Eksposisi Injil Lukas

oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.


LUKAS 3:21-22

I) Mengapa Yesus dibaptis?

1) Bukan untuk pertobatan / pengakuan dosa.

Baptisan Yohanes memang adalah baptisan pertobatan (Kis 19:4 - a baptism of repentance - NIV) untuk menerima pengampunan dosa (Luk 3:3), dan karena itu semua yang dibaptis mengaku dosa (Mat 3:6). Tetapi Yesus berbeda. Ia tidak mengaku dosa pada saat dibaptis, karena Ia memang tidak berdosa. Kalau Ia berdosa, Ia tidak bisa menjadi Penebus / Juruselamat kita.

2) Penyamaan diri dengan manusia yang berdosa.

Ay 21: seluruh orang banyak dibaptis, Yesus juga. Ini suatu penyamaan diri dengan orang banyak. Ini menunjukkan kerendahan hati Tuhan Yesus, dan penyamaan diri ini penting untuk bisa melayani mereka (bdk. 1Kor 9:19-22).

3) Untuk menggenapkan ‘seluruh kebenaran’ (Mat 3:15).

Mat 3:15 terjemahannya salah; kata-kata ‘kehendak Allah’ seharusnya adalah ‘kebenaran’, tetapi ‘kebenaran’ di sini memang bisa diartikan sebagai ‘kehendak / perintah Allah’.

Yang harus diperhatikan di sini adalah kata ‘seluruh’. Ini menunjukkan bahwa kita harus taat pada semua perintah Allah, tidak boleh pilih-pilih.

Renungkan: adakah perintah Tuhan yang saudara anak tirikan dalam pelaksanaannya?

4) Menggenapi janji Allah kepada Yohanes Pembaptis (Yoh 1:31-34).

Mat 3:16 - ‘Ia melihat Roh Allah’. ‘Ia’ disini adalah Yohanes, bukan Yesus! Jadi, tidak seharusnya kata ‘Ia’ itu dimulai dengan huruf besar. Melalui janji / pernyataan ilahi tentang diri Yesus ini dan penggenapannya, Yohanes lebih dikuatkan dalam imannya kepada Yesus dan itu menyebabkan ia bisa melayani Tuhan dengan lebih baik.
 

II) Bagaimana caranya Yesus dibaptis?

1) Apakah Yesus dibaptis dengan baptisan selam? Banyak orang menganggap peristiwa baptisan terhadap Yesus ini sebagai dasar baptisan selam, karena dalam Mat 3:16 dikatakan ‘Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air’. Tetapi kata-kata ‘keluar dari air’ tidak harus berarti bahwa tadinya Yesus direndam dalam air lalu keluar dari air. Kata-kata itu bisa berarti bahwa Yesus berdiri di sungai tanpa direndam (air hanya sebatas lutut atau betis), lalu dibaptis dengan tuang / percik, lalu Ia keluar dari air / sungai. Jadi jelas bahwa Mat 3:16 tidak bisa dijadikan dasar bahwa satu-satunya cara membaptis yang benar adalah dengan menggunakan baptisan selam.

2) Sekarang mari kita melihat baptisan-baptisan lain dalam Kitab Suci. Dalam Kitab Suci ada banyak contoh dimana baptisan dilakukan bukan di sungai. Juga tidak diceritakan adanya kolam yang memungkinkan baptisan selam (Kis 2:41 Kis 9:13 Kis 10:47-48 Kis 16:33). Kis 16:33 adalah contoh yang paling kuat untuk menunjukkan bahwa baptisan tidak dilakukan dengan penyelaman karena hal itu terjadi di dalam penjara!

A.H. Strong yang mendukung baptisan selam berkata:

"Although the water supply of Jerusalem is naturally poor, the artificial provision of aqueducts, cisterns, and tanks, made water abundant. During the siege of Titus, though thousands died of famine, we read of no suffering from lack of water. The following are the dimensions of pools in modern Jerusalem: King’s pool, 15 feet x 16 x 3; Siloam, 53 x 18 x 19; Hezekiah, 240 x 140 x 10; Bethesda (so called), 360 x 130 x 75; Upper Gihon, 316 x 218 x 19; Lower Gihon, 592 x 260 x 18" [= Sekalipun suplai air di Yerusalem secara alamiah memang sukar didapatkan, penyediaan buatan terowongan air, bak air, dan tangki air, menyebabkan air berlimpah-limpah. Selama pengepungan Titus, sekalipun ribuan orang mati karena kelaparan, kami membaca bahwa tidak ada penderitaan karena kekurangan air. Yang berikut ini merupakan ukuran dari kolam-kolam di Yerusalem modern: Kolam raja, 15 kaki x 16 x 3; Siloam, 53 x 18 x 19; Hizkia, 240 x 140 x 10; Bethesda (disebut begitu ?), 360 x 130 x 75; Gihon atas, 316 x 218 x 19; Gihon bawah, 592 x 260 x 18 ] - ‘Systematic Theology’, hal 934.

Tetapi Charles Hodge, seorang ahli Theologia Reformed dan pendukung baptisan percik, berkata:

"In Acts 2:41, three thousand persons are said to have been baptized at Jerusalem apparently in one day at the season of Pentecost in June; and in Acts 4:4, the same rite is necessarily implied in respect to five thousand more. ... There is in summer no running stream in the vicinity of Jerusalem, except the mere rill of Siloam of a few rods in length; and the city is and was supplied with water from its cistern and public reservoirs. From neither of these sources could a supply have been well obtained for the immersion of eight thousand persons. The same scarcity of water forbade the use of private baths as a general custom" [= Dalam Kis 2:41, dikatakan bahwa 3000 orang dibaptiskan di Yerusalem, dan itu jelas terjadi dalam satu hari pada musim Pentakosta di bulan Juni; dan dalam Kis 4:4, secara tidak langsung bisa dipastikan bahwa upacara yang sama dilakukan terhadap 5000 orang lebih. ... Pada musim panas, tidak ada sungai mengalir di Yerusalem dan sekitarnya, kecuali sungai kecil dari Siloam yang panjangnya beberapa rod (NB: 1 rod = 5 meter); dan kota itu, baik sekarang maupun dulu, disuplai dengan air dari bak / tangki air dan waduk / kolam air milik / untuk umum. Tidak ada dari sumber-sumber ini yang bisa menyuplai air untuk menyelam 8000 orang. Kelangkaan air yang sama melarang penggunaan bak mandi pribadi sebagai suatu kebiasaan umum] - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 534.

Catatan: Kis 4:4 seharusnya ‘menjadi 5000 orang’, bukan ‘bertambah dengan 5000 orang’.

Charles Hodge juga menambahkan sebagai berikut:

"The baptismal fonts still found among the ruins of the most ancient Greek churches in Palestine, as at Tekoa and Gophna, and going back apparently to very early times, are not large enough to admit of baptism of adult persons by immersion, and were obviously never intended for that use" (= Bak-bak untuk membaptis yang ditemukan di antara reruntuhan dari gereja-gereja Yunani kuno di Palestina, seperti di Tekoa dan Gophna, dan jelas berasal dari waktu yang sangat awal, tidak cukup besar untuk baptisan orang dewasa dengan cara penyelaman, dan jelas tidak pernah dimaksudkan untuk penggunaan seperti itu) - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 534.

 

Sekarang mari kita melihat baptisan sida-sida dalam Kis 8:26-40. Apakah ini adalah baptisan selam? Ada 2 hal yang perlu diperhatikan dari bagian ini:

a) Kis 8:36 - ‘ada air’.

Yunani: TI HUDOR [a certain water / some water (= air tertentu / sedikit air)]. Jadi ini menunjuk pada sedikit air, sehingga tidak memungkinkan baptisan selam.

Charles Hodge:

"He was travelling through a desert part of the country towards Gaza, when Philip joined him, ‘And as they went on their way they came unto a certain water (EPI TI HUDOR, to some water)’.There is no known stream in that region of sufficient depth to allow of the immersion of a man" [= Ia sedang bepergian melalui bagian padang pasir dari negara itu menuju Gaza, ketika Filipus bergabung dengannya, ‘Dan ketika mereka melanjutkan perjalanan mereka mereka sampai pada air tertentu (EPI TI HUDOR, kepada sedikit air)’. Di daerah itu tidak diketahui adanya sungai dengan kedalaman yang cukup untuk memungkinkan penyelaman seorang manusia] - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 535.

b) Kis 8:38-39 berkata ‘turun ke dalam air ... keluar dari air’.

Apakah ini menunjuk pada baptisan selam? Seperti pada baptisan Yesus, istilah ini bisa diartikan 2 macam, yaitu:

 

Untuk mengetahui yang mana yang benar dari 2 kemungkinan ini, bacalah Kis 8:38-39 itu sekali lagi. Perhatikan bahwa di situ dikatakan: "dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. Dan setelah mereka keluar dari air, ...".

Kalau istilah ‘turun ke dalam air’ dan ‘keluar dari air’ diartikan sebagai baptisan selam, itu menunjukkan bahwa Filipus, sebagai orang yang membaptis, juga ikut diselam! Ini jelas tidak mungkin. Jadi dari 2 kemungkinan di atas, yang benar adalah kemungkinan kedua. Ini juga cocok dengan point no a) di atas yang menunjukkan bahwa air di situ cuma sedikit, sehingga tidak memungkinkan baptisan selam.
 

3) Orang yang berpendapat bahwa satu-satunya baptisan yang benar adalah baptisan selam juga sering menggunakan kata Yunani BAPTO atau BAPTIZO, yang mereka katakan artinya adalah ‘selam / celup’.

 

Terhadap argumentasi ini perlu dijawabkan bahwa:

a) Mark 7:4.

Ada 2 bagian yang perlu diperhatikan di sini:
 

1. Mark 7:4a - Di sini dikatakan bahwa orang Yahudi mempunyai tradisi kalau pulang dari pasar tidak akan makan sebelum mereka ‘membersihkan dirinya’.

Tentang kata ‘membersihkan’ ini ada 2 golongan manuscript:

o        ada manuscript yang menuliskan BAPTISONTAI (= baptis).

 

o        ada manuscript yang menuliskan RANTISONTAI (= percik).

A.T. Robertson, Bruce Metzger, William Hendriksen setuju dengan BAPTISONTAI. Alasan Hendriksen: dalam Luk 11:38 juga menggunakan ‘baptis’ (EBAPTISTHE), bukan ‘percik’.

Kalau memang di sini digunakan ‘baptis’, tidak mungkin menunjuk pada ‘selam / celup’. karena seperti kata Charles Hodge: "private baths were in Jerusalem very rare" (= bak mandi pribadi sangat jarang di Yerusalem) - Systematic Theology, vol III, hal 535.

Perlu juga diingat bahwa bagian ini tidak hanya berbicara tentang orang Farisi saja, tetapi juga untuk semua orang Yahudi (Mark 7:3a). Ini lebih-lebih tidak memungkinkan arti ‘selam / celup’, karena kalau orang Farisi masih mungkin mempunyai bak mandi pribadi (karena mereka kaya), tetapi untuk masyarakat Yahudi secara umum, tidak mungkin mempunyai bak mandi pribadi.

 

Jadi jelas bahwa kata ‘baptis’ tidak harus diartikan ‘selam / celup’.

2. Mark 7:4b - ‘mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tem-baga’.

Ada 2 hal yang perlu diperhatikan:

o        Kata ‘mencuci’ ini dalam bahasa Yunaninya adalah BAPTISMOUS.

 

o        Dalam KJV ada tambahan: ‘and of tables’ (= dan meja). Jadi, yang dicuci bukan hanya cawan, kendi, dan perkakas tembaga, tetapi juga meja!

Footnote NIV mengatakan bahwa beberapa manuscript mula-mula menambahkan: ‘and dining couches’ (= dan bangku / sofa untuk makan’).

Kalaupun ini adalah suatu penambahan, ahli Taurat yang menambahi pasti tidak ngawur. Jadi, pencucian meja / bangku untuk makan itu pasti memang ada dalam tradisi mereka. Dan rasanya tidak mungkin mencuci barang sebesar itu dengan selam / celup! Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa kata ‘baptis’ tidak harus diartikan ‘selam / celup’.
 

b) Luk 11:38 - ‘mencuci tangannya’.

Kata Yunaninya adalah EBAPTISTHE.

Orang mencuci tangan tidak harus merendam tangannya dalam air, tetapi bisa dengan mencurahkan air pada tangan. Jadi jelas bahwa ‘baptis’ di sini tidak harus berarti ‘celup / selam’.

c) 1Kor 10:2 - ‘dibaptis dalam awan dan dalam laut’.

Kata Yunaninya adalah EBAPTISANTO.

Dua hal yang harus diperhatikan:

 

Jadi jelas bahwa orang Israel tidak direndam / diselam dalam awan dan dalam laut!

Barnes’ Notes:

"This passage is a very important one to prove that the word baptism does not necessarily mean entire immersion in water. It is perfectly clear that neither the cloud nor the waters touched them" (= Text ini adalah text yang sangat penting untuk membuktikan bahwa kata baptisan tidak harus berarti penyelaman seluruhnya di dalam air. Adalah sangat jelas bahwa baik awan maupun air tidak menyentuh mereka).

d) Ibr 9:10 - ‘pelbagai macam persembahan’. Ini salah terjemahan.

Terjemahan Lama: berbagai-bagai basuhan.

NASB: various washings (= bermacam-macam pembasuhan).

NIV: various ceremonial washings (= bermacam-macam pembasuhan yang bersifat upacara keagamaan).

RSV: various ablutions (= bermacam-macam pembersihan / pencucian)

KJV: divers washings (= bermacam-macam pembasuhan).

Kata Yunaninya adalah BAPTISMOIS. Jadi terjemahan hurufiahnya adalah ‘bermacam-macam baptisan’.

Kalau kita memperhatikan kontex dari Ibr 9 itu, maka pasti Ibr 9:10 ini menunjuk pada ‘pemercikan’ dalam Ibr 9:13,19,21. Karena itu jelas bahwa di sini kata ‘baptis’ tidak diartikan selam / celup, tetapi percik.

4) Hal-hal lain yang mendukung baptisan percik:
 

a) Penekanan arti baptisan adalah sebagai simbol penyucian / purification. Padahal dalam Kitab Suci purification selalu disimbolkan dengan percikan:

 

 

 

 

 

 

 

b) Luk 3:16 - ‘Aku membaptis kamu dengan air’ (I baptize you with water).

Ini tak cocok diartikan sebagai selam, karena kita tidak berkata ‘aku menyelam kamu dengan air’ tetapi kita berkata ‘aku menyelam kamu di dalam air’. Tetapi kalau baptisan itu adalah percik / tuang, maka kata-kata ‘dengan air’ itu cocok.

Mat 3:11 menggunakan kata Yunani EN, tetapi kata EN bukan hanya bisa diartikan sebagai in (= di dalam), tetapi juga sebagai with (= dengan).
 

III) Apa yang terjadi pada waktu Yesus dibaptis?

1) Yesus berdoa (ay 21).

Injil Lukas, yang menekankan kemanusiaan Yesus, paling banyak menun-jukkan Yesus berdoa (5:16 6:12 9:18,28-29 10:21-22 11:1 22:32,41-45 23:34,46).

Kalau Yesus, yang adalah manusia yang suci itu membutuhkan banyak doa, maka jelas bahwa kita yang berdosa ini lebih membutuhkan doa.

2) Manifestasi Bapa dan Roh Kudus (ay 22).

Dengan demikian, pada saat Baptisan, ketiga pribadi dari Allah Tritunggal ditunjukkan.

a) Allah Bapa: berbicara dari surga (ay 22).

b) Yesus (Allah Anak).

Yesus adalah Anak Allah dari kekekalan. Ada ajaran yang bernama Dynamic Monarchianism / Adoptionism. Ajaran ini mengatakan bahwa Yesus adalah manusia biasa, tetapi pada saat baptisan, Ia menerima Roh Kudus (yaitu kuasa / pengaruh ilahi), dan diangkat menjadi semacam Allah. Kita tidak menerima ajaran sesat semacam itu. Apa yang bukan Allah tidak bisa berkembang menjadi Allah. Dan Kitab Suci mengatakan bahwa Yesus sudah adalah Anak Allah sebelum Ia berinkarnasi (Gal 4:4).

c) Roh Kudus:

 

 

 

 

Ke tiga pribadi dari Allah Tritunggal ini bisa terlihat pada satu saat yang sama. Ini bertentangan dengan ajaran Sabellianism yang mengajarkan bahwa Allah menyatakan diri dalam penciptaan sebagai Bapa, dalam penebusan sebagai Anak, dan dalam pengudusan sebagai Roh Kudus. Jadi, Allah mempunyai 3 perwujudan / manifestasi, bukan 3 pribadi. Kalau memang Allah itu hanyalah satu pribadi yang mempunyai 3 perwujudan / menifestasi, maka tidak mungkin ketiganya terlihat pada saat yang sama.

Kita percaya bahwa Allah Tritunggal, sekalipun hanya punya 1 hakekat / essence, tetapi mempunyai 3 pribadi. Ke tiga pribadi tersebut berbeda (distinct) satu dengan yang lain, tapi bersatu.

   

-AMIN-


Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali