oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
1)
‘Telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau’.
Bandingkan dengan Luk 14:33. Ini memang syarat untuk mengikut
Yesus: rela meninggalkan segala sesuatu. Bandingkan juga dengan Mat 19:21-22.
Pemuda itu tidak mau meninggalkan harta demi Kristus. Tetapi murid-murid ini
sudah meninggalkan segala sesuatu.
Seseorang mengatakan:
“The
philosopher forsakes all without following Christ; most Christians follow Christ
without forsaking all; to do both is apostolic perfection”
(= Ahli-ahli filsafat meninggalkan semua tanpa mengikut Kristus; kebanyakan
orang kristen mengikut Kristus tanpa meninggalkan segala sesuatu; melakukan
keduanya adalah kesempurnaan rasuli).
2)
‘Jadi apakah yang akan kami peroleh?’.
Ada 2 penafsiran tentang kata-kata / pertanyaan ini:
a) Petrus mau ‘dagang’ (ada pamrih) dengan Tuhan.
b) Petrus cuma ingin tahu.
Mungkin ini adalah pandangan yang benar, karena dalam Luk 18:28
maupun Mark 10:28 kata-kata ini tidak ada. Padahal Markus mendapat bahan
(dalam menulis Kitab Suci) dari Petrus, sehingga biasanya ia yang paling
menonjolkan kejelekan Petrus. Kalau di sini Petrus memang mau ‘dagang’
dengan Tuhan, pasti Markus menuliskan hal itu.
1)
‘Pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di tahta
kemuliaanNya’.
Ada 2 penafsiran tentang bagian ini:
a) Ini menunjuk pada kedatangan Kristus yang
keduakalinya
b)
Ini menunjuk pada saat Kristus naik ke surga. Saat itulah rasul-rasul itu akan
menjadi pemerintah gereja.
Saya lebih setuju dengan penafsiran pertama karena:
· kata-kata
‘pada waktu penciptaan kembali’ cocok dengan penafsiran pertama tetapi tidak
cocok dengan penafsiran kedua.
· penafsiran
pertama membuat kontex lebih ‘bagus’ karena ay 28 menunjukkan pahala
di surga (nanti), sedangkan ay 29 menunjukkan pahala di dunia (bdk. Mark 10:30
/ Luk 18:30 - ‘pada masa ini juga’).
· dalam
ay 27 mungkin sekali Petrus masih memikirkan Kerajaan Mesias yang
bersifat duniawi. Dengan menunjuk pada kedatangan ke 2, maka Yesus ingin
menghancurkan pemikiran Petrus yang salah
2)
‘12 suku Israel’.
Ada bermacam-macam penafsiran tentang bagian ini:
a) Ini menunjuk pada Israel yang tak percaya.
Alasan: adanya kata ‘menghakimi’ yang menunjuk pada penjatuhan
hu-kuman, sehingga pasti menunjuk pada orang yang tidak percaya.
Keberatan terhadap pandangan ini: Hal seperti ini (menghukum
orang), tidak mungkin disebut sebagai pahala bagi orang yang meninggalkan
segala sesuatu dan mengikut Yesus.
b) Ini menunjuk pada orang-orang pilihan dari kalangan
Israel.
Bandingkan dengan Ro 11:1-7,23-24,25-27.
c) Ini menunjuk kepada semua orang pilihan.
Ini yang saya anggap benar! Alasannya: ini menunjuk pada
peristiwa setelah kedatangan Yesus yang ke 2 kalinya, sehingga tidak mungkin
masih ada perbedaan antara Israel dan non Israel.
3)
‘Menghakimi’.
Lagi-lagi ada 2 penafsiran:
a)
Betul-betul diartikan ‘menghakimi’. Kristus adalah Hakim, dan mereka satu
dengan Kristus sehingga merekapun dianggap menghakimi (Jadi, tidak diartikan
bahwa mereka betul-betul menjatuhkan vonis!).
b) Artinya adalah: ‘memerintah’.
Dasar dari penafsiran ini:
· Hakim-hakim
dalam Perjanjian Lama tidak betul-betul menjadi hakim (seperti dalam
pengadilan), tetapi menjadi pemimpin / pemerintah.
· Ayat-ayat
Kitab Suci seperti: 2Tim 2:12 Wah 2:26-27 Wah 3:21.
1)
‘Karena namaKu’.
Bandingkan dengan Mark 10:29: ‘karena Aku dan karena
Injil’. Jadi, bukan karena gereja, pendeta, dsb. Kita harus fanatik demi
Kristus dan Injil / Firman Tuhan, bukan demi gereja, aliran, pendeta, dsb.
2)
Yang ditinggalkan: rumah, saudara laki-laki / perempuan, bapa, ibu, anak, ladang
(= pekerjaan).
Dalam KJV, dalam ay 29 ini ada kata ‘wife’ (=
istri), karena KJV menggunakan manuscript yang berbeda. Demikian juga dalam Mark 10:29.
Tetapi dalam Mark 10:30 tidak ada manuscript yang menuliskan ‘wives’
(= istri-istri). Tetapi, dalam Luk 18:29, memang ada kata ‘wife’ (=
istri). Ini tentu tidak berarti bahwa ada sikon tertentu dimana demi Kristus
kita harus menceraikan istri! Artinya: harus rela kehilangan istri, demi
Kristus!
3)
Akan menerima kembali 100 x lipat.
a)
Bilangan ‘100’ jelas tidak hurufiah, karena Luk 18:30 mengatakan
‘lipat ganda’.
b)
Apakah yang kita terima kembali dengan berlipat ganda itu adalah sesuatu yang
sama dengan yang kita tinggalkan? Kalau dilihat dari Mark 10:29-30 maka rasanya
ya! Tetapi ini tidak mungkin! Rasul-rasul meninggalkan semua (perahu, jala,
rumah cukai dsb), tetapi mereka tidak pernah menerima hal-hal itu kembali dengan
berlipat ganda!
Jadi, harus diartikan:
· berkat
yang lebih besar, tetapi bendanya tidak mesti sama dengan yang ditinggalkan.
Perhatikan juga berkat yang lebih besar ini harus dilihat dengan ‘mata
yang benar’, bukan dengan ‘mata duniawi’! Bandingkan dengan ayat-ayat di
bawah ini:
*
Amsal 15:16 - “Lebih
baik sedikit barang dengan disertai takut akan Tuhan
dari pada banyak harta dengan disertai kecemasan”.
*
Amsal 16:8 - “Lebih
baik sedikit penghasilan disertai kebenaran, dari pada penghasilan banyak tanpa
keadilan”.
* Amsal 17:1
- “Lebih baik sekerat roti yang kering
disertai dengan ketenteraman, dari pada makanan daging serumah disertai
perbantahan”.
* 1Tim
6:6 - “Memang ibadah itu kalau disertai
rasa cukup, memberi keuntungan yang besar”.
*
Fil 3:7-8 - “Tetapi
apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena
Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus
Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah
melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,
dan berada dalam Dia”.
· keluarga
baru dalam Kristus (bdk. Mat 12:46-50 Ro 16:13).
4)
Ay 29 mengandung hal yang tidak enak karena meninggalkan rumah, keluarga,
pekerjaan pasti menimbulkan kesedihan / penderitaan tertentu. Tetapi Mark 10:30
menunjukkan hal yang lebih tidak enak lagi, yaitu penganiayaan! bdk. Fil 1:29
2Tim 3:12. Jelas bahwa ikut Yesus bukan enak tok!
Kalau kita
melihat Luk 13:30 maka jelas dari kontexnya bahwa arti dari ‘yang
terdahulu’ adalah ‘orang Yahudi’, sedangkan ‘yang terakhir’ adalah
‘orang non Yahudi’. Tetapi di sini kontexnya berbeda, sehingga artinyapun
berbeda.
Artinya adalah:
Orang-orang yang kelihatannya hebat, belum tentu benar-benar hebat. Waktu akan
membuktikannya / mengujinya. Bisa-bisa nanti mereka justru sama sekali tidak
berarti. Ini sekaligus merupakan peringatan bagi para rasul itu. Mereka
kelihatan hebat (mereka yang mula-mula ikut Yesus, mereka meninggalkan segala
sesuatu, mereka mempunyai jabatan yang tinggi, dsb), dan Yesus memperingatkan
supaya mereka jangan mundur menghadapi ujian waktu sehingga lalu menjadi ‘yang
terakhir’ (tapi Yudas tetap jatuh sekalipun ada peringatan ini!). Ini juga
merupakan peringatan bagi saudara yang saat ini sedang rajin / bersemangat /
berkobar-kobar dalam ikut Yesus. Waktu akan menguji saudara, apakah saudara akan
tetap seperti itu, atau akan mundur sehingga menjadi ‘yang terakhir’. Karena
itu, janganlah kendur sedikitpun dalam mengikut dan melayani Kristus! (baca Ro 12:11-12!)
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali