(online)
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
Selasa, tgl 17 Oktober 2023, pk 18.30
Pdt. Budi Asali, M. Div.
1Kor 14:1-40 - “(1) Kejarlah kasih itu dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat. (2) Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia. (3) Tetapi siapa yang bernubuat, ia berkata-kata kepada manusia, ia membangun, menasihati dan menghibur. (4) Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat. (5) Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh, tetapi lebih dari pada itu, supaya kamu bernubuat. Sebab orang yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata-kata dengan bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya, sehingga Jemaat dapat dibangun. (6) Jadi, saudara-saudara, jika aku datang kepadamu dan berkata-kata dengan bahasa roh, apakah gunanya itu bagimu, jika aku tidak menyampaikan kepadamu penyataan Allah atau pengetahuan atau nubuat atau pengajaran? (7) Sama halnya dengan alat-alat yang tidak berjiwa, tetapi yang berbunyi, seperti seruling dan kecapi - bagaimanakah orang dapat mengetahui lagu apakah yang dimainkan seruling atau kecapi, kalau keduanya tidak mengeluarkan bunyi yang berbeda? (8) Atau, jika nafiri tidak mengeluarkan bunyi yang terang, siapakah yang menyiapkan diri untuk berperang? (9) Demikianlah juga kamu yang berkata-kata dengan bahasa roh: jika kamu tidak mempergunakan kata-kata yang jelas, bagaimanakah orang dapat mengerti apa yang kamu katakan? Kata-katamu sia-sia saja kamu ucapkan di udara! (10) Ada banyak - entah berapa banyak - macam bahasa di dunia; sekalipun demikian tidak ada satupun di antaranya yang mempunyai bunyi yang tidak berarti. (11) Tetapi jika aku tidak mengetahui arti bahasa itu, aku menjadi orang asing bagi dia yang mempergunakannya dan dia orang asing bagiku. (12) Demikian pula dengan kamu: Kamu memang berusaha untuk memperoleh karunia-karunia Roh, tetapi lebih dari pada itu hendaklah kamu berusaha mempergunakannya untuk membangun Jemaat. (13) Karena itu siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia harus berdoa, supaya kepadanya diberikan juga karunia untuk menafsirkannya. (14) Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa. (15) Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku. (16) Sebab, jika engkau mengucap syukur dengan rohmu saja, bagaimanakah orang biasa yang hadir sebagai pendengar dapat mengatakan ‘amin’ atas pengucapan syukurmu? Bukankah ia tidak tahu apa yang engkau katakan? (17) Sebab sekalipun pengucapan syukurmu itu sangat baik, tetapi orang lain tidak dibangun olehnya. (18) Aku mengucap syukur kepada Allah, bahwa aku berkata-kata dengan bahasa roh lebih dari pada kamu semua. (19) Tetapi dalam pertemuan Jemaat aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, dari pada beribu-ribu kata dengan bahasa roh. (20) Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu! (21) Dalam hukum Taurat ada tertulis: ‘Oleh orang-orang yang mempunyai bahasa lain dan oleh mulut orang-orang asing Aku akan berbicara kepada bangsa ini, namun demikian mereka tidak akan mendengarkan Aku, firman Tuhan.’ (22) Karena itu karunia bahasa roh adalah tanda, bukan untuk orang yang beriman, tetapi untuk orang yang tidak beriman; sedangkan karunia untuk bernubuat adalah tanda, bukan untuk orang yang tidak beriman, tetapi untuk orang yang beriman. (23) Jadi, kalau seluruh Jemaat berkumpul bersama-sama dan tiap-tiap orang berkata-kata dengan bahasa roh, lalu masuklah orang-orang luar atau orang-orang yang tidak beriman, tidakkah akan mereka katakan, bahwa kamu gila? (24) Tetapi kalau semua bernubuat, lalu masuk orang yang tidak beriman atau orang baru, ia akan diyakinkan oleh semua dan diselidiki oleh semua; (25) segala rahasia yang terkandung di dalam hatinya akan menjadi nyata, sehingga ia akan sujud menyembah Allah dan mengaku: ‘Sungguh, Allah ada di tengah-tengah kamu.’ (26) Jadi bagaimana sekarang, saudara-saudara? Bilamana kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu: yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau penyataan Allah, atau karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa roh, tetapi semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun. (27) Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya. (28) Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah. (29) Tentang nabi-nabi - baiklah dua atau tiga orang di antaranya berkata-kata dan yang lain menanggapi apa yang mereka katakan. (30) Tetapi jika seorang lain yang duduk di situ mendapat penyataan, maka yang pertama itu harus berdiam diri. (31) Sebab kamu semua boleh bernubuat seorang demi seorang, sehingga kamu semua dapat belajar dan beroleh kekuatan. (32) Karunia nabi takluk kepada nabi-nabi. (33) Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera. (34) Sama seperti dalam semua Jemaat orang-orang kudus, perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan Jemaat. Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara. Mereka harus menundukkan diri, seperti yang dikatakan juga oleh hukum Taurat. (35) Jika mereka ingin mengetahui sesuatu, baiklah mereka menanyakannya kepada suaminya di rumah. Sebab tidak sopan bagi perempuan untuk berbicara dalam pertemuan Jemaat. (37) Jika seorang menganggap dirinya nabi atau orang yang mendapat karunia rohani, ia harus sadar, bahwa apa yang kukatakan kepadamu adalah perintah Tuhan. (38) Tetapi jika ia tidak mengindahkannya, janganlah kamu mengindahkan dia. (39) Karena itu, saudara-saudaraku, usahakanlah dirimu untuk memperoleh karunia untuk bernubuat dan janganlah melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa roh. (40) Tetapi segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur.”.
2) Ay 1b: ‘usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat.’.
a) ‘Usahakanlah ... memperoleh’ (bdk. ay 39 dan 12:31 yang menggunakan kata Yunani yang sama).
Ay 39: “Karena itu, saudara-saudaraku, usahakanlah dirimu untuk memperoleh karunia untuk bernubuat dan janganlah melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa roh.”.
1Kor 12:31 - “Jadi berusahalah untuk memperoleh karunia-karunia yang paling utama. Dan aku menunjukkan kepadamu jalan yang lebih utama lagi.”.
Kata Yunani yang digunakan adalah ZELOUTE yang arti sebenarnya adalah ‘be zealous for’ [= bersemangatlah / berkobar-kobarlah untuk]. Kata sifatnya adalah ZELOS (Gordon Fee / NICNT, hal 623, footnote), dari mana kata bahasa Inggris ‘zelous’ [= bersemangat] diturunkan.
Ada beberapa penafsiran tentang bagian ini:
1. Ini diartikan ‘desire eagerly’ [= inginkanlah dengan sungguh-sungguh], dan ini ditujukan kepada setiap orang kristen.
Jadi, setiap orang kristen harus berusaha mendapatkan karunia-karunia rohani. Ini lalu dijadikan dasar untuk berusaha mendapatkan karunia bahasa Roh.
Tetapi ada keberatan yang serius terhadap ajaran / penafsiran ini:
a. Dari 1Kor 12:11,18 jelas terlihat bahwa pemberian karunia dilakukan sesuai kehendak Tuhan, bukan kehendak kita. Jadi kita tidak bisa berusaha mendapatkan karunia sesuai keinginan kita!
1Kor 12:11,18 - “(11) Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendakiNya. ... (18) Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendakiNya.”.
b. Andaikatapun bagian ini diartikan bahwa orang kristen harus berusaha mendapatkan karunia, jelaslah dari ay 1 ini bahwa karunia yang harus dicari / didapatkan bukanlah karunia bahasa Roh, tetapi karunia bernubuat!
Ay 1: “Kejarlah kasih itu dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat.”.
2. Ini diartikan ‘desire eagerly’ [= inginkanlah dengan sungguh-sungguh], tetapi ini tidak ditujukan kepada setiap orang kristen, tetapi kepada setiap gereja lokal.
Dasar dari pandangan ini: kata ZELOUTE ini merupakan kata perintah bentuk jamak (kata perintah yang ditujukan kepada banyak orang)! Cek dengan Bible Works 8.
Jadi artinya ialah: gereja lokal harus mencari orang-orang yang mempunyai karunia-karunia rohani, terutama karunia bernubuat.
3. Ini diartikan ‘value highly’ [= hargailah / nilailah tinggi] - Calvin, tentang 1Kor 12:31.
Kalau diartikan seperti ini, maka jelas bahwa mereka bukan harus berusaha mendapatkan, tetapi hanya harus menghargai karunia-karunia Roh, khususnya karunia bernubuat.
Rupa-rupanya orang Korintus jaman itu, sama seperti kebanyakan orang Kharismatik jaman ini, terlalu mengagungkan / menghargai karunia bahasa Roh, sehingga dalam ay 1 ini Paulus lalu menyuruh mereka menghargai karunia untuk bernubuat.
Dan memang penekanan utama dari seluruh 1Kor 14 ini adalah bahwa karunia bernubuat jauh lebih berharga dari pada karunia bahasa Roh. Kalau dalam membaca seluruh 1Kor 14 saudara belum melihat penekanan utama ini, bacalah seluruh 1Kor 14 sekali lagi!
b) ‘terutama karunia untuk bernubuat.’.
1. Ini menunjukkan secara jelas bahwa karunia yang terpenting / terhebat bukanlah karunia bahasa Roh, tetapi karunia bernubuat.
Calvin: “he commends prophecy above all other gifts, as it was the most useful of them all.” [= Dia memuji nubuat di atas semua karunia lainnya, karena nubuat adalah yang paling berguna di antara semuanya.] - hal 434.
Penerapan:
a. Kalau selama ini saudara menganggap karunia bahasa Roh sebagai karunia yang terutama dan terpenting / terhebat, baca dan renungkan ay 1 ini dan bahkan seluruh 1Kor 14, dan janganlah bersikap tegar tengkuk, tetapi sesuaikanlah pikiran / pengertian saudara yang salah itu dengan Firman Tuhan!
b. Kalau saudara berjumpa dengan orang yang menganggap / mengajarkan bahwa karunia bahasa Roh adalah karunia yang terpenting, ajaklah orang itu membaca ay 1 ini dan bahkan seluruh 1Kor 14, supaya ia melihat sendiri bahwa apa yang ia percayai / ajarkan itu tidak sesuai dengan Firman Tuhan.
2. Apakah artinya karunia bernubuat itu? Ada 2 pandangan:
a. Karunia yang ada pada seorang nabi, dimana ia mendapatkan wahyu langsung dari Tuhan, dan lalu mengajarkannya / menyampaikannya kepada orang lain.
b. Karunia yang ada pada pengkhotbah, dimana ia membaca dan mempelajari Firman Tuhan / Kitab Suci, dan lalu mengajarkannya kepada orang lain (Calvin, hal 415).
Kalau kita membaca seluruh 1Kor 14 maka terlihat bahwa karunia nubuat ini dipentingkan bukan karena melihat cara orang itu mendapatkan beritanya (dengan belajar Kitab Suci atau mendapatkan langsung dari Tuhan), tetapi karena melihat penyampaian Firman Tuhan yang ia lakukan, karena inilah yang membangun jemaat.
Jadi saya berpendapat bahwa semua karunia pemberitaan Firman Tuhan adalah karunia yang terutama / terpenting.
Satu hal yang harus ditekankan tentang kata ‘bernubuat’ ini adalah bahwa itu tidak harus berhubungan dengan ramalan tentang masa depan. Bernubuat berarti mengajar / memberitakan kehendak Allah.
c) Bagaimana gereja bisa menginginkan / menilai tinggi karunia bernubuat? Dengan mencari pendeta / hamba Tuhan yang memang mempunyai karunia untuk berkhotbah dan / atau mengajar. Demikian juga dalam memilih guru sekolah minggu gereja harus memilih / mencari orang yang betul-betul bisa mengajar!
Disamping itu, pendeta / hamba Tuhan tersebut harus dikhususkan untuk pelayanan khotbah / pengajaran.
Pulpit Commentary: “Theoretically our pastors are separated unto the ministry of the Word; practically the office is very sadly confused, and our pastors are brought into the most hindering and injurious contact with common worldly things and inferior Church duties. ... The work of the Christian pastor is precisely this - by teaching and preaching to cultivate the spiritual life of believers. ... It does not matter what other work a pastor may do well, whether it be visiting or governing or writing, he is not faithful to his call and to his office unless by preaching he can speak to men ‘unto edification, and exhortation, and comfort.’ ... If ministers could be more truly separated to their own proper work, they would bring, out of the deserts of holy stillness and quiet, the most heart-stirring views of truth and the noblest spiritual influences.” [= Secara teoretis, gembala-gembala / pendeta-pendeta kami dipisahkan untuk pelayanan Firman; secara praktis, jabatan ini sangat dikacaukan, dan gembala-gembala kita dihubungkan ke dalam hal-hal duniawi yang umum yang paling menghalangi dan merugikan dan kewajiban-kewajiban Gereja yang lebih rendah. ... Pekerjaan seorang gembala / pendeta Kristen persis adalah ini - dengan pengajaran dan khotbah untuk memupuk kehidupan rohani orang-orang percaya. ... Tidak masalah apa pekerjaan lain yang bisa dikerjakan dengan baik oleh seorang gembala / pendeta, baik itu kunjungan / bezoek atau memerintah atau menulis, dia tidak setia terhadap panggilannya dan tugasnya kecuali dengan berkhotbah ia dapat berbicara kepada orang-orang ‘untuk pendidikan, dan dorongan / penguatan, dan penghiburan.’ ... Jika para pelayan / pendeta dapat lebih sepenuhnya dipisahkan untuk pekerjaan mereka sendiri yang tepat / benar, mereka akan membawa, dari padang pasir kesunyian dan ketenangan yang kudus, pandangan kebenaran yang paling menggugah hati dan pengaruh rohani yang paling mulia.] - hal 478.
Bdk. Kis 6:1-4 - “Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari. Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: ‘Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja. Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman.’”.
3) Ay 2: “Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia.”.
a) ‘Berkata-kata dengan bahasa Roh’ (ay 2a).
KJV: ‘unknown tongue’ [= bahasa Roh / lidah yang tidak dikenal]. Hal yang sama terjadi pada ay 4,14,19,27.
Mungkin terjemahan KJV inilah yang mengilhami pemikiran / kepercayaan adanya bahasa Roh yang bukan merupakan bahasa manusia. Tetapi sebenarnya kata ‘unknown’ [= tidak dikenal] ini tidak ada dalam bahasa Yunaninya. NKJV yang merevisi KJV, dan juga semua versi bahasa Inggris yang lain, menghapuskan / tidak menggunakan kata ‘unknown’ [= tidak dikenal] ini. Cek dengan Bible Works 8.
b) ‘Tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah’ (ay 2b).
1. Bagian ini seringkali dijadikan dasar dari doa menggunakan bahasa Roh.
Keberatan: kalimat ay 2b ini jelas tidak bisa diartikan seperti itu, karena banyak bagian Kitab Suci yang menunjukkan bahwa pada saat seseorang berbahasa Roh, ia bukan berbicara kepada Allah, tetapi ia menyampaikan berita dari Allah kepada manusia, dan kita tidak boleh menafsirkan satu ayat Kitab Suci sehingga bertentangan dengan ayat Kitab Suci yang lain.
Contoh:
a. Kis 2:4-11 jelas menunjukkan bahwa pada waktu rasul-rasul berbahasa Roh pada hari Pentakosta, mereka menyampaikan berita dari Allah untuk manusia.
Kis 2:4-11 - “(4) Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. (5) Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit. (6) Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri. (7) Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: ‘Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? (8) Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita: (9) kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, (10) Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, (11) baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah.’”.
b. Ay 5 menunjukkan bahwa bahasa Roh yang disertai penafsiran / penterjemahan, menjadi sama seperti nubuat. Sedangkan bernubuat adalah menyampaikan sesuatu dari Allah kepada manusia.
Ay 5: “Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh, tetapi lebih dari pada itu, supaya kamu bernubuat. Sebab orang yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata-kata dengan bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya, sehingga Jemaat dapat dibangun.”.
c. Ay 6 mengatakan bahwa bahasa Roh tidak berguna kalau tidak menyampaikan penyataan Allah, pengetahuan, nubuat, atau ajaran. Jadi jelas bahwa bahasa Roh harus ditujukan kepada manusia.
Ay 6: “Jadi, saudara-saudara, jika aku datang kepadamu dan berkata-kata dengan bahasa roh, apakah gunanya itu bagimu, jika aku tidak menyampaikan kepadamu penyataan Allah atau pengetahuan atau nubuat atau pengajaran?”.
d. Ay 13,27,28 menunjukkan bahwa bahasa Roh harus disertai penafsiran / penterjemahan. Ini jelas menunjukkan bahwa bahasa Roh itu ditujukan kepada manusia, karena kalau ditujukan kepada Allah, apa gunanya penterjemahan?
Ay 13,27,28: “(13) Karena itu siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia harus berdoa, supaya kepadanya diberikan juga karunia untuk menafsirkannya. ... (27) Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya. (28) Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah.”.
2. Arti sebenarnya dari kalimat ini adalah: tidak ada orang yang mengerti kata-katamu kecuali Allah.
Ada yang menganggap bahwa ini adalah suatu sindiran bagi mereka. Jadi Paulus menyindir mereka: ‘apakah kamu mau berkhotbah kepada Allah?’.
Calvin: “The reason why he does not speak to men is - because no one heareth, that is, as an articulate voice. For all hear a sound, but they do not understand what is said.” [= Alasan mengapa dia tidak berbicara kepada manusia adalah - karena tidak ada yang mendengar, yaitu, sebagai suara yang jelas. Semua orang mendengar suara, tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan.] - hal 435.
c)
‘Sebab tidak ada
seorangpun yang mengerti bahasanya’
(ay 2c).
1. Ini lagi-lagi sering dijadikan dasar untuk mengatakan adanya bahasa Roh yang bukan bahasa manusia.
Keberatan:
a. Kata ‘bahasanya’ dalam ay 2c itu sebetulnya tidak ada.
NIV: ‘no one understands him’ [= tidak seorangpun mengerti dia].
NASB: ‘no one understands’ [= tidak seorangpun mengerti].
b. Kata-kata ‘tidak ada seorangpun’ dalam ay 2c ini jelas bukan menunjuk pada semua orang di dunia, tetapi pada orang-orang yang hadir dalam kebaktian tersebut.
Charles Hodge: “This, however, does not imply that the sounds uttered were in themselves unintelligible, so that no man living (unless inspired) could understand them. ... The meaning is, not that no man living, but that no man present, could understand. ... The difficulty was in the language used, not in the absence of meaning, or in the fact that inarticulate sounds were employed.” [= Namun, hal ini tidak berarti bahwa suara-suara yang diucapkan pada dasarnya tidak dapat dimengerti, sehingga tidak ada manusia yang hidup (kecuali yang terinspirasi) bisa mengertinya. ... Maknanya bukan bahwa tidak ada manusia yang hidup yang bisa mengertinya, tetapi bahwa tidak ada orang yang hadir yang bisa mengertinya. ... Kesulitannya terletak pada bahasa yang digunakan, bukan pada ketiadaan makna, atau pada kenyataan bahwa suara-suara yang tidak bisa dimengerti digunakan.] - ‘I & II Corinthians’, hal 279,280.
2. Ay 2c ini hanya memperjelas ay 2b.
d) ‘Oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia.’ (ay 2d).
1. Ada penafsir yang menganggap bahwa kata ‘Roh’ menunjuk pada ‘roh manusia’ (Catatan: ingat bahwa dalam bahasa Yunaninya, kata ‘Roh’ ini tidak dimulai dengan huruf besar), tetapi kebanyakan penafsir menganggap bahwa kata ‘Roh’ ini menunjuk kepada ‘Roh Kudus’.
Calvin: “He ‘speaketh in the Spirit’ - that is, ‘by spiritual gift,” [= Dia ‘berbicara dalam Roh’ - artinya ‘melalui karunia rohani,] - hal 435.
2. ‘hal-hal yang rahasia’.
Banyak orang Kharismatik yang berdasarkan bagian ini lalu beranggapan bahwa doa menggunakan bahasa Roh adalah doa yang terbaik, karena doa bahasa Roh menggunakan bahasa rahasia, yang hanya dimengerti oleh Allah. Begitu rahasianya bahasa ini sehingga setanpun tidak mengertinya, sehingga ia tidak bisa menyabotase / menggagalkan doa tersebut.
Tetapi kata ‘hal-hal yang rahasia’ ini (dalam bahasa Inggrisnya: ‘mysteries’) berasal dari kata bahasa Yunani MUSTERION. Dan dalam Kitab Suci, kata MUSTERION itu hanya muncul dalam ayat-ayat di bawah ini:
a. Mat 13:11 / Mark 4:11 / Luk 8:10.
b. Roma 11:25 16:25.
c. 1Kor 2:7 4:1 13:2 14:2 15:51.
d. Ef 1:9 3:3,4,9 5:32 6:19.
e. Kol 1:26-27 2:2 4:3.
f. 2Tes 2:7.
g. 1Tim 3:9,16.
h. Wah 1:20 10:7 17:5-7.
Bacalah semua ayat-ayat tersebut di atas, dan saudara akan melihat bahwa kata ‘rahasia’ (MUSTERION) ini pada umumnya bukan menunjuk pada sesuatu yang tidak dapat diketahui / tidak dapat dimengerti, tetapi sebaliknya menunjuk pada:
(1) Suatu kebenaran yang bisa diketahui.
(2) Suatu kebenaran yang dulunya tersembunyi, tetapi sekarang sudah dinyatakan / diberitakan sehingga bisa diketahui / dimengerti.
Dengan demikian, kalau ay 2 ini mengatakan bahwa orang yang berbahasa Roh itu mengucapkan hal-hal yang rahasia, maka artinya adalah: orang yang berbahasa Roh itu menyampaikan kebenaran ilahi (yang dulunya tersembunyi, tetapi sekarang sudah dibukakan).
Bisa juga kata MUSTERION ini diartikan ‘hal yang tidak dimengerti’ (tetapi ini tetap tidak bisa dijadikan dasar untuk melakukan doa dengan bahasa Roh). Kalau ay 2 digabungkan dengan ay 3, maka kelihatan dengan jelas bahwa di sini dikontraskan antara bahasa Roh (ay 2) dan nubuat (ay 3).
Ay 2-3: “(2) Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia. (3) Tetapi siapa yang bernubuat, ia berkata-kata kepada manusia, ia membangun, menasihati dan menghibur.”.
Sehingga mungkin saja artinya hanyalah: bahasa Roh itu tidak dimengerti manusia, dan karena itu sia-sia; sedangkan nubuat itu dimengerti manusia sehingga bisa membangun, menasehati dan menghibur.
Calvin: “He speaketh mysteries and hidden things, and things, therefore, that are of no profit.’ Chrysostom understands ‘mysteries’ here in a good sense, as meaning - special revelations from God. I understand the term, however, in a bad sense, as meaning - dark sayings, that are obscure and involved, as if he had said, ‘He speaks what no one understands.’” [= Dia berbicara tentang misteri-misteri dan hal-hal yang tersembunyi, dan oleh karena itu, hal-hal yang tidak berguna.’ Chrysostom memahami ‘misteri-misteri’ di sini dalam pengertian yang baik, sebagai berarti - wahyu khusus dari Allah. Tetapi saya memahami istilah itu dalam pengertian yang buruk, sebagai berarti - kata-kata yang gelap, yang kabur dan rumit, seolah-olah Dia mengatakan, ‘Dia berbicara apa yang tidak dimengerti siapapun.’] - hal 435-436.
Charles Hodge: “‘Mysteries’ mean divine truths; things which God has revealed.” [= Misteri-misteri berarti kebenaran-kebenaran ilahi; hal-hal yang telah dinyatakan oleh Allah.] - ‘I & II Corinthians’, hal 280.
4) Ay 3: “Tetapi siapa yang bernubuat, ia berkata-kata kepada manusia, ia membangun, menasihati dan menghibur.”.
Ay 3 ini menunjukkan alasan mengapa karunia bernubuat itu adalah karunia yang terpenting, yaitu karena karunia itu berguna untuk membangun, menasehati, dan menghibur jemaat.
Calvin: “‘Prophecy,’ says he, ‘is profitable to all, while a foreign language is a treasure hid in the earth. What great folly, then, it is to spend all one’s time in what is useless, and, on the other hand, to neglect what appears to be most useful!’” [= ‘Nubuat,’ katanya, ‘menguntungkan bagi semua orang, sementara suatu bahasa asing adalah harta tersembunyi di bumi. Maka, betapa besar kebodohannya, untuk menghabiskan semua waktunya dalam hal yang tidak berguna, dan, di sisi lain, mengabaikan apa yang jelas / terbukti paling berguna!’] - hal 436.
5) Ay 4: “Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat.”.
a) Ay 4a: ‘siapa yang berkata-kata dengan bahasa Roh, ia membangun dirinya sendiri,’.
Ada bermacam-macam tafsiran tentang bagian ini:
1. Banyak orang Kharismatik menafsirkan bahwa dengan menggunakan bahasa Roh, orang kristen bisa menguatkan imannya sendiri. Itu sebabnya mereka menganjurkan setiap orang kristen untuk sesering mungkin menggunakan bahasa Roh.
Keberatan terhadap pandangan ini:
a. Kitab Suci mengatakan bahwa iman tumbuh karena Firman Tuhan (ay 4b,5,31 Ro 10:17 1Pet 2:2).
Ay 4,5,31: “(4) Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat. (5) Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh, tetapi lebih dari pada itu, supaya kamu bernubuat. Sebab orang yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata-kata dengan bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya, sehingga Jemaat dapat dibangun. ... (31) Sebab kamu semua boleh bernubuat seorang demi seorang, sehingga kamu semua dapat belajar dan beroleh kekuatan.”.
Kalau seseorang menggunakan bahasa Roh yang ia sendiri tidak mengerti, maka jelas ia tidak mendapatkan Firman Tuhan, sehingga tidak mungkin imannya dibangun!
b. Semua karunia diberikan untuk membangun jemaat (1Kor 12:7 - ‘untuk kepentingan bersama’), bukan untuk membangun diri sendiri!
1Kor 12:7 - “Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama.”.
2. Orang yang berbahasa Roh itu sendiri mengerti apa yang ia katakan, tetapi orang lain tidak. Karena itu hanya ia sendiri yang dibangun imannya.
Charles Hodge: “The speaker with tongues did not edify the church, because he was not understood; he did edify himself, because he understood himself. This verse, therefore, proves that the understanding was not in abeyance, and that the speaker was not in an ecstatic state.” [= Pembicara dalam bahasa Roh tidak membangun jemaat, karena ia tidak dimengerti; dia membangun dirinya sendiri, karena dia mengerti dirinya sendiri. Karena itu, ayat ini membuktikan bahwa pengertian tidak ditinggalkan untuk sementara, dan bahwa pembicara itu tidak berada dalam keadaan trance / kegembiraan yang meluap-luap.] - ‘I & II Corinthians’, hal 281.
Catatan: saya berpendapat bahwa pandangan Hodge ini agak aneh, bahkan salah. Kalau memang orang yang berbahasa Roh pasti mengerti apa yang ia katakan, lalu mengapa Paulus menyuruh orang yang mempunyai karunia bahasa Roh untuk meminta karunia untuk menafsirkan bahasa Roh (ay 13)?
Ay 13: “Karena itu siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia harus berdoa, supaya kepadanya diberikan juga karunia untuk menafsirkannya.”.
3. Ini cuma suatu irony [= sindiran / ejekan], dan arti sebenarnya adalah bahwa bahasa Roh itu tidak membangun siapapun juga.
a. Ingat bahwa surat Korintus mengandung banyak irony, misalnya:
1Kor 4:8,10 - “(8) Kamu telah kenyang, kamu telah menjadi kaya, tanpa kami kamu telah menjadi raja. Ah, alangkah baiknya kalau benar demikian, bahwa kamu telah menjadi raja, sehingga kamipun turut menjadi raja dengan kamu. ... (10) Kami bodoh oleh karena Kristus, tetapi kamu arif dalam Kristus. Kami lemah, tetapi kamu kuat. Kamu mulia, tetapi kami hina.”.
2Kor 10:1,12 - “(1) Aku, Paulus, seorang yang tidak berani bila berhadapan muka dengan kamu, tetapi berani terhadap kamu bila berjauhan, aku memperingatkan kamu demi Kristus yang lemah lembut dan ramah. ... (12) Memang kami tidak berani menggolongkan diri kepada atau membandingkan diri dengan orang-orang tertentu yang memujikan diri sendiri. Mereka mengukur dirinya dengan ukuran mereka sendiri dan membandingkan dirinya dengan diri mereka sendiri. Alangkah bodohnya mereka!”.
2Kor 11:1,5 - “(1) Alangkah baiknya, jika kamu sabar terhadap kebodohanku yang kecil itu. Memang kamu sabar terhadap aku! ... (5) Tetapi menurut pendapatku sedikitpun aku tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu.”.
2Kor 12:13 - “Sebab dalam hal manakah kamu dikebelakangkan dibandingkan dengan jemaat-jemaat lain, selain dari pada dalam hal ini, yaitu bahwa aku sendiri tidak menjadi suatu beban kepada kamu? Maafkanlah ketidakadilanku ini!”.
b. Alasan penafsiran ini: suatu karunia diberikan oleh Tuhan kepada seseorang, selalu dengan tujuan untuk membangun jemaat / gereja, bukan diri orang itu sendiri (ay 5b,12,17,26 12:7), sehingga tidak mungkin karunia bahasa Roh itu membangun iman sendiri.
Calvin: “In place of what he had said before - that he speaketh unto God, he now says - he speaketh to himself. But whatever is done in the Church, ought to be for the common benefit. Away, then, with that misdirected ambition, which gives occasion for the advantage of the people generally being hindered! ... when ambition makes use of such empty vauntings, there is inwardly no desire of doing good; but Paul does, in effect, order away from the common society of believers those men of mere show, who look only to themselves.” [= Di tempat yang dia katakan sebelumnya - bahwa dia berbicara kepada Allah, sekarang dia mengatakan - dia berbicara kepada dirinya sendiri. Tetapi apapun yang dilakukan di dalam Gereja, seharusnya untuk kepentingan bersama. Maka, jauhkanlah ambisi yang salah arah itu, yang menyebabkan terhalangnya keuntungan bagi orang-orang secara umum! ... ketika ambisi menggunakan pameran yang sia-sia seperti itu, sebenarnya tidak ada keinginan dalam hati untuk berbuat baik; tetapi Paulus, pada kenyataannya, menyuruh menjauhkan dari perkumpulan orang-orang percaya orang-orang yang hanya pura-pura, yang hanya melihat kepada diri mereka sendiri.] - hal 436.
c. Kalau memang ay 4 ini adalah suatu irony, maka ay 4 ini menunjukkan betapa rendahnya karunia bahasa Roh itu dibandingkan dengan karunia bernubuat. Karunia bernubuat membangun jemaat, tetapi karunia bahasa Roh membangun dirimu sendiri (artinya: tidak membangun siapa-siapa).
b) Ay 4b: ‘tetapi siapa bernubuat ia membangun jemaat.’.
Jadi terlihat bahwa lagi-lagi dikontraskan antara karunia bahasa Roh (ay 4a) dengan karunia bernubuat (ay 4b).
Ay 4: “Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat.”.
-bersambung-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali