Eksposisi Kisah Para Rasul
oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
KISAH
PARA RASUL 3:1-26
I) Mujijat.
1) Orang itu betul-betul lumpuh.
Jaman
sekarang banyak pengemis yang cuma pura-pura sakit. Ada cerita tentang orang
memberi uang kepada pengemis buta. Pada waktu uang itu ia lemparkan kepada
pengemis buta itu, pengemis itu dengan sigap menangkap uang itu. Orang itu lalu
berkata: ‘Hei, kamu tidak buta; mana pengemis buta yang biasanya ada di
sini?’. Pengemis itu menjawab: ‘Ia pergi nonton bioskop!’. Ini memang cuma
cerita, tetapi jelas bahwa jaman sekarang ada banyak pengemis yang cuma
pura-pura sakit. Yang semacam ini sama sekali tidak perlu dibantu!
Bdk.
Amsal 3:27 yang berbunyi:
"Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak
menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya".
Ini
secara implicit menunjukkan adanya orang-orang yang tidak berhak menerima
kebaikan, terhadap siapa kita justru harus menahan kebaikan!
Tetapi
orang lumpuh dalam cerita ini benar-benar lumpuh. Ini terlihat dari ay 2:
‘dari lahir’, ‘harus diusung’, ‘diletakkan’. Juga dari ay 9-10
dimana kita lihat ada banyak orang yang tahu bahwa ia memang lumpuh.
2)
Orang itu mengemis di pintu gerbang Bait Allah dan meminta uang kepada Petrus
dan Yohanes. Ia tidak mempunyai harapan sembuh, ia hanya meminta uang.
Penerapan:
Adakah
problem dalam hidup saudara yang sudah begitu lama, sehingga saudara tidak lagi
mengharapkan pertolongan Tuhan tentang problem itu? Berhentilah dari
keputusasaan itu dan teruslah berharap kepada Tuhan!
3) Ada
saling tatap mata (ay 4-5).
Ini
bukan suatu rumus yang harus dilakukan kalau kita mau mendoakan orang sakit.
Petrus melakukan hal ini hanya supaya orang lumpuh itu mau memperhatikan mereka.
4)
Jawaban Petrus (ay 6).
Ada
beberapa hal yang bisa dibahas dari jawaban Petrus ini.
a) Rasul-rasul itu tidak mempunyai emas dan perak.
Mereka
bukan hanya tidak kaya, tetapi bahkan miskin. Orang kristen memang tidak harus
kaya seperti yang diajarkan oleh Theologia Kemakmuran.
b)
Petrus berkata: ‘Apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu’.
Ini
suatu konsep yang penting dalam banyak hal, seperti:
Tolonglah dengan apa yang ada pada saudara.
Jangan berkhayal menjadi milyarder supaya bisa memberi banyak.
Berilah apa yang ada pada saudara. Tuhan tidak pernah menuntut supaya saudara
memberikan apa yang saudara tidak punyai.
Jangan berkata: ‘Andaikata saya bisa berkhotbah dan mengajar,
saya pasti mau melayani Tuhan’. Layanilah dengan karunia yang ada pada
saudara, dan janganlah berkhayal tentang karunia yang tidak saudara miliki.
c) ‘Demi nama Yesus Kristus’.
Ini
bukan semacam mantera / kata-kata magic. Kalau saudara tidak
sungguh-sungguh percaya kepada Yesus, tidak ada gunanya saudara menggunakan
kata-kata ini, baik dalam doa maupun mengusir setan (bdk. Kis 19:13-16), dsb.
Petrus menggunakan nama Yesus di sini untuk menunjukkan bahwa ia
melakukan mujijat itu bukan dengan kuasanya sendiri tetapi dengan kuasa Yesus.
d)
‘Berjalanlah’.
Dalam
KJV: ‘rise up and walk’
(= bangkit dan berjalanlah).
Perbedaan
ini terjadi karena perbedaan manuscript. Manuscript yang lebih kuno (jadi, yang
lebih dekat dengan aslinya, dan karena itu lebih dipercaya) hanya menggunakan
satu kata perintah, yaitu ‘berjalanlah’.
5) Orang itu sembuh (ay 7).
Ia
mendapat kesembuhan dan kekuatan dan bahkan juga kemampuan berjalan tanpa pernah
belajar jalan (ingat bahwa ia lumpuh sejak lahir).
II) Apa yang
terjadi setelah kesembuhan itu?
1) Orang itu senang sekali dan ia memuji Tuhan (ay 8-9).
Pikirkan
baik-baik: orang itu memuji Tuhan karena ia bisa berjalan. Pernahkah saudara
memuji Tuhan atau bersyukur kepada Tuhan karena saudara bisa berjalan?
Sebetulnya ada begitu banyak berkat yang Tuhan berikan kepada kita untuk mana
kita tidak pernah memuji Dia dan bersyukur kepadaNya! Cobalah renungkan
berkat-berkat itu dan pujilah Tuhan / bersyukurlah kepada Tuhan atas semua
berkat-berkat itu.
2)
Orang banyak melihat orang lumpuh yang sudah sembuh itu dan mereka datang kepada
Petrus dan Yohanes (ay 9-11).
Ay 11
mengatakan bahwa orang lumpuh yang sudah sembuh itu ‘tetap mengikuti’ Petrus
dan Yohanes. Kata-kata ‘tetap mengikuti’ seharusnya adalah ‘memegangi dan
tidak mau melepaskan’ atau ‘nggandoli’ (NASB: ‘clinging’;
NIV: ‘held on’). Ini menunjukkan rasa syukurnya kepada Petrus dan Yohanes. Tetapi
bagaimanapun ia sadar bahwa yang menyembuhkan dirinya adalah Allah, dan karena
itu ia memuji Allah (ay 8-9).
Tetapi
sikap orang lumpuh ini berbeda dengan sikap orang banyak. Orang banyak itu hanya
melihat kepada Petrus dan Yohanes dan tidak kepada Allah. Mereka menganggap
kedua rasul ini sebagai sumber kesembuhan.
Penerapan:
Kalau
saudara disembuhkan oleh seorang dokter, atau mendapat pertolongan dari
seseorang, atau mendapat berkat Firman Tuhan dari pendeta, selalulah sadar bahwa
semua itu sebetulnya datang dari Tuhan! Pendeta dan dokter hanyalah alat Tuhan.
III) Apa yang
dilakukan oleh Petrus?
1) Petrus menolak pujian itu dan bahkan menegur orang banyak itu
(ay 12), dan ia lalu mengarahkan segala pujian dan kemuliaan kepada Allah /
Yesus (ay 13-16; Catatan: ‘kepercayaan dalam Nama Yesus’ dalam ay 16
menunjuk kepada iman Petrus, bukan kepada iman orang lumpuh itu).
Paulus
pernah mengalami hal seperti ini, dan ia juga melakukan hal yang sama (Kis
14:10-18).
Ini
sikap yang benar dari seorang hamba Tuhan. Kalau orang memujinya, padahal
sebetulnya Tuhanlah yang berhak atas pujian itu, maka ia harus menolak pujian
itu dan mengarahkannya kepada Tuhan.
Ini
juga berlaku untuk jemaat biasa! Mungkin ada orang yang memuji / menyanjung
saudara karena saudara adalah:
Apa yang saudara lakukan? Menerima pujian itu atau mengarahkannya
kepada Allah?
2)
Petrus memberitakan Injil.
Ada
beberapa hal yang ia lakukan dalam pemberitaan Injil itu:
a) Ia menegur dosa (ay 13b-15a).
Dalam
peneguran dosa ini Petrus menyatakan mereka sebagai pembunuh Yesus. Untuk
memperbesar perasaan bersalah dalam diri mereka, Petrus mengatakan:
Peneguran dosa adalah suatu elemen yang sangat penting dalam
penginjilan. Calvin berkata:
"It was
impossible to bring them truly to God, unless they were first brought to the
knowledge of their sins" (= adalah
tidak mungkin untuk sungguh-sungguh membawa mereka kepada Allah, kecuali mereka
pertama-tama dibawa pada pengenalan terhadap dosa-dosa mereka).
Penerapan:
b) Petrus memberi pengharapan.
Jadi, baik dalam ay 17 maupun ay 18 Petrus memberi harapan. Kalau
kita memberitakan Injil, memang penting untuk menegur dosa, tetapi jangan
biarkan orang itu putus asa dalam dosanya. Beritakan bahwa Yesus sudah mati
untuk menebus dosanya untuk memberikan harapan kepada dia.
c) Petrus menyuruh mereka bertobat (ay 19).
Ay 19:
‘sadarlah dan bertobatlah’. Ini salah terjemahan.
NASB: ‘Repent
therefore and return’ (= karena itu
bertobatlah dan berbaliklah).
Banyak
penafsir yang beranggapan bahwa:
Kedua hal ini harus ada dalam diri orang yang betul-betul sudah
bertobat.
Dalam soal ketaatan, Petrus menambahkan:
NIV: ‘And you are heirs of
the prophets’ (= dan kamu adalah pewaris
dari nabi-nabi itu).
NASB/Lit:
‘It is you who are the sons of the
prophets’ (= Kamulah anak-anak dari
nabi-nabi itu).
Istilah
‘sons’ (= anak-anak)
menunjukkan mereka sebagai pengikut / murid dari nabi-nabi. Nabi-nabi itu
berbicara tentang hal ini (ay 24). Mengapa tidak percaya dan tidak mau taat
kepada Yesus?
d) Kalau mereka bertobat, maka mereka akan:
‘Waktu kelegaan’ seharusnya adalah ‘times
of refreshing’ (= waktu penyegaran).
Ada yang menafsirkan bahwa ini terjadi nanti pada waktu Yesus datang kembali,
dan ada pula yang menafsirkan bahwa ini adalah sukacita dan damai yang diterima
seseorang pada waktu ia bertobat / percaya kepada Yesus.
Penutup:
Dalam Kis 2 pada waktu menerima
ejekan / hinaan, Petrus lalu memberitakan Injil kepada orang-orang yang menghina
/ mengejeknya. Sekarang dalam Kis 3, pada waktu menerima pujian / sanjungan,
Petrus memberitakan Injil kepada orang-orang yang memuji / menyanjungnya.
Ada orang yang kalau dipuji /
disanjung, mau memberitakan Injil; tetapi kalau dihina lalu menjadi marah dan
tidak memberitakan Injil. Ada yang sebaliknya, kalau dihina tetap sabar dan mau
memberitakan Injil; tetapi pada waktu dipuji / disanjung menjadi lupa daratan
oleh pujian / sanjungan itu, sehingga lalu justru tidak memberitakan Injil.
Ada orang yang kalau hidupnya
enak, mau memberitakan Injil; tetapi pada waktu hidupnya menjadi tidak enak /
menderita, lalu ngambek dan tidak lagi memberitakan Injil. Sebaliknya ada orang
yang pada waktu menderita, tetap tekun memberitakan Injil; tetapi pada waktu
hidupnya menjadi enak, justru lalu tidak lagi memberitakan Injil.
Semua ini salah. Kita harus
meniru Petrus yang baik dihina maupun dipuji tetap memberitakan Injil. Kita
harus menggunakan setiap kesempatan untuk memberitakan Injil, sesuai dengan 2Tim
4:2-5. Maukah saudara?
-AMIN-
Bagi sdr yg telah
mendapat berkat dari artikel ini..mohon kiranya dapat membantu menyebarkan Pada
sdr2 kita yg lain, sehingga semakin banyak sdr kita yg juga bisa membaca artikel
ini dan mendapat berkat. Tuhan memberkati sdr.
Amin.
Joh 21:17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali