tengkorak itu bukannya berserakan di atas tanah, tetapi dikubur. Tetapi Bil 19:16 itu mengatakan bahwa kalau seseorang menyentuh kuburan, ia juga menjadi najis.

 

Juga ada keberatan lain, yaitu: kalau memang ada banyak tengkorak maka seharusnya digunakan bentuk jamak, tetapi dalam ayat-ayat di atas digunakan bentuk tunggal.

 

Tetapi tetap banyak penafsir yang memegang pandangan ini. Perhatikan beberapa komentar dari penafsir-penafsir itu di bawah ini.

 

George Hutcheson: “He was brought to this place to suffer ... to shew how loathsome we and our sins are before God, in that our Surety must suffer in so loathsome a place” (= Ia dibawa ke tempat ini untuk menderita ... untuk menunjukkan bagaimana menjijikkannya kita dan dosa-dosa kita di hadapan Allah, sehingga Jaminan kita harus menderita di tempat yang begitu menjijikkan) - hal 400.

 

Matthew Henry (tentang Yoh 19:17): “And, to put the greater infamy upon his sufferings, he was brought to the common place of execution, ... a place called Golgotha, the place of a skull, where they threw dead men’s skulls and bones, or where the heads of beheaded malefactors were left, - a place ceremonially unclean; there Christ suffered, because he was made sin for us, that he might purge our consciences from dead works, and the pollution of them” (= Dan, untuk memberikan kehinaan yang lebih besar pada penderitaanNya, Ia dibawa ke suatu tempat yang umum untuk pelaksanaan hukuman mati, ... suatu tempat yang disebut ‘Golgota’, tempat tengkorak, dimana mereka melemparkan tengkorak dan tulang-tulang orang-orang mati, dan dimana kepala-kepala dari penjahat yang dipenggal ditinggalkan, - suatu tempat yang menurut hukum upacara agama adalah tempat yang najis; di sana Kristus menderita, karena ia dibuat dosa untuk kita, supaya Ia bisa membersihkan hati nurani kita dari pekerjaan-pekerjaan yang mati, dan polusi darinya).

 

Matthew Henry (tentang Mat 27:33): “Golgotha, ... probably the common place of execution. ... in the same place where criminals were sacrificed to the justice of the government, was our Lord Jesus sacrificed to the justice of God. Some think that it was called the place of a skull, because it was the common charnel-house, where the bones and skulls of dead men were laid together out of the way, lest people should touch them, and be defiled thereby. Here lay the trophies of death’s victory over multitudes of the children of men; and when by dying Christ would destroy death, he added this circumstance of honour to his victory, that he triumphed over death upon his own dunghill (= Golgota, ... mungkin merupakan tempat umum untuk pelaksanaan hukuman mati. ... di tempat yang sama dimana orang-orang hukuman dikorbankan bagi keadilan pemerintahan, Tuhan kita dikorbankan bagi keadilan Allah. Sebagian orang beranggapan bahwa tempat itu disebut tempat tengkorak, karena itu merupakan kuburan umum, dimana tulang-tulang dan tengkorak-tengkorak dari orang-orang mati diletakkan bersama-sama di luar jalanan, supaya jangan orang-orang menyentuhnya dan dinajiskan olehnya. Di sini terletak piala-piala dari kemenangan kematian atas banyak anak-anak manusia; dan pada waktu dengan kematian Kristus menghancurkan kematian, Ia menambah keadaan kehormatan ini pada kemenanganNya, bahwa Ia menang atas kematian di tumpukan kotorannya sendiri).

 

C. H. Spurgeon: “It was the common place of death. ... Golgotha, the place of a skull, from its somewhat resembling the crown of a man’s skull, was the common place of execution. It was one of Death’s castles; here he stored his gloomiest trophies; he was the grim lord of that stronghold. Our great hero, the destroyer of Death, bearded the lion in his den, slew the monster in his own castle, and dragged the dragon captive from his own den. Methinks Death thought it a splendid triumph when he saw the Master impaled and bleeding in the dominions of destruction; little did he know that the grave was to be rifled, and himself destroyed, by that crucified Son of man” (= Itu merupakan tempat umum dari kematian. ... Golgota, tempat tengkorak, dari kemiripannya dengan mahkota dari tengkorak manusia, adalah tempat umum untuk pelaksanaan hukuman mati. Itu merupakan salah satu benteng dari Kematian; di sini ia menyimpan piala-pialanya yang paling suram / muram; ia adalah tuan yang seram dari benteng itu. Pahlawan agung kita, penghancur Kematian, menghadapi sang singa di sarangnya, membunuh sang monster di bentengnya sendiri, dan menarik sang naga sebagai tawanan dari sarangnya sendiri. Saya berpikir bahwa Kematian mengira bahwa itu merupakan suatu kemenangan yang sangat bagus pada waktu ia melihat sang Tuan disulakan / disiksa dan berdarah dalam kekuasaan dari kehancuran / kebinasaan; ia tidak mengira bahwa kubur akan dikorek, dan dia sendiri dihancurkan / dibinasakan, oleh Anak  Manusia yang tersalib) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol VI, hal 430.

 

George Hutcheson: “By this he hath shewed how by his death he will be death’s death, in that he suffered and triumphed over death in ‘the place of a skull,’ where there were many monuments of death’s triumph over others” (= Oleh hal ini Ia telah menunjukkan bagaimana oleh kematianNya Ia akan menjadi kematian bagi kematian, dalam hal Ia menderita dan menang atas kematian di ‘tempat tengkorak’, dimana ada banyak monumen kemenangan dari kematian atas orang-orang lain) - hal 400.

 

Bandingkan dengan judul buku John Owen, yaitu: ‘The death of death in the death of Christ’ (= Kematian dari kematian dalam kematian Kristus).

 

3)  Ada yang mengatakan karena tempat itu berbentuk seperti tengkorak.

 

Pulpit Commentary (tentang Mat 27:33): “Most probably the name was given to it as descriptive of its appearance, a bare space of rock (not a hill) denuded of verdure, and bearing a distant resemblance to a human skull wanting hair” [= Yang paling memungkinkan adalah bahwa nama itu diberikan pada tempat itu sebagai penggambaran dari penampilannya, suatu tempat gundul dari batu karang (bukan suatu bukit) tanpa tumbuh-tumbuhan hijau, dan mempunyai kemiripan dengan sebuah tengkorak manusia tanpa rambut] - hal 588.

 

Alan Cole (Tyndale): Golgotha ... a smooth rounded hilltop devoid of vegetation, giving the appearance of a bald head, or skull (= Golgota ... suatu puncak bukit yang bulat dan halus tanpa tumbuh-tumbuhan, memberikan penampilan / rupa dari suatu kepala yang gundul, atau tengkorak) - ‘The Gospel According to St. Mark’, hal 238.

 

Leon Morris (John, NICNT): “The usual explanation is that Jesus was crucified on a hill which was in the shape of a skull. This may be right. But there is no ancient tradition to that effect” (= Penjelasan yang umum adalah bahwa Yesus disalibkan di sebuah bukit yang mempunyai bentuk dari sebuah tengkorak. Ini mungkin benar. Tetapi tidak ada tradisi kuno bagi arti itu) - footnote, hal 805.

 

A. T. Robertson (tentang Mat 27:33): “Calvary or Golgotha ... a place outside of the city, probably what is now called Gordon’s Calvary, a hill north of the city wall which from the Mount of Olives looks like a skull, the rock-hewn tombs resembling eyes in one of which Jesus may have been buried” (= Kalvari atau Golgota ... suatu tempat di luar kota, mungkin apa yang sekarang disebut Kalvarinya Gordon, suatu bukit di sebelah utara dari tembok kota yang dari Bukit Zaitun kelihatan seperti sebuah tengkorak, dan ada kuburan-kuburan yang digali di batu karang yang menyerupai mata, dan di dalam salah satu darinya Yesus mungkin telah dikuburkan).

 

IV) Dimana tempat itu berada?

 

Kitab Suci memberikan beberapa petunjuk tentang letak dari Golgota, yaitu:

 

1)  Tempat itu ada di luar kota, tetapi dekat dengannya.

Ibr 13:12 - “Itu jugalah sebabnya Yesus telah menderita di luar pintu gerbang untuk menguduskan umatNya dengan darahNya sendiri”.

Yoh 19:20 - “Banyak orang Yahudi yang membaca tulisan itu, sebab tempat di mana Yesus disalibkan letaknya dekat kota dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, bahasa Latin dan bahasa Yunani”.

 

2)  Tempat itu dekat dengan jalanan umum.

Mat 27:39 - Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia dan sambil menggelengkan kepala”.

Mark 15:29 - Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia, dan sambil menggelengkan kepala mereka berkata: ‘Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari,”.

 

3)  Tempat itu dekat dengan suatu taman / kuburan Yesus.

Yoh 19:41-42 - “(41) Dekat tempat di mana Yesus disalibkan ada suatu taman dan dalam taman itu ada suatu kubur baru yang di dalamnya belum pernah dimakamkan seseorang. (42) Karena hari itu hari persiapan orang Yahudi, sedang kubur itu tidak jauh letaknya, maka mereka meletakkan mayat Yesus ke situ”.

 

4)  Tempat itu kelihatan dari jauh.

Mark 15:40 - “Ada juga beberapa perempuan yang melihat dari jauh, di antaranya Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus Muda dan Yoses, serta Salome”.

Luk 23:49 - “Semua orang yang mengenal Yesus dari dekat, termasuk perempuan-perempuan yang mengikuti Dia dari Galilea, berdiri jauh-jauh dan melihat semuanya itu.

 

Tetapi semua petunjuk ini tidak cukup untuk mengidentifikasi letak dari Golgota secara persis. Ada 2 tempat yang diduga sebagai Golgota, tempat dimana Yesus mati disalibkan.

 

Nelson’s Bible Dictionary: “At present, Christian opinion is divided over two possible sites for Calvary. One is on the grounds of the Church of the Holy Sepulcher. The other, called ‘Gordon’s Calvary,’ is about 229 meters (250 yards) northeast of the Damascus Gate in the old city wall. ... The Church of the Holy Sepulcher is now inside what is called ‘the old city,’ but supporters claim the location was outside the walls of the city in New Testament times. Following an earlier lead, a British general, Charles Gordon, in 1885 strongly advocated the other major site, which is clearly outside the existing city walls. The place is a grass-covered rocky knoll which, due to excavations (perhaps mining) some time during the past three centuries, now looks something like a skull when viewed from one direction. Beside the hill is what has been called ‘Jeremiah’s Grotto,’ where a first-century tomb has been recently landscaped to produce a garden setting. This area is sometimes called the ‘Garden Tomb.’ The site known as ‘Gordon’s Calvary’ has commended itself especially to Protestants, while the location supported by the Church of the Holy Sepulcher is highly regarded by the Roman Catholic and Orthodox churches (= ).

 

William Hendriksen (tentang Yoh 19:17-18): “Where was Calvary? Some who have made a trip to Palestine locate it about 250 yards n.e. of the Damascus gate. This is Gordon’s Calvary. The hill really resembles a skull. It is outside the gate, near a highway. In its neighborhood are rock-hewn tombs and gardens. ... This place lacks the support of tradition. ... About a third mile to the s.w. of Gordon’s Calvary, and inside the walls of the modern city, is the Church of the Holy Sepulcher. This is the site supported by early tradition” (= Dimana letak Kalvari? Beberapa orang yang telah melakukan perjalanan ke Palestina menetapkan tempatnya sekitar 250 yard di timur laut pintu gerbang Damsyik. Ini adalah Kalvarinya Gordon. Bukit itu memang menyerupai sebuah tengkorak. Tempat ini ada di luar pintu gerbang, dekat dengan sebuah jalan besar. Di sekitarnya ada kuburan yang digali di batu karang dan kebun-kebun. ... Tempat ini tidak mempunyai dukungan tradisi. ... Sekitar 1/3 mil sebelah tenggara dari Kalvarinya Gordon, dan di dalam tembok-tembok dari kota modern itu, ada Gereja Kuburan Kudus. Ini adalah tempat yang didukung oleh tradisi mula-mula) - hal 426.

 

a)  Yang pertama, adalah suatu tempat dimana di atasnya telah dibangun sebuah gereja, yaitu Gereja Kuburan Kudus (The Church of the Holy Sepulchre). Tempat ini terletak di sebelah utara, tetapi di dalam kota, sehingga beberapa penafsir menganggap ini sama sekali tidak cocok dengan data dari Kitab Suci, yang mengatakan bahwa Golgota terletak di luar kota. Tetapi para pendukung tempat ini mengatakan bahwa posisi tembok kota berbeda antara jaman Yesus dan sekarang, sehingga dulu tempat ini terletak di luar kota. Tempat ini didukung oleh tradisi, dan biasanya Gereja Roma Katolik dan juga Gereja-gereja Orthodox mendukung tempat ini sebagai Golgota.

 

Pada waktu dikatakan bahwa Gereja Kuburan Kudus ini didukung oleh tradisi, apa maksudnya dengan ‘tradisi’ dalam persoalan ini?

 

Nelson’s Bible Dictionary: “A tradition going back to the fourth century says that a search was initiated by the Christian historian Eusebius and that the site was found by Bishop Marcarius. Later the Roman Emperor Constantine built a church on the site. Previously the place was the location of a temple to Aphrodite. Tradition also has it that while looking for Jesus’ tomb, Constantine’s mother Helena found part of ‘the true cross’ on which Jesus died. These traditions are very old, but their historical value is uncertain” (= Suatu tradisi dari abad ke 4 mengatakan bahwa suatu penyelidikan dimulai oleh ahli sejarah Kristen Eusebius dan bahwa tempat itu ditemukan oleh Uskup Marcarius. Belakangan Kaisar Romawi Konstantin membangun sebuah gereja di tempat itu. Sebelumnya tempat itu merupakan lokasi dari kuil bagi Dewi Aphrodite. Tradisi juga mengatakan bahwa pada waktu mencari kubur Yesus, ibu Konstantin Helena menemukan bagian dari ‘salib yang sejati’ pada mana Yesus mati. Tradisi-tradisi ini sangat tua, tetapi nilai sejarahnya tidak pasti).

 

Memang cerita-cerita seperti ini lebih banyak yang hanya merupakan dongeng / mitos dari pada fakta sejarah. Dari penjelasan ini terlihat bahwa didukung oleh tradisi atau tidak, tidaklah terlalu menjadi persoalan.

 

b)  Pada tahun 1885, seorang bernama Jenderal Inggris yang bernama Charles Gordon mengusulkan tempat lain, yang dianggap lebih sesuai dengan penggambaran Kitab Suci tentang Golgota. Tempat ini, disebut sebagai Kalvarinya Gordon (the Gordon’s Calvary), terletak lebih ke utara dari Gereja Kuburan Kudus, sehingga pasti ada di luar tembok utara, dekat pintu gerbang Damsyik. Tempat ini memang menyerupai tengkorak, dan di dekatnya ada kuburan-kuburan dan taman / kebun. Tempat ini tidak didukung oleh tradisi, tetapi di atas sudah kita lihat bahwa itu tidaklah terlalu perlu untuk dipersoalkan. Biasanya orang-orang Protestan condong untuk mendukung tempat ini sebagai Golgota.

 

A. T. Robertson (tentang Mat 27:33): “Calvary or Golgotha is not the traditional place of the Holy Sepulchre in Jerusalem, but a place outside of the city, probably what is now called Gordon’s Calvary, a hill north of the city wall which from the Mount of Olives looks like a skull, the rock-hewn tombs resembling eyes in one of which Jesus may have been buried” (= Kalvari atau Golgota bukanlah tempat tradisionil Gereja Kuburan Kudus di Yerusalem, tetapi suatu tempat di luar kota, mungkin apa yang sekarang disebut Kalvarinya Gordon, suatu bukit di sebelah utara dari tembok kota yang dari Bukit Zaitun kelihatan seperti sebuah tengkorak, dan ada kuburan-kuburan yang digali di batu karang yang menyerupai mata, dan di dalam salah satu darinya Yesus mungkin telah dikuburkan).

 

Halley’s Bible Handbook: “There is only one place around Jerusalem which has borne, and still bears, the name ‘Skull Hill.’ It is just outside the North wall, near the Damascus gate. ... It is a rock ledge, some 30 feet high, just above Jeremiah’s Grotto,’ with a striking resemblance to a human skull. The traditional place of the Crucifixion is the Church of the Holy Sepulchre. It is inside the wall. Prevailing archaeological opinion is that the wall is now just where it was in Jesus’ day, and the actual place of Jesus’ Crucifixion was the ‘Skull Hill.’” (= Hanya ada satu tempat di sekitar Yerusalem yang telah membawa, dan tetap membawa, nama ‘Bukit Tengkorak’. Tempat itu persis di luar tembok utara, dekat dengan Pintu Gerbang Damsyik. ... Itu merupakan suatu bukit yang menonjol dari batu karang, dengan tinggi kira-kira 30 kaki, persis di atas Gua Yeremia, dengan suatu kemiripan yang menyolok dengan suatu tengkorak manusia. Tempat tradisionil dari Penyaliban adalah Gereja Kuburan Kudus. Tempat itu ada di dalam tembok. Pandangan arkheologis yang umum adalah bahwa tembok itu sekarang ada di tempat yang sama dengan letaknya pada jaman Yesus) - hal 481.

 

Barnes’ Notes (tentang Mat 27:33): “Golgotha, or Calvary, was probably a small eminence on the northwest of Jerusalem, without the walls of the city, but at a short distance. .... The place which is shown as Calvary now is within the city, and must also have been within the ancient walls, and there is no reason to suppose that it is the place where the Saviour was put to death” (= Golgota, atau Kalvari, mungkin adalah suatu bukit kecil di barat laut Yerusalem, di luar tembok-tembok kota, tetapi pada jarak yang dekat. ... Tempat yang sekarang ditunjuk sebagai Kalvari berada di dalam kota, dan pasti juga ada di dalam tembok-tembok kuno, dan tidak ada alasan untuk menganggap bahwa itu adalah tempat dimana sang Juruselamat dibunuh).

Catatan: banyak orang tidak setuju dengan kata-kata yang saya garis bawahi itu dari 2 kutipan yang terakhir ini. Bahkan F. F. Bruce mengatakan sebaliknya. Berdasarkan suatu penggalian pada tahun 1963, ia memastikan bahwa tempat dimana dibangun Gereja Kuburan Kudus itu dulu terletak di luar kota.

F. F. Bruce: “Until a few years ago it was uncertain whether the traditional site of Golgotha, covered by the Church of the Holy Sepulchre, was outside the line of the second north wall or not; that it actually was outside was indicated by excavation conducted in 1963 and later in the Muristan area, to the south of the site (= Sampai beberapa tahun yang lalu merupakan sesuatu yang tidak pasti apakah tempat tradisionil dari Golgota, yang ditutupi oleh Gereja Kuburan Kudus, terletak di luar garis / batas dari tembok utara kedua atau tidak; bahwa itu sungguh-sungguh ada di luar ditunjukkan / dinyatakan oleh penggalian yang diadakan pada tahun 1963 dan belakangan di daerah Muristan, ke sebelah selatan dari tempat itu) - ‘The Gospel of John’, hal 367.

 

Tetapi juga ada orang-orang Protestan yang menganggap bahwa tidak ada kepastian tentang yang mana dari 2 tempat itu yang merupakan Golgota yang asli.

 

William Barclay: “Where it was we do not certainly know” (= Dimana tempat itu kami tidak tahu dengan pasti) - ‘The Gospel of John’, vol 2, hal 251.

 

Wycliffe Bible Commentary (tentang Mat 27:33): “Equally uncertain is its location. The traditional Church of the Holy Sepulchre, while within the present walls of Jerusalem, was outside the old north wall of Jesus’ day and could well have been the place. Others argue the claims of Gordon’s Calvary, farther to the north” (= Sama tidak pastinya adalah lokasinya. Gereja Kuburan Kudus yang secara tradisionil dianggap sebagai tempat itu, sekalipun sekarang ada di dalam tembok-tembok Yerusalem, dulu ada di luar tembok utara kuno dari jaman Yesus, dan bisa merupakan tempat itu. Orang-orang lain mendukung claim dari Kalvarinya Gordon, yang terletak lebih jauh ke utara).

 

Alasan dari ketidakbisaan memastikan letak dari Golgota, adalah karena pada penghancuran Yerusalem tahun 70 M. semua tanda-tanda dan batasan-batasan tanah dihancurkan. Juga penggalian untuk penyelidikan terhalang oleh adanya bangunan-bangunan modern yang berada di atas tanah yang akan digali.

 

Wycliffe Bible Commentary (tentang Luk 23:33): “The place, which is called Calvary. The exact site is not known. All landmarks were destroyed in the siege of Jerusalem, and so identification is uncertain” (= Tempat yang disebut Kalvari. Tempat yang persis tidak diketahui. Semua tanda-tanda batasan tanah dihancurkan dalam pengepungan Yerusalem).

 

The New Bible Dictionary: “the identification must still be viewed as precarious. ... a problem is raised by the uncertainty about whether the wall of Jerusalem in the lifetime of Jesus included or excluded the place where the church stands. ... any identification must remain conjectural” (= Pengidentifikasian harus tetap dianggap sebagai sesuatu yang sulit. ... problem muncul oleh ketidak-pastian tentang apakah tembok Yerusalem dalam jaman kehidupan Yesus mencakup tempat dimana gereja itu ada atau tidak. ... pengidentifikasian manapun harus tetap dianggap hanya sebagai dugaan / tebakan) - hal 181.

 

J. C. Ryle: “So many changes have taken place, during the long period of 1800 years, in the boundary walls and the soil of Jerusalem, that no wise man will speak positively as to the exact whereabouts of Golgotha at this day. Though outside the walls 1800 years ago, it is far from unlikely that it is within the walls at this time” (= Begitu banyak perubahan yang telah terjadi, selama periode yang lama dari 1800 tahun, pada tembok-tembok batasan dan tanah dari Yerusalem, sehingga tidak ada orang yang bijaksana yang akan berbicara secara positif / yakin berkenaan dengan letak yang pasti dari Golgota pada jaman ini. Sekalipun di luar tembok pada 1800 tahun yang lalu, adalah mungkin bahwa itu ada di dalam tembok pada saat ini) - ‘Expository Thoughts on the Gospels’, (John volume III), hal 333.

 

Nelson’s Bible Dictionary: “The Bible does not clearly indicate exactly where Jesus died. Sites of the crucifixion have been proposed on every side of Jerusalem. One factor that makes it difficult to pinpoint the site is that Jerusalem was destroyed in A. D. 70 by the Romans, and another Jewish revolt was crushed in a similar manner in A. D. 135. Many geographical features and the location of the city walls were greatly changed because of these and a series of conflicts that continued for centuries. Except in areas that have been excavated, Jerusalem’s present walls date from more recent times. The presence of modern buildings prevents digging to find where the walls were located during New Testament times. Some groups claim to have found the very place where Jesus died, but these complicating factors make it unlikely” (= Alkitab tidak secara jelas menunjukkan secara persis dimana Yesus mati. Tempat-tempat penyaliban telah diusulkan di setiap sisi dari Yerusalem. Satu faktor yang membuat sukar untuk menunjukkan dengan tepat tempa itu adalah bahwa Yerusalem dihancurkan pada tahun 70 M. oleh orang-orang Romawi, dan pemberontakan Yahudi yang lain dihancurkan dengan cara yang serupa pada tahun 135 M. Banyak ciri-ciri dan lokasi dari tembok kota itu yang sangat berubah karena hal-hal ini dan karena suatu seri konflik yang berlanjut selama berabad-abad. Kecuali di daerah-daerah yang telah digali, tembok-tembok Yerusalem saat ini berasal dari masa yang lebih baru. Adanya bangunan-bangunan modern menghalangi penggalian untuk menemukan dimana tembok-tembok itu berada pada jaman Perjanjian Baru. Beberapa kelompok mengclaim telah menemukan tempat dimana Yesus mati, tetapi faktor-faktor yang rumit ini membuat hal itu tidak mungkin / tidak bsa dipercaya).

 

William Hendriksen (tentang Yoh 19:17-18): “To this moment these things have not all been proved with respect to any site (whether the traditional site, or Gordon’s Calvary, or any other). Because of the general physiography of Jerusalem and its surroundings, it is, however, well-nigh certain that neither of the two most favored sites can be very far away from the actual spot where the Lord was crucified” [= Sampai saat ini hal-hal ini semuanya belum dibuktikan berkenaan dengan tempat manapun (apakah tempat tradisionil, atau Kalvarinya Gordon, atau tempat lain manapun). Tetapi, karena peta ilmu bumi secara umum dari Yerusalem dan sekitarnya, adalah hampir pasti bahwa tidak ada satupun dari dua tempat yang paling difavoritkan itu bisa berada sangat jauh dari tempat sesungguhnya dimana Tuhan disalibkan] - hal 426.

 

Dalam kasus Natal / kelahiran Yesus, juga banyak hal-hal yang tidak kita ketahui. Kapan Natal itu sebenarnya tidak diketahui, dan demikian juga dimana Yesus dilahirkan persisnya (hanya diketahui di Betlehem, tetapi bagian mana dari Betlehem?). Yang penting Yesusnya sudah lahir.

Dalam hal tempat yang persis dari penyaliban Yesus berlaku hal yang sama. Dimana persisnya letak tempat itu tidaklah penting. Yang penting adalah bahwa di tempat itu Yesus sudah menderita dan mati untuk menebus dosa manusia.

 

Nelson’s Bible Dictionary: “For Christians, it is the fact of our Lord’s selfsacrifice - ‘that Christ died for our sins according to the Scriptures, and that He was buried, and that He rose again’ (1 Cor. 15:3-4) - not the location which should concern us. At ‘Calvary,’ Golgotha’s cross - ‘the emblem of suffering and shame’ - became the symbol of love, blessing, and hope” [= Bagi orang-orang kristen, adalah fakta dari pengorbanan diri sendiri dari Tuhan kita - ‘bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan’ (1Kor 15:3-4) - bukan lokasinya yang harus kita pedulikan. Di Kalvari, salib Golgota - ‘simbol dari penderitaan dan malu’ - menjadi simbol dari kasih, berkat, dan pengharapan].

 

Pulpit Commentary (tentang Injil Matius): “Golgotha. We cannot certainly identify the spot where the dear Lord suffered. ... The knowledge is hidden from us; and there is meaning in this. We may find Christ everywhere; every place, the whole world over, is hallowed by his blood. We may realize his death, and draw very near to the cross, and live under its shadow in England as well as at Jerusalem. Not all who saw him die were saved. It is the sight of Christ by faith that saves the soul” (= Golgota. Kita tidak bisa dengan pasti mengidentifikasi tempat dimana Tuhan yang kita kasihi menderita. ... Pengetahuan itu disembunyikan dari kita; dan ada arti di dalam hal ini. Kita bisa menemukan Kristus di mana-mana, setiap tempat, seluruh dunia dikuduskan oleh darahNya. Kita bisa menyadari kematianNya, dan datang mendekat pada salib, dan hidup di bawah bayangannya di Inggris maupun di Yerusalem. Tidak semua yang melihatNya mati diselamatkan. Adalah penglihatan tentang Kristus oleh iman yang menyelamatkan jiwa) - hal 607.

 

V)     Golgota harus berada di luar kota.

 

Sekalipun tidak bisa dipastikan secara tepat dimana letak dari Golgota, dan juga tidak penting untuk mengetahui dengan persis letak dari Golgota, tetapi ada sesuatu yang penting berkenaan dengan tempat itu. Tempat itu harus berada di luar kota!

 

1)  Fakta Kitab Suci memang menunjukkan bahwa Yesus dihukum mati / disalibkan di luar kota.

Halley’s Bible Handbook: “The Site of the Crucifixion. Jesus was crucified ‘outside the city’ (John 19:17,20; Hebrews 13:12)” [= Tempat Penyaliban. Yesus disalibkan ‘di luar kota’ (Yoh 19:17,20; Ibrani 13:12)] - hal 481.

 

Ibr 13:12 - “Itu jugalah sebabnya Yesus telah menderita di luar pintu gerbang untuk menguduskan umatNya dengan darahNya sendiri”.

Yoh 19:17,20 - “(17) Sambil memikul salibNya Ia pergi ke luar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota. ... (20) Banyak orang Yahudi yang membaca tulisan itu, sebab tempat di mana Yesus disalibkan letaknya dekat kota dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, bahasa Latin dan bahasa Yunani”.

 

Catatan: kata-kata ‘pergi ke luar’ dalam Yoh 19:17 sebetulnya tidak menunjukkan bahwa penyaliban dilakukan di luar kota, karena kata-kata itu hanya menunjukkan bahwa Yesus pergi / berjalan keluar dari gedung pengadilan. Yoh 19:20 yang mengatakan ‘dekat kota’ menunjukkan secara samar-samar bahwa hal itu terjadi di luar kota. Tetapi Ibr 13:12 secara jelas menunjukkan bahwa itu terjadi di luar kota.

 

2)  Hukum Romawi maupun hukum Taurat mengharuskan untuk menghukum mati di luar kota.

William L. Lane (Mark, NICNT): “It was both Jewish and Roman practice to perform executions beyond the inhabited area of a town” (= Merupakan praktek Yahudi dan Romawi untuk melaksanakan hukuman mati di luar daerah kota yang didiami) - hal 563.

 

Barnes’ Notes (tentang Mat 27:33): “Jesus was put to death out of the city, because capital punishments were not allowed within the walls. See Num. 15:35; 1 Kings 21:13. This was a law among the Romans as well as the Jews” (= Yesus dibunuh di luar kota, karena hukuman mati tidak diijinkan di dalam tembok. Lihat Bil 15:35; 1Raja 21:13. ini merupakan suatu hukum di antara orang-orang Romawi maupun Yahudi).

 

Bil 15:35-36 - “(35) Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Orang itu pastilah dihukum mati; segenap umat Israel harus melontari dia dengan batu di luar tempat perkemahan.’ (36) Lalu segenap umat menggiring dia ke luar tempat perkemahan, kemudian dia dilontari dengan batu, sehingga ia mati, seperti yang difirmankan TUHAN kepada Musa”.

 

Im 24:10,11a,13,14,23 - “(10) Pada suatu hari datanglah seorang laki-laki, ibunya seorang Israel sedang ayahnya seorang Mesir, di tengah-tengah perkemahan orang Israel; dan orang itu berkelahi dengan seorang Israel di perkemahan. (11a) Anak (dari) perempuan Israel itu menghujat nama TUHAN dengan mengutuk, lalu dibawalah ia kepada Musa. ... ...  (13) Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: (14) ‘Bawalah orang yang mengutuk itu ke luar perkemahan dan semua orang yang mendengar haruslah meletakkan tangannya ke atas kepala orang itu, sesudahnya haruslah seluruh jemaah itu melontari dia dengan batu. ... (23) Demikianlah Musa menyampaikan firman itu kepada orang Israel, lalu dibawalah orang yang mengutuk itu ke luar perkemahan, dan dilontarilah dia dengan batu. Maka orang Israel melakukan seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa”.

 

Contoh pelaksanaan hukuman mati di luar kota bagi penghujat:

·        1Raja 21:13 - “Kemudian datanglah dua orang, yakni orang-orang dursila itu, lalu duduk menghadapi Nabot. Orang-orang dursila itu naik saksi terhadap Nabot di depan rakyat, katanya: ‘Nabot telah mengutuk Allah dan raja.’ Sesudah itu mereka membawa dia ke luar kota, lalu melempari dia dengan batu sampai mati”.

·        Kis 7:58 - “Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya. Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus”.

 

Catatan:

¨      Istilah ‘di luar perkemahan’ digunakan pada saat Israel ada di padang gurun, karena pada saat itu mereka tinggal di kemah-kemah. Tetapi setelah mereka masuk ke Kanaan, maka istilah itu secara benar dikontextualisasikan menjadi ‘di luar kota’.

¨      Baik Nabot maupun Stefanus sebetulnya tidak menghujat Allah, tetapi mereka difitnah bahwa mereka menghujat Allah, dan mereka divonis sebagai penghujat Allah, sehingga lalu dihukum mati di luar kota, sesuai dengan peraturan hukum Taurat tentang hukuman mati terhadap orang yang menghujat Allah.

 

Kristus juga dianggap menghujat Allah (Mat 26:65), dan karena itu mereka menghukum mati Dia di luar kota. Sekalipun yang melaksanakan penghukuman mati itu adalah tentara Romawi, tetapi tokoh-tokoh Yahudi jelas mempunyai ‘suara’ yang sangat kuat (bdk. Mat 27:62-66  Mat 28:11-15). Juga perlu diingat bahwa orang Romawipun selalu menghukum mati di luar kota.

 

Ibr 13:12 - “Yesus telah menderita di luar pintu gerbang”.

 

3)  Penghukuman mati terhadap Yesus di luar kota ini memang diatur oleh Allah supaya kematian Yesus itu menggenapi type-type dari Perjanjian Lama tentang Yesus.

 

Kel 29:14 - “Tetapi daging lembu jantan itu, kulitnya dan kotorannya haruslah kaubakar habis dengan api di luar perkemahan, itulah korban penghapus dosa”.

Im 4:12,21 - “(12) jadi lembu jantan itu seluruhnya harus dibawanya ke luar perkemahan, ke suatu tempat yang tahir, ke tempat pembuangan abu, dan lembu itu harus dibakarnya sampai habis di atas kayu api di tempat pembuangan abu. ... (21) Dan haruslah ia membawa lembu jantan itu ke luar perkemahan, lalu membakarnya sampai habis seperti ia membakar habis lembu jantan yang pertama. Itulah korban penghapus dosa untuk jemaah”.

Im 9:11 - “Tetapi daging dan kulitnya dibakarnya habis di luar perkemahan.

Im 16:27 - “Lembu jantan dan kambing jantan korban penghapus dosa, yang darahnya telah dibawa masuk untuk mengadakan pendamaian di dalam tempat kudus, harus dibawa keluar dari perkemahan, dan kulitnya, dagingnya dan kotorannya harus dibakar habis”.

Bil 19:3 - “Dan haruslah kamu memberikannya kepada imam Eleazar, maka lembu itu harus dibawa ke luar tempat perkemahan, lalu disembelih di depan imam”.

 

John Owen (tentang Ibr 13:11): “The burning of the bodies was ordained to be ‘without the camp;’ namely, whilst the Israelites were in the wilderness, and abode in tents encamped round about the tabernacle, ... Unto this camp of the Israelites the city of Jerusalem did afterwards answer, and all the institutions about it were applied thereunto. Wherefore, when this sacrifice was observed in the temple, the bodies of the beasts were carried out of the city to be burned” (= Pembakaran dari tubuh ditentukan di luar perkemahan, yaitu pada waktu bangsa Israel ada di padang gurun, dan tinggal di kemah-kemah yang didirikan di sekeliling kemah suci, ... Belakangan, kota Yerusalem cocok / sesuai dengan perkemahan Israel ini, dan semua hukum-hukum tentangnya diterapkan pada kota itu. Karena itu, pada waktu korban ini dijalankan di Bait Allah, tubuh-tubuh dari binatang itu dibawa keluar dari kota untuk dibakar) - ‘Hebrews’, vol 7, hal 443.

John Owen (tentang Ibr 13:11): “it was ‘without the gate,’ that is of the city, namely, of Jerusalem; which answered the camp in the wilderness, after the tabernacle was fixed therein” (= itu terjadi ‘di luar pintu gerbang’, yaitu pintu gerbang dari kota, yaitu dari kota Yerusalem; yang cocok dengan perkemahan di padang gurun, setelah kemah suci ditetapkan di dalamnya) - ‘Hebrews’, vol 7, hal 446.

 

Barnes’ Notes (tentang Mat 27:33): “Jesus was put to death out of the city, ... He also died there, because the bodies of the beasts slain in sacrifice as typical of him were ‘burned without the camp.’ He also, as the antitype, suffered ‘without the gate,’ Heb. 13:11-12” (= Yesus dibunuh di luar kota, ... Ia juga mati di sana, karena tubuh-tubuh dari binatang-binatang yang disembelih sebagai korban sebagai TYPE / bayangan dari Dia dibakar ‘di luar perkemahan’. Ia juga, sebagai ANTI-TYPEnya, menderita ‘di luar pintu gerbang’, Ibr 13:11-12).

 

Ibr 13:11-13 - “(11) Karena tubuh binatang-binatang yang darahnya dibawa masuk ke tempat kudus oleh Imam Besar sebagai korban penghapus dosa, dibakar di luar perkemahan. (12) Itu jugalah sebabnya Yesus telah menderita di luar pintu gerbang untuk menguduskan umatNya dengan darahNya sendiri. (13) Karena itu marilah kita pergi kepadaNya di luar perkemahan dan menanggung kehinaanNya”.

 

Semua ini justru menjadikan Kristus sebagai ANTI TYPE / penggenapan dari korban penghapus dosa, yang adalah TYPE dari Kristus, yang harus dibakar / dibunuh di luar perkemahan.

 

John Owen: “The apostle in these words proceeds ... To show the necessity of the suffering of Christ without the gate of the city, from the typical representation of it” (= Sang rasul dengan kata-kata ini melanjutkan ... Untuk menunjukkan keharusan dari penderitaan Kristus di luar pintu gerbang kota, dari perwakilan secara TYPE darinya) - ‘Hebrews’, vol 7, hal 442.

 

Dari semua ini terlihat dengan jelas bahwa seluruh proses / pelaksanaan hukuman mati terhadap Yesus ini dikontrol oleh Allah, sehingga terlaksanalah Rencana Allah, yang memang sudah menetapkan Kristus sebagai penggenapan dari korban penghapus dosa.

Semua ini justru menjadikan Kristus sebagai ANTI TYPE / penggenapan dari korban penghapus dosa, yang adalah TYPE dari Kristus, yang harus dibakar di luar perkemahan.

TYPE hanya berlaku sebelum penggenapannya terjadi / sebelum ANTI-TYPEnya datang. Kalau sudah digenapi / kalau ANTI-TYPEnya sudah datang maka TYPE itu harus disingkirkan!

Sejak Kristus mati tersalib di Golgota, Kristus telah menggenapi TYPE dari korban dosa itu, dan karena itu, TYPE itu sudah tidak berlaku lagi. Hanya ANTI-TYPEnya, yaitu Kristus, yang adalah satu-satunya korban dosa bagi kita.

Yang percaya kepada Dia sebagai Juruselamat / Penebus dosa, ia diampuni dan dijamin masuk ke surga. Yang menolak / mengabaikan Kristus, harus memikul dosa-dosanya sendiri untuk selama-lamanya di dalam neraka.

Dengan kata lain: ‘Datanglah ke Golgota, maka saudara akan selamat / masuk surga. Kalau tidak, saudara akan masuk ke neraka’.

Pilihan ada di tangan saudara! Kiranya Tuhan memberkati saudara.

  

-AMIN-


Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali