Eksposisi
Kisah Para Rasul
oleh:
Pdt. Budi Asali MDiv.
KISAH
RASUL 18:24-28
I) Diri
Apolos.
1) Ia berasal dari Alexandaria (ay 24).
Kota ini merupakan pusat ‘ahli theologia’ saat itu, karena di
sana ada semacam sekolah theologia yang terkenal karena penafsiran alegorisnya
Mungkin sekali Apolos adalah lulusan dari sekolah tersebut.
2) Ia adalah orang yang ‘fasih berbicara’ (ay 24).
Kata Yunani yang dipakai adalah LOGIOS, yang bisa berarti 2 hal:
a)
‘learned’ (= terpelajar).
NIV: ‘he was a learned man’ (= ia adalah orang yang
terpelajar).
Tetapi kalau diambil arti ini, maka bagian ini akan overlap
dengan bagian selanjutnya yang mengatakan bahwa ia ‘mahir dalam soal-soal
Kitab Suci’.
Karena itu pada umumnya orang lebih condong pada arti yang ke 2 di
bawah ini.
b)
‘eloquent’ (= fasih bicara).
KJV / RSV / NASB: ‘an eloquent man’ (= seorang yang
fasih bicara).
Ini tidak menunjuk kepada orang yang sekedar banyak berbicara!
Tetapi ini menunjukkan bahwa ia adalah orang yang pandai memilih kata-kata yang
tepat, dan menyusunnya sedemikian rupa, sehingga menjadi suatu argumentasi yang
kuat. Ini jelas merupakan suatu karunia dari Tuhan!
3) Ia adalah orang yang ‘mahir dalam soal-soal Kitab
Suci’ (ay 24).
a)
Yang dimaksud dengan Kitab Suci di sini tentu hanya Perjanjian Lama saja, karena
pada saat itu Perjanjian Baru belum ada.
b)
Ini adalah salah satu alasan yang menyebabkan banyak orang menganggap bahwa
Apolos adalah penulis surat Ibrani.
Catatan:
· Surat
Ibrani adalah kitab dalam Perjanjian Baru yang paling banyak berhubungan dengan
Perjanjian Lama!
· Siapa
penulis dari surat Ibrani ini tidak diketahui dengan pasti. Dulu orang
berpendapat bahwa penulis surat ini adalah Paulus, tetapi sekarang kebanyakan
orang meninggalkan pandangan itu. Saya sendiri berpendapat bahwa penulis surat
Ibrani bukan Paulus karena semua surat-surat Paulus yang lain selalu dengan
jelas menuliskan bahwa surat itu berasal dari Paulus, sedangkan surat Ibrani
tidak.
c)
Apolos bisa mempunyai kefasihan bicara karena hal itu dikaruniakan kepadanya,
tetapi bahwa ia bisa memiliki kemahiran dalam soal-soal Kitab Suci, jelas
disebabkan karena ia rajin dan tekun dalam belajar Firman Tuhan.
Penerapan:
Rajinkah saudara belajar Kitab Suci (dalam Kebaktian, Pemahaman
Alkitab, Saat Teduh, mempelajari makalah khotbah, buku-buku rohani, dsb)?
Tekunkah saudara dalam belajar Kitab Suci?
4) Ia ‘telah menerima pengajaran dalam jalan Tuhan’
(ay 25).
a)
Kata-kata ‘jalan Tuhan’ jelas menunjuk pada kekristenan / Injil (bdk. Kis 9:2
18:26 19:9,23 22:4 24:14,22).
b)
Kata-kata ‘telah menerima pengajaran’ dalam bahasa Yunaninya adalah HEN
KATECHEMENOS, dan dari kata KATECHEMENOS inilah diturunkan kata bahasa Inggris ‘catechism’
(= katekisasi / pelajaran dasar).
Kesimpulannya: Apolos sudah mendapatkan katekisasi / pelajaran
dasar tentang kekristenan.
Sekalipun dalam Kitab Suci ada banyak peristiwa dimana orang yang
percaya langsung dibaptis (seperti dalam Kis 2:41 8:36-38 dsb), dan
karena itu haruslah disimpulkan bahwa katekisasi tidak boleh dimutlakkan sebagai
syarat untuk menerima baptisan, tetapi bagaimanapun juga katekisasi jelas
merupakan hal yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan. Pelajaran tentang
dasar-dasar kekristenan / Injil, apakah disebut katekisasi atau sebutan lain,
apakah diberikan sebelum atau sesudah baptisan, tetap harus diberikan, karena
tanpa dasar yang baik tidak mungkin seseorang bisa bertumbuh dengan baik!
5) Ia ‘hanya mengetahui baptisan Yohanes’ (ay 25).
a) Seperti dalam Mat 21:25, kata ‘baptisan Yohanes’ disini
adalah suatu synecdoche (= suatu gaya bahasa dimana yang sebagian
mewakili seluruhnya, atau sebaliknya), sehingga sebetulnya menunjuk pada
seluruh pelayanan / pengajaran Yohanes Pembaptis.
b) Kalau Apolos mengetahui ajaran dari Yohanes Pembaptis, maka jelaslah
bahwa ia pasti tahu bahwa Yesus adalah Mesias, karena hal ini ada dalam ajaran
Yohanes Pembaptis (bdk. Yoh 1:29-36 3:26-30).
c) Tetapi, dari kata-kata ‘ia hanya mengetahui baptisan
Yohanes’, jelaslah bahwa ada sesuatu yang kurang dalam pengertian Apolos
tentang dasar-dasar kekristenan / Injil. Sesuatu yang kurang itu pastilah
merupakan hal yang sangat penting (mungkin berhubungan dengan kematian atau
kebangkitan Kristus), karena kalau tidak, Priskila dan Akwila tidak akan terlalu
mempersoalkannya (ay 26).
Penerapan:
Katekisasi yang baik adalah sesuatu yang penting, karena hal
ini bukan hanya akan mempengaruhi iman saudara, tetapi juga pelayanan saudara /
iman dari orang-orang yang saudara layani. Karena itu, jangan memilih sembarang
katekisasi (yang pendek / singkat, di gereja yang terdekat dsb). Saudara harus
mementingkan mutunya!
Kalau katekisasi yang kurang baik saja bisa mengakibatkan hal-hal
seperti itu, bagaimana kalau saudara tidak pernah ikut katekisasi?
II) Pelayanan
Apolos.
1) Apolos melayani di Efesus (ay 24-26).
Orang Efesus yang rindu untuk mendengar Firman Tuhan, ditinggal
oleh Paulus (ay 20-21). Tetapi sekarang kita melihat bahwa Tuhan
menggantikan Paulus dengan Apolos! Dari sini bisa kita pelajari bahwa Tuhan
pasti akan memberi Firman Tuhan kepada orang-orang yang merindukannya.
Pelayanan Apolos di Efesus:
a)
‘dengan bersemangat ia berbicara’ (ay 25).
Ia punya semangat yang hebat, padahal masih ada yang kurang dalam
pengetahuannya. Dalam pengetahuan tentang Injil, mungkin sekali saudara lebih
baik dari Apolos pada saat itu. Tetapi bagaimana dengan semangat saudara dalam
memberitakannya?
b)
‘dengan teliti ia mengajar tentang Yesus’ (ay 25).
Ini terjemahan yang kurang tepat!
KJV: ‘diligently’ (= dengan rajin / tekun). Ini
terjemahan yang lebih salah lagi!
RSV/NIV/NASB: ‘accurately’ (= dengan akurat / tepat).
Ini terjemahan yang benar.
Jadi, kalau tadi dikatakan bahwa ada yang kurang dalam pengetahuan
Apolos, itu tidak berarti bahwa Apolos lalu mengajarkan sesuatu yang salah,
tetapi ada hal-hal yang benar (dan penting) yang tidak dia ajarkan karena
keterbatasan pengetahuannya.
c)
‘Ia mulai mengajar dengan berani’ (ay 26).
Ia memberitakan Injil di rumah ibadat! Ini jelas merupakan
perbuatan yang mengandung risiko!
Penerapan:
Apakah saudara selalu takut dalam memberitakan Injil?
2) Apolos melayani di Akhaya / Korintus (ay 27-28).
Mungkin sekali Priskila dan Akwila, yang pernah tinggal
bersama-sama dengan Paulus selama beberapa waktu di Korintus, menasehati Apolos
untuk pergi ke Korintus, untuk mengairi / menyirami apa yang Paulus tanam di
sana.
Sekarang mari kita perhatikan beberapa hal tentang pelayanan Apolos
di Korintus yang adalah ibukota Akhaya.
a)
’dengan tak jemu-jemunya ia membantah’ (ay 28a).
Ini lagi-lagi salah terjemahan!
NIV: ‘vigorously’ (= dengan dahsyat / hebat).
KJV: ‘mightily’ (= dengan kuat).
RSV/NASB: ‘powerfully’ (= dengan kuat).
Ini menunjuk baik pada semangat Apolos, maupun pada kuatnya
argumentasi yang diberikan oleh Apolos.
Argumentasi yang kuat merupakan hal yang sangat penting, karena
sangat mempengaruhi iman / keyakinan kita!
b)
‘membuktikan dari Kitab Suci’ (ay 28).
Dalam mengajar maupun berdebat, kita harus melakukannya
berdasarkan Kitab Suci, bukan berdasarkan pengalaman / illustrasi / dongeng dsb!
c)
‘ia menjadi seorang yang sangat berguna untuk orang-orang percaya’ (ay 27b).
Ia menjadi berguna untuk orang-orang Korintus karena:
· Ia
menguatkan iman mereka yang diserang oleh orang-orang Yahudi.
· Ia
mendukung mereka yang kurang mengerti dengan argumentasi-argumentasi yang bisa
mereka pakai untuk melawan orang-orang Yahudi.
Kesimpulan: Apolos sukses dalam pelayanannya!
III) Apa
sebabnya Apolos sukses dalam pelayanannya?
A) Faktor Apolos sendiri.
1)
Ia belajar Firman Tuhan dengan rajin dan tekun.
Ia bahkan dengan rendah hati mau belajar dari Priskila dan
Akwila, yang adalah tukang kemah / perempuan, padahal ia sendiri adalah
seorang ahli theologia, pengkhotbah dan pengajar yang hebat (ay 26)!
Penerapan:
Apakah saudara mempunyai kerendahan hati dalam belajar Firman
Tuhan?
2)
Ia mempunyai karunia dan ia melayani sesuai karunianya.
Kalau saudara memperhatikan pelayanannya, baik di Efesus maupun di
Korintus, maka saudara akan melihat bahwa ia hanya melayani dalam pemberitaan /
pengajaran Firman Tuhan, karena memang di sanalah ia berkarunia!
Penerapan:
Tahukah saudara karunia apa yang saudara miliki? Dan apakah saudara
melayani sesuai karunia itu?
B) Faktor Tuhan (ay 27b).
Ay 27b mengatakan: “Setibanya
di Akhaya maka ia, oleh kasih karunia Allah, menjadi orang yang sangat
berguna bagi orang-orang percaya”.
Dalam bahasa Yunaninya, kata ‘kasih karunia’ ini bisa menunjuk
pada:
· Menjadi
percayanya orang Korintus.
RSV: ‘he greatly helped those who through grace had
believed’ (= ia sangat menolong mereka yang melalui kasih karunia telah
percaya).
NIV: ‘he was a great help to those who by grace had
believed’ (= ia adalah suatu pertolongan besar bagi mereka yang oleh kasih
karunia telah percaya).
Kalau kita mengambil arti ini, maka itu menunjukkan bahwa orang
Korintus bisa menjadi percaya karena kasih karunia Allah.
· Berhasilnya
pelayanan Apolos.
Kalau kita mengambil arti ini, maka itu menunjukkan bahwa Apolos
bisa berhasil dan menjadi orang yang berguna karena kasih karunia Allah.
Baik penafsiran yang pertama maupun yang kedua, sama-sama mendukung
ajaran Calvinisme, tetapi saya lebih condong pada penafsiran yang ke 2 ini,
karena penafsiran kedua ini lebih sesuai dengan kontex, yang menceritakan
pelayanan Apolos, bukan pertobatan orang Korintus.
Jadi, kesimpulannya: Apolos bisa berhasil karena kasih karunia
Allah! Bandingkan dengan 2 text di bawah ini:
Yoh 15:5 - “di luar Aku kamu
tidak dapat berbuat apa-apa”.
1Kor 3:6-7 - “Aku
menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang
penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi
pertumbuhan”.
C) Faktor orang lain.
1)
Orang-orang Efesus (ay 27a).
Mereka tidak memaksa Apolos untuk tinggal bersama mereka (sama
seperti dalam ay 20 mereka tidak memaksa Paulus untuk tinggal bersama
mereka).
Mereka bahkan menulis surat kepada orang kristen di Korintus (ay
27b), dan memberikan rekomendasi tentang Apolos. Ini menyebabkan Apolos
diterima oleh orang Korintus dan bisa berguna di sana.
Jadi, orang Efesus jelas punya andil dalam keberhasilan Apolos
2)
Priskila dan Akwila (ay 26).
Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari ay 26:
a) Mereka melihat karunia dan semangat Apolos.
Kita perlu ‘membuka mata’ untuk melihat orang-orang yang
berpotensi dalam pelayanan, baik sebagai pendeta / pengkhotbah, guru sekolah
minggu, chairman, organist / gitarist, bendahara, penulis dsb.
b)
Mereka kritis dalam mendengar khotbah.
Kekritisan ini menyebabkan mereka melihat adanya kekurangan dalam
ajaran / pengertian Apolos.
Catatan:
Sekalipun sikap kritis merupakan sesuatu yang penting, tetapi sikap hyper-critical,
yang menunjuk pada orang yang terlalu kritis, jelas merupakan sikap yang
salah.
c) Bahwa mereka mengajar Apolos, menunjukkan bahwa:
· Mereka
tidak iri hati pada karunia Apolos.
· Mereka
tidak sombong atas kelebihan pengetahuannya atas Apolos.
· Mereka
tidak merasa minder, sekalipun mereka adalah orang biasa / awam. Mereka berani
mengajar seorang pengkhotbah / ahli theologia seperti Apolos.
· Mereka
tahu bahayanya ‘semangat tanpa pengetahuan’ (bdk. Ro 9:30-32 10:2-3
Amsal 19:2), dan karena itu mereka tak mau membiarkan Apolos.
· Mereka
melaksanakan 2Tim 2:2 yang berbunyi: “Apa
yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu
kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang
lain”.
· Pentingnya
akurasi dalam pengajaran Firman Tuhan!
Kalau kata ‘dengan teliti’ dalam ay 25 tadi seharusnya
artinya adalah ‘dengan akurat’, maka kata ‘dengan teliti’ dalam ay 26
seharusnya berarti ‘dengan lebih akurat’ (RSV/NASB: ‘more accurately’),
karena kata Yunani AKRIBESSERON dalam ay 26 adalah the comparative form
(= bentuk pembanding) dari kata Yunani AKRIBOS yang digunakan dalam ay 25.
Apolos sudah menerima pelajaran tentang dasar kekristenan, dan ia
bahkan sudah mengajarkannya dengan akurat. Tetapi Priskila dan Akwila
menganggapnya masih kurang, sehingga mereka mengajar Apolos dengan lebih
akurat lagi!
Penerapan:
* Kalau
Pendeta saudara membahas bahasa asli Kitab Suci, atau menggunakan terjemahan
Kitab Suci bahasa asing / Inggris, atau menggunakan gramatika bahasa asli yang
ruwet, demi mendapatkan arti yang akurat dari Firman Tuhan, bagaimana
tanggapan saudara? Apakah saudara jengkel karena semua itu saudara anggap
terlalu sukar?
* Jangan
segan mengikuti ‘katekisasi ulang’ seperti Apolos, kalau katekisasi yang
pertama tidak bermutu!
d)
Secara manusia, tambahan pengetahuan yang mereka berikan kepada Apolos ini,
pastilah punya andil yang sangat besar bagi kesuksesan Apolos!
Penerapan:
Kalau saudara melihat seseorang yang mempunyai karunia
memberitakan Firman Tuhan (pengkhotbah, guru sekolah minggu dsb), tetapi yang
kurang dalam pengetahuan Kitab Suci, saudara bisa ikut mensukseskannya dengan:
· mengajaknya
datang dalam Kebaktian / Pemahaman Alkitab.
· mengajarnya
(kalau saudara mampu melakukannya).
· memberikan
/ meminjamkan makalah / cassette.
· membelikannya
buku rohani yang bermutu.
· membiayainya
untuk masuk sekolah theologia yang baik, dsb.
Penutup:
Sebetulnya
Tuhanlah yang menentukan sukses atau tidaknya pelayanan seseorang. Tetapi
bagaimanapun juga, untuk mencapai kesuksesan itu, Tuhan menggunakan manusia!
Kalau saudara
bukan orang berkarunia hebat seperti Apolos, maukah saudara menjadi
‘orang-orang di belakang layar’ untuk mendukung kesuksesan dari orang-orang
seperti Apolos?
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali