Eksposisi
Kisah Para Rasul
oleh: Pdt. Budi
Asali MDiv.
KISAH
PARA RASUL 7:54-8:4
I) Kematian Stefanus.
1) Orang-orang Yahudi menjadi marah (7:54).
Dalam
7:2-53 Stefanus mengadakan pembelaan, tetapi ia sekaligus memberitakan Firman
Tuhan / menyerang mereka / menegur dosa-dosa mereka. Ibr 4:12 mengatakan bahwa
Firman Tuhan lebih tajam dari pedang bermata dua manapun dan Firman Tuhan
menusuk amat dalam. Tetapi ada dua macam tertusuk:
a) Tertusuk lalu bertobat.
Ini
terjadi dalam Kis 2:37. Kitab Suci bahasa Indonesia secara salah menterjemahkan
‘terharu’; terjemahan yang benar adalah ‘tertusuk’ / ‘teriris
hatinya’.
b)
Tertusuk dalam arti marah.
Ini
terjadi dalam Kis 5:33 dan Kis 7:54 ini.
Yang mana yang sering menjadi reaksi saudara pada waktu mendengar
Firman Tuhan?
2)
Stefanus.
a) Ia penuh dengan Roh Kudus (7:55).
Ini
berarti ia dikuasai dan dipimpin sepenuhnya oleh Roh Kudus.
b) Menatap ke langit (7:55).
Ia
menujukan pandangannya kepada Allah! Biasanya orang yang sedang menderita /
mengalami sesuatu yang berbahaya / menakutkan terus menujukan pandangannya pada
penderitaannya atau pada sesuatu yang menakutkan itu!
Contoh:
Ini justru salah. Kita harus menujukan pandangan kita kepada Allah.
Kita harus merenungkan kasih, kuasa, kesetiaan, keadilan Allah, dsb. Semua ini
bisa menguatkan kita menghadapi bahaya / penderitaan itu.
c)
Melihat penglihatan (7:55).
d) Memberitakan penglihatan itu kepada orang Yahudi (7:56).
Dengan
kata lain Stefanus berkata: Yesus yang kalian musuhi dan bunuh itu ada di surga
di tempat yang paling terhormat!
Catatan:
sebelah kanan Allah tidak boleh diartikan secara hurufiah. Ingat Allah itu maha
ada. Kedudukan di sebelah kanan Allah menunjukkan kedudukan yang paling
terhormat.
Dalam
keadaan yang berbahaya seperti itu Stefanus masih berani memberitakan
penglihatan tentang Yesus. Ini betul-betul luar biasa, dan ini sesuai dengan
kata-kata Paulus dalam 2Tim 4:2 - "Beritakanlah
firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang
salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran".
Kalau dalam keadaan tidak berbahaya saja saudara tidak mau / tidak
berani memberitakan Injil, bagaimana dalam keadaan berbahaya?
3) Tanggapan orang-orang Yahudi.
a) Berteriak-teriak dan menutup telinga (7:57).
Ini
mereka lakukan karena mereka menganggap kata-kata Stefanus sebagai hujatan dan
mereka tidak mau mendengar hujatan itu lebih banyak lagi.
Penerapan:
Pada
saat saudara mendengar Firman Tuhan (yang menegur saudara), apakah saudara juga
sering berhenti mendengar? Ini bisa saudara lakukan dengan sekedar tidak
mempedulikan firman atau dengan berbicara kepada orang di sebelah saudara, dsb.
Bandingkan sikap ini dengan Yak 1:19 yang berbunyi:
"Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang
hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga
lambat untuk marah".
b)
Menyerbu, menyeret dan merajam Stefanus (7:57-58).
Menurut Ul 17:7 pada saat merajam, maka para saksi harus melempar
batu pertama.
4) Stefanus berdoa (7:59-60).
a) Stefanus berdoa biasa, bukan dengan bahasa roh (padahal ia penuh
Roh Kudus).
b)
Stefanus menujukan doanya kepada Yesus (7:59) dan saat itu ia dipenuhi Roh Kudus
sehingga jelas bahwa tindakannya itu dipimpin oleh Roh Kudus dan tidak mungkin
salah!
Jadi, berdoa kepada Yesus tidak salah! Bapa, Anak, dan Roh Kudus
adalah Allah, sehingga kita boleh berdoa kepada yang manapun dari Mereka!
c) Stefanus tetap tenang, sekalipun ia menghadapi kematian yang
mengerikan.
Mengapa Stefanus bisa tetap tenang sekalipun ia menghadapi kematian
yang mengerikan, sedangkan banyak orang lain menghadapi kematian yang ‘enak’
/ ‘tenang’ tetapi mereka menghadapinya dengan takut / gelisah? Karena
Stefanus memiliki Yesus dan orang-orang itu tidak! Kalau saat ini saudara
menghadapi kematian, bisakah saudara tenang? Kalau tidak, datanglah kepada Yesus
dan terimalah Dia sebagai Juruselamat saudara!
d)
Stefanus betul-betul penuh dengan kasih!
Ia
mempraktekkan Mat 5:44 dengan berdoa bagi musuh-musuhnya (7:60). Dan doa ini,
setidaknya sebagian dari doa ini, dijawab / dikabulkan oleh Tuhan, karena
akhirnya Saulus bertobat dan bahkan menjadi rasul yang terbesar! Mungkin
Stefanus sendiri tidak pernah mengira bahwa doanya akan menghasilkan sesuatu
yang begitu hebat. Memang Allah bisa mengabulkan jauh lebih banyak daripada yang
kita doakan (Ef 3:20). Karena itu banyaklah berdoa, khususnya untuk orang-orang
yang belum percaya.
e) Stefanus ingat akan Firman Tuhan / tindakan / kata-kata Yesus
pada saat ia ada dalam bahaya / mengalami rasa sakit / hampir mati.
Jelas bahwa ia bisa melakukan semua itu karena ia banyak
mempelajari / merenungkan Firman Tuhan. Memang pada jaman Stefanus itu keempat
kitab Injil belum ada, tetapi jelas bahwa rasul-rasul dalam pengajarannya banyak
menceritakan tindakan dan kata-kata Yesus, khususnya di sekitar penderitaan /
salib. Dan Stefanus mendengar semua ini dari pengajaran Firman Tuhan dari
rasul-rasul.
Penerapan:
Karena itu saudara juga harus rajin / tekun dalam membaca, belajar
dan merenungkan Firman Tuhan, baik dalam Saat Teduh, dalam Pemahaman Alkitab,
dalam Kebaktian! Ini akan banyak manfaatnya khususnya pada waktu saudara
menghadapi problem, penderitaan, penganiayaan, bahkan kematian.
II)
Penganiayaan terhadap Gereja.
Setelah Stefanus mati,
orang-orang Yahudi bukannya bertobat ataupun puas, tetapi malah menjadi makin
haus darah! Sekarang mereka menyerang gereja! (8:1b,3). Jadi, orang kristen
ditangkapi, dipenjarakan, disiksa, dipaksa menyangkal iman dan bahkan dibunuh.
Ini terlihat dari kesaksian Paulus sendiri dalam Kis 22:4-5 dan Kis 26:10-11.
Hal yang perlu direnungkan /
dipikirkan adalah bahwa hal ini juga bisa terjadi pada diri kita. Menjelang
akhir jaman, dengan kedatangan anti Kristus, dsb, maka kita akan memasuki masa
kesukaran besar. Kita / orang kristen bukannya akan mengalami rapture /
pengangkatan sehingga terluput dari masa kesukaran besar seperti yang jaman
sekarang banyak diajarkan (bdk. Wah 7:14 - "mereka
ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan besar").
Karena itu penganiayaan seperti itu bisa menjadi pengalaman kita! Apakah saudara
siap menghadapi penganiayaan? Karena itu, gunakan masa ini baik-baik untuk
menguatkan iman saudara sehingga kalau masa kesukaran besar itu datang, saudara
bisa berdiri teguh!
III) Apa yang dilakukan oleh
Gereja?
1) Jemaat menguburkan dan meratapi Stefanus (8:2).
Kita
tidak pernah membaca dalam Kitab Suci bahwa orang-orang kristen pada saat itu
lalu menyalahkan Stefanus. Sebaliknya dari penguburan dan peratapan terhadap
Stefanus yang diceritakan di sini, jelas bahwa jemaat tidak menyalahkan
Stefanus!
Coba bayangkan, andaikata saat ini ada orang yang berkobar-kobar
memberitakan Injil dengan cara benar sehingga ia lalu dibunuh. Dan
setelah itu muncul penganiayaan terhadap orang kristen, termasuk pada saudara,
apakah saudara tidak akan menyalahkan kefanatikan orang itu? Kalau saudara
menyalahkan, saudara salah! Tidak peduli betapa hebatnya akibat negatif yang
timbul akibat tindakan benar seseorang, kita tidak boleh menyalahkan orang itu!
2)
Jemaat tersebar (8:1b).
Apakah
‘lari’ dari penganiayaan seperti itu adalah dosa? Perlu diketahui bahwa
kalau kita mau dibunuh / dianiaya, maka kita tidak boleh menyerahkan diri kita
begitu saja, karena ini sama dengan bunuh diri / tidak mengasihi diri sendiri.
Jadi, kecuali ada alasan khusus, maka dalam keadaan seperti itu sebetulnya kita
justru harus lari.
Sekalipun
dalam keadaan seperti itu kita boleh lari, tetapi itu bisa merupakan dosa, kalau
larinya dengan takut / tidak beriman seperti yang terjadi dalam Mark 14:50-52.
Tetapi juga bisa bukan dosa kalau seperti dalam Mat 12:14-15 & Kis 9:23-26,
dimana orangnya lari / menyingkir hanya untuk melindungi nyawanya, tetapi tetap
dengan beriman kepada Tuhan dan dengan tidak takut.
Jemaat
abad pertama ini tidak takut. Apa buktinya? Mereka berani menguburkan dan
meratapi Stefanus (8:2), bukannya bersikap seolah-olah mereka tidak kenal dia!
3)
Rasul-rasul tidak lari, mereka tetap di Yerusalem (8:1b). Mengapa?
a. Mungkin karena mereka disuruh Tuhan untuk tetap di Yerusalem
(bdk. Kis 18:5-11).
b.
Mungkin mereka bersikap sebagai gembala yang harus mempertahan-kan domba-domba
mereka (bdk. Yoh 18:3-9 Yoh 10:11-13).
c.
Mungkin kalau mereka lari, maka ‘predikat pengecut’ akan merugikan gereja
dan melemahkan iman orang-orang kristen yang lain.
Jadi, kalau terjadi hal seperti itu, seorang hamba Tuhan boleh lari
atau tidak, tergantung pada:
Tetapi ternyata Allah melindungi rasul-rasul itu dan tidak ada yang
ditangkap / dibunuh. Ingat bahwa sekalipun Allah bisa saja melindungi, tetapi
tidak selalu Ia mau melindungi. Kenyataannya 10 dari 12 rasul mati syahid
(kecuali Yudas Iskariot dan Yohanes)!
4)
Jemaat memberitakan Injil (8:4).
a) Ini bukti lain bahwa sekalipun mereka lari, tetapi mereka tidak
takut.
Mereka
lari bukan untuk bersembunyi dan menunggu saat yang baik. Mereka memberitakan
Injil (bdk. 2Tim 4:2). Jelas bahwa mereka menggunakan akal sehatnya (lari, tidak
mau mati konyol), tetapi akal sehat mereka tetap tidak membuat mereka kehilangan
keberanian untuk memberitakan Injil. Ada banyak orang yang berani memberitakan
Injil tanpa menggunakan akal sehatnya! Tetapi sebaliknya juga ada yang
menggunakan akal sehat terlalu banyak, sehingga lalu tidak memberitakan
Injil.
b) Jemaat / orang kristen saat itu tetap setia kepada Tuhan
sekalipun harus menderita.
Mereka
kehilangan rumah, pekerjaan, harta, bahkan mungkin keluarga. Tetapi mereka tetap
setia kepada Tuhan dan itu mereka tunjukkan dengan memberitakan Injil. Bagaimana
dengan saudara? Maukah tetap setia kepada kekristenan meskipun harus kehilangan
segala sesuatu? Kalau tanpa penderitaanpun saudara sudah tidak setia, sukar
diharapkan bahwa dalam penderitaan saudara bisa setia!
c)
Kekristenan makin ditekan, makin berkembang! (bdk. Kel 1:12).
Mungkin
sekali, penganiayaan terjadi karena orang kristen terus berkumpul di Yerusalem
dan tidak melakukan Kis 1:8! Tuhan memberikan penganiayaan supaya kekristenan
berkembang! Apakah saudara menunggu Tuhan memberikan penganiayaan baru saudara
mau memberitakan Injil?
d) Yang memberitakan Injil adalah jemaat biasa!
Ingat
bahwa rasul-rasul tetap di Yerusalem. Jadi yang tersebar dan memberitakan Injil
adalah jemaat biasa. Berdasarkan hal itu, jangan menganggap saudara tidak perlu
memberitakan Injil karena saudara bukan pendeta, penginjil, majelis, dsb.
Pokoknya saudara adalah orang kristen, saudara harus memberitakan Injil! Maukah
saudara memberitakan Injil? Baca Mat 12:30!
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali