Eksposisi
Injil Lukas
oleh: Pdt. Budi
Asali MDiv.
1)
Hendriksen mengatakan bahwa ‘kejatuhan’ Yohanes Pembaptis yang baru
dibicarakan dalam ay 18-23 bisa menyebabkan orang banyak merendahkan
Yohanes Pembaptis. Yesus tidak mau itu terjadi, dan karena itu Ia mengucapkan
kata-kata dalam ay 24-dst.
2)
Di sini Yesus memuji Yohanes Pembaptis, di depan orang banyak, tetapi di
belakang Yohanes Pembaptis.
Banyak orang memuji orang di depan orang itu, di depan orang
banyak. Ini menjilat, dan menyebabkan kesombongan dalam diri orang yang dipuji.
Dan kalau orang yang dipuji itu adalah orang yang rendah hati, ia pasti tidak
akan merasa senang, dan sebaliknya merasa malu, mendapatkan pujian di depan umum
seperti itu.
Hari Kamis tanggal 24 Januari 2002, saya menonton acara rohani di
TV cable, yang menunjukkan kebaktian / persekutuan yang dipimpin oleh Rodney
Howard-browne, salah satu tokoh dari Toronto Blessing. Dan lalu ada seorang
pendeta dari gereja tertentu yang maju ke depan, dan memuji-muji Rodney
Howard-browne setinggi langit, mungkin sekitar ½ jam atau lebih. Dan Rodney
Howard-browne tenang-tenang saja mendengarkan dan menerima puji-pujian atau
jilatan tersebut, dan bahkan kelihatan senang / bangga. Ini betul-betul
merupakan sesuatu yang tidak bisa saya mengerti.
3) Apa saja pujian Kristus tentang Yohanes Pembaptis?
a)
Yohanes Pembaptis bukan orang yang plin-plan.
Ay 24: “Setelah suruhan
Yohanes itu pergi, mulailah Yesus berbicara kepada orang banyak itu tentang
Yohanes: ‘Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Melihat buluh yang
digoyangkan angin kian ke mari?”.
· ‘Padang
gurun’ merupakan tempat Yohanes Pembaptis memberitakan Firman Tuhan (Mat
3:1,3).
· ‘Melihat
buluh yang digoyangkan angin kian kemari?’.
Pertanyaan ini jelas jawabnya adalah: ‘Tidak’.
Barnes mengatakan bahwa keragu-raguan Yohanes Pembaptis tentang
Mesias bisa menyebabkan orang banyak beranggapan bahwa Yohanes Pembaptis adalah
orang yang plin-plan. Dengan mengatakan kata-kata ini Yesus menyatakan bahwa
Yohanes Pembaptis bukan orang seperti itu.
Adam Clarke:
“The first excellency which Christ
notices in John was his steadiness; convinced once of the truth, he continued to
believe and assert it. This is essentially necessary to every preacher, and to
every private Christian. He who changes about from opinion to opinion, and from
one sect or party to another, is never to be depended on; there is much reason
to believe that such a person is either mentally weak, or has never been
rationally and divinely convinced of the truth”
(= Hal bagus pertama yang diperhatikan oleh Kristus dalam diri Yohanes adalah
kestabilannya; sekali yakin akan kebenaran, ia terus mempercayainya dan
menegaskannya. Ini merupakan sesuatu yang penting untuk setiap pengkhotbah, dan
untuk setiap pribadi Kristen. Ia yang berganti dari pandangan satu ke pandangan
lain, dan dari satu sekte atau aliran ke yang lain, tidak pernah bisa
dipercayai; ada banyak alasan untuk percaya bahwa orang seperti itu lemah secara
mental, atau tidak pernah diyakinkan secara rasionil dan ilahi terhadap
kebenaran) - hal 128.
Catatan:
saya berpendapat kata-kata ini tidak boleh dimutlakkan. Setiap orang kristen
justru harus pindah kepercayaan, kalau ia diyakinkan bahwa pandangan lamanya
salah, dan ada pandangan baru yang lebih benar / alkitabiah.
b)
Yohanes Pembaptis adalah orang yang hidup sederhana.
Ay 25: “Atau untuk apakah
kamu pergi? Melihat orang yang berpakaian halus? Orang yang berpakaian indah
dan yang hidup mewah, tempatnya di istana raja”.
Pertanyaan ini lagi-lagi harus dijawab dengan ‘Tidak’.
Tentang pakaian Yohanes Pembaptis bisa dilihat dari Mat 3:4 - “Yohanes
memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan
madu hutan”.
Ay 25 ini kelihatannya menentang kemewahan dari pendeta /
pengkhotbah.
Adam Clarke:
“A second excellency in John was, his
sober and mortified life. A preacher of the Gospel should have nothing about him
which savours of effeminacy and worldly pomp: he is awfully mistaken who thinks
to prevail on the world to hear him and receive the truth, by conforming himself
to its fashion and manners” (= Hal bagus
kedua dalam diri Yohanes adalah kehidupannya yang sederhana dan mati bagi diri
sendiri. Seorang pemberita Injil tidak boleh mempunyai apapun yang
kewanita-wanitaan dan kemegahan duniawi: ia sangat salah jika berpikir bisa
membujuk dunia untuk mendengarnya dan menerima kebenaran, dengan menyesuaikan
dirinya sendiri dengan kebiasaan / mode dan cara-cara dunia)
- hal 128.
Jaman sekarang ada banyak pengkhotbah / pendeta yang seperti ini,
khususnya pengkhotbah di TV yang begitu pesolek! Laki-laki, tetapi memakai
lipstick, bedak, dan sebagainya.
c)
Yohanes Pembaptis adalah seorang nabi (ay 26a).
Ay 26a: “Jadi untuk apakah
kamu pergi? Melihat nabi? Benar, ...”.
1.
Ini tidak bertentangan dengan Yoh 1:21 - “Lalu
mereka bertanya kepadanya: ‘Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?’ Dan ia
menjawab: ‘Bukan!’ ‘Engkaukah nabi yang akan datang?’ Dan ia
menjawab: ‘Bukan!’”.
Mengapa tidak bertentangan? Karena dalam Yoh 1:21 yang dimaksudkan
adalah nabi tertentu.
· mungkin
yang dimaksud adalah nabi dalam Ul 18:15.
* dari
Yoh 6:14 dan Yoh 7:40 terlihat bahwa orang-orang Yahudi menanti-nantikan
kedatangan nabi ini.
* entah
karena alasan apa, orang-orang Yahudi saat itu jelas membedakan nabi ini dengan
Kristus / Mesias (Yoh 1:20-21 bdk. Yoh 7:40-41).
* Tetapi
gereja abad I sudah tahu bahwa nabi itu adalah Kristus sendiri (bdk. Kis 3:22-23).
· mungkin
yang dimaksud adalah nabi Yeremia (Orang Yahudi juga percaya bahwa sama seperti
Elia, Yeremia juga akan datang kembali. Bandingkan dengan Mat 16:14).
Dari
2 kemungkinan ini saya memilih kemungkinan pertama.
2.
Sekalipun Yohanes Pembaptis adalah nabi, tetapi Yoh 10:41 - “Dan
banyak orang datang kepadaNya dan berkata: ‘Yohanes memang tidak membuat
satu tandapun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini
adalah benar.’”.
Melakukan mujijat bukan persyaratan seorang nabi. Yang penting
ajarannya benar! Sebaliknya, ‘nabi’ yang bisa melakukan tanda / mujijat,
tetapi ajarannya salah / sesat, adalah nabi palsu (Ul 13:1-5).
d)
Yohanes Pembaptis lebih dari nabi dan ia lebih besar dari semua orang Perjanjian
Lama (ay 26-28a).
Ay 26-28a: “(26) Jadi
untuk apakah kamu pergi? Melihat nabi? Benar, dan Aku berkata kepadamu, bahkan
lebih dari pada nabi. (27) Karena tentang dia ada tertulis: Lihatlah, Aku
menyuruh utusanKu mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalanMu di hadapanMu.
(28) Aku berkata kepadamu: Di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak
ada seorangpun yang lebih besar dari pada Yohanes, ...”.
1.
Ay 27 dikutip dari Mal 3:1a - “Lihat,
Aku menyuruh utusanKu, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapanKu!”.
Ini menunjukkan Yohanes Pembaptis sebagai pendahulu Kristus / orang
yang mempersiapkan jalan bagi Kristus / Mesias.
2.
Yohanes Pembaptis dikatakan lebih besar dari semua nabi-nabi Perjanjian Lama.
Mengapa?
· Karena
ia mempunyai tugas yang khusus sebagai pendahulu / pemersiap jalan bagi Kristus.
· Karena
nabi-nabi Perjanjian Lama hanya bisa bernubuat tentang Kristus. Sedangkan
Yohanes Pembaptis melihat Kristus sendiri dan ia bisa menunjuk kepada Kristus
sebagai penggenapan nubuat mereka.
· Hendriksen
mengatakan bahwa Yohanes Pembaptis dipenuhi Roh Kudus sejak dari rahim ibunya
(Luk 1:15), dan ini merupakan alasan mengapa ia lebih besar dari semua
orang yang dilahirkan oleh perempuan.
e)
Tetapi Yesus menambahkan bahwa yang terkecil dalam kerajaan sorga lebih besar
dari Yohanes Pembaptis (ay 28b).
Calvin mengatakan (hal 14) bahwa istilah ‘Kerajaan Surga’ (Mat
11:11) / ‘Kerajaan Allah’ (Luk 7:28) di sini tidak menunjuk pada surga
tetapi pada gereja! Jadi, orang Kristen (Perjanjian Baru) yang terkecilpun lebih
besar dari Yohanes Pembaptis. Kata ‘lebih besar’ ini tidak boleh diartikan
‘lebih beriman’ atau ‘lebih saleh’. Lalu harus diartikan apa?
Hendriksen menghubungkan ay 28b ini dengan Luk 10:23-24 -
“Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada
murid-muridNya tersendiri dan berkata: ‘Berbahagialah mata yang melihat apa
yang kamu lihat. Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin
melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa
yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.’”.
William Hendriksen: “The one least in the
kingdom was greater than John in the sense that he was more highly privileged”
(= Orang yang terkecil dalam kerajaan lebih besar dari pada Yohanes dalam arti
bahwa ia mempunyai hak yang lebih tinggi)
- hal 398.
Pulpit Commentary: “We must take the word
‘greater’ as signifying more privileged: it will not bear any other
meaning” (= Kita harus mengartikan kata
‘lebih besar’ sebagai ‘lebih berhak’: kata itu tidak bisa mempunyai arti
lain) - hal 191.
Sekalipun Yohanes Pembaptis bisa melihat Kristus (dan karena itu ia
lebih besar dari nabi-nabi Perjanjian Lama yang lain), tetapi ia tidak mengalami
Kristus yang tersalib, bangkit, naik ke suga dsb. Ia memang menubuatkan tentang
salib (bdk. Yoh 1:29) tetapi ia tidak melihat penggenapan nubuatnya
sendiri. Sedangkan orang Kristen (Perjanjian Baru) yang paling kecilpun sudah
mengetahui (‘mengalami dan melihat’), dan bisa memberitakan bahwa Yesus
sudah mati untuk dosanya, sudah bangkit, dan sudah naik ke surga. Dalam hal ini
kita lebih besar dari Yohanes Pembaptis.
Dari semua penggambaran Yesus tentang Yohanes Pembaptis, jelas
bahwa Yesus sangat meninggikan Yohanes Pembaptis. Sekalipun Yohanes Pembaptis
‘jatuh’ dalam keragu-raguan, tetapi ia tetap merupakan hamba Tuhan yang baik
di mata Yesus.
Kesimpulannya:
adalah salah untuk menilai seseorang hanya dari satu peristiwa saja. Kita juga
harus memperhatikan masa lalu dan masa yang akan datang dari orang tersebut, dan
baru memberikan penilaian.
Penerapan:
Kalau kita melihat ada hamba Tuhan yang ‘jatuh’ dalam dosa,
jangan terlalu cepat menghakimi dengan mengatakan bahwa orang itu bukanlah hamba
Tuhan! Petrus, Elia, Daud, Salomo, dan bahkan Abraham, juga pernah jatuh, tetapi
mereka tetap adalah hamba Tuhan yang baik.
1)
Orang awam / berdosa menerima kata-kata Yesus.
Ay 29: “Seluruh orang
banyak yang mendengar perkataanNya, termasuk para pemungut cukai, mengakui
kebenaran Allah, karena mereka telah memberi diri dibaptis oleh Yohanes”.
Kata-kata
‘mengakui kebenaran Allah’.
KJV/Lit:
‘justified God’ (= membenarkan Allah).
Maksudnya:
menyatakan bahwa Allah itu benar.
Pulpit Commentary: “For we must acknowledge
God’s perfect justice in condemning us for our sins, before we can appreciate
his justice and mercy in forgiving us for his Son’s sake”
(= Karena kita harus mengakui keadilan Allah yang sempurna dalam mengecam kita
untuk dosa-dosa kita, sebelum kita bisa menghargai keadilan dan belas kasihanNya
dalam mengampuni kita demi AnakNya)
- hal 198.
2)
Para tokoh agama justru menolak kata-kata Yesus.
Ay 30: “Tetapi
orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menolak maksud Allah terhadap diri
mereka, karena mereka tidak mau dibaptis oleh Yohanes”.
KJV: ‘rejected the counsel of God against themselves’ (=
menolak rencana Allah terhadap diri mereka sendiri).
NIV: ‘rejected God’s purpose for themselves’ (=
menolak rencana Allah untuk diri mereka sendiri).
Penafsiran Arminian:
· Adam
Clarke (hal 413) menafsirkan bahwa ini menunjukkan bahwa orang-orang ini bisa
menggagalkan rencana Allah untuk diri mereka. Allah menghendaki / merencanakan
supaya mereka bertobat, dibaptis dan percaya kepada Yesus Kristus, tetapi karena
mereka tidak bertobat / percaya, maka rencana Allah yang baik itu gagal.
· Ada
lagi yang mengatakan bahwa kata yang diterjemahkan dengan ‘maksud’ /
‘rencana’ di sini adalah boulh (BOULE). Dan lalu dikatakan bahwa ada 2 kata dalam bahasa
Yunani yang menunjuk pada ‘kehendak
Allah’, yaitu BOULE dan
THELEMA. Tetapi kalau kata Yunani BOULE menunjuk pada ‘kehendak
Allah’ dalam arti ‘rencana
kekal dari Allah’, maka
kata Yunani Thelema menunjuk pada ‘kehendak
Allah’ dalam arti ‘perintah
Allah’. Dengan demikian
Luk 7:30, yang menggunakan kata Yunani BOULE, menunjukkan bahwa rencana kekal
dari Allah itu bisa digagalkan oleh kehendak bebas dari manusia.
Kalau ini benar, maka bukan saja rencana Allah bisa gagal, tetapi
doktrin ‘Irresistible Grace’ (= Kasih karunia yang tidak bisa
ditolak), yang merupakan point ke 4 dari 5 points Calvinisme, juga hancur!
Jawaban terhadap penafsiran Arminian ini:
a)
Tafsiran Clarke di atas jelas bertentangan dengan Ayub 42:1-2 - “Maka
jawab Ayub kepada TUHAN: ‘Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala
sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal”.
b)
Setelah memeriksa penggunaan kata BOULE dan THELEMA dalam seluruh Kitab Suci /
Perjanjian Baru, saya yakin bahwa pembedaan kata BOULE dan THELEMA di atas tidak
bisa dipertanggung-jawabkan, karena:
· Kata
Yunani THELEMA, sekalipun memang sering digunakan untuk menunjuk pada ‘perintah
Allah’, seperti
misalnya dalam Mat 7:21 dan Luk 12:47, tetapi juga sangat sering
digunakan untuk menunjuk pada ‘rencana
kekal dari Allah’,
yaitu dalam Mat 6:10 Mat 26:42 Kis 21:14 Ro 1:10 Ro
15:32 Ef 1:5 Ef 1:11 1Pet 3:17 1Pet 4:19 1Yoh
5:14.
Saya berikan ayatnya salah satu saja, yang jelas menunjukkan bahwa
THELEMA menunjuk pada ‘rencana kekal dari Allah’.
1Yoh 5:14 - “Dan inilah
keberanian percaya kita kepadaNya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau
kita meminta sesuatu kepadaNya menurut kehendakNya”.
Kata ‘kehendak’
di sini menggunakan kata THELEMA, padahal ini pasti menunjuk pada ‘rencana
kekal dari Allah’.
· Sedangkan
kata Yunani BOULE, sekalipun dalam ayat-ayat tertentu menunjuk pada ‘rencana
kekal dari Allah’,
seperti misalnya dalam Kis 2:23 dan Kis 4:28, tetapi juga pernah
digunakan untuk menunjuk pada ‘perintah
Allah’, yaitu dalam Kis 13:36
dan Kis 20:27.
Kis 13:36 - “Sebab Daud
melakukan kehendak Allah pada zamannya, lalu ia mangkat dan dibaringkan
di samping nenek moyangnya, dan ia memang diserahkan kepada kebinasaan”.
Kata ‘kehendak’
di sini menggunakan kata
BOULE, dan ini pasti menunjuk pada ‘perintah
Allah’.
Kis 20:27 - “Sebab aku
tidak lalai memberitakan seluruh maksud Allah kepadamu”.
Kata ‘maksud’
di sini menggunakan kata
BOULE, dan tidak mungkin kata ini menunjuk pada ‘rencana
kekal dari Allah’,
karena Paulus tidak mungkin bisa memberitakan ‘seluruh
rencana kekal dari Allah’.
Yang dimaksud pasti adalah ‘perintah /
ajaran dari Allah’.
· Sesuatu
yang menarik terlihat dalam Ef 1:11 - “Aku
katakan ‘di dalam Kristus’, karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang
dijanjikan - kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai
dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan
kehendakNya”.
KJV: ‘In whom also we have obtained an inheritance, being
predestinated according to the purpose of him who worketh all things after the counsel
of his own will’ (= Dalam siapa kita juga telah mendapatkan suatu
warisan, karena kita telah dipredestinasikan sesuai dengan rencanaNya, yang
mengerjakan segala sesuatu menurut rencana dari kehendakNya
sendiri).
Untuk kata ‘counsel’ (= rencana) digunakan kata BOULE,
sedangkan untuk kata ‘will’ (= kehendak) digunakan kata THELEMA,
padahal keduanya menunjuk pada hal yang sama.
Kesimpulan:
kata BOULE dan THELEMA bisa digunakan secara interchangeable (= bisa
dibolak-balik). Dengan demikian, kata BOULE dalam ay 30 ini tidak harus
menunjuk pada ‘rencana kekal dari Allah’,
tetapi bisa menunjuk pada ‘perintah
Allah’. Dan dengan demikian, penolakan dari orang-orang Farisi dan
ahli-ahli Taurat ini, tidak berarti bahwa rencana kekal dari Allah bisa gagal,
atau bahwa kasih karunia Allah bisa ditolak, tetapi hanya menunjukkan bahwa
mereka menolak perintah Allah untuk bertobat / percaya kepada Yesus.
Norval Geldenhuys (NICNT): “Here boulh
(BOULE)
does not refer to the eternal decree of God (Eph. 1:1), which cannot be broken
or put aside by the creature, but to God’s dispensing of salvation as it is
revealed in John’s mission and work”
[= Di sini BOULE tidak menunjuk pada ketetapan kekal dari Allah (Ef 1:1), yang
tidak bisa dilanggar atau disingkirkan oleh makhluk ciptaan, tetapi pada
penyaluran keselamatan seperti yang dinyatakan dalam missi dan pekerjaan dari
Yohanes] - hal 230.
Barnes’ Notes:
“The counsel of God towards them was
the solemn admonition by John, to repent and be baptized, and be prepared to
receive the Messiah. This was the command, or revealed will of God, in relation
to them. When it is said that they rejected the counsel of God, it does not mean
that they could frustrate his purposes, but merely that they violated his
commands. Men cannot frustrate the real purposes of God; but they can contemn
his messages; violate his commands; and thus reject the counsel which he gives
them, and despise the desire which he manifests for their welfare”
(= Maksud Allah terhadap mereka adalah peringatan / teguran yang serius oleh
Yohanes, untuk bertobat dan dibaptis, dan dipersiapkan untuk menerima sang
Mesias. Ini merupakan perintah, atau kehendak Allah yang dinyatakan, dalam
hubungannya dengan mereka. Pada waktu dikatakan bahwa mereka menolak maksud
Allah, itu tidak berarti bahwa mereka bisa mengagalkan rencanaNya, tetapi hanya
bahwa mereka melanggar perintahNya. Manusia tidak bisa menggagalkan rencana yang
sebenarnya dari Allah; tetapi mereka bisa meremehkan pesan / beritaNya;
melanggar perintahNya; dan karena itu menolak maksud yang Ia berikan kepada
mereka, dan meremehkan keinginan yang Ia nyatakan untuk kesejahteraan mereka)
- hal 204.
Robert L. Dabney: “When it is said that
the Pharisees rejected the counsel of God concerning themselves, the word
‘counsel’ means but ‘precept’” (=
Pada waktu dikatakan bahwa orang-orang Farisi menolak maksud Allah mengenai diri
mereka sendiri, kata ‘maksud’ berarti ‘perintah / ajaran’)
- ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 222. cf Ps 107:11 Prov
1:25,30.
Mengomentari penolakan oleh para tokoh agama ini, Calvin berkata:
¨ “the
Scribes, flattering themselves with confidence in their own knowledge, cared
little for what Christ said” (= ahli-ahli
Taurat, mengumpak diri mereka sendiri dengan keyakinan pada pengetahuan mereka
sendiri, tidak terlalu mempedulikan apa yang Kristus katakan)
- hal 18.
¨ “the
Scribes, in despising the baptism of John, shut against themselves, through
their pride, the gate of faith. If, therefore, we desire to rise to full
perfection, let us first guard against despising the very least of God’s
invitations, and be prepared in humility to commence with small and elementary
instructions” (= ahli-ahli Taurat, dengan
meremehkan baptisan Yohanes, menutup terhadap diri mereka sendiri pintu dari
iman, melalui kesombongan mereka. Karena itu, jika kita ingin untuk naik kepada
kesempurnaan yang penuh, hendaklah kita berjaga-jaga terhadap peremehan undangan
terkecil dari Allah, dan siap dalam kerendahan hati untuk mulai dengan ajaran
yang kecil dan bersifat dasar)
- hal 19.
Penerapan:
Jangan meremehkan katekisasi / kebaktian PI.
1)
Dalam ayat-ayat ini Yesus berbicara tentang orang-orang Farisi dan ahli-ahli
Taurat, yang menolak Yohanes Pembaptis maupun diriNya sendiri.
2)
Kata-kata ‘Kata Yesus’ pada awal dari ay 31 tidak ada dalam hampir semua manuscripts
(Clarke, hal 413).
3)
Dalam ay 32 Yesus memberikan suatu perumpamaan. Perumpamaan itu tentang dua
grup anak, dimana grup ke1 mengajak bermain tapi grup ke 2 tidak mau.
· Ay 32a:
grup ke 1 mengajak bermain pesta-pestaan, tetapi grup ke 2 tidak mau.
· Ay 32b:
grup ke 1 mengajak bermain tentang suatu perkabungan (sesuatu yang kontras
dengan suatu ajakan yang pertama ), tetapi grup ke 2 lagi-lagi tidak mau .
Grup ke 2 yang tidak responsive / tidak tanggap ini persis seperti
orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat.
¨ Pada waktu Yohanes Pembaptis datang, ia tidak makan dan tidak
minum (ay 33a). Artinya, Yohanes Pembaptis makan / minum hal-hal tertentu
saja (Luk 7:33 Mat 3:4). Tanggapan orang-orang Farisi dan ahli-ahli
Taurat: ia kerasukan setan (ay 33b).
¨ Pada waktu Yesus datang, Ia datang dengan cara yang kontras
dengan Yohanes Pembaptis. Ia makan dan minum (ay 34a). Artinya, Yesus makan dan
minum seperti orang biasa. Calvin mengatakan (hal 20-21) bahwa ini menunjukkan
bahwa kehidupan normal dalam hal makan tidak lebih buruk dari pada orang yang
terus puasa, pantang dan sebagainya. Bdk. 1Tim 4:1-5 Ro 14:1-2.
Tanggapan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat: Ia pelahap dan
peminum, sahabat pemungut cukai dan orang-orang berdosa (ay 34b bdk.
Luk 7:36-50, khususnya ay 39nya).
Jadi memang Yohanes Pembaptis kontras dengan Yesus, tetapi para
tokoh agama itu menolak kedua-duanya. Hal apa yang bisa kita pelajari dari sini?
a)
Hamba Tuhan / orang kristen selalu serba salah.
Hidup seperti Yohanes Pembaptis salah, hidup seperti Yesus
(kontrasnya) juga salah. Setiap orang kristen yang sungguh-sungguh (apalagi
seorang hamba Tuhan), harus ‘siap untuk selalu disalahkan’! Kita harus
belajar menulikan telinga kita terhadap kritik-kritik yang tidak berdasar (ini
tidak berarti bahwa kita harus menolak seadanya kritik!).
Adam Clarke:
“Whatever measures the followers of God
may take, they will not escape the censure of the world: the best way is not to
be concerned at them” (= Tindakan /
langkah apapun yang dilakukan oleh pengikut-pengikut Allah, mereka tidak akan
lolos dari kritikan dunia: jalan / cara yang terbaik adalah dengan tidak
memperhatikan / mempedulikannya) - hal 130.
b)
Para tokoh agama itu memang tegar tengkuk.
Calvin: “Neither
of those methods had any success, and what reason could be assigned except their
hardened obstinacy?” (= Tidak ada dari
metode-metode itu yang berhasil, dan alasan apa yang bisa diberikan selain sifat
keras kepala mereka?) -
hal 20.
c)
Kalau seorang tidak mau mendengar kebenaran Firman Tuhan, ia selalu bisa
mendapatkan alasan. Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menolak Yohanes
Pembaptis maupun Yesus dengan alasan-alasan tadi (ay 33b,34b).
Contoh alasan yang sering dipakai untuk menolak Firman Tuhan:
· Khotbah
terlalu panjang atau terlalu pendek.
· Khotbah
terlalu gampang atau terlalu sukar.
· Khotbah
terlalu lunak atau terlalu keras.
· dan
sebagainya.
Pertanyaan yang harus ditanyakan kepada orang-orang yang menolak
Firman Tuhan dengan berbagai alasan itu, adalah: sebetulnya, kamu itu rindu pada
kebenaran Firman Tuhan atau tidak?
d)
Orang yang menolak Yohanes Pembaptis, juga menolak Yesus.
Kalau saudara menolak seorang hamba Tuhan yang benar, jangan
terlalu berharap bahwa saudara bisa diberkati oleh hamba Tuhan yang lain. Orang
yang menolak seorang hamba Tuhan, biasanya juga akan menolak semua hamba Tuhan
yang lain.
e)
Adam Clarke: “There are some to
whom every thing is useful in leading them to God; others, to whom nothing is
sufficient. Every thing is good to an upright mind, every thing is bad to a
vicious heart” (= Ada orang-orang bagi
siapa segala sesuatu berguna dalam membimbing mereka kepada Allah; dan
orang-orang lain bagi siapa tidak ada apapun yang cukup. Segala sesuatu adalah
baik bagi pikiran yang lurus, segala sesuatu adalah jelek bagi hati yang jahat) - hal 129.
4)
Ay 35: ‘Tetapi hikmat dibenarkan
oleh semua orang yang menerimanya’.
KJV: ‘But wisdom is justified of all her children’
(= Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua anak-anaknya).
NIV: “But wisdom is proved right by all her children.’”
(= Tetapi hikmat dibuktikan benar oleh semua anak-anaknya).
Bdk.
Mat 11:19b - “Tetapi hikmat Allah
dibenarkan oleh perbuatannya.’”.
Kata ‘nya’
menunjuk pada ‘hikmat Allah’.
Artinya: orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat mempunyai
alasan-alasan untuk menolak Firman Tuhan yang diberitakan oleh Yohanes Pembaptis
atau Yesus, tetapi kebenaran dari Firman Tuhan (hikmat Allah) itu terbukti dari
orang-orang yang mau menerima Firman Tuhan itu (misalnya: hidup mereka yang
berubah, dan sebagainya).
William Hendriksen: “Jesus points out that
in the end such thoroughly unfair and bitter criticism and intolerance will get
nowhere. The victory is on the side of truth. He says, ‘Yet wisdom is
vindicated by all her children.’ The wisdom of John the Baptist, when he
insisted on conversion, and of Jesus, when he held out the hope of salvation
even to those with whom many in Israel would have nothing to do, was shown to
have been fully justified by what it accomplished in the hearts and lives of
‘all her children’; that is, all those who allowed themselves to be guided
by that wisdom. John and Jesus each had his distinct mission to perform. Each
carried out his assignment. ... Wisdom’s children, then, are all those who
were wise enough to take heart the message of John and of Jesus”
(= Yesus menunjukkan bahwa pada akhirnya kritik dan sikap tidak toleran yang
sepenuhnya tidak adil dan pahit itu tidak akan sampai ke mana-mana. Kemenangan
ada pada pihak kebenaran. Ia berkata: ‘Tetapi hikmat dipertahankan oleh semua
anak-anaknya’. Hikmat dari Yohanes Pembaptis, pada waktu ia berkeras pada
pertobatan, dan dari Yesus, pada waktu Ia menawarkan pengharapan keselamatan
bahkan kepada mereka, dengan siapa banyak orang di Israel tidak mau berurusan,
ditunjukkan benar sepenuhnya oleh apa yang dicapainya dalam hati dan kehidupan
dari ‘semua anak-anaknya’; yaitu, semua mereka yang mengijinkan diri mereka
sendiri untuk dipimpin oleh hikmat itu. Yohanes dan Yesus masing-masing
mempunyai misinya yang berbeda untuk dilaksanakan. Masing-masing melaksanakan
tugasnya. ... Jadi, anak-anak hikmat adalah semua mereka yang cukup bijaksana
untuk mempertimbangkan secara serius berita dari Yohanes dan Yesus) - hal 401.
Dengan alasan
apapun, tidak ada orang yang bisa dibenarkan, jika mereka menolak Firman Tuhan /
Injil. Jangan menjadi seperti para tokoh agama Yahudi, yang kelihatan mentereng
dan pandai, tetapi tegak tengkuk dan menolak kebenaran Firman Tuhan / Injil.
Lebih baik menjadi orang-orang rendahan, pemungut cukai, dsb, yang sekalipun
rendah dalam pandangan manusia, tetapi mau tunduk dan menerima kebenaran Firman
Tuhan / Injil. Kiranya Tuhan memberkati saudara.
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali