oleh
: Pdt. Budi Asali M.Div.
a) Sudah percaya kepada Yesus.
· Mat
4:19 - ikut Tuhan dulu, baru menjala manusia.
· Kis
1:8 1Yoh 1:1-4 - ‘saksi’ adalah orang yang tahu / mengalami sendiri.
b) Yakin akan keselamatannya sendiri.
Sebetulnya orang yang sudah betul-betul percaya kepada Tuhan Yesus
pasti yakin akan keselamatannya sendiri (Ro 8:16 1Yoh 5:13). Keyakinan ini
penting, karena tanpa keyakinan ini kita tidak akan memberitakan Injil, atau,
kalaupun kita memberitakan Injil, kita tidak bisa memberitakannya dengan yakin.
Bayangkan kalau ada orang kristen yang tidak yakin akan
keselamatannya sendiri menginjili orang yang belum percaya dan mendesak supaya
orang itu mau percaya kepada Yesus, supaya bisa masuk surga. Lalu orang yang
diinjili itu bertanya: ‘Apakah kamu sendiri yakin bahwa kamu akan masuk
surga?’. Kalau penginjil ini jujur, ia harus menjawab: ‘lha ya itu, aku
sendiri belum tahu’. Jelas sekali bahwa penginjilan ini akan bubar!
Pemberitaan Injil merupakan pemberitaan Firman Tuhan, dan karena
itu seorang pemberita Injil harus yakin bahwa Firman Tuhan itu benar. Dan dalam
memberitakan Injil selalu ada keberatan-keberatan terhadap apa yang kita
jelaskan, misalnya: masakan orang berdosa itu dimasukkan neraka selama-lamanya?
Kalau Firman Tuhan bertentangan dengan ‘fakta’, atau
kalau Firman Tuhan bertentangan dengan ‘Ilmu Pengetahuan’, atau kalau
Firman Tuhan bertentangan dengan ‘pemikiran umum’, atau kalau Firman
Tuhan bertentangan dengan ‘logika’ (misalnya: mujijat), maka seorang
penginjil pribadi harus tetap percaya akan kebenaran Firman Tuhan, dan bahkan
tetap menyatakannya dengan yakin.
Contoh:
a) Firman Tuhan mengatakan semua manusia berdosa (Ro
3:23).
Pada waktu kita memberitakan hal ini, bisa saja orang yang kita
injili itu berkata: ‘Lho, saya kenal orang yang tidak kristen, tetapi ia baik
sekali, tidak pernah menyakiti orang, dsb’.
Di sini Firman Tuhan dipertentangkan dengan ‘fakta’. Dalam
menghadapi hal ini, penginjil pribadi itu harus tetap berpegang pada kebenaran
Firman Tuhan. Ia harus tetap berkeras bahwa orang baik itu tetap berdosa di
hadapan Tuhan.
b) Firman Tuhan mengatakan bahwa semua manusia berasal
dari Adam.
Orang yang diinjili itu bisa saja mendebat dengan mengajukan teori
Darwin.
Di sini Firman Tuhan dipertentangkan dengan ‘ilmu pengetahuan’.
Dalam menghadapi hal ini, penginjil pribadi itu harus tetap berpegang pada
kebenaran Firman Tuhan. Ia harus mempertahankan pandangan bahwa semua manusia
berasal dari Adam, dan bahwa teori Darwin bukanlah ilmu pengetahuan, tetapi
hanya dugaan yang tidak berdasar.
Dalam Koran ‘Surya’ hari Minggu, tanggal 22 November 1998, ada
sebuah artikel yang berjudul “Coelacanth
‘ikan fosil’ yang masih hidup”. Dikatakan bahwa di perairan Indonesia (sekitar Manado) ditemukan ikan
Coelacanth (baca: silakan), yang disebutkan sebagai ‘mbahnya komodo’,
dan yang oleh ahli-ahli ilmu pengetahuan dianggap sudah punah pada sekitar 70
atau 80 juta tahun yang lalu. Ternyata pada waktu tulang-tulang dari ikan yang
baru ditangkap itu dibandingkan dengan fosil ikan yang dianggap sudah berumur 80
juta tahun itu, ternyata bahwa: “kita
hampir tidak dapat membedakan kerangka tulang mana yang purba (80 juta tahun
lalu) dengan yang sekarang. Dan ini menimbulkan pertanyaan mengapa? Mengapa
organ ikan ini tetap statis untuk jangka waktu yang demikian lamanya tanpa
mengalami evolusi?”.
Pertanyaan
ini mudah sekali jawabannya, yaitu: karena evolusi tidak pernah ada!
c)
Firman Tuhan mengatakan kalau ditampar pipi kanan berikan pipi kiri (Mat 5:39).
Banyak orang tidak bisa menerima hal ini dan menganggapnya tidak
masuk akal. Demikian juga dengan Mat 5:28 (tentang perzinahan dalam hati).
Di sini Firman Tuhan dipertentangkan dengan ‘pandangan umum’.
Dalam menghadapi hal ini penginjil pribadi yang baik harus tetap berpegang pada
Firman Tuhan! Tidak peduli semua orang menganggap hal itu tidak salah, kalau
Kitab Suci / Firman Tuhan menganggapnya salah, maka ia juga harus menyatakannya
sebagai sesuatu yang salah!
Tetapi dalam hal ini juga ada peringatan yang penting.
· keyakinan
itu harus betul-betul ada dalam hati. Kalau keyakinan itu dibuat-buat, maka
saudara bukan sedang menginjil, tetapi sedang berlaku munafik / berdusta!
· Kalau
saudara percaya dengan teguh pada kebenaran Firman Tuhan, itu tentu baik sekali,
tetapi pastikanlah bahwa saudara percaya pada ayat-ayat yang ditafsirkan secara
benar, bukan yang diputar-balikkan / disalah-artikan. Misalnya ada orang kristen
yang percaya bahwa Yesus betul-betul turun ke neraka, atau bahwa nanti setelah
kematian masih ada ‘second chance’ (= kesempatan kedua), karena orang
itu akan diinjili oleh Yesus sendiri. Ini semua adalah kepercayaan yang
didasarkan atas penafsiran yang salah dari ayat-ayat Kitab Suci (bdk. 1Pet
3:18-20 1Pet 4:6).
Ia bukan hanya perlu yakin segi positifnya, yaitu bahwa Yesus
adalah satu-satunya jalan ke surga, tetapi juga pada segi negatifnya, yaitu
bahwa di luar Kristus, bagaimanapun baiknya / salehnya orang itu, dan agama
apapun yang ia anut, ia tidak bisa selamat, tetapi sebaliknya akan dihukum dalam
neraka.
Kalaupun orang itu lalu menunjukkan orang yang betul-betul
kelihatan saleh, dan bahkan jauh lebih saleh dari pada kita, kita harus tetap
berkeras menyatakan bahwa kalau orang itu terus ada di luar Kristus, ia pasti
masuk neraka. Alasannya mudah saja yaitu: bagaimanapun baiknya seseorang, di
hadapan Tuhan ia adalah orang berdosa, bahkan sangat berdosa (Ro 3:10-12,23).
Karena itu tanpa Juruselamat / Penebus dosa ia tetap harus masuk neraka untuk
memikul sendiri hukuman dosa-dosanya selama-lamanya.
Kalau kita tidak mempercayai hal ini, maka kita tidak akan
memberitakan Injil. Sebaliknya, kalau kita betul-betul mempercayai hal ini, kita
akan aktif memberitakan Injil. Dalam Kis 4:1-13 kita bisa melihat bahwa Petrus
tidak mau berhenti memberitakan Injil karena ia yakin bahwa Tuhan Yesus adalah
satu-satunya jalan keselamatan (Kis 4:12).
Pemberitaan Injil adalah suatu bentuk pelayanan kepada Tuhan dan
itu harus kita lakukan bukan dengan terpaksa, tetapi dengan dasar kasih.
Illustrasi:
Ada kapal merapat ke pelabuhan, lalu memberikan sepotong papan sebagai jembatan
antara kapal dengan daratan. Orang-orang lalu turun ke darat melalui papan itu,
tetapi pada waktu berdesak-desakan, seorang bayi lepas dari pelukan ibunya dan
jatuh ke air. Ibunya berteriak-teriak minta supaya ada yang menolong bayi itu.
Orang-orang semua berkerumun melihat bayi itu masuk ke air. Lalu tiba-tiba
seseorang dengan gagah berani terjun ke air dan menyelamatkan bayi itu. Setelah
ia naik ke atas, ia dikerumuni orang banyak dan lalu ada seorang wartawan yang
bertanya kepadanya: ‘Mengapa kamu mau menolong bayi itu?’. Menurut saudara
mengapa? Orang itu memandang sekelilingnya dengan marah, dan ia membentak:
‘Siapa yang tadi mendorong saya?’. Jadi, orang ini bukan menolong bayi itu
dengan kasih, tetapi dengan terpaksa!
Tanpa kasih kita tidak akan sungguh-sungguh, baik dalam
memberitakan Injil maupun dalam mendoakan orang yang kita injili itu.
Juga perlu diingat bahwa pemberitaan Injil adalah perang frontal
melawan setan, sehingga orang yang memberitakan Injil pasti diserang setan.
Serangan ini bisa datang sebagai akibat langsung dari penginjilan, misalnya
orang yang kita injili itu mengejek, atau bahwa membenci dan menganiaya kita.
Tetapi serangan itu bisa juga tidak merupakan akibat langsung dari penginjilan
itu. Misalnya usaha kita tahu-tahu bangkrut, kita sakit, dsb. Justru karena
Pemberitaan Injil selalu menimbulkan serangan setan, maka kasih sangat
dibutuhkan. Mengapa? Karena tanpa kasih kita tidak akan mau berkorban, sehingga
kita akan berhenti menginjil.
Kita juga harus menyadari bahwa wujud terutama dari kasih kita
kepada sesama kita, adalah dengan memberikan keselamatan kepada mereka.
The will of Patrick Henry: “I have now
disposed of all my property to my family; there is one thing more I wish I could
give them, and that is the Christian religion. If they had this, and I had not
given them one shilling, they would be rich; but if they had not that, and I
have given them all the world, they would be poor” (= Sekarang aku telah memberikan semua milikku kepada keluargaku; ada
satu hal lagi yang aku berharap bisa memberikannya kepada mereka, dan itu adalah
agama Kristen. Jika mereka mempunyai ini, dan aku tidak memberikan mereka satu
senpun, mereka adalah orang kaya; tetapi jika mereka tidak mempunyai ini, dan
aku memberikan seluruh dunia kepada mereka, mereka adalah orang miskin)
- ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 497.
Tuhan / Roh Kudus akan bekerja kalau:
· kita
banyak berdoa. Tetapi kita tidak akan berdoa kalau kita merasa bahwa orang yang
kita injili itu bisa bertobat karena kepandaian kita dalam memberitakan Injil.
· kita
menggunakan Firman Tuhan pada waktu memberitakan Injil (Ro 1:16 Ef 6:17 Yer
23:29).
Banyak orang memberitakan Injil dengan langsung menyerang agama
orang itu. Ini salah, karena pada umumnya hanya mengundang kemarahan. Disamping
itu Tuhan memanggil kita untuk memberitakan Injil / Firman Tuhan, bukan untuk
menyerang agama lain. Tetapi kadang-kadang, dalam perdebatan dimana Injil itu
ternyata bertentangan dengan ajaran agama lain, maka kita memang harus
menjelaskan perbedaan itu, dan terpaksa menyerang agama lain.
· kita
taat pada Firman Tuhan (2Tim 2:20-21).
Ada bermacam-macam cara untuk memberitakan Injil dan tidak setiap
cara cocok untuk setiap orang. Dan setelah melakukan pemberitaan Injil, kita
harus merenungkannya kembali, untuk memikirkan apa-apa yang bisa kita perbaiki.
Dengan demikian kita akan maju dalam kemampuan kita. Sekalipun kita percaya
bahwa pertobatan adalah pekerjaan Roh Kudus, itu tidak berarti bahwa kita tidak
perlu berusaha secara maximal.
Pada saat kita memberitakan Injil, kita pasti mendapatkan
pertanyaan-pertanyaan. Bagaimana kita bisa menjawabnya kalau kita punya
pengertian yang sangat sedikit tentang Firman Tuhan? Juga pengisian diri dengan
Firman Tuhan ini menyucikan dan mendekatkan kita kepada Tuhan sehingga kita bisa
lebih berhasil dalam Pemberitaan Injil.
Karena itu seorang penginjil pribadi harus aktif ikut Pemahaman
Alkitab!
Makin kita memberitakan Injil, makin hidup kita disorot oleh
masyarakat. Kalau kita hidup dalam dosa, kita justru akan menjadi batu
sandungan. Tetapi, kita juga tidak boleh menunggu sampai hidup kita suci dulu
baru mau memberitakan Injil. Pemberitaan Injil dan usaha untuk hidup suci harus
dilakukan bersama-sama.
Catatan:
kalau saudara memberitakan Injil, dan lalu diserang dosa-dosanya oleh orang yang
sedang saudara injili itu, maka katakan bahwa saudara memang adalah orang
berdosa, tetapi saudara mempunyai Juruselamat dosa dan karenanya pasti selamat.
Tetapi dia, sekalipun juga adalah orang berdosa seperti saudara, tetapi tidak
mempunyai Juruselamat, sehingga akan dihukum di neraka selama-lamanya.
Kita harus menyesuaikan diri supaya lebih bisa diterima oleh
orang-orang yang kita injili, tetapi kita tidak boleh menyesuaikan diri dalam
hal-hal yang berdosa (1Kor 9:21b).
Contoh yang benar:
· menginjili
orang Islam, kita ikut tidak makan babi.
· menginjili
orang yang miskin, jangan datang kepadanya dengan memamerkan perhiasan saudara
dsb.
Contoh yang salah:
¨ menginjili seorang pelacur dengan melacur dengan dia.
¨ menginjili seorang pengguna ecstasy dengan cara ikut
menggunakan ecstasy.
Jangan menggunakan lidah sebentar untuk memberitakan Injil, lalu
sebentar lagi untuk dusta, fitnah, gossip, caci maki dsb.
Untuk itu kita harus mempunyai karunia untuk menjelaskan dan juga
kita harus menggunakan bahasa sederhana. Jangan menggunakan istilah-istilah
theologia atau istilah-istilah Kristen yang tidak dimengerti oleh orang dunia
agama lain, tanpa menjelaskannya (misal: domba / kambing, hidup kekal, iman,
selamat, mati kekal, bertobat / pertobatan dsb).
Perlu diingat bahwa istilah-istilah tertentu mempunyai arti berbeda
dalam kekristenan dan dalam agama-agama lain. Misalnya: kata ‘bertobat’
dalam agama-agama lain dianggap meninggalkan dosa, dan lalu hidup baik. Dalam
kristen, sekalipun juga bisa mencakup arti itu, tetapi dalam kontex penginjilan
lebih sering diartikan ‘datang / percaya kepada Kristus’.
Sama seperti dalam menjala ikan, menjala manusia / memberitakan
Injil juga membutuhkan sifat giat dan tekun / tidak mudah putus asa.
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali