Eksposisi Injil Matius

oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.


MATIUS 5:13-16

Kalau kita melihat Kej 1:4,12,18,21,25 maka kita melihat bahwa pada saat penciptaan, dunia dan segala isinya, dikatakan ‘baik’. Dan untuk manusianya dikatakan ‘sungguh amat baik’ (Kej 1:31). Tetapi masuknya dosa ke dalam dunia (Kej 3) menyebabkan sekarang:

·        dunia ini penuh dengan orang yang tidak mengenal Allah atau tidak peduli kepada Allah.

·        dunia ini penuh dengan dosa dan moral yang bejad.

·        dunia ini sedang menuju penghukuman Allah yang kekal / neraka.

Dalam dunia yang seperti inilah Tuhan Yesus menyuruh kita menjadi Garam dunia dan Terang dunia.

I) Garam dunia.

Kalau kita digambarkan sebagai ‘garam’ itu tidak berarti bahwa kita harus sama dengan garam dalam segala hal. Ini sama seperti kalau saudara mengatakan kepada seseorang ‘kamu itu seperti babi’. Tentu saudara hanya menyamakan dia dengan babi dalam hal-hal tertentu, bukan dalam segala sesuatu. Demikian juga kalau kita digambarkan sebagai ‘garam’. Jangan mengambil persamaan yang salah, yang bertentangan dengan ayat-ayat lain dalam Kitab Suci, misalnya:

Lalu dalam hal apa kita harus sama seperti garam?

1)   Garam berfungsi untuk mengawetkan / mencegah kebusukan.

Pada jaman dimana belum ada kulkas / freezer, maka garam penting sekali baik bagi pemburu maupun nelayan untuk mengawetkan daging binatang buruan / ikan, karena garam bisa mencegah pembusukan.

Jadi kalau dikatakan bahwa kita adalah garam dunia, maka artinya adalah bahwa kita harus mencegah dunia dari kebusukan rohani.

Kita bisa melakukan hal itu dengan memberitakan Injil kepada dunia. Dan Pemberitaan Injil itu harus disertai dengan kesaksian hidup yang baik dan dengan doa. Tujuannya adalah membawa orang kepada Kristus, karena Kristus adalah satu-satunya jalan ke surga (Yoh 14:6  Kis 4:12  1Yoh 5:11-12).

Saya ingin tekankan tentang ‘memberitakan Injil’. Apa artinya?

Arti yang salah:

·        Social Gospel (= Injil Sosial). Ini banyak dalam kalangan gereja Protestan, dimana aktivitas pemberitaan Injil dilakukan dengan mengunjungi tempat-tempat yang dilanda bencana alam, yatim piatu, dsb, dan apa yang mereka lakukan di sana hanyalah memberikan bantuan sosial. Orang-orang yang dibantu senang, tetapi tetap tidak bisa mengenal Kristus, dan akan masuk ke neraka pada saat mereka mati.

·        Yesus ditekankan sebagai pemberi berkat jasmani, penyembuh, pembuat mujijat, penolong dalam kesukaran duniawi. Ini banyak dalam kalangan Pentakosta / Kharismatik.

Memberitakan Injil yang benar, mencakup hal-hal ini:

a)   Menyatakan dosa.

b)   Menyatakan keadilan Allah / hukuman dosa, khususnya neraka.

c)   Memberitakan Yesus sebagai Allah yang menjadi manusia, yang lalu mati di salib sebagai pengganti manusia berdosa / untuk memikul hukuman manusia berdosa.

d)   Mendorong orang itu untuk mau percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.

e)   Menjelaskan hubungan iman dengan pertobatan dari dosa.

Kalau kita memberitakan Injil dan orang yang kita injili itu mau datang kepada Kristus, maka ia akan dicegah dari pembusukan.

Contoh:

¨      dulu Saulus adalah orang yang sedang membusuk. Tetapi setelah bertobat, ia menjadi Paulus, orang yang hidup bagi Tuhan dan berguna untuk Tuhan.

¨      ada cerita tentang seorang pemabuk yang bertobat. Lalu temannya mengejek dia dengan bertanya: ‘Apa betul Yesus bisa mengubah air menjadi anggur?’. Orang itu menjawab: ‘Aku tidak tahu apakah Yesus mengubah air menjadi anggur atau tidak, tetapi di rumahku Yesus mengubah bir menjadi perabot rumah tangga’.

2)   Garam mengenakkan makanan.

Bagaimanapun pandainya seseorang memasak, kalau tidak ada garam, makanan menjadi hambar dan tidak enak. Jadi, garam mengenakkan makanan.

Kita adalah garam dunia; artinya kehadiran kita harus mengenakkan orang-orang di sekitar kita. Mereka harus merasa senang dengan kehadiran kita. Ini bisa kita lakukan dengan:

·        mengasihi / menolong orang-orang di sekitar kita.

·        mentaati dan menghormati orang tua.

·        menghibur orang yang kesusahan.

Tetapi ini ada batasnya, yaitu kita tidak boleh melakukan sesuatu yang menyenangkan orang tetapi bertentangan dengan Firman Tuhan.

Contoh:

¨      mengantar orang ke dukun.

¨      memberi tahu waktu ulangan.

¨      membelikan orang rokok.

Hal lain yang harus kita ingat adalah bahwa hidup orang Kristen yang bagaimanapun baiknya tidak selalu menyenangkan orang dunia. Tuhan Yesus sendiri, yang hidupnya suci murni dan penuh kasih, tidak disenangi oleh banyak orang. Pada waktu kita memberitakan Injil, menegur dosa dan sebagainya, kita bisa mendapatkan permusuhan / kebencian (bdk. Gal 4:16  1Pet 3:13-14).

3)   Garam mempengaruhi, bukan dipengaruhi.

Kalau garam dimasukkan ke dalam makanan, garam menjadikan makanan itu asin, Jadi garam mempengaruhi makanan. Karena itu, kalau kita adalah garam dunia, maka kita harus mempengaruhi orang dunia, dan bukan sebaliknya, orang dunia yang mempengaruhi kita (bdk. Ro 12:2). Apakah saudara mempengaruhi dunia atau dipengaruhi oleh orang dunia?

Misalnya:

·        dalam soal rokok, minuman keras, ecstasy dan sebagainya, apakah saudara berani berkata ‘tidak!’ kalau ditawari?

·        kalau saudara diajak berzinah, apakah saudara bisa menolak dengan tegas?

·        kalau teman-teman di sekolah semua ngerpek / nyontek, dan saudara diajak, bisakah saudara menolak?

·        kalau dunia menggunakan ‘jam karet’ / suka datang terlambat, apakah saudara juga demikian?

Sebaliknya, apakah saudara bisa mempengaruhi orang-orang di sekitar saudara dalam hal:

¨      pergi ke gereja, membaca / belajar Firman Tuhan, berdoa, melayani Tuhan?

¨      berbuat baik, seperti menolong orang?

¨      rajin belajar / bekerja dengan baik?

¨      ketundukan / hormat kepada orang tua, kesetiaan kepada istri / suami?

Kalau ketiga hal tersebut di atas tidak ada di dalam hidup kita, kita menjadi garam yang tawar, yang tidak berguna (ay 13).

Catatan: Stott dan Hendriksen mengatakan bahwa garam memang bisa menjadi tawar, kalau tercampur zat-zat lain.

II) Terang dunia.

Sebetulnya kita bukan terang dunia (bdk. Yoh 1:6-8). Tuhan Yesuslah yang merupakan Terang dunia (Yoh 1:9  8:12  9:5). Kita adalah terang di dalam Tuhan (Ef 5:8), atau dengan kata lain, kita memantulkan terang dari Tuhan.

Beberapa hal tentang terang:

1)   Terang berbeda secara menyolok dengan gelap.

Karena itu kalau kita adalah terang, maka hidup kita harus berbeda secara menyolok dengan hidup orang dunia. Memang bukan berbeda dalam segala hal, tetapi hanya dalam hal yang merupakan dosa. Misalnya:

·        dalam kejujuran.

·        dalam kerajinan.

·        dalam hal mentaati peraturan lalu lintas dan lampu lalu lintas.

·        dalam hal sogok menyogok.

·        dalam hal ‘jam karet’ / suka terlambat.

·        pada waktu dimusuhi / ada orang yang menjengkelkan, kita tetap mengasihi dan mengampuni.

·        pada waktu menderita atau ada kesukaran, kita tidak mengeluh / marah, tetapi tetap beriman, bersukacita, dan tetap berusaha menyenangkan Allah.

Kalau kita hidup berbeda dengan dunia dalam hal-hal yang bersifat dosa, maka kita memuliakan Allah (ay 16).

Satu hal yang perlu dicamkan adalah: kalau kita hidup berbeda dengan dunia, kita akan seperti kota yang terletak di atas gunung (ay 14), artinya kehidupan kita akan disorot / diperhatikan orang. Karena itu kita harus hidup dengan lebih hati-hati.

2)   Terang tidak boleh disembunyikan.

Ini terlihat dari:

·        ay 15: ‘orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang’.

·        ay 16: ‘hendaknya terangmu bercahaya di depan orang’.

Jadi, kita tidak boleh terus menyendiri atau terus ada di gereja. Kita harus mau bergaul dengan orang dunia untuk ‘menerangi’ mereka. Ingat bahwa saudara tidak disebut dengan istilah ‘terang gereja, tetapi ‘terang dunia!

3)   Terang memberi petunjuk.

Ini bisa kita lakukan dengan memberitakan Injil, memberi nasihat / teguran, mengajak ke gereja yang benar dan sebagainya.

Apakah saudara memberi petunjuk pada orang-orang di sekitar saudara? Dan saudara-saudara yang sudah mempunyai anak, apakah saudara mengarahkan anak-anak saudara kepada Yesus? Bdk. Amsal 22:6.

4)   Terang makin dibutuhkan di tempat yang semakin gelap.

Makin gelap suatu tempat, maka makin dibutuhkan terang di tempat itu. Analoginya: makin berdosa orang-orang di suatu tempat, makin perlu adanya orang-orang Kristen untuk menerangi mereka.

Kesaksian: saya tidak mau menetap di Amerika Serikat, karena saya menganggap Indonesia lebih gelap dan lebih membutuhkan terang.

Dalam pelayanan kita sebagai majelis, pengurus, guru sekolah minggu, pendeta, pengkhotbah, dan sebagainya, kita cenderung lebih senang melayani jemaat yang ‘baik’. Kita condong untuk ‘membuang orang yang brengsek’. Tetapi sebetulnya orang yang brengsek itu yang lebih membutuhkan terang kita! Bdk. Mat 9:10-13.

5)   Terang mempengaruhi gelap, bukan sebaliknya (Yoh 1:5).

Sama seperti garam, terang mempengaruhi, bukan dipengaruhi.


-AMIN-


Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali