Eksposisi
Kisah Para Rasul
oleh:
Pdt. Budi Asali MDiv.
KISAH
RASUL 15:35-41
I) Usul
Paulus.
Dalam ay 36, Paulus mengusulkan untuk pergi mengunjungi
gereja-gereja yang sudah mereka dirikan dalam perjalanan misionaris yang
pertama.
Usul ini memang bisa dilaksanakan karena gereja Antiokhia, dimana
Paulus dan Barnabas melayani / mengajar, mempunyai banyak orang yang bisa
mengajar Firman Tuhan (ay 35 bdk. Kis 13:1), sehingga sekalipun
ditinggal pergi oleh Paulus dan Barnabas, jemaat di situ tetap ada yang
mengajar.
Usul Paulus ini timbul karena:
· Paulus
sadar bahwa setan pasti menyerang gereja-gereja yang sudah ia dirikan. Sadarkah
saudara akan hal ini? Rajinkah saudara berdoa untuk gereja?
· Paulus
sadar bahwa orang kristen tetap adalah manusia yang lemah dan condong kepada
dosa, sehingga perlu untuk dikuatkan.
· Paulus
mempunyai beban, kasih, dan perhatian terhadap orang-orang yang ia layani. Semua
hamba Tuhan, guru sekolah, dan pelayan Tuhan harus meniru Paulus dalam hal ini.
II) Perpecahan
Paulus dan Barnabas.
Dalam ay 37-39a, kita melihat bahwa akhirnya terjadi
perpecahan antara Paulus dan Barnabas. Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari
dari peristiwa ini:
1)
Dari ay 37 terlihat dengan jelas bahwa sebetulnya Barnabas setuju dengan
usul Paulus untuk mengunjungi gereja-gereja yang telah mereka dirikan.
Jadi, dalam hal itu, dan dalam banyak hal lain (seperti kepercayaan
tentang Firman Tuhan, tentang Yesus dsb), mereka sependapat. Tetapi ada
perbedaan pendapat dalam hal membawa Markus. Sebetulnya perbedaan pendapat ini
adalah sesuatu yang remeh, apalagi dibandingkan dengan banyaknya dan besarnya
kesesuaian pendapat di antara mereka berdua. Tetapi anehnya, perbedaan yang
kecil itulah yang akhirnya menang, sehingga menyebabkan mereka berpisah!
Ini mengajar kita untuk lebih menyoroti persamaan / kesesuaian di
antara kita, dan mengabaikan perbedaan-perbedaan (asal itu tidak merupakan
sesuatu yang prinsip), supaya kesatuan bisa terus berlangsung!
2)
Penolakan Paulus terhadap ikutnya Markus, menunjukkan keseriusan Paulus dalam
pekerjaan / pelayanan untuk Tuhan!
Pelayanan bukanlah piknik dimana kita bisa mengajak seadanya orang
/ sembarang orang. Pelayanan adalah perang melawan setan, sehingga orang yang
brengsek justru bisa merugikan / menghambat pelayanan itu.
Penerapan:
· Seriuslah
dalam pelayanan!
· Jangan
memilih sembarang orang dalam pelayanan, apalagi untuk majelis, guru sekolah
minggu, pengkhotbah, dan terutama pendeta!
3)
Perpecahan ini terjadi karena hal yang sepele, yaitu apakah Markus diajak atau
tidak. Memang ada orang yang menganggap ini bukanlah hal yang sepele, tetapi
bagaimanapun semua orang pasti setuju bahwa ini bukanlah suatu persoalan yang
bersifat prinsip!
Ada orang yang mengatakan: tidak pernah ada orang yang jatuh karena
tersandung gunung, tetapi karena tersandung batu kecil!
Karena itu, kita harus hati-hati terhadap persoalan-persoalan yang
kelihatannya remeh, karena ini justru bisa menyebabkan perpecahan!
4) Siapa yang bersalah sehingga perpecahan ini terjadi?
Pertanyaan ini sukar dijawab dengan pasti, karena kita tidak tahu
bagaimana keadaan Markus saat itu (masih plin-plan atau sudah bertobat). Kita
juga tidak tahu apa alasan Barnabas ingin mengajak Markus.
Karena itu, ada bermacam-macam pandangan tentang hal ini:
a)
Dua-dua tidak salah! Barnabas penuh kasih dan Paulus tegas. Jadi tidak ada yang
jelek.
b)
Paulus yang salah.
Alasannya:
· ia
tidak mau mengampuni Markus. Sikap Paulus ini tidak sesuai dengan ajaran Tuhan
Yesus dalam Mat 18:21-35!
· 2Tim 4:11
menunjukkan bahwa Paulus menyesali sikapnya di sini.
c)
Barnabas yang salah.
Alasannya:
· Ay 39-40
menunjukkan bahwa gereja Antiokhia merestui kepergian Paulus, tetapi tidak
merestui kepergian Barnabas. Jadi, kelihatannya mereka menganggap Pauluslah yang
benar.
· Setelah
peristiwa ini, Kitab Suci tidak pernah menceritakan tentang Barnabas lagi,
tetapi terus menceritakan tentang Paulus.
· Markus
adalah saudara sepupu Barnabas.
Kol 4:10
versi Kitab Suci Indonesia menyebutkan ‘kemenakan’, tetapi ini salah
terjemahan. Dalam Kitab Suci bahasa Inggris diterjemahkan ‘cousin’ (=
saudara sepupu). Karena itu mungkin sekali Barnabas mengajak Markus, bukan
karena Markus memenuhi syarat sebagai seorang pelayan Tuhan, tetapi hanya karena
Markus mempunyai hubungan darah dengan dia (Nepotisme?).
Penerapan:
Jangan berpihak kepada orang hanya karena orang itu mempunyai
hubungan darah dengan saudara. Berpihaklah pada kebenaran!
· Adapun
tentang 2Tim 4:11 yang dianggap memberatkan Paulus, bisa saja ditafsirkan
bahwa 2Tim 4:11 itu merupakan sikap Paulus, setelah Paulus melihat bahwa
Markus betul-betul bertobat, sedangkan dalam Kis 15 ini, Markus kelihatan
belum bertobat.
d)
Dua-dua salah.
Pulpit Commentary menuliskan sebagai berikut:
“Probably
both of the apostles were blameworthy. But so far as Paul was to be condemned,
his failure was the shadow of his intensity. Such was the entirety of his
devotedness, such the intensity of his zeal, such the strenuousness of his soul,
that he could not brook anything which looked like half-heartedness. And so far
as Barnabas was to blame, his fault was the shadow of his kind-heartedness, his
willingness to give another chance to a young man, his reluctance to exclude
from noble service a man who had made one mistake. Each was animated by a
commendable spirit, though each may have gone too far in his own course. Often
when we unsparingly condemn, it would be well to remind ourselves and others
that the faults of good men are usually but the shadow of their virtues”
(= Mungkin kedua rasul ini sama-sama patut disalahkan. Tetapi kalau Paulus mau
disalahkan, kesalahannya merupakan bayang-bayang kehebatannya. Begitu penuh
penyerahannya, begitu hebat semangatnya, begitu kuat jiwanya, sehingga ia tidak
bisa membiarkan apapun yang kelihatan seperti setengah hati. Dan kalau Barnabas
mau disalahkan, kesalahannya merupakan bayang-bayang dari kebaikan hatinya,
kemauannya untuk memberi kesempatan yang lain pada seorang muda, keengganannya
untuk mengeluarkan dari suatu pelayanan yang mulia seseorang yang telah
melakukan satu kesalahan. Setiap mereka digerakkan oleh sema-ngat yang layak
dipuji / dihargai, sekalipun setiap mereka telah bertindak terlalu jauh dalam
jalannya. Seringkali ketika kita mengecam tanpa ampun, ada baiknya untuk
mengingatkan diri kita sendiri dan orang lain bahwa kesalahan-kesalahan dari
orang saleh / baik biasanya merupakan bayang-bayang sifat baiknya).
“Man’s
very virtue become faults; the mildness of Barnabas degenerates into softness,
the severety of Paul into harshness” (=
sifat-sifat baik / kebaikan manusia berubah menjadi kesalahan; kelembutan
Barnabas menjadi kelembekan, dan kekerasan / ketegasan Paulus menjadi
kebengisan).
Penjelasan: Kutipan pertama mengatakan bahwa kedua rasul itu
bersalah. Tetapi, kesalahan Paulus adalah bayang-bayang dari semangatnya.
Semangat dan penyerahan diri Paulus begitu hebat, sehingga ia tidak bisa
membiarkan apapun yang kelihatan setengah hati. Sebaliknya, kesalahan Barnabas
adalah bayang-bayang dari kebaikan hatinya. Jadi, rasul-rasul itu digerakkan
oleh roh / semangat yang patut dipuji, sekalipun mereka masing-masing sudah
berjalan terlalu jauh (terlalu extrim). Lalu dianjurkan, kalau suatu kali kita
mengecam seseorang tanpa ampun, sebaiknya kita mengingat bahwa biasanya (tidak
selalu!) kesalahan-kesalahan dari orang-orang saleh merupakan bayang-bayang dari
sifat-sifatnya yang baik.
Contoh:
kalau kita melihat orang yang cerewet, perlu kita ingat bahwa kecerewetan itu
mungkin adalah bayang-bayang dari sifat teliti, dan ini adalah sesuatu yang
baik!
Mengingat / merenungkan seperti ini adalah sesuatu yang penting
karena dengan demikian kita bisa lebih mudah mentoleransi kesalahan yang ia
lakukan
5)
Paulus dan Barnabas adalah orang-orang yang sangat rohani.
Mereka tadinya begitu dekat, mereka melayani sama-sama, mereka
bahkan menderita sama-sama. Kalau kesatuan mereka saja ternyata bisa pecah, maka
lebih-lebih kesatuan di antara kita. Karena itu, kita harus sangat hati-hati
terhadap perpecahan! Hati-hatilah terhadap rasa iri hati, ketidak senangan satu
terhadap yang lain, rasa mudah tersinggung, sikap kasar, sikap sombong,
ambisius, bahkan terhadap adanya perbedaan kepribadian di antara kita, karena
semua ini bisa menjadi sumber perpecahan! Disamping itu banyaklah berdoa untuk
kesatuan / kesehatian di antara kita.
6)
Beberapa lama setelah perpecahan / perpisahan itu, Paulus berbicara baik tentang
Barnabas maupun Markus (tentang Barnabas dalam 1Kor 9:6 dan tentang Markus dalam
Kol 4:10 2Tim 4:11 Filemon 24).
Ini adalah sesuatu yang harus ditiru! Sekalipun terjadi perpecahan,
kita tidak perlu saling mendendam, ingin membalas, saling memfitnah satu dengan
yang lain dsb. Harus kita ingat bahwa musuh kita yang sebenarnya adalah setan
dan bukan orang / saudara seiman dengan siapa kita pecah!
III) Akibat
perpecahan ini.
1) Mungkin sekali peristiwa inilah yang mempertobatkan
Markus!
Dari Kol 4:10 2Tim 4:11 Filemon 24,
dimana Paulus berbicara secara positif tentang Markus, dan juga dari fakta bahwa
Markus akhirnya menjadi penulis Injil Markus, maka jelaslah bahwa Markus
akhirnya bertobat dan menjadi orang yang sungguh-sungguh dalam melayani Tuhan.
Dan mungkin sekali bahwa sikap Paulus yang begitu keras itu justru menyadarkan
dia bahwa sikapnya yang tidak bertanggung jawab dalam pelayanan itu bukanlah
sesuatu yang bisa dianggap remeh, tetapi merupakan suatu dosa yang serius. Dan
sikap Barnabas yang lembut dan mau mengampuni itu, menyebabkan ia tidak putus
asa, tetapi bahkan membuatnya berusaha bangun dari kejatuhannya sehingga
akhirnya betul-betul menjadi orang yang berguna bagi Tuhan.
2) Sekarang ada 2 team Pekabaran Injil (ay 39-41)!
a)
Barnabas mengajak Markus ke Siprus (ay 39b).
Siprus adalah tempat asal Barnabas (Kis 4:36), dan tempat itu
pernah disinggahi oleh Paulus dan Barnabas (Kis 13:4-12).
b)
Paulus mengajak Silas untuk melakukan perjalanan Misionaris yang ke 2 (ay 40-41).
· Dalam
ay 33 dikatakan bahwa Yudas dan Silas kembali ke Yerusalem. Tetapi di sini
ia bisa diajak oleh Paulus untuk melakukan perjalanan misionaris yang ke 2. Ini
menyebabkan ada manuscript-manuscript yang lalu menambahkan ay 34. Tetapi
penambahan itu tidak perlu, karena bisa saja setelah Silas kembali ke Yerusalem,
ia lalu kembali ke Antiokhia lagi dan lalu ikut dengan Paulus.
· Paulus
mengajak Silas yang adalah seorang nabi (ay 32), yaitu orang yang bisa
memberitakan Firman Tuhan. Ini lagi-lagi mengajar kita bahwa kita tidak boleh
memilih sembarang orang untuk melakukan pelayanan tertentu!
Kalau tadinya hanya ada 1 team Pekabaran Injil (Paulus dan
Barnabas), maka sekarang, gara-gara perpecahan itu, ada 2 team Pekabaran Injil!
Jadi, dari sini terlihat, bahwa sekalipun perpecahan itu sendiri adalah sesuatu
yang negatif dan tidak menyenangkan, bahkan bisa menjadi batu sandungan bagi
banyak orang, tetapi kalau Allah mengijinkan perpecahan itu terjadi, maka semua
itu pasti membawa kebaikan! (bdk. Ro 8:28).
Karena itu, sikap yang benar terhadap perpecahan:
¨ Jangan mencari perpecahan.
Perpecahan itu sendiri tetap merupakan sesuatu yang tidak baik!
Kita harus berusaha menjaga kesatuan / keutuhan!
¨ Tetapi kalau perpecahan tidak dapat dihindarkan, atau bahkan
sudah terjadi, itu tidak perlu terus menerus disesali.
Percayalah bahwa kalau Tuhan mengijinkan semua itu terjadi, Ia
pasti mempunyai rencana / tujuan yang baik! Jadi, pandanglah ke depan, jangan ke
belakang!
Maukah
saudara mempunyai sikap demikian?
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali