oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
1)
Tuduhan (ay 1-2).
a)
Murid-murid bukan dituduh mencuri, karena apa yang mereka lakukan itu bukanlah
pencurian, karena memang diijinkan oleh Hukum Taurat (Ul 23:25). Mereka dituduh
karena mereka melakukan hal itu pada hari Sabat.
b)
Pada hari Sabat memang orang dilarang bekerja (Kel 20:8-11 Kel 34:21 Kel
31:14-15 Kel 35:1-3 Bil 15:32-36 Kel 16:4-5,21-29). Tujuan peraturan ini adalah:
· supaya
bisa beristirahat (bdk. Kel 20:11 - ‘rested’ / beristirahat).
· supaya
bebas dari hal-hal duniawi sehingga bisa berkonsentrasi pada Tuhan dalam
berbakti.
c)
Tetapi orang-orang Farisi menambahi peraturan Sabat ini dengan 39 larangan
(hal-hal yang tidak boleh dilakukan pada hari Sabat. Mereka beranggapan bahwa:
· memetik
gandum = menuai.
· menggisar
gandum di tangan = mengirik.
· memisahkan
gandum dari kulit = menampi.
· seluruh
proses itu = menyiapkan makanan.
Dan karena itu mereka menganggap bahwa murid-murid Yesus berdosa
melanggar peraturan hari Sabat.
2)
Jawaban Yesus:
a) Ay 3-4 (bdk. 1Sam 21:3-6):
Roti itu hanya untuk imam (Kel 29:32-34 Im 24:5-9), tetapi Daud dan
pengikut-pengikutnya memakannya karena lapar dan hal ini tidak pernah dianggap
sebagai suatu dosa / kesalahan.
Jadi, kesimpulannya: kebutuhan manusia lebih penting dari
peraturan-peraturan ibadah / ceremonial law, sehingga ceremonial law
(bukan moral law!) boleh dilanggar dalam keadaan seperti itu, sekalipun ceremonial
law itu diberikan oleh Tuhan sendiri.
Pada saat itu murid-murid Yesus juga lapar sehingga boleh melanggar
peraturan Sabat.
Mark 2:25-26 - “JawabNya
kepada mereka: ‘Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia
dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, bagaimana ia masuk ke
dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti
sajian itu - yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam - dan memberinya
juga kepada pengikut-pengikutnya?’”.
1Sam 21 memang mengatakan bahwa imam besar pada saat itu adalah
Ahimelekh, dan 1Sam 22:20 menunjukkan bahwa Abyatar adalah anak dari Ahimelekh.
1Sam 22:20 - “Tetapi
seorang anak Ahimelekh bin Ahitub, namanya Abyatar luput; ia melarikan diri
menjadi pengikut Daud”.
1Sam 22:20 mengatakan bahwa Abyatar = anak Ahimelekh. Tetapi dalam
bagian-bagian lain dikatakan sebaliknya:
· 2Sam
8:17 - “Zadok bin Ahitub dan Ahimelekh
bin Abyatar menjadi imam; Seraya menjadi panitera negara”.
· 1Taw
18:16 - “Zadok bin Ahitub dan Ahimelekh
bin Abyatar menjadi imam; Sausa menjadi panitera”.
Catatan:
untuk 1Taw 18:16, KJV menyebutkan bukan Ahimelekh tetapi Abimelekh, dan NIV
memberikan footnote yang mengatakan bahwa beberapa manuscripts Ibrani
menyebutkan ‘Ahimelekh’, tetapi mayoritas manuscripts Ibrani menyebutkan
‘Abimelekh’. Tetapi untuk 2Sam 8:17 semua menyebutkan ‘Ahimelekh’!
Jadi, yang mana yang benar? ‘Ahimelekh
adalah anak dari Abyatar’
(2Sam 8:17) atau ‘Abyatar adalah anak dari
Ahimelekh’ (1Sam
22:20)?
Dengan mempertimbangkan semua ini J.A. Alexander (hal 54)
mengatakan bahwa ada 2 kemungkinan:
a)
Memang ada kesalahan dalam penyalinan manuscripts.
b)
Nama Ahimelekh (Abimelekh) dan Abyatar merupakan nama-nama warisan dalam
keturunan imam dan kadang-kadang kedua nama itu digunakan oleh orang yang
sama.
Kemungkinan lain adalah mengakui bahwa kita tidak mengetahui
jawaban dari persoalan / teka teki ini. Untuk itu perhatikan kata-kata E.J.
Young di bawah ini.
E.J. Young: “When
therefore we meet difficulties in the Bible let us reserve judgment. If any
explanation is not at hand, let us freely acknowledge that we do not know all
things, that we do not know the solution. Rather than hastily to proclaim the
presence of an error is it not the part of wisdom to acknowledge our
ignorance?” (= Karena itu pada waktu kita
menjumpai problem dalam Alkitab baiklah kita menahan diri dari penghakiman. Jika
tidak ada penjelasan yang tersedia, baiklah kita dengan bebas mengakui bahwa
kita tidak mengetahui segala sesuatu, bahwa kita tidak mengetahui
penyelesaiannya. Dari pada dengan tergesa-gesa menyatakan adanya kesalahan,
tidakkah merupakan bagian dari hikmat untuk mengakui ketidak-tahuan kita?) - ‘Thy Word Is Truth’, hal 182.
b) Ay 5-6: imam-imam bekerja dalam Bait Allah pada hari
Sabat.
· ‘melanggar’
(ay 5). Yesus memakai kata ini karena Ia menyesuaikan diri dengan jalan
pemikiran orang-orang Farisi.
· Pekerjaan
imam-imam pada hari Sabat: menyalakan api untuk mezbah, menyembelih binatang,
mengangkat binatang ke mexbah, dsb. Semua ini merupakan pekerjaan yang cukup
berat.
· Dari
sini jelaslah bahwa pada hari Sabat kita boleh melakukan hal-hal yang
berhubungan dengan ibadah (seperti pelayanan, dsb). Ini bukan pelanggaran
terhadap hukum Sabat.
· Bait
Allah lebih besar dari Sabat (ay 5).
Yesus lebih besar dari Bait Allah (ay 6). Jadi Yesus jauh lebih
besar dari Sabat. Kalau Bait Allah saja menuntut supaya peraturan Sabat
dimodifikasi, apalagi Yesus.
c) Ay 7: ini merupakan kutipan dari Hosea 6:6 (bdk. Mat
9:13).
Ini mengecam orang-orang Farisi karena mereka menekankan yang
kurang penting tetapi mengabaikan yang penting.
d)
Mark 2:27. Arti: Sabat diberikan untuk kebahagiaan manusia dan karena itu jangan
menjadikan manusia budak hari Sabat.
e)
Ay 8: ‘Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat’.
Ada yang menafsirkan bahwa ‘anak manusia’ di sini bukanlah
suatu gelar bagi Yesus, tetapi hanya berarti ‘manusia’ (bdk. Maz 8:5 Yeh
2:1,6,8). Penafsiran ini cocok dengan Mark 2:27-28 karena:
· ay
27 menekankan bahwa Sabat itu untuk manusia.
· ay
28: manusia bukan budak Sabat; tetapi Tuhan / tuan atas Sabat.
Tetapi bagaimanapun ada keberatan-keberatan yang serius terhadap
penafsiran ini:
¨ Kata ‘anak manusia’ itu memakai definite article /
kata sandang di depannya (‘The Son of Man’) sehingga tidak cocok kalau
menunjuk pada manusia secara umum.
¨ Dalam Perjanjian Lama memang istilah ‘anak manusia’
sering berarti ‘manusia’, tetapi dalam Perjanjian Baru istilah itu selalu
menunjuk kepada Yesus. Perkecualiannya:
* Mark
3:28. Tetapi ini ada dalam bentuk plural / jamak.
* Ef
3:5. Ini juga ada dalam bentuk jamak.
* Ibr
2:6. Ini ada dalam bentuk tunggal, tetapi ini adalah kutipan dari Perjanjian
Lama.
¨ Mark 2:28: ‘Anak Manusia adalah Tuhan juga atas hari
Sabat’.
Kata ‘juga’ ini menunjukkan bahwa anak manusia adalah Tuhan
atas hal-hal lain, tetapi juga atas hari Sabat. Ini tidak memungkinkan untuk
mengartikan bahwa ‘anak manusia’ adalah ‘manusia’. Jelas bahwa ‘Anak
Manusia’ di sini menunjuk kepada Yesus!
Yesus adalah Tuhan atas hari Sabat! Karena itu Dialah yang berhak
menentukan apa yang harus, boleh, dan tidak boleh dilakukan pada hari Sabat.
1)
Ay 10:
a)
Mereka bertanya, tetapi maksudnya / tujuannya: supaya bisa mempersalahkan Yesus.
Apakah saudara sering bertanya secara munafik begitu?
b)
Orang Yahudi melarang menyembuhkan pada hari Sabat. Kalau orang itu sakit berat
dan mau mati, maka ia boleh ditolong, tetapi hanya sekedar untuk mencegah
kematiannya, bukan untuk menyembuhkannya.
William Barclay berkata: orang Yahudi sering kalah perang gara-gara
fanatisme mereka pada hari Sabat (baca 1Makabe 2:31-38 - ini kitab Apocrypha).
2)
Ay 11-12: jawaban Yesus.
· binatang
ditolong pada hari Sabat.
· manusia
lebih penting dari binatang.
Jadi, jelas bahwa menolong / menyembuhkan pada hari Sabat adalah
sesuatu yang boleh dilakukan.
Ay 12b bdk. Luk 6:9 Mark 3:4. Kata-kata ‘membunuh orang / berbuat
jahat’ mungkin dimaksudkan untuk menyindir orang-orang Farisi (lihat ay
10,14).
3)
Reaksi mereka terhadap kata-kata Yesus: mereka diam saja (Mark 3:4). Mereka tahu
mereka salah, tetapi mereka tidak mau mengakui kesalahan. Apakah saudara juga
sering berbuat seperti itu?
4)
Reaksi Yesus (Mark 3:5).
Ia marah. Tetapi ini bukan dosa. Tidak setiap kemarahan adalah dosa
(Ef 4:26). Kemarahan Yesus adalah kemarahan yang suci. Buktinya: kemarahan ini
disertai dukacita (Mark 3:5). Ini berbeda sekali dengan kemarahan orang-orang
Farisi (Luk 6:11). Kalau saudara marah, saudara marah dengan kemarahan yang
bagaimana?
5)
Yesus menyembuhkan orang itu pada saat itu juga (ay 13).
a) Ia tidak mau menunda, karena penundaan jelas
merupakan kompromi.
b)
Orang itu diperintah mengulurkan tangan. Ini tidak mungkin karena tangannya
mati. Tetapi orang itu mau melakukan perintah Tuhan itu sehingga Tuhan
memberinya kemampuan untuk melakukan hal itu, dan lalu menyembuhkannya.
Penerapan:
Tuhan mempunyai banyak perintah yang kelihatannya tidak mungkin
saudara lakukan (memberitakan Injil, melayani, memberi persepuluhan, membuang
dosa tertentu, dsb). Tetapi yang penting saudara mau taat, maka Tuhan akan
memberi kekuatan / kemampuan untuk melakukan hal itu.
6)
Ay 14 (bdk. Luk 6:11 Mark 3:6).
Mereka marah, keluar, berkomplot dengan orang-orang Herodian untuk
membunuh Yesus. Melakukan sesuatu yang benar (seperti yang Yesus lakukan),
apalagi menentang tradisi yang sudah ratusan tahun, besar resikonya. Maukah /
beranikah saudara mengambil resiko itu, atau saudara lebih suka ‘hidup aman’
dan membiarkan semua ketidakbenaran berjalan terus?
Ay 1-14
menunjukkan bahwa ikut Yesus memang bebannya lebih ringan dari ikut orang-orang
Farisi (bdk. Mat 11:28-30), khususnya dalam peraturan Sabat.
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali