Seminar

 

Pembahasan ajaran

 

Pdt. Erastus Sabdono

 

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

 

(Rungkut Megah Raya, blok D no 16)

 

Rabu, tanggal 13 Maret 2019, pk 19.00

 

Pdt. Budi Asali, M. Div.

 

Session XII

 

Corpus Delicti (12)

 

4. Penghakiman akhir jaman.

Wah 20:11-15 - “(11) Lalu aku melihat suatu takhta putih yang besar dan Dia, yang duduk di atasnya. Dari hadapanNya lenyaplah bumi dan langit dan tidak ditemukan lagi tempatnya. (12) Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu. (13) Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya. (14) Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. (15) Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.”.

 

Bahkan dalam penghakiman akhir jaman, tidak pernah dikatakan bahwa dosa siapapun dibuktikan dengan membandingkan kehidupan orang itu dengan kehidupan Yesus yang tidak pernah berdosa.

 

Dosa-dosa orang-orang itu dicatat dalam kitab-kitab. Saya sendiri yakin ini bukan sesuatu yang bersifat hurufiah, karena Allah yang maha tahu tak membutuhkan kitab apapun untuk mengingat dosa manusia.

 

Homer Hailey: “These are not literal books ... The books symbolizes the divine record of the lives and deeds of all who have lived. Pieters has well expressed it: ‘The books evidently stand for the omniscience of God the Judge, to whom nothing is unknown, and by whom nothing is forgotten’ (p 313), except what He wills to forget (Heb. 8:12).” [= Ini bukan betul-betul kitab-kitab secara hurufiah ... Kitab-kitab ini menyimbolkan catatan ilahi tentang kehidupan-kehidupan dan tindakan-tindakan dari semua orang yang pernah hidup. Pieters telah menyatakan hal ini dengan baik: ‘Kitab-kitab itu dengan jelas mewakili kemahatahuan Allah sang Hakim, bagi siapa tidak ada yang tak diketahui, dan oleh siapa tak ada yang dilupakan’ (hal 313), kecuali apa yang Ia kehendaki untuk dilupakan (Ibr 8:12).] - ‘Revelation’, hal 401.

 

Ibr 8:12 - “Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka.’”.

 

Setiap kali siapapun melanggar hukum tertulis, atau hukum oral, atau hukum hati nurani, Allah mengingat itu. Ia hanya tidak mengingat-ingat dosa-dosa dari orang yang percaya, karena itu sudah dihapuskan oleh darah Kristus.

 

Yes 43:25 - “Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu.”.

 

Tetapi dosa-dosa dari orang-orang yang tidak percaya, tetap diingat oleh Allah, dan pada penghakiman akhir jaman, orang itu akan dijatuhi hukuman atas setiap dosa yang pernah ia lakukan.

 

Lalu bagaimana dengan kitab kehidupan? Ini mencatat nama-nama dari orang-orang yang percaya kepada Yesus.

 

Luk 10:20 - “Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga.’”.

 

Fil 4:3 - “Bahkan, kuminta kepadamu juga, Sunsugos, temanku yang setia: tolonglah mereka. Karena mereka telah berjuang dengan aku dalam pekabaran Injil, bersama-sama dengan Klemens dan kawan-kawanku sekerja yang lain, yang nama-namanya tercantum dalam kitab kehidupan.”.

 

Ayat-ayat seperti ini (dan masih ada ayat-ayat lain) digabungkan dengan ajaran yang jelas dari Alkitab, bahwa hanya orang yang percaya kepada Yesus yang selamat / masuk surga, jelas menunjukkan bahwa kitab kehidupan merupakan catatan dari orang-orang yang percaya kepada Yesus.

Catatan: tetapi lagi-lagi saya percaya ini hanya simbol, bukan hurufiah. Allah tidak pikun sehingga Ia membutuhkan suatu catatan tentang orang-orang yang adalah anak-anakNya!

 

Sekarang mengapa orang-orang yang tidak percaya dibuang ke dalam neraka? Jelas karena firman tertulis jelas-jelas mengatakan bahwa hanya orang-orang yang percaya kepada Yesus yang diampuni dan masuk surga (Yoh 3:16  Yoh 14:6  Kis 4:12  1Yoh 5:11-12 dsb.).

 

Allah tidak membandingkan orang-orang yang tidak percaya dengan orang-orang yang percaya. Allah tidak membutuhkan Corpus Delicti!

 

5. Penghukuman terhadap Iblis sendiri.

Wah 20:10 - “dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya.”.

 

Adakah pembuktian dosa di sini? Apakah Iblis dibandingkan dengan Yesus (sebagai Corpus Delicti), atau dibandingkan dengan orang-orang percaya yang berhasil hidup kudus (sehingga berhasil menjadi Corpus Delicti)??? Tidak pernah ada! Adakah protes dari Iblis karena dosanya tidak dibuktikan? Tidak ada sama sekali. Baik Allah, maupun Iblis sendiri, tahu akan keberdosaan Iblis.

 

Ini bahkan sudah diketahui oleh Iblis / setan-setan pada jaman Yesus masih hidup di dunia ini.

 

Mat 8:29 - “Dan mereka itupun berteriak, katanya: ‘Apa urusanMu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?’”.

 

Setan-setan itu tahu bahwa mereka akan disiksa. Mereka juga pasti tahu Allah itu adil, dan karena itu mereka pasti tidak akan disiksa / dihukum kalau mereka tidak bersalah. Jadi jelas setan-setan itu tahu akan keberdosaan mereka.

 

Dan ini terjadi sebelum Yesus menyelesaikan seluruh hidupNya di dunia ini! Apakah ES menganggap bahwa pada saat ini Yesus sudah menjadi Corpus Delicti? Kalaupun ES menganggap sudah, perlu ia perhatikan bahwa tidak pernah kehidupan Iblis dan setan-setannya dibandingkan dengan kehidupan dari Yesus, untuk membuktikan keberdosaan mereka!

 

Saya bisa memberi lebih banyak contoh lagi kalau saya mau, tetapi saya kira itu tidak perlu.

 

Jelas bahwa Tuhan melakukan pembuktian dosa bukan dengan membandingkan orang yang melakukan suatu dosa dengan orang yang tak pernah melakukan dosa itu, tetapi Tuhan membandingkan hidup orang itu dengan suatu hukum, apakah itu hukum tertulis, atau hukum yang diucapkan / oral, atau hukum hati nurani!

 

Semua tentang Corpus Delicti adalah suatu nonsense / omong kosong, yang tidak pernah saya jumpai dalam Alkitab!

 

Tetapi bagaimana dengan ayat-ayat yang memang melakukan perbandingan antara orang yang jahat dan orang yang saleh?

 

Saya berikan di sini beberapa contoh:

 

1Raja 14:8 - “Aku telah mengoyakkan kerajaan dari keluarga Daud dan memberikannya kepadamu, tetapi engkau tidak seperti hambaKu Daud yang tetap mentaati segala perintahKu dan mengikuti Aku dengan segenap hatinya dan hanya melakukan apa yang benar di mataKu.”.

 

Ibr 7:26-27 - “(26) Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga, (27) yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukanNya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diriNya sendiri sebagai korban.”.

 

1Yoh 3:12 - “bukan seperti Kain, yang berasal dari si jahat dan yang membunuh adiknya. Dan apakah sebabnya ia membunuhnya? Sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar.”.

 

Pikirkan satu hal: sekalipun ayat-ayat ini memang membandingkan, tetapi apakah perbandingan itu dimaksudkan untuk menunjukkan keberdosaan orang-orang tertentu itu? Bagi saya jawabnya jelas adalah ‘tidak’!

 

 

==============Lanjutan kata-kata ES=================

 

Tujuan penciptaan manusia

 

Dari penjelasan tersebut jelas bahwa sebenarnya Allah menciptakan manusia bukan sekedar ingin memiliki mahluk yang segambar dengan diri-Nya untuk mengelola sebuah taman. Ia juga bukan Allah yang kurang kasih sayang sehingga hendak memiliki makhluk ciptaan untuk dikasihi. Sejatinya ada rancangan atau agenda Allah yang lebih besar daripada hal tersebut.

 

Ternyata manusia diciptakan untuk menggenapi rencana Bapa, yaitu mengalahkan Iblis atau membuktikan bahwa Iblis bersalah. Manusia diciptakan agar menjadi “corpus delicti”. Disini manusia menjadi alat dalam tangan Tuhan untuk mengakhiri sepak terjang Lucifer. Jadi, manusia bukan hanya menerima mandat untuk menaklukkan alam yang kelihatan (fisik), tetapi yang juga tidak kelihatan (metafisik).

 

Tetapi manusia telah gagal memenuhi rencana Bapa. Adam telah gagal menjadi corpus delicti. Kegagalan Adam menyisakan persoalan: siapakah yang dapat mengalahkan Iblis atau menjadi bukti bahwa Iblis bersalah sehingga bisa dihukum? Tidak ada jalan lain; Allah harus menyediakan Adam kedua, manusia yang tidak dicemari oleh dosa Adam. Untuk itu Allah mengutus Putra Tunggal-Nya untuk turun ke bumi menjadi manusia. Agar memenuhi keadilan Allah, maka Sang Putra tidak diberi keistimewaan. Keilahian-Nya harus dilucuti terlebih dahulu (Fil. 2:7). Dalam segala hal, Ia disamakan dengan manusia (Ibr. [2:17]). Barulah Ia disebut sebagai Adam yang terakhir (1Kor. [15:45]). Ialah Allah Anak, Tuhan Yesus Kristus.

 

=================================================

 

Tanggapan Budi Asali:

 

1) ES mengatakan “Ternyata manusia diciptakan untuk menggenapi rencana Bapa, yaitu mengalahkan Iblis atau membuktikan bahwa Iblis bersalah.”.

 

a) Bagaimana ES memberikan pernyataan seperti itu tanpa dasar ayat Alkitab sama sekali???

 

b) Jadi, pada waktu Adam ternyata jatuh, itu berarti rencana Allah itu gagal! Gagal tidaknya rencana Allah tergantung kepada Adam / manusia??? Ini betul-betul konyol! Benarkah rencana Allah bisa gagal??

 

Tak ada orang Reformed yang sejati yang percaya bahwa rencana Allah bisa gagal. Bagian di bawah ini saya kutip dari tulisan saya sendiri yang berjudul “Providence of God”.

 

Orang Arminian / non Reformed percaya bahwa Allah bisa mengubah rencanaNya, dan percaya bahwa rencana Allah bisa gagal. Sebetul­nya ini merupakan suatu penghinaan bagi Allah, karena ini menyamakan Allah dengan manusia, yang sering harus mengubah rencananya dan gagal dalam mencapai rencananya!

 

Orang Reformed percaya bahwa rencana Allah tidak mungkin berubah ataupun gagal.

 

Charles Hodge: “Change of purpose arises either from the want of wisdom or from the want of power. As God is infinite in wisdom and power, there can be with Him no unforeseen emergency and no inadequacy of means, and nothing can resist the execution of his original intention.” [= Perubahan rencana timbul atau karena kekurangan hikmat atau karena kekurangan kuasa. Karena Allah itu tidak terbatas dalam hikmat dan kuasa, maka dengan Dia tidak bisa ada keadaan darurat yang tidak dilihat lebih dulu, dan tidak ada kekurangan jalan / cara, dan tidak ada yang bisa menahan / menolak pelaksanaan dari maksud / rencana yang semula.] - ‘Systematic Theology’, vol I, hal 538-539.

 

John Owen: “Whatsoever God hath determined, according to the counsel of his wisdom and good pleasure of his will, to be accomplished, to the praise of his glory, standeth sure and immutable;” [= Apapun yang Allah telah tentukan, menurut rencana hikmatNya dan kerelaan kehendakNya, untuk terjadi, untuk memuji kemuliaanNya, berdiri teguh dan tetap / tak berubah;] - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 20.

Catatan: Owen lalu memberikan sederetan ayat-ayat, yaitu 1Sam 15:29  Yes 46:10  Yes 14:24-25,27  Ayub 23:13  Ibr 6:17.

 

William Hendriksen: “God’s eternal decree is absolutely unchangeable and is sure to be realized.” [= Ketetapan kekal Allah secara mutlak tidak bisa berubah dan pasti akan terwujud.] - ‘The Gospel of John’, hal 250.

 

William G. T. Shedd mengutip kata-kata Augustine (dari buku ‘Confession’, XII. xv.) yang berbunyi sebagai berikut:

“God willeth not one thing now, and another anon; but once, and at once, and always, he willeth all things that he willeth; not again and again, nor now this, now that; nor willeth afterwards, what before he willed not, nor willeth not, what before he willed; because such a will is mutable; and no mutable thing is eternal.” [= Allah tidak menghendaki sesuatu hal sekarang, dan sebentar lagi menghendaki yang lain; tetapi sekali, dan serentak, dan selalu, Ia menghendaki semua hal yang Ia kehendaki; bukannya berulang-ulang, atau sebentar ini sebentar itu; atau menghendaki setelahnya apa yang tadinya tidak Ia kehendaki, atau tidak menghendaki apa yang tadinya Ia kehendaki; karena kehendak seperti itu bisa berubah; dan hal yang bisa berubah tidak ada yang kekal.] - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol I, hal 395.

 

Ada banyak alasan / dasar yang menyebabkan kita harus percaya bahwa Allah tidak mungkin mengubah rencanaNya atau gagal dalam mencapai rencanaNya, yaitu:

 

1. Adanya ayat-ayat yang secara jelas menunjukkan bahwa rencana Allah tidak mungkin gagal, seperti:

a. Bil 23:19 - “Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?”.

b. 1Sam 15:29 - “Lagi Sang Mulia dari Israel tidak berdusta dan Ia tidak tahu menyesal; sebab Ia bukan manusia yang harus menyesal.’”.

c. Maz 33:10-11 - “(10) TUHAN menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa; (11) tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hatiNya turun-temurun.”.

d. Yer 4:28 - “Karena hal ini bumi akan berkabung, dan langit di atas akan menjadi gelap, sebab Aku telah mengatakannya, Aku telah merancangnya, Aku tidak akan menyesalinya dan tidak akan mundur dari pada itu.’”.

 

2.    Kemahatahuan Allah.

Pada waktu Allah merencanakan, bukankah Ia sudah tahu apakah rencanaNya akan berhasil atau gagal? Kalau Ia tahu bahwa rencanaNya akan gagal, lalu mengapa Ia tetap merencanakannya?

 

3.    Kemahabijaksanaan Allah.

Kebijaksanaan Allah menyebabkan Ia pasti membuat rencana yang terbaik. Kalau rencana ini lalu diubah, maka akan menjadi bukan yang terbaik. Ini tidak mungkin!

 

4.    Kemahakuasaan Allah.

Manusia sering gagal mencapai rencananya atau terpaksa mengubah rencananya karena ia tidak maha kuasa, sehingga tidak mampu untuk mencapai / melaksanakan rencananya. Tetapi Allah yang maha kuasa tidak mungkin gagal mencapai rencanaNya atau terpaksa harus mengubah rencanaNya! Ini terlihat dari ayat-ayat di bawah ini:

a. Yes 14:24,26-27 - “(24) TUHAN semesta alam telah bersumpah, firmanNya: ‘Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana: ... (26) Itulah rancangan yang telah dibuat mengenai seluruh bumi, dan itulah tangan yang teracung terhadap segala bangsa. (27) TUHAN semesta alam telah merancang, siapakah yang dapat menggagalkannya? TanganNya telah teracung, siapakah yang dapat membuatnya ditarik kembali?.

b. Yes 25:1 - “Ya TUHAN, Engkaulah Allahku; aku mau meninggikan Engkau, mau menyanyikan syukur bagi namaMu; sebab dengan kesetiaan yang teguh Engkau telah melaksanakan rancanganMu yang ajaib yang telah ada sejak dahulu.”.

c. Yes 37:26 - “Bukankah telah kaudengar, bahwa Aku telah menentukannya dari jauh hari dan telah merancangnya dari zaman purbakala? Sekarang Aku mewujudkannya, bahwa engkau membuat sunyi senyap kota-kota yang berkubu menjadi timbunan batu,”.

d. Yes 43:13 - “Juga seterusnya Aku tetap Dia, dan tidak ada yang dapat melepaskan dari tanganKu; Aku melakukannya, siapakah yang dapat mencegahnya?.

e. Ayub 42:1-2 - “(1) Maka jawab Ayub kepada TUHAN: (2) ‘Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal..

 

5. Kedaulatan Allah.

Kedaulatan Allah tidak memungkinkan Ia untuk mengubah rencanaNya, karena perubahan rencana membuat Ia menjadi tergantung pada situasi dan kondisi, dan dengan demikian tidak lagi berdaulat.

 

2) Sekarang perhatikan kata-kata ES ini: “Disini manusia menjadi alat dalam tangan Tuhan untuk mengakhiri sepak terjang Lucifer. Jadi, manusia bukan hanya menerima mandat untuk menaklukkan alam yang kelihatan (fisik), tetapi yang juga tidak kelihatan (metafisik).”.

 

Kata-kata ES di atas ini menambahi Kej 1:28.

 

Kej 1:28 - Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: ‘Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.’.

 

Mandat penaklukkan metafisik tidak pernah ada!!

 

3) Sekarang perhatikan kata-kata ES pada bagian akhir, yang akan saya kutip ulang di bawah ini:

 

“Kegagalan Adam menyisakan persoalan: siapakah yang dapat mengalahkan Iblis atau menjadi bukti bahwa Iblis bersalah sehingga bisa dihukum? Tidak ada jalan lain; Allah harus menyediakan Adam kedua, manusia yang tidak dicemari oleh dosa Adam. Untuk itu Allah mengutus Putra Tunggal-Nya untuk turun ke bumi menjadi manusia. Agar memenuhi keadilan Allah, maka Sang Putra tidak diberi keistimewaan. Keilahian-Nya harus dilucuti terlebih dahulu (Fil. 2:7). Dalam segala hal, Ia disamakan dengan manusia (Ibr. [2:17]). Barulah Ia disebut sebagai Adam yang terakhir (1Kor. [15:45]). Ialah Allah Anak, Tuhan Yesus Kristus.”.

 

Ada beberapa hal yang perlu saya bahas:

 

a) Saya belum pernah membaca ayat manapun, juga tulisan orang-orang manapun, yang mengatakan bahwa tujuan Allah menjadi manusia adalah untuk menjadi Corpus Delicti, dan membuktikan kesalahan Iblis!

 

Sebetulnya ada banyak tujuan dari kedatangan Yesus, seperti:

 

1. Memberitakan Injil (Mark 1:38).

Mark 1:38 - JawabNya: ‘Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.’.

 

2. Memberi kesaksian tentang kebenaran (Yoh 18:37).

Yoh 18:37 - Maka kata Pilatus kepadaNya: ‘Jadi Engkau adalah raja?’ Jawab Yesus: ‘Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suaraKu.’.

 

3. Supaya Ia bisa menjadi teladan bagi manusia (Mat 11:29  Yoh 13:14-15  Fil 2:5-8  Ibr 12:2-4  1Pet 2:21).

 

Mat 11:29 - Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan..

 

Yoh 13:14-15 - “(14) Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; (15) sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu..

 

Fil 2:5-8 - “(5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib..

 

Ibr 12:2-4 - “(2) Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. (3) Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diriNya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa. (4) Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah..

 

1Pet 2:21 - Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejakNya..

 

Kalau Ia tetap sebagai Allah saja, maka bagaimanapun sucinya Dia sebagai Allah, Ia tidak bisa menjadi teladan bagi manusia, karena manusia tidak bisa melihat Dia. Tetapi dengan Ia sudah menjadi manusia, dan hidup suci, maka manusia bisa melihat kehidupanNya yang suci itu dan meneladaninya.

 

4. Supaya Ia bisa merasakan pencobaan dan penderitaan yang dialami oleh manusia. Dengan demikian Ia bisa bersimpati terhadap manusia yang menderita dan dicobai dan bisa meno­long mereka (Ibr 2:17-18  Ibr 4:15).

 

Ibr 2:17-18 - “(17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa. (18) Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai..

 

Ibr 4:15 - Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa..

 

Tetapi tujuan utama Yesus datang ke dunia adalah untuk mati. Benarkah demikian? Mari kita perhatikan ayat-ayat di bawah ini dengan penjelasannya.

 

a. Yoh 12:23-24 - “(23) Tetapi Yesus menjawab mereka, kataNya: ‘Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. (24) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.”.

 

Dalam ay 23 Ia berbicara tentang ‘dimuliakan’, dan dalam ay 24 Ia berbicara tentang kematian. Jadi jelas bahwa Yesus memaksudkan ‘dimuliakan melalui salib / kematian’.

 

William Barclay (tentang Yoh 3:14-15): “There was a double lifting up in Jesus’s life - the lifting on the Cross and the lifting into glory. And the two are inextricably connected. The one could not have happened without the other. For Jesus the Cross was the way to glory; had he refused it, had he evaded it, had he taken steps to escape it, as he might so easily have done, there would have been no glory for him.” [= Ada peninggian dobel dalam kehidupan Yesus - peninggian pada salib dan peninggian ke dalam kemuliaan. Dan keduanya berhubungan secara tak bisa dilepas­kan. Yang satu tidak akan bisa terjadi tanpa yang lain. Untuk Yesus, salib adalah jalan menuju kemuliaan; andaikata Ia menolak­nya, andaikata Ia mengambil langkah untuk menghindarinya, yang dengan mudah bisa Ia lakukan, maka tidak akan ada kemuliaan bagi Dia.].

 

Bdk. Fil 2:5-11 - “(5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. (9) Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama, (10) supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, (11) dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah, Bapa!”.

 

Penekanan saya dengan kutipan dari Fil 2 ini adalah bahwa text ini menunjukkan bahwa Yesus merendahkan diri menjadi manusia dengan tujuan untuk mati, dan melalui kematian itu Ia dimuliakan!

 

b. Yoh 12:27 - “Sekarang jiwaKu terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini.”.

 

(1)‘Apakah yang akan Kukatakan? Bapa selamatkanlah Aku dari saat ini?’.

Bagian ini menunjukkan pergumulan Yesus, mirip dengan yang terjadi di Taman Getsemani (Mat 26:39-42). Ia bergumul apakah harus meminta supaya Bapa menyelamatkan Dia dari kematian yang harus segera terjadi.

 

(2)Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini’.

Kata ‘tidak’ sebetulnya tidak ada. Terjemahan yang benar adalah Tetapi untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini’.

 

Jadi ay 27 ini menunjukkan bahwa sekalipun Kristus mengalami pergumulan, tetapi akhirnya Kristus berserah pada kehendak BapaNya.

Kata-kata ini menunjukkan bahwa Yesus datang untuk mati! Ini tujuan utama kedatangan Yesus pada Natal!

 

Bdk. Mat 20:28 - Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.’”.

 

Jadi, tentang tujuan untuk menjadi Corpus Delicti, ES tak punya ayat manapun untuk mendukung ajarannya, tetapi tentang tujuan-tujuan yang saya berikan, khususnya tujuan utamanya, saya memberikan banyak ayat sebagai pendukung!

Kalau saudara adalah orang yang tunduk pada firman Tuhan / Alkitab, silahkan pikirkan, dan putuskan, mana yang saudara mau ikuti. Ajaran yang tanpa dasar Alkitab, atau ajaran yang memang berdasarkan Alkitab!

 

b) Dalam seluruh Alkitab, tujuan Allah menjadi manusia adalah untuk bisa menggantikan manusia memikul hukuman dosa. Upah dosa itu maut (Kej 2:17  Ro 6:23), dan Allah sendiri tidak bisa mati. Karena itu Ia menjadi manusia. Setelah Ia menjadi manusia, baru Ia bisa menderita dan mati, untuk memikul hukuman yang seharusnya adalah bagi manusia berdosa!

 

c) Sekarang tentang kata-kata ES ini:

“Agar memenuhi keadilan Allah, maka Sang Putra tidak diberi keistimewaan. Keilahian-Nya harus dilucuti terlebih dahulu (Fil. 2:7).”.

 

‘KeilahianNya harus dilucuti terlebih dahulu’???? Kelihatannya ES menganut teori Kenosis, bahkan lebih parah dari itu. Jadi, Yesus hanyalah manusia biasa tanpa keilahian sama sekali??? Ini berbau ajaran dari Saksi-Saksi Yehuwa. Tetapi anehnya dalam kalimat terakhir dari kutipan kata-kata ES di atas ia berkata:

 

“Dalam segala hal, Ia disamakan dengan manusia (Ibr. [2:17]). Barulah Ia disebut sebagai Adam yang terakhir (1Kor. [15:45]). Ialah Allah Anak, Tuhan Yesus Kristus.”.

 

Kalau Ia dilucuti keilahianNya, maka Ia hanya manusia biasa saja. Lalu bagaimana ES bisa tetap menyebutNya sebagai ‘Allah Anak’, dan ‘Tuhan Yesus Kristus’???

 

Saya abaikan saja kontradiksi ini, dan saya hanya mempersoalkan kata-kata ES tentang Yesus yang dilucuti keilahianNya, yang menurut saya menunjukkan bahwa Ia menjadi hanya manusia biasa saja!

 

Saya tidak merasa perlu membahas tentang Yesus yang hanya manusia biasa tanpa keilahian sama sekali. Itu sudah kelewatan kacau, dan karena itu hal itu juga saya abaikan. Saya akan membahas teori Kenosis, yang mempunyai tingkat kesesatan yang lebih rendah.

 

Teori Kenosis [= teori pengosongan diri].

 

Teori Kenosis ini merupakan suatu ajaran yang sangat populer, tetapi salah / sesat!

 

Teori Kenosis ini, yang didasarkan pada Fil 2:6-7, mengatakan bahwa Anak Allah mengesampingkan / membuang sebagian / seluruh sifat-sifat ilahiNya supaya Ia bisa menjadi manusia yang terbatas.

 

Fil 2:6-7 - “(6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”.

 

Fil 2:6b-7 ini dijadikan dasar suatu ajaran sesat yang disebut Teori Kenosis / teori pengosongan diri. Kata ‘Kenosis’ diambil dari kata Yunani EKENOSEN (yang diterjemahkan ‘telah mengosongkan’). Dan kata Yunani EKENOSEN ini berasal dari kata dasar KENOO, yang berarti ‘mengosongkan’.

 

Teori Kenosis ini mengatakan bahwa dalam inkarnasi, Anak Allah mengesampingkan / membuang sebagian / seluruh sifat-sifat ilahiNya supaya Ia bisa menjadi manusia yang terbatas. Contoh yang mereka gunakan adalah Mat 24:36 yang menunjukkan Yesus tidak maha tahu.

 

Mat 24:36 - “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri.’”.

 

Jelas merupakan sesuatu yang salah untuk menafsirkan dari ayat ini bahwa pada waktu Yesus menjadi manusia Ia tidak mempunyai kemahatahuan. Penafsiran yang benar adalah: dalam ayat ini Yesus ditekankan sebagai manusia. Sejak inkarnasi, Yesus adalah Allah dan manusia, dan Ia mempunyai 2 roh (Ilahi dan manusia), dan karena itu juga 2 pikiran (Ilahi dan manusia). Tetapi Ia hanya mempunyai satu kesadaran. Pada saat pikiran IlahiNya yang muncul, maka Ia maha tahu, dan pada waktu pikiran manusiaNya yang muncul, Ia tidak maha tahu.

 

Ada ayat-ayat yang menunjukkan kemahatahuanNya, seperti:

 

Mat 9:4 - “Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: ‘Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu?”.

 

Mat 12:25 - “Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata kepada mereka: ‘Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan.”.

 

Yoh 2:24-25 - “(24) Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diriNya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, (25) dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepadaNya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia.”.

 

Yoh 6:64 - “Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.’ Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia.”.

 

Sedangkan Mat 24:36, yang menunjukkan bahwa Ia tidak tahu hari Tuhan, harus dianggap sebagai contoh ayat dimana pikiran manusiaNyalah yang muncul di alam sadarNya. Karena itu, Ia tak tahu hari Tuhan. Kalau pikiran IlahiNya yang muncul, Ia maha tahu sehingga Ia pasti tahu hari Tuhan.

 

Kesalahan dari Teori Kenosis ini:

 

1. Yesus adalah Allah dan karena itu Ia tidak bisa berubah.

 

Maz 102:26-28 - “(26) Dahulu sudah Kauletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tanganMu. (27) Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian, seperti jubah Engkau akan mengubah mereka, dan mereka berubah; (28) tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan.”.

 

Mal 3:6 - “Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah, dan kamu, bani Yakub, tidak akan lenyap.”.

 

Yak 1:17 - “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; padaNya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.”.

 

Allah tidak bisa berhenti menjadi Allah, sekalipun hanya untuk sementara!

 

Lenski (tentang Fil 2:6): “To withdraw even one attribute from God is to destroy God. The God who, for instance, is no longer omnipotent, is no longer God.” [= Menarik / mengambil bahkan satu sifat dari Allah berarti menghancurkan Allah. Allah yang, sebagai contoh, tidak lagi maha kuasa, bukanlah Allah lagi.] - hal 772.

 

2. Kalau Teori Kenosis itu benar, maka pada saat Yesus menjadi manusia, Allah Tritunggal bubar!

 

3. Kalau Teori Kenosis itu benar, maka Kristus bukanlah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia! Ia hanya manusia biasa, tanpa keilahian! Dan kalau ini benar, maka Ia tak bisa menjadi Pengantara antara Allah dan manusia dan penebusanNya tidak bisa mempunyai nilai yang tidak terbatas.

 

Maz 49:8-9 - “(8) Tidak seorangpun dapat membebaskan dirinya, atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya, (9) karena terlalu mahal harga pembebasan nyawanya, dan tidak memadai untuk selama-lamanya -”.

 

Ayat ini salah terjemahan! Dan RSV sama salahnya. Yang benar adalah terjemahan NIV yang saya berikan di bawah ini.

 

NIV: No man can redeem the life of another or give to God a ransom for him - the ransom for a life is costly, no payment is ever enough [= Tak seorangpun bisa menebus nyawa orang lain atau memberi kepada Allah suatu tebusan untuknya - tebusan untuk suatu nyawa sangat mahal, tidak ada pembayaran yang bisa mencukupi].

 

Dalam tafsirannya tentang Fil 2:7, Calvin mengatakan bahwa istilah ‘mengosongkan diri’ itu tidak berarti bahwa Kristus melepaskan atau membuang keilahianNya, tetapi hanya menyembunyikannya dari pandangan manusia.

 

Calvin (tentang Fil 2:7): “Christ, indeed, could not divest himself of Godhead; but he kept it concealed for a time, that it might not be seen, under the weakness of the flesh. Hence, he laid aside his glory in the view of men, not by lessening it, but by concealing it.” [= Kristus tidak bisa melepaskan diriNya sendiri dari keilahianNya; tetapi menyembunyikannya untuk sementara waktu, supaya tak kelihatan, di bawah kelemahan daging. Jadi, Ia mengesampingkan kemuliaanNya dalam pandangan manusia, bukan dengan menguranginya, tetapi dengan menyembunyikannya.].

 

Herman Hoeksema menambahkan bahwa sekalipun pada saat inkarnasi itu kemuliaan Kristus disembunyikan, tetapi kadang-kadang tetap bisa terlihat sekilas, misalnya pada waktu Ia melakukan mujijat.

 

Herman Hoeksema: “This does not mean that the Son of God temporarily laid aside the divine nature, in order to exchange it with the human nature. This would be impossible, for the divine nature is unchangeable. ... But it certainly means that He entered into the state of man in such a way that before man His divine glory and majesty was hid, although even in the state of humiliation it flashed out occasionally, as, for instance, in the performance of His wonders.” [= Ini tidak berarti bahwa Anak Allah untuk sementara waktu mengesampingkan hakekat ilahi, untuk menukarnya dengan hakekat manusia. Ini mustahil, karena hakekat ilahi tidak bisa berubah. ... Tetapi itu berarti bahwa Ia masuk ke dalam keadaan manusia sedemikian rupa sehingga di depan manusia kemuliaan dan keagungan ilahiNya tersembunyi, sekalipun bahkan dalam saat perendahanpun itu kadang-kadang memancar keluar, seperti misalnya dalam pelaksanaan / pertunjukan keajaibanNya.] - ‘Reformed Dogmatics’, hal 399.

 

A. T. Robertson: ‎Of what did Christ empty himself? Not of his divine nature. That was impossible. He continued to be the Son of God.[= Tentang apa Kristus mengosongkan diriNya sendiri? Bukan tentang hakekat ilahiNya. Itu mustahil. Ia terus adalah Anak Allah.].

 

 

 

-bersambung-

 

 

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali