Golgotha School of Ministry
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
Rabu, tgl 4 September 2019, pk 19.00
Pdt.
Budi Asali, M. Div.
Selanjutnya,
dalam membahas ketidak-berubahan LOGOS baik dalam hakekat,
sifat, maupun kegiatanNya pada saat berinkarnasi ini, kita perlu membahas
suatu ajaran yang disebut Teori
Kenosis [= teori pengosongan diri]. Teori
Kenosis ini merupakan suatu ajaran yang sangat populer, tetapi salah / sesat,
tetapi sangat banyak muncul dimana-mana, khususnya pada saat Natal!
Teori
Kenosis ini, yang didasarkan pada Fil 2:6-7, mengatakan bahwa Anak Allah mengesampingkan
/ membuang sebagian / seluruh sifat-sifat ilahiNya
supaya Ia bisa menjadi manusia yang terbatas (Contoh: Mat 24:36 menunjukkan
Yesus tidak maha tahu).
Fil 2:6-7
- “(6) yang
walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai
milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan
telah mengosongkan diriNya sendiri, dan
mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”.
Kesalahan
dari Teori Kenosis ini:
a)
Yesus adalah Allah dan karena itu Ia tidak bisa berubah.
Maz 102:26-28
- “(26)
Dahulu sudah Kauletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tanganMu. (27)
Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi
usang seperti pakaian, seperti jubah Engkau akan mengubah mereka, dan mereka
berubah; (28) tetapi Engkau tetap sama,
dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan.”.
Mal 3:6
- “Bahwasanya
Aku, TUHAN, tidak berubah, dan kamu, bani
Yakub, tidak akan lenyap.”.
Yak 1:17
- “Setiap
pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas,
diturunkan dari Bapa segala terang; padaNya tidak ada
perubahan atau bayangan karena pertukaran.”.
Allah
tidak bisa berhenti menjadi Allah, sekalipun hanya untuk sementara! Karena
itu, Allah tidak mungkin membuang semua / sebagian sifat-sifatNya, sekalipun
hanya untuk sementara!
Lenski:
“To withdraw even one attribute from
God is to destroy God. The God who, for instance, is no longer omnipotent, is
no longer God.” [= Menarik / mengambil bahkan satu sifat dari
Allah berarti menghancurkan Allah. Allah yang, sebagai contoh, tidak lagi maha
kuasa, bukanlah Allah lagi.]
- hal 772.
b)
Kalau Teori Kenosis itu benar, maka pada saat Yesus menjadi manusia,
Allah Tritunggal bubar!
c)
Kalau Teori Kenosis itu benar, maka Kristus bukanlah sungguh-sungguh
Allah dan sungguh-sungguh manusia! Ia hanya manusia biasa, tanpa keilahian! Dan
kalau ini benar, maka Ia tak bisa menjadi Pengantara antara Allah dan manusia
dan penebusanNya tidak bisa mempunyai nilai yang tidak terbatas.
Dalam
tafsirannya tentang Fil 2:7, Calvin mengatakan bahwa istilah ‘mengosongkan diri’
itu tidak berarti bahwa Kristus melepaskan atau
membuang keilahianNya, tetapi hanya menyembunyikannya
dari pandangan manusia.
Calvin:
“Christ,
indeed, could not divest himself of Godhead; but he kept it concealed for a
time, that it might not be seen, under the weakness of the flesh. Hence, he
laid aside his glory in the view of men, not
by lessening it, but by concealing it.” [= Kristus
tidak bisa melepaskan dirinya sendiri dari keilahianNya; tetapi
menyembunyikannya untuk sementara waktu, supaya tak kelihatan, di bawah
kelemahan daging. Jadi, Ia mengesampingkan kemuliaanNya dalam
pandangan manusia, bukan dengan
menguranginya, tetapi dengan menyembunyikannya.].
Herman
Hoeksema menambahkan bahwa sekalipun pada saat inkarnasi itu kemuliaan Kristus
disembunyikan, tetapi kadang-kadang tetap bisa terlihat sekilas, misalnya pada
waktu Ia melakukan mujijat.
Herman
Hoeksema:
“This
does not mean that the Son of God temporarily laid aside the divine nature, in
order to exchange it with the human nature. This would be impossible, for the
divine nature is unchangeable. ... But it certainly means that He entered into
the state of man in such a way that before man His divine glory and majesty was
hid, although even in the state of humiliation it flashed out occasionally, as,
for instance, in the performance of His wonders.” [= Ini
tidak berarti bahwa Anak Allah untuk sementara waktu mengesampingkan hakekat
ilahi, untuk menukarnya dengan hakekat manusia. Ini mustahil, karena hakekat
ilahi tidak bisa berubah. ... Tetapi itu berarti bahwa Ia masuk ke
dalam keadaan manusia sedemikian rupa sehingga di
depan manusia kemuliaan dan keagungan ilahiNya tersembunyi, sekalipun
bahkan dalam saat perendahanpun itu kadang-kadang memancar keluar, seperti
misalnya dalam pelaksanaan / pertunjukan keajaiban-keajaiban /
mujijat-mujijatNya.] -
‘Reformed Dogmatics’, hal 399.
A.
T. Robertson:
“Of what did Christ empty
himself? Not of his divine nature. That was impossible. He continued to be the
Son of God.” [= Tentang apa Kristus mengosongkan diriNya
sendiri? Bukan tentang hakekat ilahiNya. Itu mustahil. Ia terus adalah Anak
Allah.].
F) Inkarnasi
menjadikan Kristus manusia yang sama dengan kita.
Ajaran
Anabaptist mengatakan bahwa Kristus membawa hakekat manusiaNya dari surga
(berdasarkan 1Kor 15:47b) dan bahwa Maria hanya merupakan saluran melalui
mana Ia datang ke dunia.
1Kor 15:47
- “Manusia
pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia
kedua berasal dari sorga.”.
Jadi
hakekat manusiaNya betul-betul merupakan ciptaan yang baru, yang serupa
/ mirip dengan kita tetapi secara organic
tidak berhubungan dengan kita.
Kalau
ini benar, maka boleh dikatakan bahwa Kristus adalah semacam bayi tabung yang
dimasukkan dari surga ke dalam kandungan Maria!
Ajaran
Reformed menentang ajaran Anabaptist tersebut di atas, dan mengajarkan bahwa
Kristus mendapatkan hakekat manusiaNya dari ibuNya / Maria. Dengan kata lain, sebagai
manusia, Yesus berasal dari sel telur Maria.
Dasar
Kitab Suci pandangan ini:
1)
Perhatikan sederetan ayat-ayat di bawah ini:
Ibr
2:14 - “Karena anak-anak itu adalah anak-anak
dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama
dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya
oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut;”.
Ibr 2:17
- “Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan
dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang
menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh
bangsa.”.
Fil 2:7
- “melainkan telah mengosongkan diriNya
sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi
sama dengan manusia.”.
Ro 8:3
- “Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan
hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan
jalan mengutus AnakNya sendiri dalam daging, yang serupa
dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan
hukuman atas dosa di dalam daging,”.
Kalau
kita membandingkan dengan terjemahan Alkitab-Alkitab bahasa Inggris maka dari 4
ayat di atas, hanya Ibr 2:14 yang memang menggunakan kata ‘sama’,
sedangkan yang lain menggunakan kata ‘seperti’.
Ibr
2:14 (KJV): ‘Forasmuch then as the children
are partakers of flesh and blood, he also himself likewise took part of
the same; that through death he might destroy him that had the power
of death, that is, the devil;’.
Ibr
2:17 (KJV): ‘Wherefore in all things it
behoved him to be made like unto his
brethren, that he might be a merciful and faithful high priest in things pertaining to God, to make reconciliation for the sins of the
people.’.
Fil
2:7 (KJV): ‘But made himself of no
reputation, and took upon him the form of a servant, and was made in the
likeness of men:’.
Ro
8:3 (KJV): ‘For what the law could not do,
in that it was weak through the flesh, God sending his own Son in
the likeness of sinful flesh, and for sin, condemned sin in the
flesh:’.
Lalu,
mengapa yang lain menggunakan kata ‘seperti’?
Untuk menjawab ini, saya mengutip ulang tafsiran Calvin dan William Hendriksen
tentang Ro 8:3 di sini:
Calvin
(tentang Ro 8:3): “he says, that he came in the
likeness of the flesh of sin; for though the flesh of Christ was polluted by no
stains, yet it seemed apparently to be sinful, inasmuch as it sustained the
punishment due to our sins, and doubtless death exercised all its power over it
as though it was subject to itself. ... Christ underwent our infirmities, that
he might be more inclined to sympathy, and in this respect also there appeared
some resemblance of a sinful nature.”
[= ia berkata, bahwa Ia datang dalam keserupaan dari
daging dari dosa; karena sekalipun daging Kristus tidak dikotori oleh
noda / kotoran, tetapi itu kelihatannya berdosa,
karena daging itu menahan / menderita hukuman karena dosa-dosa kita, dan tidak
diragukan kematian melaksanakan semua kuasanya atasnya seakan-akan daging itu
tunduk kepada dirinya sendiri. ... Kristus
mengalami kelemahan-kelemahan kita, sehingga Ia bisa lebih condong
pada simpati, dan dalam hal ini juga disana
kelihatan suatu kemiripan dengan suatu hakekat yang berdosa.].
William
Hendriksen (tentang Ro 8:3): “In
his incarnation the divine Son assumed the human nature, ... But he took on that
human nature not as it came originally from the hand of the Creator (‘and
behold it was very good,’ Gen. 1:31), but weakened by sin, though remaining itself without any sin.”
[= Dalam inkarnasiNya Anak yang ilahi mengambil hakekat manusia, ... Tetapi
Ia mengambil hakekat manusia bukan sebagaimana itu datang seperti asalnya dari
tangan sang Pencipta (‘dan lihatlah itu adalah sangat baik’, Kej 1:31),
tetapi dilemahkan oleh dosa, sekalipun dalam dirinya tetap tanpa dosa apapun.].
Jadi,
sebetulnya Yesus memang mengambil hakekat manusia yang sama dengan kita, tetapi
digunakan kata ‘seperti’
karena hakekat manusia yang diambil bukanlah hakekat manusia sebagaimana itu
pertama kali diciptakan oleh Allah (Kej 1:31 - ‘sungguh
amat baik’), tetapi yang sudah dilemahkan oleh dosa,
sekalipun hakekat manusia itu sendiri tanpa dosa.
Kalau
Yesus memang sungguh-sungguh adalah manusia, Ia haruslah sungguh-sungguh anak
Maria.
2)
Kalau hakekat manusia Kristus tidak diturunkan dari Maria, dan Kristus
hanya serupa / mirip dengan kita, maka sebetulnya tidak ada hubungan antara
Kristus dengan kita sehingga Ia tidak bisa menjadi Pengantara antara kita dengan
Allah dan Ia juga tidak bisa menjadi Penebus kita.
Bdk.
Ibr 2:14-17 - “(14)
Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan
daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam
keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu
Iblis, yang berkuasa atas maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia
membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena
takutnya kepada maut. (16) Sebab sesungguhnya, bukan
malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani.
(17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus
disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar
yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa
seluruh bangsa.”.
3)
Yesus disebut ‘tunas
Daud’, ‘tunas yang keluar dari
tunggul Isai’,
‘taruk
dari pangkal Isai’.
Yes
11:1,10 - “(1) Suatu tunas
akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan
berbuah. ... (10) Maka pada waktu itu taruk
dari pangkal Isai akan berdiri sebagai panji-panji bagi bangsa-bangsa; dia akan
dicari oleh suku-suku bangsa dan tempat kediamannya akan menjadi mulia.”.
Yes 4:2
- “Pada waktu itu tunas
(Inggris:
‘branch’) yang ditumbuhkan TUHAN akan menjadi kepermaian dan kemuliaan, dan hasil
tanah menjadi kebanggaan dan kehormatan bagi orang-orang Israel yang terluput.”.
Yes
53:2 - “Sebagai taruk
ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas
(Inggris:
‘root’) dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga
kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya.”.
Yer 23:5
- “Sesungguhnya, waktunya akan datang,
demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas
(Inggris:
‘branch’) adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan
melakukan keadilan dan kebenaran di negeri.”.
Wah 5:5
- “Lalu berkatalah seorang dari tua-tua
itu kepadaku: ‘Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda,
yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga
Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya.’”.
Wah
22:16 - “‘Aku, Yesus, telah mengutus
malaikatKu untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi
jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu
keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang.’”.
Perlu
diingat bahwa ‘tunas’
menunjukkan bahwa Ia betul-betul adalah keturunan Daud, dan mempunyai hubungan
organic dengan Daud.
4)
Ibr 7:14 mengatakan bahwa ‘Tuhan
kita berasal dari suku Yehuda’ [Lit: out
of Judah / keluar dari Yehuda (Yunani: EX)]. Kalau Yesus adalah bayi dari
surga yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria, maka Ia tidak bisa dikatakan ‘keluar
dari Yehuda’ ataupun ‘berasal dari suku Yehuda’.
Kalau Ia memang adalah bayi dari surga yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria,
maka sebetulnya Ia bahkan bukan orang Israel / Yahudi.
5)
Ibr 2:11 - “Sebab Ia
yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu;
itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara,”.
a)
Ia yang menguduskan [= Yesus] dan mereka yang dikuduskan [= manusia yang
ditebus] semua berasal dari satu (Ibr 2:11a).
Ibr 2:11a:
“Ia
yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu;”.
TB2-LAI
hampir sama dengan TB1.
NASB:
‘are all of one Father’ [= semua
dari satu Bapa].
Kitab
Suci Indonesia (TB1 maupun TB2) dan NASB salah, karena kata ‘Satu’
diartikan menunjuk kepada Allah.
NIV:
‘are of the same family’ [= semua
dari satu keluarga].
RSV:
‘have all one origin’ [= semua
mempunyai satu asal mula].
KJV:
‘are all of one’ [= semua dari
satu].
Terjemahan-terjemahan
ini lebih benar karena kata ‘satu’ sebetulnya bukan menunjuk kepada Allah,
tetapi menunjuk kepada Adam, karena maksud bagian ini adalah untuk menunjukkan
bahwa Yesus betul-betul telah menjadi manusia yang sama dengan kita.
Ini
menunjukkan bahwa Yesus betul-betul berasal dari benih Maria! Yesus bukanlah
semacam bayi tabung ‘made in heaven’
[= buatan surga] yang lalu dimasukkan ke dalam kandungan Maria!
Sekalipun
ada orang-orang yang berpendapat bahwa kata ‘satu’ di sini menunjuk kepada
Allah, tetapi Calvin, John Owen, dsb, menganggap bahwa kontext menunjukkan kalau
kata ‘satu’
ini menunjuk kepada ‘Adam’,
atau kepada ‘satu
hakekat’, karena tujuan kontext ini memang
menunjukkan bahwa Yesus betul-betul menjadi manusia yang sama dengan kita (baca
Ibr 2 itu terus sampai ay 17).
John Calvin:
“In this sense he also says that ‘the Author of sanctification and
those who are sanctified have all one origin’ (Hebrews 2:11a). The context
shows that this expression refers to the fellowship of nature, for he
immediately adds: ‘That is why he is not ashamed to call them brethren’
(Hebrews 2:11b).”
[= Dalam arti ini ia juga mengatakan bahwa ‘Pencipta dari pengudusan dan
mereka yang dikuduskan semua mempunyai satu asal usul’ (Ibrani 2:11a). Kontext
menunjukkan bahwa ungkapan ini menunjuk pada persekutuan hakekat, karena ia
segera menambahkan: ‘itulah
sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara’ (Ibr 2:11b).]
- ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter 13, no 2.
Kalau
Yesus adalah bayi dari surga yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria, maka kata
‘satu’
dalam Ibr 2:11 harus diganti dengan ‘dua’!
b)
Itu menyebabkan Ia tidak malu menyebut mereka ‘saudara’
(Ibr 2:11b).
Ibr
2:11 - “Sebab Ia yang menguduskan dan mereka
yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah
sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara,”.
Kalau
Yesus tidak berasal dari sel telur Maria, maka Ia tidak bisa menyebut kita
sebagai ‘saudara’.
c)
Bandingkan juga dengan Ibr 2:14-17 yang menunjukkan bahwa untuk bisa
menjadi Penebus kita, Ia harus menjadi manusia yang sama dengan kita!
6)
Yesus disebut sebagai:
a)
Keturunan perempuan / Hawa (Literal: ‘seed
of the woman’) - Kej 3:15.
Kej 3:15
- “Aku akan mengadakan permusuhan antara
engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya
(KJV/RSV/NASB:
‘her seed’); keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan
tumitnya.’”.
b)
Keturunan Abraham [Literal: ‘your
seed’ {= benihmu / keturunanmu}] - Kej 22:18 (bdk. Kis 3:25).
Kej
22:18 - “Oleh keturunanmulah
semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan
firmanKu.’”.
Catatan: kata ‘keturunan’
ada dalam bentuk tunggal.
Bdk.
Gal 3:16 - “Adapun
kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan ‘kepada keturunan-keturunannya’ seolah-olah
dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang: ‘dan kepada keturunanmu’,
yaitu Kristus.”.
Kis
3:25 - “Kamulah yang mewarisi nubuat-nubuat itu
dan mendapat bagian dalam perjanjian yang telah diadakan Allah dengan nenek
moyang kita, ketika Ia berfirman kepada Abraham: Oleh keturunanmu
semua bangsa di muka bumi akan diberkati.”.
Catatan:
di sini kata ‘keturunan’
juga ada dalam bentuk tunggal.
c)
Keturunan Daud (Literal: ‘seed of David’) - 2Tim 2:8.
2Tim
2:8 - “Ingatlah ini: Yesus Kristus, yang telah
bangkit dari antara orang mati, yang telah dilahirkan sebagai keturunan
Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku.”.
Istilah
‘seed’ [= benih / keturunan] jelas
menunjukkan adanya hubungan organic!
7)
Luk 1:41-42 - “(41)
Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam
rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus,
(42) lalu berseru dengan suara nyaring: ‘Diberkatilah engkau di antara semua
perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.”.
Dalam
Luk 1:42, Elisabet menyebut Yesus sebagai ‘buah
rahim’ dari Maria (NASB / Literal: ‘the
fruit of your womb’).
Perhatikan
bahwa Elisabet mengucapkan kata-kata dalam ay 42 itu dalam keadaan dipenuhi
Roh Kudus (ay 41), dan karena itu kata-katanya pasti benar!
John Calvin:
“Now,
if he had not truly been begotten of the seed of David, what will be the point
of this expression that he is ‘the fruit of her womb’ (Luke 1:42)?” [= Seandainya Ia tidak sungguh-sungguh dilahirkan / diperanakkan
dari benih / keturunan Daud, apa tujuan dari ungkapan ini bahwa Ia adalah
‘buah rahimnya’ (Luk 1:42)?] - ‘Institutes of the Christian
Religion’, Book II, Chapter 13, no 3.
Ini
jelas menunjukkan bahwa Yesus memang berasal dari benih / sel telur Maria.
8)
Luk 1:34-35 - “(34) Kata Maria kepada malaikat itu:
‘Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?’ (35) Jawab
malaikat itu kepadanya: ‘Roh Kudus akan turun
atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab
itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.”.
Dalam
Luk 1:34 Maria bertanya bagaimana mungkin ia bisa mengandung padahal ia
belum bersuami. Kalau Yesus memang adalah ciptaan baru yang dimasukkan ke dalam
perut Maria (semacam ‘bayi tabung’), maka dalam Luk 1:35 seharusnya
Gabriel akan menjawab bahwa Roh Kudus akan memasukkan bayi dari surga ke dalam
kandungan Maria. Tetapi ternyata Gabriel tidak menjawab begitu melainkan ia
berkata bahwa:
a)
Roh Kudus akan turun ke atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan
menaungi engkau. Ini menunjukkan bahwa Maria sendiri dipakai oleh Roh Kudus
dalam menjadikan / mencipta janin Yesus itu.
William
Hendriksen (tentang Luk 1:35): “The
answer is cast in the form of synonymous parallelism, so that ‘The Holy
Spirit’ is paired with ‘the power of the Most High,’ and ‘will come upon
you’ with ‘will overshadow you.’ Resultant meaning: The personal Holy
Spirit will bring about this wonder in Mary’s womb by exerting his divine
power. ... Nevertheless, something must perhaps be added. The ‘overshadowing’ or ‘covering’
of which Luke speaks here is not static but active. It is creative,
productive. It causes Mary to conceive a child. Our thoughts are
therefore also - and perhaps especially - directed to the Spirit of God
creatively hovering over the waters at the time of creation (Gen. 1:2). In
this same connection see Ps. 104:30, expressed poetically in the line: ‘Thy
Spirit O God makes life to abound.’ The overshadowing Spirit, therefore, not
only protects but also creates. It brings about conception within
Mary’s womb.”
[= Jawaban diberikan dalam bentuk paralelisme yang sinonim, sehingga ‘Roh
Kudus’ berpasangan dengan ‘kuasa dari Yang Maha-tinggi’ dan ‘akan turun
ke atasmu’ dengan ‘akan menaungi engkau’. Arti
yang dihasilkan: Roh Kudus yang bersifat pribadi akan menimbulkan /
menghasilkan keajaiban ini dalam kandungan Maria dengan menggunakan kuasa
ilahiNya. ... Namun, sesuatu
mungkin harus ditambahkan. ‘Penaungan’
atau ‘penutupan / penurunan atas’ tentang mana Lukas berbicara di sini
bukanlah statis tetapi aktif. Itu adalah bersifat mencipta, bersifat
menghasilkan. Itu menyebabkan Maria mengandung seorang anak. Karena
itu, pikiran kita juga - dan mungkin khususnya - diarahkan kepada Roh Allah
dengan / secara mencipta melayang-layang di atas permukaan air pada saat
penciptaan (Kej 1:2). Dalam hubungan yang
sama lihat Maz 104:30, khususnya dalam kalimat yang bersifat puisi: ‘RohMu, ya
Allah, membuat kehidupan berlimpah-limpah’. Karena
itu, Roh yang menaungi, bukan hanya melindungi tetapi juga mencipta. Itu
menyebabkan / menimbulkan / menghasilkan janin dalam kandungan Maria.].
Kej
1:2 - “Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera
raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.”.
Maz 104:30
- “Apabila Engkau mengirim rohMu, mereka tercipta, dan Engkau
membaharui muka bumi.”.
b)
Anak yang akan dilahirkan itu akan disebut kudus.
Ini
menunjukkan bahwa Yesus bisa lahir kudus karena pekerjaan Roh Kudus dalam
pembuahan tersebut. Padahal kalau Yesus adalah bayi
tabung dari surga, maka tentu tidak dibutuhkan pengudusan seperti itu.
Tetapi karena Yesus memang berasal dari benih Maria (yang juga adalah orang
berdosa), maka dibutuhkan pengudusan dari Roh Kudus supaya Yesus bisa lahir
suci.
Bahwa
ini memang ajaran Reformed terlihat jelas karena hal ini masuk dalam ‘Westminster Confession of Faith’ pasal 8 ayat 2 yang berbunyi:
“The Son of God, the second person in the Trinity, being very and eternal
God, of one substance and equal with the Father, did, when the fulness of
time was come, take upon Him man’s nature, with all the essential properties,
and common infirmities thereof, yet without sin; being conceived by the power
of the Holy Ghost, in the womb of the virgin Mary, of her substance. So that
two whole, perfect, and distinct natures, the Godhead and the manhood, were
inseparably joined together in one person, without conversion, composition, or
confusion. Which person is very God, and very man, yet one Christ, the only
Mediator between God and man.” [= Anak Allah, pribadi kedua dalam Tritunggal, yang adalah Allah
yang sungguh-sungguh dan kekal, dari satu zat dan setara dengan Bapa, pada waktu kegenapan
waktunya sudah tiba, memang mengambil kepada diriNya hakekat manusia, dengan
semua sifat-sifat hakiki, dan kelemahan-kelemahan umum darinya, tetapi tanpa
dosa; dikandung oleh kuasa Roh Kudus, dalam rahim / kandungan dari perawan
Maria, dari
zatnya / zat Maria. Maka / jadi, kedua hakekat yang penuh / utuh, sempurna, dan
berbeda, keAllahan dan kemanusiaan, digabungkan bersama-sama secara tak terpisahkan dalam satu
pribadi, tanpa perubahan / penukaran, percampuran, atau kekacauan / percampuran.
Pribadi mana adalah sungguh-sungguh Allah,
dan sungguh-sungguh
manusia, tetapi satu Kristus, satu-satunya Pengantara antara Allah dan
manusia.].
Pandangan
ini juga didukung oleh Athanasian Creed / Pengakuan Iman Athanasius: “28. It
is, therefore, true faith that we believe and confess that our Lord Jesus Christ
is both God and man. 29. He is
God, generated from eternity from the substance of the Father; man, born in time
from the substance of his mother.” [= 28. Karena itu adalah iman
yang benar bahwa kita percaya dan mengaku bahwa Tuhan kita Yesus Kristus adalah
Allah dan manusia. 29. Ia
adalah Allah, diperanakkan
dari kekekalan dari zat Sang Bapa; manusia, dilahirkan
dalam waktu dari zat ibuNya.]
- A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’,
hal 117-118.
Bahwa
manusia Yesus / hakekat manusia Yesus itu berasal dari sel telur Maria, juga
menunjukkan bahwa manusia
Yesus / hakekat manusia Yesus itu adalah makhluk ciptaan,
dan jelas tidak kekal, atau mulai ada di dalam waktu.
Perlu
diingat bahwa kata-kata ‘begotten,
not made’ [= ‘diperanakkan, bukan dicipta’]
dalam Pengakuan Iman Nicea - Konstantinople, tidak menunjuk kepada kemanusiaan /
hakekat manusia Yesus, tetapi menunjuk kepada keilahianNya.
Perhatikan
beberapa kutipan pendukung di bawah ini.
John
Owen:
“The
framing, forming, and miraculous conception of the body of Christ in the womb of
the blessed Virgin was the peculiar and especial work of the Holy Ghost. ... The
act of the Holy Ghost in this matter was a creating act; not, indeed, like
the first creating act, which produced the matter and substance of all things
out of nothing, causing that to be which was not before, neither in matter, nor
form, nor passive disposition; but like those subsequent acts of creation,
whereby, out of matter before made and prepared, things were made that which
before they were not, and which of themselves they had no active disposition
unto nor concurrence in. So man was created or formed of the dust of the earth,
and woman of a rib taken from man. There was a previous matter unto their
creation, but such as gave no assistance nor had any active disposition to the
production of that particular kind of creature whereinto they were formed by the
creating power of God. Such was this act of the Holy Ghost in forming the body
of our Lord Jesus Christ; for although it was effected by an act of infinite
creating power, yet it was formed or made of the substance of the blessed
Virgin.” [= Penyusunan, pembentukan, dan
pembuahan yang bersifat mujijat dari tubuh Kristus di dalam kandungan Perawan
yang diberkati merupakan pekerjaan yang khas dan khusus dari Roh Kudus. ... Tindakan
Roh Kudus dalam persoalan ini merupakan tindakan
penciptaan; memang tidak seperti tindakan penciptaan pertama,
yang menghasilkan bahan dan zat dari segala sesuatu dari tidak ada,
menyebabkannya ada padahal tadinya tidak ada, baik dalam bahannya, bentuknya,
maupun penyusunan / kecondongan pasif; tetapi seperti tindakan-tindakan
penciptaan yang berikutnya, dengan mana, dari bahan yang
sudah dibuat dan dipersiapkan sebelumnya, benda-benda / hal-hal yang sebelumnya
tidak ada dibuat / dicipta, dan yang dari dirinya sendiri mereka tidak
mempunyai kecondongan aktif kepada hal itu maupun persetujuan. Demikianlah
manusia / orang laki-laki diciptakan atau dibentuk dari debu tanah, dan
perempuan dari tulang rusuk laki-laki. Disana sudah ada bahan untuk penciptaan
mereka, tetapi sedemikian rupa sehingga tidak memberikan bantuan atau mempunyai
kecondongan aktif pada produksi dari jenis ciptaan tertentu ke dalam mana mereka
dibentuk oleh kuasa penciptaan Allah. Demikian jugalah tindakan
Roh Kudus dalam membentuk tubuh dari Tuhan Yesus Kristus; karena sekalipun itu
dihasilkan oleh tindakan dari kuasa penciptaan
yang tak terbatas, tetapi itu dibentuk
atau dibuat dari zat dari sang Perawan yang diberkati.] - ‘The Works
of John Owen’, vol 3, ‘The Holy
Spirit’, hal 162,163-164.
Herman
Bavinck:
·
“Even
though Christ has assumed a human nature which is finite and limited and
which began in time, as person, as Self, Christ does not in Scripture stand
on the side of the creature but on the side of God.” [= Sekalipun
Kristus telah mengambil suatu hakekat manusia yang terbatas dan yang
dimulai dalam waktu, tetapi sebagai pribadi, sebagai Diri / Ego,
dalam Kitab Suci Kristus tidak berdiri di pihak makhluk ciptaan tetapi di pihak
Allah.] - ‘Our
Reasonable Faith’, hal 317.
·
“The
separation between God and man is not a gradual difference but a deep gulf. The
relationship is that of Creator and creature,
and the creature from the nature of his being can never become Creator, nor have
the significance and worth for us human beings of the Creator, on whom we are
absolutely dependent.”
[= Celah yang membedakan antara Allah dan manusia bukanlah suatu perbedaan yang
moderat / tidak curam tetapi suatu jurang yang dalam. Hubungan itu adalah
hubungan Pencipta dan makhluk ciptaan, dan
makhluk ciptaan sesuai dengan keadaan alamiah keberadaannya tidak pernah bisa
menjadi Pencipta, ataupun mempunyai arti dan nilai bagi kita manusia dari sang
Pencipta, kepada siapa kita tergantung secara mutlak.]
- ‘Our Reasonable Faith’, hal 323.
·
“That
human nature did not exist beforehand. ... But in the incarnation, also,
Scripture holds to the goodness of creation and to the Divine origin of
matter.”
[= Hakekat manusia itu tidak ada sebelumnya.
... Tetapi juga dalam inkarnasi, Kitab Suci berpegang pada kebaikan
penciptaan dan pada asal usul Ilahi dari zat / bahan.] - ‘Our Reasonable Faith’,
hal 325.
·
“Just
as the human nature of Christ did not exist before the conception in Mary, so it
did not exist for sometime before, nor some time after, in a state of separation
from Christ.”
[= Sebagaimana hakekat manusia Kristus itu tidak ada
sebelum pembuahan di dalam Maria,
begitu juga hakekat manusia itu tidak ada sebelumnya, ataupun setelahnya, dalam
keadaan terpisah dari Kristus.] - ‘Our
Reasonable Faith’, hal 326.
·
“In
short, to one and the same subject, one and the same person, Divine and human
attributes and works, eternity and time, omnipresence and limitation,
creative omnipotence and creaturely weakness are ascribed.” [=
Singkatnya, subyek yang satu dan yang sama, pribadi yang satu dan yang sama,
dianggap mempunyai sifat-sifat dasar dan pekerjaan-pekerjaan Ilahi dan manusia,
kekekalan dan waktu / terbatas waktu,
kemaha-adaan dan keterbatasan, kemaha-kuasaan yang bersifat mencipta dan kelemahan
makhluk ciptaan.]
- ‘Our Reasonable Faith’, hal 326.
Calvin
tentang kata-kata ‘seperti anak
manusia’
dalam Daniel 7:13 (ayatnya saya berikan di bawah):
“We
must now see why he uses the word ‘like’ the Son of man; ... the Prophet
says, ‘He appeared’ to him ‘as the Son of man,’ as Christ had not yet
taken upon him our flesh. And we must remark that saying of Paul’s: When the
fulness of time was come, God sent his Son, made of a woman. (Gal. 4:4.) Christ
then began to be a man when he appeared on earth as Mediator, for he had not
assumed the seed of Abraham before he was joined with us in brotherly union.
This is the reason why the Prophet does not pronounce Christ to have been man at
this period, but only like man; for otherwise he had not been that Messiah
formerly promised under the Law as the son of Abraham and David. For if from the
beginning he had put on human flesh, he would not have been born of these
progenitors. It follows, then, that Christ was not a man from the beginning, but
only appeared so in a figure. ... This was a symbol, therefore, of Christ’s
future flesh, although that flesh did not yet exist.”
[= Sekarang kita harus melihat mengapa
ia menggunakan kata ‘seperti’ Anak
manusia; ... sang Nabi berkata, ‘Ia kelihatan’ kepadanya ‘seperti
Anak manusia’, karena Kristus
belum mengambil kepadaNya daging kita. Dan kita harus memperhatikan
perkataan Paulus itu: ‘Pada waktu kegenapan waktunya sudah tiba, Allah
mengutus AnakNya, dibuat dari seorang perempuan.’ (Gal 4:4). Maka Kristus mulai
menjadi / adalah seorang manusia pada waktu Ia muncul di bumi sebagai Pengantara,
karena Ia belum mengambil benih / keturunan Abraham sebelum Ia digabungkan
dengan kita dalam persatuan persaudaraan. Inilah alasannya mengapa sang Nabi
tidak mengumumkan Kristus sudah adalah manusia pada masa ini, tetapi hanya seperti
manusia; karena kalau tidak Ia bukanlah Mesias itu yang sebelumnya dijanjikan di
bawah hukum Taurat sebagai anak / keturunan Abraham dan Daud. Karena
seandainya dari semula Ia telah mengenakan daging manusia, Ia tidaklah
dilahirkan oleh nenek moyang ini. Maka akibatnya adalah bahwa Kristus bukanlah
seorang manusia dari semula, tetapi hanya kelihatan demikian dalam suatu bentuk
jasmani. ... Karena itu, ini adalah suatu simbol dari daging Kristus yang akan
datang, sekalipun daging itu belum ada (pada saat itu).]
- hal 41.
Daniel
7:13 - “Aku terus
melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang
seperti anak manusia;
datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapanNya.”.
Gal
4:4 - “Tetapi
setelah genap waktunya, maka Allah mengutus AnakNya, yang lahir dari seorang
perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.”.
Calvin
menambahkan: jadi kalau dalam ayat-ayat seperti Fil 2:7 digunakan kata ‘seperti’,
maka alasannya berbeda dengan pada waktu kata ‘seperti’
itu digunakan dalam Dan 7:13. Dalam Fil 2:7 (juga Ro 8:3
Ibr 2:17) kata ‘seperti’
itu digunakan karena daging yang telah diambil oleh Kristus itu bukan seperti
daging dari Adam sebelum ia jatuh ke dalam dosa, tetapi daging yang sekalipun
tidak berdosa tetapi telah dilemahkan oleh dosa. Sedangkan dalam Daniel 7:13,
kata ‘seperti’
itu digunakan karena pada saat itu daging Kristus memang belum ada, dan yang
dilihat oleh Daniel pada saat itu hanyalah simbol dari daging Kristus yang akan
datang.
Catatan:
untuk Fil 2:7 dan Ibr 2:17 lihat KJV.
Dan
dalam tafsirannya tentang Mikha 5:1, Calvin berkata sebagai berikut:
“the
Prophet could not properly nor wisely mention the human nature of Christ with
the divine, with reference to eternity. The Word of God, we know, was eternal;
and we know, that when the fulness of time came, as Paul says, Christ put on our
nature, (Gal. 4:4.) Hence the beginning of Christ as to the flesh was not so
old, if his existence be spoken of: to set them together then would have been
absurd.” [=
sang Nabi tidak bisa secara tepat / benar
ataupun secara bijaksana menyebutkan hakekat manusia dari Kristus dengan hakekat
ilahiNya, berkenaan dengan kekekalan.
Firman Allah, kita tahu, adalah kekal; dan kita tahu, bahwa pada saat kegenapan
waktunya datang, seperti Paulus katakan, Kristus memakai / mengenakan hakekat
kita, (Gal 4:4). Karena itu permulaan
dari Kristus berkenaan dengan daging / manusia tidaklah
begitu tua, jika keberadaanNya yang
dibicarakan: maka, membuat mereka (keilahian dan kemanusiaan Kristus)
bersama-sama akan merupakan sesuatu yang menggelikan / konyol.]
- hal 299.
Mikha
5:1 - “Tetapi
engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari
padamu akan bangkit bagiKu seorang yang akan memerintah Israel, yang
permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.”.
Philip
Schaff:
“The
Son, as man, is produced; as God, he is unproduced or uncreated; he is begotten
from eternity of the unbegotten Father. To this Athanasius refers the passage
concerning the Only-begotten who is in the bosom of the Father.”
[= Anak, sebagai manusia, dihasilkan
/ diciptakan; sebagai Allah, Ia tidak
dihasilkan atau tidak diciptakan; Ia diperanakkan dari kekekalan dari
Bapa yang tidak diperanakkan. Untuk ini Athanasius menunjuk pada text tentang
Satu-satunya yang diperanakkan, yang ada di dada Bapa (Yoh 1:18).]
- ‘History of the Christian Church’, vol III, hal 658.
Robert
M. Bowman Jr.:
“In his ‘Prologue’ John contrasts
the Word, which ‘was’ (EN, third person imperfect form of EIMI) in the
beginning, with his bringing into existence (EGENETO, the third person singular
indicative form of GENESTHAI) of all things (John 1:1-3). ... to say that the
Word was continuing to exist at the beginning of created time is simply another
way of saying that the Word was eternal. By going on to say that this uncreated
Logos ‘became’ (egeneto) flesh
(1:14), John draws another contrast between the two natures of Christ. To put it
in the classic terminology of orthodox incarnational theology, Christ was
uncreated (EN) with respect to his deity, but created (EGENETO) with respect to
his humanity.” [= Dalam
‘Pendahuluan’nya Yohanes mengkontraskan Firman, yang ‘was’ /
telah ada (EN, orang ketiga, bentuk imperfect dari EIMI) pada mulanya,
dengan pembuatan / penciptaan (EGENETO, orang ketiga tunggal, bentuk indikatif
dari GENESTHAI) dari segala sesuatu (Yoh 1:1-3). ... mengatakan bahwa Firman
terus ada pada permulaan dari waktu yang diciptakan hanyalah merupakan cara lain
untuk mengatakan bahwa Firman itu kekal. Dengan mengatakan selanjutnya bahwa
Logos yang tidak diciptakan ini ‘became’ / ‘menjadi’ (EGENETO)
daging (1:14), Yohanes membuat kontras yang lain antara kedua hakekat Kristus.
Untuk mengatakannya dalam ungkapan klasik dari theologia inkarnasi yang ortodox,
Kristus tidak diciptakan (EN) berkenaan dengan
keallahanNya, tetapi diciptakan (EGENETO)
berkenaan dengan kemanusiaanNya.] - ‘Jehovah’s Witnesses, Jesus Christ, and the
Gospel of John’, hal 114.
-bersambung-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ