(online)
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
Selasa, tanggal 3 Oktober 2023, pk 18.30
Pdt. Budi Asali, M. Div.
2) Penafsiran mereka melanggar prinsip Hermeneutics (ilmu penafsiran Kitab Suci) yang penting, yang sekalipun sudah saya jelaskan dalam pelajaran Kharismatik 1 di depan, tetapi akan saya ulangi di sini.
Dalam Kitab Suci ada bagian-bagian yang bersifat descriptive [= bersifat menggambarkan]. Bagian seperti ini hanya menggambarkan apa yang betul-betul terjadi pada saat itu, tetapi tidak dimaksudkan untuk dijadikan rumus / norma / pedoman dalam kehidupan kita.
Contoh:
a) Dalam Mat 14:22-33, diceritakan tentang Yesus dan Petrus yang berjalan di atas air. Ini adalah penggambaran dari sesuatu yang betul-betul terjadi, tetapi cerita ini tentu tidak berarti bahwa setiap orang yang beriman pasti bisa berjalan di atas air!
b) Dalam Yoh 11 kita melihat Yesus membangkitkan Lazarus. Ini memang betul-betul terjadi, tetapi tentu tidak berarti bahwa setiap orang kristen yang mati akan dibangkitkan kembali setelah 4 hari!
c) Dalam Kis 5:17-25 dan Kis 12:1-19, rasul-rasul dimasukkan ke penjara, tetapi lalu dibebaskan oleh Tuhan secara mujizat. Ini tentu tidak boleh diartikan bahwa semua orang kristen yang dimasukkan ke penjara demi Tuhan, juga akan dibebaskan secara mujizat! Kenyataannya, banyak orang beriman dimasukkan ke penjara demi Tuhan dan akhirnya mati dibunuh / mati syahid, termasuk Yohanes Pembaptis (Mat 14:1-12), dan rasul Yakobus (Kis 12:1-2), dan rasul-rasul yang lain.
Tetapi dalam Kitab Suci juga ada bagian-bagian yang bersifat didactic [= bersifat mengajar]. Ini adalah bagian-bagian yang betul-betul dimaksudkan untuk mengajar, dan harus dijadikan norma / hukum dalam kehidupan kita.
Contoh:
a) Yoh 3:16 mengajarkan bahwa setiap orang yang percaya kepada Yesus tidak akan binasa, tetapi akan mendapat hidup yang kekal. Ini adalah hukum / norma yang berlaku untuk setiap orang!
b) Fil 4:4 dan 1Tes 5:16-18 mengajarkan bahwa orang kristen harus selalu bersukacita, berdoa dan bersyukur kepada Tuhan.
Fil 4:4 - “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!”.
1Tes 5:16-18 - “(16) Bersukacitalah senantiasa. (17) Tetaplah berdoa. (18) Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.”.
Ini juga adalah hukum / norma yang berlaku untuk setiap orang!
Kalau kita berhadapan dengan bagian yang bersifat descriptive, tetapi kita memperlakukannya sebagai bagian yang bersifat didactic, dan menafsirkannya sebagai hukum / norma, maka akan timbul ajaran-ajaran yang salah, seperti:
1. Orang kristen harus berbahasa roh, karena dalam Kis 2:1-11, rasul-rasul berbahasa roh.
2. Orang kristen harus sembuh dari penyakit, karena dalam Mat 4:23-24 / Luk 6:17-19 semua orang yang minta kesembuhan, disembuhkan oleh Tuhan Yesus.
Ajaran Theologia Kemakmuran mendasarkan ajarannya pada bagian-bagian Kitab Suci yang menunjukkan adanya orang-orang beriman yang kaya seperti Salomo, Ayub dsb. Itu berarti bahwa mereka memperlakukan bagian-bagian yang bersifat descriptive sebagai rumus / hukum, dan ini adalah cara penafsiran yang salah!
3) Terhadap ayat-ayat dalam Perjanjian Lama yang menunjukkan bahwa Tuhan akan memberikan berkat jasmani yang berkelimpahan kepada orang yang beriman dan taat kepadaNya / orang yang memberikan persembahan persepuluhan, ada 2 hal yang akan saya berikan sebagai tanggapan:
a) Perjanjian Lama berbeda dengan Perjanjian Baru dalam persoalan berkat Tuhan!
C. H. Spurgeon: “The promise of the old covenant was prosperity, but the promise of the new covenant is adversity.” [= Janji dari perjanjian lama adalah kemakmuran, tetapi janji dari perjanjian baru adalah kesengsaraan / kesukaran.] - ‘Morning and Evening’, Jan 22, evening.
Dalam Perjanjian Lama memang ada banyak ayat yang menunjukkan janji berkat jasmani yang berkelimpahan, seperti Im 26:1-13 Ul 28:1-14 Amsal 3:9-10 Mal 3:10-12 dsb.
Tetapi dalam Perjanjian Baru, terlihat bahwa Allah hanya menjanjikan berkat jasmani secara cukup saja (tidak berkelimpahan). Ini terlihat dari:
1. Mat 6:25-34.
Mat 6:25-34 - “(25) ‘Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? (26) Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? (27) Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? (28) Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, (29) namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. (30) Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? (31) Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? (32) Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. (33) Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. (34) Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.’”.
Bagian ini berbicara tentang makanan, minuman dan pakaian, dan karena itu jelas bahwa bagian ini hanya menekankan kebutuhan-kebutuhan pokok saja, bukan kemewahan!
2. Doa Bapa Kami, dimana Yesus tidak mengajar supaya kita meminta kekayaan yang berlimpah-limpah, tetapi: “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya” (Mat 6:11).
3. 1Tim 6:6,8 dimana Rasul
Paulus berkata:
“(6) Memang
ibadah (kesalehan) itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.
... (8) Asal ada makanan dan pakaian cukuplah.”.
Hal yang perlu kita tanyakan adalah: mengapa ada perbedaan seperti ini antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru? Ada 2 jawaban:
a. Karena dalam jaman Perjanjian Baru, salib Kristus sudah terjadi, sedangkan dalam Perjanjian Lama belum.
Dalam jaman Perjanjian Baru, karena salib (yang merupakan pernyataan tertinggi dari kasih Allah kepada kita) itu sudah terjadi, maka sekalipun kita tidak kaya, bahkan sekalipun kita miskin, kita tetap bisa memandang ke belakang, kepada salib, dan kita bisa yakin bahwa Allah mengasihi kita.
Tetapi dalam jaman Perjanjian Lama, kalau tidak ada berkat jasmani yang berkelimpahan, agak sukar bagi seseorang untuk bisa percaya bahwa Allah mengasihi dia, karena saat itu salib belum terjadi!
Karena itulah, untuk menunjukkan kasihNya kepada orang-orang beriman dalam Perjanjian Lama, maka pada saat itu Allah lalu memberikan banyak janji berkat jasmani yang berkelimpahan.
Catatan: Perlu saudara ketahui bahwa ini adalah ajaran dari John Calvin, yang hidup pada abad ke 16, jauh sebelum ajaran Theologia Kemakmuran muncul.
John Calvin: “THE DIFFERENCE BETWEEN THE TWO TESTAMENTS. (1. The Old Testament differs from the New in five respects: representation of spiritual blessings by temporal, 1-3). 1. STRESS ON EARTHLY BENEFITS WHICH, HOWEVER, WERE TO LEAD TO HEAVENLY CONCERNS. What then? You will ask: will no difference remain between the Old and New Testaments? What is to become of the many passages of Scripture wherein they are contrasted as utterly different? ... Now this is the first difference: the Lord of old willed that his people direct and elevate their minds to the heavenly heritage; yet, to nourish them better in this hope, he displayed it for them to see and, so to speak, taste, under earthly benefits. But now that the gospel has more plainly and clearly revealed the grace of the future life, the Lord leads our minds to meditate upon it directly, laying aside the lower mode of training that he used with the Israelites.” [= Perbedaan antara dua perjanjian. (1. Perjanjian Lama berbeda dari Perjanjian Baru dalam lima hal: penggambaran berkat-berkat rohani oleh berkat-berkat sementara, 1-3). 1. Penekanan pada keuntungan-keuntungan duniawi yang, harus membimbing pada urusan-urusan / persoalan-persoalan surgawi. Lalu apa / bagaimana? Kamu akan bertanya: tidak adakah perbedaan yang tertinggal antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru? Akan jadi apa / bagaimana banyak text Kitab Suci dalam mana mereka dikontraskan sebagai sama sekali berbeda? ... Sekarang inilah perbedaan yang pertama: Tuhan dari Perjanjian Lama menghendaki bahwa bangsa / umatNya mengarahkan dan mengangkat pikiran mereka pada warisan surgawi; tetapi untuk memelihara mereka dengan lebih baik dalam pengharapan ini, Ia menunjukkannya kepada mereka untuk melihat, dan boleh dikatakan, untuk mencicipi, di bawah keuntungan-keuntungan duniawi. Tetapi sekarang bahwa injil telah menyatakan dengan lebih jelas kasih karunia dari kehidupan yang akan datang, Tuhan membimbing pikiran kita untuk merenungkan hal itu secara langsung, dengan mengesampingkan cara melatih yang lebih rendah yang Ia gunakan dengan bangsa Israel.] - ‘Institutes of The Christian Religion’, II, XI, 1.
John Calvin: “2. THE EARTHLY PROMISES CORRESPONDED TO THE CHILDHOOD OF THE CHURCH IN THE OLD COVENANT; BUT WERE NOT TO CHAIN HOPE TO EARTHLY THINGS. This will be more apparent from the comparison that Paul made in the letter to the Galatians. He compares the Jewish nation to a child heir, not yet fit to take care of himself, under the charge of a guardian or tutor to whose care he has been entrusted (Galatians 4:1-2). Although Paul applies this comparison chiefly to the ceremonies, nothing prevents us from applying it most appropriately here as well. Therefore the same inheritance was appointed for them and for us, but they were not yet old enough to be able to enter upon it and manage it. The same church existed among them, but as yet in its childhood. Therefore, keeping them under this tutelage, the Lord gave, not spiritual promises unadorned and open, but ones foreshadowed, in a measure, by earthly promises. When, therefore, he adopted Abraham, Isaac, Jacob, and their descendants into the hope of immortality, he promised them the Land of Canaan as an inheritance. It was not to be the final goal of their hopes, but was to exercise and confirm them, as they contemplated it, in hope of their true inheritance, an inheritance not yet manifested to them.” [= 2. Janji-janji duniawi sesuai dengan masa kanak-kanak dari gereja dalam Perjanjian Lama; tetapi tidak mengikat pengharapan pada hal-hal duniawi. Ini akan lebih jelas dari perbandingan yang Paulus buat dalam surat Galatia. Ia membandingkan bangsa Yahudi dengan seorang pewaris yang masih kanak-kanak, yang karena belum cocok untuk mengurus dirinya sendiri, di bawah pengawasan seorang penjaga atau guru pada penjagaan siapa ia telah dipercayakan (Gal 4:1-2). Sekalipun Paulus menerapkan perbandingan ini terutama pada upacara-upacara, tak ada apapun yang menghalangi kami untuk juga menerapkannya dengan paling cocok di sini. Karena itu warisan yang sama ditetapkan bagi mereka dan bagi kita, tetapi mereka belum cukup umur untuk bisa memasukinya dan mengurusnya. Gereja yang sama ada di antara mereka, tetapi masih dalam masa kanak-kanak. Karena itu, dengan menjaga mereka di bawah penjagaan ini, Tuhan memberi, bukan janji-janji rohani tanpa hiasan dan terbuka, tetapi janji-janji yang membayangkan lebih dulu (foreshadowed), sampai tingkat tertentu, dengan / oleh janji-janji duniawi. Karena itu, pada waktu Ia mengadopsi Abraham, Ishak, Yakub dan keturunan mereka ke dalam pengharapan kekekalan, Ia menjanjikan mereka Tanah Kanaan sebagai suatu warisan. Itu bukanlah tujuan akhir dari pengharapan mereka, tetapi harus melatih dan meneguhkan mereka, pada waktu mereka merenungkannya, dalam pengharapan tentang warisan mereka yang sebenarnya, suatu warisan yang belum dinyatakan kepada mereka.] - ‘Institutes of The Christian Religion’, II, XI, 2.
Gal 4:1-2 - “(1) Yang dimaksud ialah: selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikitpun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu; (2) tetapi ia berada di bawah perwalian dan pengawasan sampai pada saat yang telah ditentukan oleh bapanya.”.
John Calvin: “3. PHYSICAL BENEFITS AND PHYSICAL PUNISHMENTS AS TYPES. ... But as the Lord, in testifying his benevolence toward believers by present good things, then foreshadowed spiritual happiness by such types and symbols, so on the other hand he gave, in physical punishments, proofs of his coming judgment against the wicked. Thus, as God’s benefits were more conspicuous in earthly things, so also were his punishments. The ignorant, not considering this analogy and congruity, to call it that, between punishments and rewards, wonder at such great change-ableness in God. ... But we shall readily dispose of these misgivings if we turn our attention to this dispensation of God which I have noted. He willed that, for the time during which he gave his covenant to the people of Israel in a veiled form, the grace of future and eternal happiness be signified and figured under earthly benefits, the gravity of spiritual death under physical punishments.” [= 3. pemberian-pemberian jasmani dan hukuman-hukuman jasmani sebagai Type-type. ... Tetapi karena Tuhan, dalam memberikan kesaksian tentang kebaikanNya terhadap orang-orang percaya oleh hal-hal baik sekarang ini, pada waktu itu membayangkan lebih dulu (foreshadowed) kebahagiaan rohani dengan type-type dan simbol-simbol seperti itu, demikian juga di sisi lain Ia memberikan, dalam hukuman-hukuman jasmani, bukti-bukti dari penghakimanNya terhadap orang jahat. Demikianlah, sebagaimana pemberian-pemberian Allah lebih menyolok dalam hal-hal duniawi, demikian juga hukuman-hukumanNya. Orang-orang yang tak mempunyai pengetahuan, tanpa mempertimbangkan analogi dan kesesuaian ini, saya menyebutnya seperti itu, antara hukuman-hukuman dan pahala-pahala / upah-upah, heran pada kebisa-berubahan yang begitu besar dalam diri Allah. ... Tetapi kita akan dengan mudah membereskan keraguan ini jika kita mengarahkan perhatian kita pada dispensasi dari Allah ini yang telah saya perhatikan. Ia mau bahwa, selama waktu dimana Ia memberi perjanjianNya kepada bangsa Israel dalam suatu bentuk yang ditutupi / disembunyikan, kasih karunia dari kebahagiaan yang akan datang dan kekal ditunjukkan dan digambarkan di bawah kebaikan-kebaikan duniawi, keseriusan / beratnya kematian rohani di bawah hukuman-hukuman jasmani.] - ‘Institutes of The Christian Religion’, II, XI, 3.
b. Ayat-ayat yang menunjukkan janji-janji berkat jasmani yang berkelimpahan dalam Perjanjian Lama, merupakan TYPE (ini adalah istilah Hermeneutics / ilmu penafsiran Alkitab) atau bayangan dari janji berkat rohani yang berkelimpahan dalam Perjanjian Baru. Setelah ANTI-TYPEnya (penggenapannya dalam Perjanjian Baru) datang, maka TYPEnya tidak berlaku lagi!
b) Cara para pengajar Theologia Kemakmuran mengajar jemaatnya untuk memberikan persembahan (baik persembahan persepuluhan maupun persembahan biasa) dengan menggunakan ayat-ayat Perjanjian Lama seperti Mal 3:10-12 dan Amsal 3:9-10 ataupun ayat Perjanjian Baru seperti 2Kor 9:6, adalah cara yang salah yang tidak bisa dipertanggungjawabkan! Mengapa? Karena dengan demikian mereka mengajar jemaat untuk memberikan persembahan kepada Tuhan dengan pamrih, karena jemaat memberi dengan tujuan supaya Tuhan membalasnya dengan berkat yang lebih besar!
Saya memang percaya bahwa ada pahala untuk setiap ketaatan / persembahan yang kita berikan kepada Tuhan, asalkan kita melakukan / memberikan dengan motivasi yang benar, yaitu dengan hati yang betul-betul mencintai Tuhan dan dengan tujuan untuk memuliakan Tuhan (Yoh 14:15 1Kor 10:31).
Tetapi ketaatan ataupun persembahan dengan motivasi supaya kita diberkati, jelas merupakan ketaatan yang dilandasi oleh egoisme, dan pada hakekatnya bukanlah merupakan suatu ketaatan kepada Tuhan!
4) Mat 6:33 Yoh 10:10 2Kor 8:9 2Kor 9:6 mereka tafsirkan tanpa mempedulikan kontexnya, sehingga apa yang seharusnya bersifat rohani mereka tafsirkan sebagai hal yang bersifat jasmani.
a) Dalam menafsirkan Mat 6:33, kita harus memperhatikan dan membaca kontexnya, yaitu Mat 6:25-34. Maka akan terlihat dengan jelas bahwa bagian itu berbicara tentang kekuatiran terhadap tidak adanya makanan, minuman dan pakaian (kebutuhan-kebutuhan pokok). Karena itu, kata ‘semuanya’ dalam Mat 6:33 haruslah diartikan ‘kebutuhan-kebutuhan pokok’, dan bukannya kekayaan yang berlimpah-limpah!
b) Dalam Yoh 10:10b, Yesus berkata:
“Aku datang supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.”.
Yesus pasti tidak memaksudkan hidup jasmani, tetapi hidup rohani, karena orang-orang yang Ia maksudkan dengan ‘mereka’, saat itu sedang hidup secara jasmani! Kalau Yesus memaksudkan hidup rohani, maka jelaslah bahwa kelimpahan yang Ia maksudkan, juga adalah kelimpahan rohani!
c) 2Kor 8:9 juga harus kita teliti kontexnya, supaya kita bisa mengerti apakah ayat itu memaksudkan kaya secara jasmani atau secara rohani. Bacalah mulai 2Kor 8:1-9!
2Kor 8:1-9 - “(1) Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia. (2) Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan. (3) Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka. (4) Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus. (5) Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami. (6) Sebab itu kami mendesak kepada Titus, supaya ia mengunjungi kamu dan menyelesaikan pelayanan kasih itu sebagaimana ia telah memulainya. (7) Maka sekarang, sama seperti kamu kaya dalam segala sesuatu, - dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami - demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih ini. (8) Aku mengatakan hal itu bukan sebagai perintah, melainkan, dengan menunjukkan usaha orang-orang lain untuk membantu, aku mau menguji keikhlasan kasih kamu. (9) Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinanNya.”.
Maka dalam ay 7 saudara akan melihat bahwa Paulus berkata bahwa sekarang mereka kaya dalam segala sesuatu. Tetapi apa yang ia maksudkan dengan ‘segala sesuatu’ itu? Baca terus ay 7! Paulus berkata “dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami - demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih ini.”.
Ini semua jelas menunjuk pada hal rohani, bukan jasmani! Karena itu jelaslah bahwa ‘kaya’ dalam 2Kor 8:9 tidak menunjuk pada kekayaan jasmani, tetapi pada kekayaan rohani!
d) 2Kor 9:6 juga harus diperhatikan kontexnya.
2Kor 9:6 - “Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.”.
Apakah ‘menuai banyak’ dalam 2Kor 9:6 itu harus diartikan berkat jasmani / uang yang banyak? Saya berpendapat bahwa bisa saja orang yang memberi persembahan uang lalu dibalas oleh Allah juga dengan uang. Tetapi tentu saja tidak harus demikian. Ia bisa membalas dengan cara lain. Ini bisa kita lihat dalam 2Kor 9:8 dimana dikatakan:
“Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.”.
Jelas ini menunjukkan bahwa orang yang menabur banyak itu memang menuai banyak, tetapi ia menuai bukan berkat jasmani, tetapi berkat rohani!
B) Tentang Argumentasi berdasarkan ‘fakta’.
1) Jemaat yang bertambah banyak, tidak membuktikan bahwa ajaran mereka benar, ataupun bahwa mereka diberkati oleh Tuhan.
Sebagai contoh, dalam waktu 10 tahun (1942-1952), jumlah para Saksi Yehuwa di Amerika Serikat berkembang 2 x lipat, di Asia 5 x lipat, di Eropa 7 x lipat, dan di Amerika Latin 15 x lipat. Apakah itu membuktikan bahwa ajaran mereka itu benar dan gereja mereka diberkati oleh Tuhan?
Ingatlah bahwa kebenaran bukanlah persoalan demokrasi, dalam arti, yang banyak belum tentu benar! Pada saat Yesus melayani secara jasmani dalam dunia ini, hanya sedikit orang yang sungguh-sungguh percaya dan mengikuti Dia. Apakah ini berarti ajaranNya salah dan pelayananNya tidak diberkati Tuhan?
Ingatlah juga bahwa Tuhan Yesus sendiri sudah menubuatkan bahwa makin mendekati akhir jaman, makin banyak ajaran sesat, dan makin banyak orang yang tersesat (Mat 18:7 Mat 24:5,11).
Mat 18:7 - “Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya.”.
Mat 24:5,11 - “(5) Sebab banyak orang akan datang dengan memakai namaKu dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang. ... (11) Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang.”.
Juga ingatlah bahwa Paulus juga menubuatkan bahwa akan datang waktunya orang tidak dapat lagi menerima ajaran yang benar dan mereka akan mengumpulkan guru-guru palsu menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Juga bahwa mereka akan menutup telinganya bagi kebenaran dan membukanya bagi dongeng (2Tim 4:3-4).
2Tim 4:3-4 - “(3) Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. (4) Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.”.
Jadi, kalau banyak orang senang mendengar ajaran Theologia Kemakmuran, itu hanyalah penggenapan dari nubuat ini!
2) Kalau mereka mengatakan bahwa jemaat dalam gereja mereka kaya-kaya, maka ada 2 hal yang perlu dipertanyakan:
a) Benarkah bahwa mereka yang sekarang kaya itu dulunya miskin?
Saya lebih condong untuk percaya bahwa jemaat yang miskin itu hilang, lalu digantikan oleh jemaat yang kaya. Mengapa bisa demikian? Karena kalau setiap kali jemaat mendengar bahwa miskin menunjukkan dosa, tidak beriman dsb, maka lama kelamaan pasti jemaat yang miskin akan minggat dari / meninggalkan gereja itu, sedangkan jemaat yang kaya akan tetap tinggal, karena senang dibuai oleh segala omong kosong itu (bandingkan dengan 2Tim 4:3-4).
b) Kalau memang benar bahwa mereka yang sekarang kaya itu dulunya miskin, maka perlu dipertanyakan lagi:
1. Dengan cara bagaimana mereka menjadi kaya? Apakah betul-betul dengan cara yang benar / cara yang kristiani, seperti jujur, kasih dsb? Atau dengan ‘seadanya cara’? Ada banyak orang yang mendapatkan kekayaan dengan cara duniawi yang kotor tetapi lalu bersaksi bahwa Tuhan memberkatinya dengan kekayaan!
Ingat bahwa ajaran yang mengatakan bahwa orang kristen harus kaya itu bisa membuat orang berusaha mati-matian untuk menjadi kaya, tanpa mempedulikan caranya halal atau tidak!
2. Siapa yang memberi kekayaan itu? Tuhan atau setan? Memang agak sukar untuk mengetahui hal ini, tetapi perlu diingat bahwa setanpun bisa memberi kekayaan kepada orang-orang itu, dengan tujuan supaya mereka tetap percaya pada ajaran sesat itu! Dan kalau kekayaan itu didapatkan dengan cara-cara yang kotor, sudah pasti itu bukan berkat Tuhan tetapi berkat setan!
1) Semua ini menunjukkan bahwa sekalipun para penganut Theologia Kemakmuran itu bisa memberikan ayat-ayat Kitab Suci sebagai dasar ajaran mereka, tetapi jelas bahwa ayat-ayat Kitab Suci itu sudah ditafsirkan secara salah!
Dengan kata lain, kita harus menyimpulkan bahwa ajaran Theologia Kemakmuran itu adalah suatu ajaran sesat yang sama sekali tidak Alkitabiah!
Selain dari itu, ajaran Theologia Kemakmuran ini menyebabkan ajaran Kristen dihina / dipandang rendah oleh orang-orang non Kristen (dinilai sebagai agama yang duniawi)! Dengan demikian, ajaran Theologia Kemakmuran ini menjadi batu sandungan bagi banyak orang!
2) Kalau ajarannya adalah ajaran yang sesat / tidak alkitabiah, maka jelaslah bahwa para pengajar Theologia Kemakmuran itu adalah nabi-nabi palsu!
Karena itu para pengajar Theologia Kemakmuran itu sebaiknya memperhatikan peringatan Tuhan Yesus dalam Mat 18:7 yang berbunyi:
“Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya!”.
Ada banyak orang yang menanyakan pertanyaan ini: apakah para pengajar Theologia Kemakmuran itu sendiri tahu bahwa ajaran mereka adalah ajaran sesat yang bertentangan / tidak sesuai dengan Kitab Suci?
Dari begitu banyaknya bagian-bagian Kitab Suci yang bertentangan secara sangat jelas dengan ajaran Theologia Kemakmuran, saya yakin bahwa mereka tahu kalau ajaran mereka itu bertentangan / tidak sesuai dengan Kitab Suci.
Kalau demikian, mengapa mereka tetap mengajarkannya? Jelas sekali supaya mereka mendapat untung dan menjadi kaya! Memang, didalam mereka mengajar mereka menekankan keharusan untuk memberikan persembahan sebanyak-banyaknya (baik persembahan persepuluhan maupun persembahan biasa), supaya jemaat diberkati berlimpah-limpah oleh Tuhan. Tetapi apa motivasi mereka yang sebenarnya? Bukankah supaya mereka sendiri yang menjadi kaya oleh semua persembahan itu? Memang salah satu ciri nabi palsu adalah ‘mengajar demi keuntungan diri sendiri’ (Yer 8:10 Tit 1:11 2Pet 2:3)!
Yer 8:10 - “Sebab itu Aku akan memberikan isteri-isteri mereka kepada orang lain, ladang-ladang mereka kepada penjajah. Sesungguhnya, dari yang kecil sampai yang besar, semuanya mengejar untung; baik nabi maupun imam, semuanya melakukan tipu.”.
Tit 1:11 - “Orang-orang semacam itu harus ditutup mulutnya, karena mereka mengacau banyak keluarga dengan mengajarkan yang tidak-tidak untuk mendapat untung yang memalukan.”.
2Pet 2:3 - “Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan ceritera-ceritera isapan jempol mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda.”.
3) Kitab Suci memang tidak pernah melarang orang kristen untuk menjadi kaya (Catatan: saya tidak menganut Theologia Kemelaratan!). Tetapi Kitab Suci tidak mengharuskan orang kristen menjadi kaya!
4) Sekalipun kekayaan itu sendiri bukanlah dosa, tetapi kekayaan itu bisa membahayakan kita, kalau kita tidak bersikap benar terhadap kekayaan.
Karena itu, janganlah menginginkan kekayaan duniawi (Amsal 23:4 Mat 6:19 1Tim 6:9-10); sebaliknya carilah harta yang kekal di surga (Mat 6:20), supaya saudara jangan menjadi seperti orang kaya yang bodoh (Luk 12:16-21).
Amsal 23:4 - “Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini.”.
Mat 6:19 - “‘Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.”.
1Tim 6:9-10 - “(9) Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. (10) Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.”.
Mat 6:20 - “Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.”.
Luk 12:16-21 - “(16) Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kataNya: ‘Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. (17) Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. (18) Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. (19) Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! (20) Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? (21) Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.’”.
Karena itu, kalau saudara berdoa dalam persoalan uang, tirulah doa dalam Amsal 30:8-9, yang berbunyi:
“(8) Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. (9) Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkalMu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku.”.
-o0o-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali