oleh: Pdt. Budi
Asali MDiv.
1) Kesalahan penafsiran hukum ke 7.
Tentang ay 27 Calvin berkata (hal 290) bahwa sekalipun Kristus
mengutip kata-kata dari hukum Taurat tetapi Ia bukan menyalahkan hukum Taurat,
tetapi penafsiran yang salah tentang hukum Taurat. Sama seperti dengan hukum
yang ke 6 (Mat 5:21-26), pada saat itu pelanggaran hukum ke 7 ini baru dianggap
terjadi kalau betul-betul terjadi perzinahan fisik.
Kesalahan penafsiran ini sudah terjadi untuk waktu yang lama,
tetapi Calvin mengatakan (hal 290) bahwa lamanya suatu kesalahan tidak boleh
menjadi alasan bagi kita untuk mendukung kesalahan tersebut.
2)
Perzinahan tidak hanya bisa terjadi secara fisik, tetapi juga dalam hati /
pikiran kita.
A. T. Robertson mengatakan (hal 45-46) bahwa kata ‘hati’
di sini bukan hanya mempersoalkan emosi / perasaan, tetapi mencakup intelek /
pikiran, perasaan, dan kehendak.
Calvin: “He
says, that not only those who have seduced their neighbours’ wives, but those
who have polluted their eyes by an immodest look, are adulterers before God”
(= Ia berkata bahwa bukan hanya mereka yang menggoda istri dari sesamanya,
tetapi juga mereka yang mengotori mata mereka dengan pandangan yang tidak sopan,
adalah pezinah-pezinah di hadapan Allah) - hal 290.
Calvin: “not
only those who form a deliberate purpose of fornication, but those who admit any
polluted thoughts, are reckoned adulterers before God”
(= bukan hanya mereka yang membentuk tujuan percabulan yang sengaja, tetapi juga
mereka yang mengijinkan pikiran kotor, dianggap sebagai pezinah-pezinah di
hadapan Allah) - hal 290.
Bagian ini dipakai oleh Calvin untuk menyerang pandangan Roma
Katolik.
Calvin: “The
hypocrisy of the Papist, therefore, is too gross and stupid, when they affirm
that lust is not a sin, until it gain the full consent of the heart. But we need
not wonder, that they make sin to be so small a matter; for those who ascribe
righteousness to the merit of works must be very dull and stupid in judging
their sins” (= Karena itu, kemunafikan
dari para pengikut Paus adalah terlalu menyolok dan bodoh, pada waktu mereka
menegaskan bahwa nafsu bukanlah dosa, sampai nafsu itu mendapatkan persetujuan
penuh dari hati. Tetapi kita tidak perlu heran, bahwa mereka membuat dosa
menjadi persoalan yang begitu kecil; karena mereka yang mempercayai kebenaran
karena perbuatan baik pasti sangat tumpul dan bodoh dalam menghakimi / menilai
dosa-dosa mereka) - hal 290-291.
Adam Clarke:
“If voluntary and deliberate looks and
desires make adulterers and adulteresses, how many persons are there whose whole
life is one continued crime! whose eyes being full of adultery, they cannot
cease from sin, 2Pet. 2:14. Many would abhor to commit one external act before
the eyes of men, in a temple of stone; and yet they are not afraid to commit a
multitude of such acts in the temple of their hearts, and in the sight of
God!” (= Jika pandangan dan keinginan
sukarela dan sengaja membuat orang menjadi pezinah-pezinah, betapa banyak orang
yang seluruh hidupnya merupakan satu kejahatan yang terus menerus! yang matanya
penuh dengan perzinahan, mereka tidak bisa berhenti dari dosa, 2Pet 2:14. Banyak
orang benci untuk melakukan satu tindakan lahiriah di hadapan mata manusia,
dalam suatu kuil dari batu; tetapi mereka tidak takut untuk melakukan banyak
tindakan seperti itu dalam kuil dari hati mereka, dan dalam pandangan Allah)
- hal 73.
Bdk. 2Pet 2:14 - “Mata
mereka penuh nafsu zinah dan mereka tidak pernah jemu berbuat dosa. Mereka
memikat orang-orang yang lemah. Hati mereka telah terlatih dalam keserakahan.
Mereka adalah orang-orang yang terkutuk!”.
3)
Ayat ini memang lebih ditekankan untuk laki-laki, sekalipun tentu juga berlaku
untuk perempuan.
Ay 27-28 - “Kamu telah
mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang
yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di
dalam hatinya”.
Kata-kata ‘setiap orang yang memandang’ dalam bahasa Yunaninya
menggunakan bentuk masculine / laki-laki.
Mengapa ditekankan pada laki-laki? Karena pada umumnya orang
perempuan baru terangsang melalui sentuhan, sedangkan orang laki-laki sudah
terangsang melalui penglihatan.
4)
Sebetulnya, sama seperti dengan hukum ke 6 (Mat 5:22b), hukum ke 7 ini juga bisa
dilanggar dengan kata-kata.
Ini tidak dinyatakan di sini, tetapi ada dalam:
· Ef 4:29
- “Janganlah ada perkataan kotor keluar
dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana
perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia”. Bdk. Kol 3:8.
· Ef 5:3-4
- “Tetapi percabulan dan rupa-rupa
kecemaran atau keserakahan disebut sajapun jangan di antara kamu, sebagaimana
sepatutnya bagi orang-orang kudus. Demikian juga perkataan yang kotor, yang
kosong atau yang sembrono - karena hal-hal ini tidak pantas - tetapi sebaliknya
ucapkanlah syukur”.
Penerapan:
Ini harus diperhatikan oleh orang yang senang dengan guyonan /
lelucon ataupun percakapan yang berbau porno dan bersifat erotis / membangkitkan
nafsu.
Tuhan jelas menghendaki kita membuang dosa ini, dan itu terlihat
dari Kol 3:5 - “Karena itu matikanlah
dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa
nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan
berhala”.
Bagaimana cara membuang dosa ini?
1)
Ay 29-30: “(29) Maka jika matamu yang
kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu
jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan
ke dalam neraka. (30) Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau,
penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota
tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka”.
Bdk. Mat 18:8-9 - “Jika
tanganmu atau kakimu menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena
lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung atau timpang dari
pada dengan utuh kedua tangan dan kedua kakimu dicampakkan ke dalam api kekal.
Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih
baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan bermata satu dari pada dicampakkan ke
dalam api neraka dengan bermata dua”.
Ada beberapa hal yang perlu dibahas dari text tersebut di atas:
a)
Kata ‘menyesatkan’.
KJV: ‘offend’.
Barnes’ Notes:
“The English word ‘offend’ means
now, commonly, to displease; to make angry; to affront. This is by no means the
sense of the word in Scripture. It means, to cause to fall, or to allure, into
sin” (= Kata bahasa Inggris ‘offend’
sekarang pada umumnya berarti, ‘membuat tidak senang’, ‘membuat marah’,
‘menghina’. Ini sama sekali bukanlah arti dari kata itu dalam Kitab Suci.
Kata itu berarti ‘menyebabkan jatuh’, atau ‘memikat ke dalam dosa’)
- hal 25.
NKJV/RSV/NIV: ‘causes you to sin’ (= menyebabkan kamu
berdosa).
NASB: ‘makes you to stumble’ (= membuat kamu
tersandung).
b)
Arti dari ungkapan ‘mencungkil mata
kanan’ dan ‘memenggal tangan
kanan’.
Adam Clarke mengatakan (hal 73) bahwa ‘mata
kanan’ dan ‘tangan kanan’
menunjuk pada dosa-dosa yang paling menyenangkan dan paling berguna bagi kita.
William Hendriksen: “This command must not
be taken literally, ... The general meaning of the passage, then, is this:
‘Take drastic action in getting rid of whatever in the natural course of
events will tempts you into sin.’” (=
Perintah ini tidak boleh diartikan secara hurufiah, ... Maka, arti yang umum
dari text ini adalah ini: ‘Ambillah tindakan drastis untuk membuang apapun
yang secara alamiah akan mencobai engkau ke dalam dosa’) - hal 303.
John Stott: “A
few Christian, whose zeal greatly exceeded their wisdom, have taken Jesus au
pied de la lettre and mutilated themselves. Perhaps the best-known example is
the third-century scholar, Origen of Alexandria. He went to extremes of
asceticism, renouncing possessions, food and even sleep, and in an over-literal
interpretation of this passage and of Matthew 19:12 actually made himself a
eunuch. Not long after, in AD 325, the Council of Nicea was right to forbid this
barbarous practice” (= Beberapa orang
kristen, yang semangatnya jauh melebihi hikmatnya, mengartikan kata-kata Yesus
secara hurufiah dan membuntungi dirinya sendiri. Mungkin contoh yang paling
terkenal adalah ahli teologia abad ketiga, Origen dari Alexandria. Ia memasuki
ke-extrim-an dari pertapaan, meninggalkan / membuang semua miliknya, makanan dan
bahkan tidur, dan dalam suatu penafsiran yang kelewat hurufiah dari text ini dan
Mat 19:12, ia betul-betul membuat dirinya seorang sida-sida / orang yang
dikebiri. Tidak lama setelahnya, dalam tahun 325 M., sidang gereja di kota Nicea
dengan benar melarang praktek kejam / biadab ini)
- ‘The Message of the Sermon on the Mount’, hal 89.
John Stott memberikan penafsiran tentang ay 29-30 ini sebagai
berikut: kalau matamu menyebabkan engkau berdosa karena ada pencobaan datang
kepadamu melalui matamu, maka ‘cungkillah matamu’. Artinya: jangan
melihatnya. Berlakulah seakan-akan engkau betul-betul telah mencungkil matamu
dan membuangnya, dan sekarang engkau buta dan tidak bisa melihat hal itu.
Demikian juga kalau pencobaan datang melalui tangan atau kaki. Penggallah tangan
/ kakimu. Artinya: Jangan lakukan hal itu / jangan pergi ke sana. Berlakulah
seakan-akan engkau betul-betul telah memenggal tangan / kakimu, sehingga engkau
tidak bisa melakukan hal itu / pergi ke sana.
Calvin: “you
ought rather to part with your eyes, than to depart from the commandments of
God.’ And yet Christ does not mean, that we must mutilate our body, in order
to obey God: ... Christ employs an exaggerated form of speech to show, that
whatever hinders us from yielding that obedience to God which he requires in his
law, ought to be cut off” (= engkau harus
memilih untuk berpisah dengan matamu dari pada berpisah dari perintah-perintah
Allah’. Tetapi Kristus tidak memaksudkan bahwa kita harus membuntungi tubuh
kita, supaya bisa mentaati Allah: ... Kristus menggunakan ungkapan yang
melebih-lebihkan untuk menunjukkan bahwa apapun yang menghalangi kita dari
penyerahan dan ketaatan kepada Allah yang Ia kehendaki dalam hukumNya, harus
dibuang) - hal 291.
Ay 29,30: ‘cungkillah dan
buanglah itu ... penggallah dan buanglah’.
Adam Clarke:
“It is not enough to shut the eyes, or
stop the hand; the one must be plucked out, and the other cut off. Neither is
this enough, we must cast them both from us. Not one moment’s truce with an
evil passion, or a sinful appetite. If you indulge them, they will gain
strength, and you shall be ruined” (=
Tidak cukup untuk menutup mata, atau menghentikan tangan; yang satu harus
dicungkil, dan yang lain dipenggal. Ini juga belum cukup, kita harus membuang
mereka dari kita. Jangan sesaatpun mengadakan gencatan senjata dengan nafsu
jahat atau keinginan yang berdosa. Jika engkau memuaskan mereka, mereka akan
mendapatkan kekuatan, dan engkau akan hancur) - hal 74.
Memang jelas bahwa penafsiran hurufiah tidak memungkinkan, karena
kalaupun mata / tangan kanan dibuang, kita masih bisa berdosa dengan mata /
tangan kiri, dan kalaupun mata / tangan kiri dibuang, kita masih bisa berdoa
dengan pikiran kita. Tetapi perhatikan apa yang dikatakan oleh seorang penafsir
dari Pulpit Commentary di bawah ini.
Pulpit Commentary: “The ideas of this verse
are expressed in the strong language of Oriental imagery, and yet a moment’s
reflection will show us that the language is not a whit too strong, even if it
is interpreted with strict literalness. If it came to a choice between plucking
out an eye and death, every man who had courage enough to perform the hideous
deed would at once choose it as the less terrible alternative. Every day
hospital patients submit to frightful operation to save their lives or to
relieve intolerable sufferings. But if to the thought of death we add the
picture of the doom of the lost, the motives for choosing the lesser evil are
immeasurably strengthened. ... The difficulty, then, is not as to the truth of
our Lord’s words, but as to the application of them. ... As a matter of fact,
self-mutilation is not the right method of avoiding temptation. If it were the
sole method, it would be prudent to resort to it. But, as God has provided other
ways, only a wild delusion will resort to this. Moreover, if lust is in the
heart, it will not be destroyed by plucking out the eye. If hatred reigns within
the enraged man, he is essentially a murderer, even after he has cut off the
hand with which he was about to commit his awful crime. Still, whatever is most
near to us and hinders our Christian life, must go - any friendship, though dear
as the apple of the eye; any occupation, though profitable as the right hand”
(= Maksud dari ayat ini dinyatakan dalam bahasa perumpamaan Timur yang kuat /
keras, tetapi suatu pemikiran yang singkat akan menunjukkan kepada kita bahwa
bahasa itu tidak sedikitpun terlalu kuat / keras, bahkan jika itu ditafsirkan
dengan kehurufiahan yang ketat. Jika sampai pada suatu pemilihan antara
pencungkilan mata dan kematian, setiap orang yang mempunyai keberanian yang
cukup untuk melakukan tindakan mengerikan itu akan segera memilihnya sebagai
suatu alternatif yang kurang mengerikan (dibandingkan dengan kematian).
Setiap hari pasien-pasien rumah sakit tunduk pada operasi yang menakutkan untuk
menyelamatkan nyawa mereka atau untuk meringankan penderitaan yang tak
tertahankan. Tetapi jika kepada pemikiran tentang kematian kita menambahkan
gambaran tentang nasib / hukuman bagi orang yang terhilang, maka motivasi untuk
memilih pemotongan / pencungkilan itu akan sangat dikuatkan. ... Jadi,
kesukarannya bukanlah berkenaan dengan kebenaran dari kata-kata Tuhan kita,
tetapi berkenaan dengan penerapan dari kata-kata itu. ... Sebetulnya,
pembuntungan diri sendiri bukanlah metode yang benar untuk menghindari
pencobaan. Seandainya itu merupakan satu-satunya metode, maka merupakan
sesuatu yang bijaksana untuk mengambil jalan itu. Tetapi, karena Allah
telah menyediakan jalan-jalan yang lain, hanya khayalan yang liar yang akan
mengambil jalan ini. Lagi pula, jika nafsu itu ada dalam hati, itu tidak
akan dihancurkan dengan mencungkil mata. Jika kebencian berkuasa dalam diri
orang yang sangat marah, maka secara hakiki ia adalah seorang pembunuh, bahkan
setelah ia memotong tangan dengan mana ia mau melakukan kejahatannya yang hebat
itu. Tetapi, apapun yang paling dekat dengan kita dan menghalangi kehidupan
kristen kita, harus dibuang - persahabatan yang manapun, sekalipun kita sayangi
seperti biji mata kita; pekerjaan apapun, sekalipun berguna seperti tangan kanan
kita) - hal 182.
2) Kita harus menjauhi godaan / pencobaan.
Calvin: “If
the mind were pure, the eyes and hands would be obedient to it; for it is
certain, that they have no movement of their own. But here we are deeply to
blame. We are so far from being as careful as we ought to be, to avoid
allurements, that we rather provoke our senses to wickedness by allowing them
unbounded liberty” (= Seandainya pikiran
kita murni, mata dan tangan akan taat kepadanya; karena adalah pasti bahwa
mereka tidak mempunyai pergerakan dari diri mereka sendiri. Tetapi di sini kita
harus sangat dicela / disalahkan. Kita sangat jauh dari sikap hati-hati yang
seharusnya untuk menghindari pikatan / godaan, tetapi sebaliknya kita memancing
/ merangsang pikiran kita pada kejahatan dengan mengijinkannya pada kebebasan
tanpa batas) - hal 291.
Dalam doa Bapa Kami ada kata-kata ‘janganlah
membawa kami ke dalam pencobaan’
(Mat 6:13a). Kita sering berdoa seperti itu, tetapi dalam tindakan kita
kita justru mencari pencobaan, dengan tidak membatasi mata / telinga kita. Jadi,
tindakan kita bertentangan dengan doa kita!
Bdk. Ayub 31:1,7,9-11 - “(1)
‘Aku telah menetapkan syarat bagi mataku, masakan aku memperhatikan anak dara?
... (7) Jikalau langkahku menyimpang dari jalan, dan hatiku menuruti pandangan
mataku, dan noda melekat pada tanganku, ... (9) Jikalau hatiku tertarik kepada
perempuan, dan aku menghadang di pintu sesamaku, (10) maka biarlah isteriku
menggiling bagi orang lain, dan biarlah orang-orang lain meniduri dia. (11)
Karena hal itu adalah perbuatan mesum, bahkan kejahatan, yang patut dihukum oleh
hakim”.
John Stott mengomentari text Ayub ini dengan berkata: “The
control of his heart was due to the control of his eyes”
(= Kontrol dari hatinya disebabkan oleh kontrol dari matanya)
- ‘The Message of the Sermon on the Mount’, hal 88.
John Stott mengatakan bahwa ia tidak mau memberikan peraturan /
batasan tentang buku / majalah apa yang boleh atau tidak boleh dibaca oleh orang
kristen. Ia berkata bahwa setiap orang berbeda. Ada orang-orang yang sangat
mudah terangsang dan ada yang tidak. Jadi batasan untuk setiap orang berbeda.
Yang jelas, apa yang menyebabkan berdosa / perzinahan dalam hati bagi dia, itu
dilarang.
Pulpit Commentary: “Sex is the spirit of
the modern dance” (= Sex merupakan roh /
semangat / ciri dari dansa modern)
- hal 216.
Tidak semua dansa termasuk dalam golongan ini, dan karena itu kita
tidak bisa secara mutlak melarang orang kristen berdansa atau melihat dansa.
Tetapi jelas bahwa orang kristen harus hati-hati dengan dansa. Banyak ‘dance
group’ yang disewa pada acara penikahan, yang mempertontonkan tarian yang
jelas-jelas merangsang, dan ini harus diwaspadai oleh orang kristen pada waktu
mengadakan pernikahan.
Juga permainan-permainan pada acara HUT banyak yang berbau porno,
dan sangat memungkinkan terjadinya rangsangan pada seseorang. Misalnya
memasukkan sesuatu ke dalam kantong celana seorang cowok, dan menyuruh seorang
cewek yang matanya ditutup untuk mencari dan mengambil barang tersebut. Dan
permainan seperti ini yang disenangi!
Kalau orang laki-laki harus menjauhi godaan / pencobaan, maka para
perempuan, khususnya para gadis, juga harus berusaha supaya diri mereka tidak
menjadi godaan / pencobaan bagi para laki-laki, yaitu dengan berhati-hati dalam
berpakaian.
John Stott: “This
may be an appropriate moment to refer in passing to the way girls dress. It
would be silly to legislate about fashions, but wise (I think) to ask them to
make this distinction: it is one thing to make yourself attractive; it is
another to make yourself deliberately seductive”
(= Ini mungkin merupakan saat yang tepat untuk membicarakan cara gadis-gadis
berpakaian. Adalah tolol untuk mengatur / membuat peraturan tentang mode, tetapi
saya kira merupakan sesuatu yang bijaksana untuk meminta mereka membuat
pembedaan ini: membuat dirimu sendiri menarik berbeda dengan secara sengaja
membuat dirimu menggoda / menggairahkan)
- ‘The Message of the Sermon on the Mount’, hal 88.
Catatan:
saya berpendapat bahwa kata ‘menarik’ dan ‘menggoda’ /
‘menggairahkan’ yang digunakan oleh John Stott juga merupakan
istilah-istilah yang relatif, karena berbeda untuk setiap orang. Tetapi memang
ada pakaian yang jelas tergolong ‘menggoda’ / ‘menggairahkan’, seperti
misalnya pakaian yang dipakai oleh para cewek dalam film ‘Baywatch’, dan
banyak film lainnya.
Bukan hanya cara berpakaian, tetapi juga cara duduk dari para
gadis, harus diperhatikan, supaya tidak menjadi pencobaan bagi para laki-laki.
3)
Kita harus menyibukkan diri dengan pelayanan dan mengisi pikiran kita dengan
hal-hal yang baik.
William Barclay mengatakan (hal 148,149) bahwa cara yang salah
untuk mengatasi dosa ini adalah dengan mengambil keputusan untuk tidak
memikirkan pikiran-pikiran kotor tersebut, karena makin kita memutuskan seperti
itu, makin kita memikirkan hal-hal tersebut. Ada 2 hal yang harus dilakukan
untuk mengatasi problem tersebut:
· dengan
melakukan tindakan-tindakan Kristen. Hidup kita harus dipenuhi dengan pekerjaan
dan pelayanan Kristen sehingga tidak ada waktu bagi pikiran-pikiran kotor untuk
masuk ke dalam otak kita.
Bandingkan dengan:
* Kej
4:7 - “Apakah mukamu tidak akan berseri,
jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah
mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus
berkuasa atasnya.’”.
* 2Sam 11:1-2
- Daud jatuh dalam perzinahan gara-gara menganggur dan tidak ikut berperang.
· dengan
mengisi otak kita dengan pikiran-pikiran yang baik.
Fil 4:8 - “Jadi
akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil,
semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut
kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu”.
Tentu saja, hal baik yang terutama yang perlu / harus kita masukkan
ke dalam pikiran kita, adalah Firman Tuhan! Karena itu, rajinlah belajar Firman
Tuhan.
4)
Doa, jelas merupakan sesuatu yang juga harus dilakukan untuk mengatasi dosa ini.
Maz 119:37a - “Lalukanlah
mataku dari pada melihat hal yang hampa”.
Kalau dosa ini memang merupakan kelemahan saudara, maka banyaklah
berdoa untuk hal ini!
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali