Eksposisi
Kisah Para Rasul
oleh:
Pdt. Budi Asali MDiv.
Kisah Rasul 9:32-43
Pada Kis 2-5
telah kita lihat bahwa Petrus selalu menggunakan setiap kesempatan untuk
memberitakan Injil / Firman Tuhan (bdk. Ef 5:16 - “pergunakanlah
waktu yang ada”). Dalam
bacaan hari ini, kembali kita bisa melihat bagaimana ia menggunakan kesempatan
untuk memberitakan Injil / Firman Tuhan.
I) Petrus
melakukan perkunjungan (ay 32).
Kis 9:31 menunjukkan bahwa gereja saat itu ada dalam keadaan
damai. Apakah saat seperti itu digunakan oleh Petrus untuk santai / relax?
Tidak! Ia menggunakan kesempatan untuk mengunjungi jemaat (yang bertobat karena
penginjilan dalam Kis 8), untuk mengajar, menguatkan, menasehati, menghibur
mereka dsb. Pelayanan untuk menguatkan orang kristen yang baru adalah sesuatu
yang penting. Saudara bisa melakukan hal ini dengan cara:
· mengajak
orang kristen baru itu ke Kebaktian / Pemahaman Alkitab.
· membelikan
buku Saat Teduh, dan mengajari dia untuk bersaat teduh setiap hari.
· membelikan
dia buku-buku rohani yang cocok bagi dia.
· berkhotbah
/ mengajar.
II) Petrus
melakukan mujijat.
Dalam melakukan perkunjungan itu Petrus melakukan 2 mujijat, yaitu:
1) Kesembuhan Eneas (ay 33-35).
a)
Yesus tetap bisa menyembuhkan sekalipun orangnya bukan orang percaya.
Tidak disebutkan dengan jelas apakah Eneas itu orang kristen atau
bukan. Ada orang-orang yang menghubungkan ay 32b dengan ay 33a dan mengatakan
bahwa Eneas adalah orang kristen karena Petrus menjumpai dia di antara
orang-orang kudus. Tetapi kalau dilihat bahwa ay 36 menyebut Tabita sebagai
‘murid’ sedangkan ay 33 tidak menyebut Eneas dengan sebutan seperti itu,
saya lebih condong untuk berkata bahwa Eneas bukanlah orang kristen, setidaknya
ia bukan orang kristen yang sejati. Tetapi ia toh mengalami mujijat kesembuhan.
Hal seperti itu sering terjadi dalam Kitab Suci. Orang sembuh atau tidak, bukan
tergantung imannya, tetapi tergantung kehendak Allah! Memang ada kasus-kasus
dimana Tuhan tidak mau melakukan mujijat karena orangnya tidak percaya (bdk. Mat 13:58);
juga ada kasus dimana ia melakukan mujijat berdasarkan iman orangnya (bdk. Mat 8:13
Mat 9:27-31); tetapi tidak selalu demikian. Seringkali Ia tetap melakukan
mujijat sekalipun orangnya tidak per-caya. Misalnya:
· pada
waktu ia mengusir setan yang merasuk seseorang (Mat 8:28-34 Mat 9:32-34).
Orang yang kerasukan itu jelas bukan orang percaya, tetapi ia toh disembuhkan.
· pada
waktu ia membangkitkan orang mati (Luk 7:11-17 - Ia sama sekali tidak
mempersoalkan iman).
· pada
waktu ia meredakan angin ribut (Mat 8:23-27).
· pada
waktu Ia menyembuhkan orang yang mati sebelah tangannya (Mat 12:9-15a) dan
orang bisu yang kerasukan setan (Mat 12:22). Lagi-lagi di sini Yesus sama
sekali tidak mempersoalkan iman.
· dll.
Sebetulnya mengapa hal seperti ini dibicarakan? Karena pada jaman
ini ada banyak ‘penyembuh’, yang pada waktu gagal menyembuhkan orang yang
sakit, lalu menyalahkan si sakit itu karena kurang / tidak beriman. Dari semua
penjelasan di atas terlihat bahwa tuduhan itu tidak berdasar, karena Tuhan tetap
bisa melakukan mujijat / memberi kesembuhan kepada orang yang tidak beriman.
Bahkan kalau kita melihat peristiwa dalam Mat 17:14-21, pada waktu
murid-murid Yesus gagal menyembuhkan orang yang kerasukan setan, Yesus
mengatakan bahwa hal itu disebabkan karena murid-murid yang kurang beriman!
Jadi, si penyembuhnya yang salah, bukan si sakit!
b)
Eneas lumpuh selama 8 tahun (ay 33).
Ini dituliskan bukan hanya untuk menunjukkan penderitaan Eneas,
tetapi terutama untuk menunjukkan secara jelas akan penyakitnya, sehingga
menunjukkan bahwa kesembuhannya betul-betul merupakan suatu mujijat.
c)
Ay 34: Yesus yang menyembuhkan!
Petrus tidak mencuri kemuliaan Allah dengan mengatakan bahwa ia
yang menyembuhkan Eneas. Juga ia tidak ‘nunut’ pada kemuliaan Allah dengan
mengatakan bahwa Yesus menyembuhkan melalui dia. Ia hanya mau memuliakan Allah /
Yesus. Apakah saudara juga demikian? Bdk. Yoh 3:30.
Petrus berani mengucapkan ay 34 itu pasti karena ia tahu bahwa itu
memang adalah kehendak Allah. Petrus tidak bisa menyembuhkan orang sesuka
hatinya sendiri!
d)
Perintah untuk membereskan tempat tidur (ay 34) dimaksudkan untuk membuktikan
kesembuhan orang itu betul-betul sempurna (bdk. Yoh 5:8 Mark 2:11
Mark 5:43). Jadi, memberikan bukti bahwa seseorang betul-betul telah sembuh
bukanlah sesuatu yang salah. Banyak orang yang mengaku telah mengalami
kesembuhan ilahi, tetapi tidak bisa / tidak mau memberikan bukti kesembuhan
(pemeriksaan secara medis, dsb - bdk. Luk 17:14), dan bahkan menganggap
bahwa mencari bukti semacam itu adalah tindakan yang tidak beriman. Ini salah!
Bukti itu penting!
2) Kebangkitan Dorkas (ay 36-42).
a)
Nama Tabita (Aramaic / Ibrani) dalam bahasa Yunaninya adalah Dorkas. Artinya
adalah semacam rusa (gazzelle).
b)
Ia adalah seorang murid (ay 36).
Mengapa orang kristen disebut murid? (bdk. ay 38:
‘murid-murid’). Karena orang kristen belajar Firman Tuhan. Kalau saudara
tidak se-nang belajar Firman Tuhan, saudara bukan murid, dan itu juga berarti
bahwa saudara bukan orang kristen.
Penerapan:
Rajinkah saudara ikut Pemahaman Alkitab?
c)
Kehidupannya:
· banyak
berbuat baik dan memberi sedekah (ay 36).
· menolong
janda-janda (ay 39 bdk. Yak 1:27).
Ia adalah seseorang yang membuktikan imannya dengan perbuatan baik.
Ia juga adalah seseorang yang belajar Firman Tuhan dan melayani. Bandingkan ini
dengan kebanyakan orang kristen yang:
¨ tidak belajar maupun melayani!
¨ hanya melayani tetapi tidak belajar.
¨ hanya belajar tetapi tidak melayani.
Kesalehan Dorkas ini menyebabkan ketika ia mati:
* Banyak
orang menangisi dia (ay 39 bdk. Amsal 11:10b - “bila
orang fasik binasa, gemuruhlah sorak sorai”).
Renungkan:
bagaimana kira-kira kalau saudara yang mati?
* Orang-orang
menceritakan kebaikan-kebaikannya (ay 39).
Renungkan: kalau saudara mati, perbuatan apa dari saudara yang akan
dibicarakan orang? Bahwa saudara adalah orang baik yang suka menolong? Bahwa
saudara adalah orang yang jujur? Bahwa saudara adalah orang yang rajin yang
selalu bekerja dengan giat? Bahwa saudara adalah orang yang sabar? Bahwa saudara
adalah orang yang rendah hati? Atau sebaliknya bahwa saudara adalah orang yang
egois, suka berdusta, malas, suka marah, suka memfitnah, sombong, kikir, dsb?
d)
Ia sakit, mati, lalu dimandikan, dsb (ay 37).
Ini menunjukkan bahwa ia betul-betul sudah mati.
e)
Petrus dipanggil (ay 38).
Cerita kesembuhan Eneas sudah tersebar (ay 35,38), tetapi mengapa
mereka memanggil Petrus?
· Untuk
membangkitkan Dorkas? Rasanya tidak mungkin karena Stefanus matipun tidak
dibangkitkan!
· Untuk
menghibur mereka.
· Untuk
menyembuhkan Dorkas, yang pada saat itu belum mati.
Jadi, mungkin sekali pada waktu mereka mengutus orang untuk
memanggil Petrus, Dorkas belum mati. Tetapi pada waktu Petrus sampai ke situ,
Dorkas sudah mati (jadi, ay 38 terjadi pada waktu Dorkas sakit).
f)
Apa yang dilakukan oleh Petrus? (ay 40).
· Ia
menyuruh semua orang keluar, mungkin supaya ia bisa lebih berkonsentrasi dalam
doa.
· Ia
berlutut. Ini memang tidak berarti bahwa kita harus selalu berdoa dengan
berlutut.
· Ia
berdoa. Kita memang tidak diharuskan untuk meniru apa yang Petrus lakukan di
sini, yaitu berdoa untuk membangkitkan orang yang sudah mati. Ingat bahwa Mat 10:5-10
berlaku hanya untuk 12 murid yang diutus pada saat itu, dan tidak berlaku bagi
kita sekarang! Ini terbukti karena pada saat itu mereka hanya boleh memberitakan
Injil kepada orang Yahudi, sedangkan dalam Mat 28:19 mereka dan kita
disuruh menjadikan semua bangsa murid Kristus. Jadi ini membuktikan bahwa
perintah dalam Mat 10:1-5 itu sudah tidak berlaku lagi. Tetapi kalau demikian,
mengapa Petrus membangkitkan Dorkas? Petrus membangkitkan Dorkas bukan
berdasarkan Mat 10:1-5. Ia membangkitkan Dorkas karena itu adalah kehendak
Tuhan pada saat itu.
g)
Dorkas hidup kembali (ay 40b-41).
Ay 41 membuktikan bahwa ia betul-betul hidup kembali.
Dalam kasus Eneas, ia pasti senang waktu disembuhkan, tetapi
bagaimana dengan Dorkas? Ia sudah di surga, lalu harus kembali ke dunia. Apakah
itu tidak membuatnya marah / kecewa? Tidak, kalau ia percaya:
· pada
kata-kata Paulus dalam Fil 1:21-24 - “Karena
bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus
hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang
harus kupilih, aku tidak tahu. Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan
diam bersama-sama dengan Kristus - itu memang jauh lebih baik; tetapi lebih
perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu”.
· bahwa
kehendak Allah adalah yang terbaik.
Akibat dari kedua mujijat ini: gereja bertumbuh (ay 35,42).
III) Petrus di
Yope (ay 43).
Sekalipun dalam ay 35,42 dikatakan bahwa orang-orang itu berbalik
kepada Tuhan, percaya kepada Tuhan, dsb, itu belum tentu berarti bahwa mereka
betul-betul bertobat. Ingat bahwa mujijat tanpa Injil tidak mungkin membawa
seseorang ke dalam pertobatan yang sejati.
Tetapi bagaimanapun, masuknya mereka ke dalam gereja merupakan
suatu kesempatan yang baik yang tidak akan disia-siakan oleh Petrus. Karena itu
ia sengaja tinggal beberapa hari di Yope. Untuk apa? Sekalipun tidak dituliskan
di sana, jelas ia memberitakan Injil / Firman Tuhan. Ia lagi-lagi menggunakan
kesempatan dengan baik.
Bagaimana dengan saudara? Maukah saudara menggunakan kesempatan
untuk membawa seseorang kepada Yesus?
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali