Seminar

 

Pembahasan ajaran

 

Pdt. Erastus Sabdono

 

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

 

(Rungkut Megah Raya, blok D no 16)

 

Rabu, tanggal 28 November 2018, pk 19.00

 

Pdt. Budi Asali, M. Div.

 

Session VI

 

Corpus Delicti (6)

 

4.    Penghakiman akhir jaman.

Mari kita melihat beberapa text Alkitab yang menunjuk pada pengadilan akhir jaman.

 

a. Mat 7:21-23 - “(21) Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.

 

Pertama-tama perhatikan kontext dari ayat-ayat ini, mulai dari ay 15, yang jelas-jelas berbicara tentang nabi-nabi palsu, yang menyamar sebagai domba / orang Kristen! Saya agak menyimpang, karena ayat ini disalah-tafsirkan oleh banyak orang-orang Arminian / anti Reformed, termasuk oleh ES, dan itu perlu diluruskan!

 

Mat 7:15 - “‘Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.”.

 

Jadi, yang dibicarakan dalam ay 21-23, bukan orang-orang kristen yang sejati, tetapi nabi-nabi palsu! Mereka menyebut Yesus dengan sebutan ‘Tuhan’ (ay 21), mereka bernubuat demi nama Tuhan / Yesus, mereka mengusir setan demi nama Yesus, mereka melakukan mujijat demi nama Yesus (ay 22), dalam rangka penyamaran mereka sebagai domba! Jadi, yang menggunakan text ini untuk menunjukkan orang kristen yang sejati bisa kehilangan keselamatan, adalah orang yang tidak tahu cara menafsirkan Alkitab!

 

Kedua, saya tidak yakin bahwa pada pengadilan akhir jaman bisa ada tanya jawab seperti ini antara terdakwa dengan sang Hakim. Saya berpendapat bahwa ini hanya sekedar merupakan suatu penggambaran untuk menunjukkan apa yang para nabi palsu itu sudah lakukan, yang terlihat seperti pelayanan-pelayanan yang luar biasa, tetapi itu semua tidak ada gunanya, kalau mereka tak kenal Kristus, dan Kristus tidak pernah kenal mereka (ay 23). Kata-kata ‘tidak pernah’ ini harus diperhatikan, karena kalau mereka pernah menjadi orang kristen yang sejati, maka Kristus tidak bisa berkata ‘tidak pernah’ mengenal mereka!

 

Ketiga (ini point terutama saya): mereka tidak dibuktikan kesalahannya! Hanya dikatakan Kristus tidak pernah kenal mereka, dan mereka adalah pembuat kejahatan (kejahatan apa? tidak dibuktikan!), dan mereka diusir (tentu saja ke neraka!).

 

b. Wah 20:11-15 - “(11) Lalu aku melihat suatu takhta putih yang besar dan Dia, yang duduk di atasnya. Dari hadapanNya lenyaplah bumi dan langit dan tidak ditemukan lagi tempatnya. (12) Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu. (13) Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya. (14) Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. (15) Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu..

 

Ada beberapa hal yang ingin saya soroti / jelaskan:

 

(1)Yang disebut kitab atau kitab-kitab, itu pasti bukan kitab secara hurufiah. Allah tidak membutuhkan catatan apapun, dan seandainya Dia butuh, masakan Dia menulis dalam kitab, sedangkan kita saja pakai komputer? Bagi saya kata ‘kitab’ atau ‘kitab-kitab’ ini hanya bahasa simbolis, yang menunjuk pada pengetahuan Allah yang sempurna tentang apakah orang-orang itu percaya atau tidak, hidup baik atau berdosa, dan juga tentang setiap dosa maupun kebaikan yang dilakukan oleh setiap orang. Dan itulah dasar Allah dalam menghakimi!!

 

Dalam pengadilan akhir jaman ini, apakah Allah membutuhkan Corpus Delicti dalam menghukum? Saya tak usah menjawab pertanyaan itu, saudara pikirkan sendiri.

 

(2)Perhatikan pengadilan akhir jaman itu; itu merupakan suatu pengadilan yang sangat berbeda dengan pengadilan di dunia ini.

Dalam pengadilan di dunia ini, ada terdakwa, Hakim, dan juga ada jaksa / penuntut, pembela, saksi-saksi (yang meringankan atau memberatkan).

Tetapi dalam pengadilan akhir jaman ini tidak ada jaksa / penuntut, saksi yang meringankan atau memberatkan, pengacara sebagai pembela dan sebagainya. Yang ada hanya terdakwa dan Hakim. Bukti kesalahan, ada dalam kitab / pengetahuan Allah yang tak bisa salah!!

 

Jelas, Allah tidak membutuhkan bukti apapun dalam menghukum!

 

Dan lebih jelas lagi Allah tidak membutuhkan Corpus Delicti dalam menghukum!

 

Kita sudah membahas 4 contoh yang menunjukkan bahwa dalam pengadilan, bahkan pengadilan / penghakiman akhir jaman, Allah tidak membutuhkan bukti, apalagi Corpus Delicti, dalam menghukum. Tetapi supaya ini menjadi suatu ‘perdebatan’ yang fair / adil, maka sekarang saya akan membahas ayat-ayat yang kelihatannya menunjukkan bahwa Allah membuktikan kesalahan / dosa sebelum Ia menghukum!

 

Mari kita memperhatikan text-text di bawah ini. Apakah text-text ini menunjukkan bahwa Tuhan membuktikan kesalahan orang-orang yang akan dihukum itu?

 

Text pertama: Mat 22:11-13 - “(11) Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. (12) Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. (13) Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.”.

 

Bukankah kelihatannya orang itu dibuktikan dulu kesalahannya (yaitu tidak berpakaian pesta), sebelum dihukum?

 

Text kedua: Mat 25:24-30 - “(24) Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. (25) Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan! (26) Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? (27) Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya. (28) Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. (29) Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. (30) Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.’”.

 

Lagi-lagi, bukankah hamba itu dibuktikan dulu kesalahannya, baru dihukum?

 

Text ketiga: Mat 25:31-46 - “(31) ‘Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaanNya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaanNya. (32) Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapanNya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, (33) dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kananNya dan kambing-kambing di sebelah kiriNya. (34) Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kananNya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. (35) Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; (36) ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. (37) Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? (38) Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? (39) Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? (40) Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. (41) Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. (42) Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; (43) ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. (44) Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? (45) Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. (46) Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.’”.

 

Lagi-lagi, bukankah ada pembuktian kesalahan, baru penghukuman?

 

Untuk text yang ketiga ini, perhatikan bahwa pemisahan domba dan kambing SUDAH TERJADI LEBIH DULU (ay 32-33)! Vonis kepada kambing-kambing itu juga sudah diberikan lebih dulu (ay 41)!

 

Dan untuk ketiga text ini, ada satu hal yang perlu diingat: ketiga text ini adalah perumpamaan-perumpamaan, sehingga tidak bisa ditafsirkan apa adanya! Saya tidak percaya bisa ada bantah-bantahan antara terdakwa dengan Hakim pada saat itu, dan Hakim harus menjelaskan dosa-dosa mereka. Artinya hanyalah:

 

Untuk text pertama: orang yang kelihatan kristen, tetapi tidak mempunyai pembenaran dari Kristus (diumpamakan dengan pakaian pesta) harus masuk neraka! Ia bukan orang kristen yang sejati!

 

Untuk text yang kedua: ‘orang Kristen’ yang sama sekali tidak menghasilkan apa-apa untuk Tuhan, harus masuk neraka! Lagi-lagi, ia bukan orang kristen yang sejati!

 

Untuk text yang ketiga: orang yang tidak melakukan apa yang baik (ini dosa pasif - bdk. Yak 4:17), adalah ‘kambing’ (orang kristen KTP), dan harus masuk neraka!

 

Ini bukan ajaran keselamatan karena perbuatan baik, tetapi kalau orang memang sudah selamat, perbuatan baik adalah buktinya. Kalau itu tidak ada, dia bukan orang Kristen sejati, dan dia belum selamat!

 

Dan saya tambahkan satu hal lagi yang sangat penting berkenaan dengan apa yang sedang kita bahas (yaitu Corpus Delicti). Tidak ada kasus manapun dalam penghakiman yang Allah lakukan, baik pada akhir jaman atau bukan, dimana Ia membutuhkan Corpus Delicti!

 

Bagaimana dengan setan / Iblis? Mari kita melihat penghukuman terhadap setan / Iblis.

 

Wah 20:10 - “dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya.”.

 

Apakah ada pembuktian kesalahan dari Iblis? Sama sekali tidak ada! Ada Corpus Delicti? NONSENSE! Dia langsung dihukum dengan dibuang ke neraka!

 

Hakim dunia membutuhkan bukti, saksi dsb, karena tanpa itu ia bisa menjatuhkan vonis yang salah. Tetapi sang Hakim akhir jaman adalah Hakim yang maha tahu, sehingga tidak membutuhkan bukti / saksi apapun, dan Ia tidak bisa salah dalam menghukum! Dengan demikian, Ia tidak melanggar ‘hukum’ apapun dalam diriNya sendiri!

 

3) Sekarang saya akan kutip ulang kata-kata ES yang boleh dikatakan merupakan inti dari ajarannya tentang Corpus Delicti. ES berkata sebagai berikut:

 

“Dalam hal ini - meminjam istilah hukum - dibutuhkan adanya suatu ‘corpus delicti.’ Corpus delicti adalah prinsip bahwa seseorang tidak dapat diadili atau dihukum sebelum ada bukti bahwa kesalahan atau kejahatan telah dilakukan, atau perlu suatu ‘fakta substansial bahwa suatu kejahatan telah dilakukan’. Fakta ini diteguhkan oleh pernyataan Rasul Paulus di surat kepada jemaat di Roma:

 

Karena hukum Taurat membangkitkan murka, tetapi di mana tidak ada hukum Taurat, di situ tidak ada juga pelanggaran. (Roma [4:15])

 

Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat. (Roma [5:13])

 

Maksud dari ayat-ayat ini adalah, tanpa ada hukum yang diberikan dan diketahui oleh manusia, maka manusia tersebut tidak dapat dihukum atas suatu tindakan yang dilakukannya. Pernyataan ini membuka pikiran kita untuk memahami bahwa Allah bertindak dengan aturan yang sempurna. Itulah sebabnya Ia memberikan hukum Taurat untuk menyatakan bahwa semua manusia telah berbuat dosa.

 

Kaitannya dengan Lucifer, ia harus dinyatakan bersalah juga melalui pembuktian. Kalau seseorang mencuri mobil, perlu dibuktikan bahwa ada mobil yang hilang. Kalau seseorang membunuh, perlu dibuktikan dengan mayat korban pembunuhan tersebut. Tetapi kesalahan Lucifer adanya di dalam pikirannya, yaitu hendak menyamai Allah. Bagaimana ini dibuktikan? Tentu dengan menunjukkan adanya makhluk ciptaan Allah yang memiliki penghormatan yang benar kepada-Nya.”.

 

Tanggapan Budi Asali:

 

a) Penafsiran dan penggunaan yang salah tentang Ro 4:15 dan Ro 5:13.

 

Ro 4:15 - “Karena hukum Taurat membangkitkan murka, tetapi di mana tidak ada hukum Taurat, di situ tidak ada juga pelanggaran.”.

 

Ro 5:13 - “Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat.”.

 

ES menafsirkan ayat-ayat di atas sebagai berikut:

“Maksud dari ayat-ayat ini adalah, tanpa ada hukum yang diberikan dan diketahui oleh manusia, maka manusia tersebut tidak dapat dihukum atas suatu tindakan yang dilakukannya.”.

 

Saya memberikan beberapa hal yang membuktikan kesalahan penafsiran ES ini:

 

1. Kalau kata-kata ES memang benar, maka bagaimana Tuhan bisa sudah banyak kali menghukum manusia sebelum jaman Musa? Misalnya:

a. Kain dihukum oleh Tuhan (Kej 4:10-12)?

b. Orang-orang pada jaman Nuh dihukum Tuhan dengan banjir universal (Kej 6:7,13,17 dsb)?

c. Orang-orang yang mendirikan menara Babel dihukum oleh Tuhan (Kej 11:7-9)?

Jelas sudah ada banyak penghukuman Tuhan sebelum Musa menuliskan hukum Taurat!!

 

2.    Sekarang perhatikan 2 ayat ini:

 

a. Ro 2:12 - Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat; dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat.”.

 

Orang-orang yang ‘tanpa hukum Taurat’, artinya mereka tidak mempunyai hukum Taurat, tetap disebut ‘berdosa’, yang jelas-jelas menunjukkan bahwa mereka dipersalahkan, dan dikatakan ‘akan binasa’, yang jelas-jelas berarti mereka dihukum!!! Mengapa? Karena semua orang mempunyai hukum hati nurani, dan mereka dipersalahkan dan dihukum berdasarkan hukum hati nurani itu (Ro 2:14-16)!

 

b. Ro 2:14-16 - “(14) Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. (15) Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela. (16) Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus.”.

 

Yang punya hukum Taurat, akan dihakimi, dipersalahkan dan dihukum, berdasarkan hukum Taurat; sedangkan yang tidak mempunyai hukum Taurat, akan dihakimi, dipersalahkan dan dihukum, berdasarkan hukum hati nurani.

 

Calvin (tentang Ro 2:14): He indeed shows that ignorance is in vain pretended as an excuse by the Gentiles, since they prove by their own deeds that they have some rule of righteousness: for there is no nation so lost to every thing human, that it does not keep within the limits of some laws. Since then all nations, of themselves and without a monitor, are disposed to make laws for themselves, it is beyond all question evident that they have some notions of justice and rectitude, which the Greeks call preconceptions προληψεις,  and which are implanted by nature in the hearts of men. They have then a law, though they are without law: for though they have not a written law, they are yet by no means wholly destitute of the knowledge of what is right and just; as they could not otherwise distinguish between vice and virtue; the first of which their restrain by punishment, and the latter they commend, and manifest their approbation of it by honoring it with rewards. He sets nature in opposition to a written law, meaning that the Gentiles had the natural light of righteousness, which supplied the place of that law by which the Jews were instructed, so that they were a law to themselves. [= Ia memang menunjukkan bahwa dengan sia-sia ketidak-tahuan diclaim sebagai suatu dalih oleh orang-orang non Yahudi, karena mereka membuktikan oleh tindakan-tindakan mereka sendiri bahwa mereka mempunyai beberapa peraturan tentang kebenaran: karena di sana tidak ada bangsa yang begitu kehilangan segala sesuatu yang bersifat manusia, sehingga bangsa itu tidak menyimpan di dalam batasan-batasan dari beberapa hukum-hukum. Maka karena semua bangsa, dari diri mereka sendiri, dan tanpa seorang penasehat / pengawas, condong untuk membuat hukum-hukum untuk diri mereka sendiri, itu jelas membuktikan bahwa mereka mempunyai beberapa gagasan / konsep tentang keadilan dan kebenaran, yang orang-orang Yunani sebut prasangka / kecondongan προληψεις (PROLEPSEIS), dan yang ditanamkan secara alamiah dalam hati manusia. Maka mereka mempunyai suatu hukum, sekalipun mereka tanpa hukum: karena sekalipun mereka tidak mempunyai suatu hukum tertulis, mereka bukannya sepenuhnya tidak mempunyai pengetahuan tentang apa yang benar dan adil; karena kalau tidak, mereka tidak bisa membedakan antara kejahatan dan kebaikan; yang pertama mereka kekang dengan hukuman, dan yang belakangan mereka puji, dan wujudkan persetujuan mereka tentangnya dengan menghormatinya dengan upah / pahala. Ia meletakkan alam dalam pertentangan dengan suatu hukum tertulis, yang berarti bahwa orang-orang non Yahudi mempunyai terang alamiah dari kebenaran, yang menyuplai tempat dari hukum (Taurat) itu, dengan mana orang-orang Yahudi diajar, sehingga mereka adalah suatu hukum bagi diri mereka sendiri.].

 

Apakah ada orang yang bisa mentaati hukum Taurat / hukum hati nurani dengan sempurna sehingga mereka tidak dihukum (tidak masuk neraka tetapi masuk surga)? Seandainya ada, maka bisa ada keselamatan karena perbuatan baik. Tetapi itu mustahil! Semua orang berdosa, dan hanya bisa selamat melalui penebusan yang Yesus Kristus lakukan!

 

Tetapi lalu bagaimana dengan Ro 2:13?

 

Ro 2:13 - “Karena bukanlah orang yang mendengar hukum Taurat yang benar di hadapan Allah, tetapi orang yang melakukan hukum Tauratlah yang akan dibenarkan.”.

 

Calvin (tentang Ro 2:13): “‘He who will do these shall live in them.’ The import then of this verse is the following, - ‘That if righteousness be sought from the law, the law must be fulfilled; for the righteousness of the law consists in the perfection of works.’ They who pervert this passage for the purpose of building up justification by works, deserve most fully to be laughed at even by children.” [= ‘Ia yang mau melakukan hal-hal ini akan hidup dalam mereka’. Jadi arti dari ayat ini adalah sebagai berikut, - ‘Bahwa jika kebenaran dicari dari hukum Taurat, hukum Taurat harus ditaati; karena kebenaran dari hukum Taurat terdiri dari kesempurnaan dari pekerjaan / perbuatan baik’. Mereka yang membengkokkan text ini untuk tujuan membangun pembenaran oleh pekerjaan / perbuatan baik, layak sepenuhnya untuk ditertawakan bahkan oleh anak-anak.].

 

William Hendriksen (tentang Ro 4:13-15): “It is understandable that if, instead, those people who believe that strenuous efforts to obey the law in all its details will save them, were right, then faith - reliance for salvation not on self but on God - would have lost its value. Also, on that basis no one would ever be saved, for the law demands perfection, which no sinner is able to render. Therefore the promise would be rendered worthless, for under those circumstances it could never be fulfilled. ... The law cannot enable a person to fulfil its demands; hence cannot save anyone: ‘For what the law could not do, God did by sending his own Son.’ [= Bisa dimengerti bahwa andaikata orang-orang itu, yang percaya bahwa usaha yang sungguh-sungguh untuk mentaati hukum Taurat dalam semua detail-detailnya akan menyelamatkan mereka, adalah benar, maka iman - kebersandaran untuk keselamatan bukan kepada diri sendiri tetapi kepada Allah - akan sudah kehilangan nilainya. Juga, berdasarkan hal itu tak seorangpun akan pernah diselamatkan, karena hukum Taurat menuntut kesempurnaan, yang tak ada orang berdosa mampu berikan. Karena itu janji itu akan menjadi tak bernilai, karena di bawah keadaan-keadaan itu, itu tidak pernah bisa digenapi. ... Hukum Taurat tidak bisa memampukan seseorang untuk menggenapi tuntutan-tuntutannya; dan karena itu tidak bisa menyelamatkan siapapun: ‘Karena apa yang hukum Taurat tak bisa lakukan, Allah melakukannya dengan mengutus AnakNya sendiri’ (Ro 8:3).].

 

Jadi, orang hanya bisa dibenarkan oleh hukum Taurat, kalau ia taat SECARA SEMPURNA kepada hukum Taurat!

 

Bdk. Gal 3:10 - Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat.’.

 

Bdk. Ul 28:1 - “‘Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintahNya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi.”. Bdk. Ul 27:15-26.

 

Calvin (tentang Ro 2:13): “Now we do not deny but that perfect righteousness is prescribed in the law: but as all are convicted of transgression, we say that another righteousness must be sought. Still more, we can prove from this passage that no one is justified by works; for if they alone are justified by the law who fulfill the law, it follows that no one is justified; for no one can be found who can boast of having fulfilled the law.” [= Kami tidak menyangkal bahwa kebenaran yang sempurna itu diteguhkan dalam hukum Taurat: tetapi karena semua orang dibuktikan bersalah / disadarkan tentang pelanggaran, kami berkata bahwa kebenaran yang lain harus dicari. Lebih lagi, kami bisa membuktikan dari text ini bahwa tidak seorangpun dibenarkan oleh hukum Taurat; karena jika hanya mereka yang mentaati hukum Taurat dibenarkan oleh hukum Taurat, maka tak seorangpun dibenarkan, karena tak seorangpun bisa ditemukan yang bisa membanggakan tentang telah mentaati hukum Taurat.].

 

Tentang kata-kata ‘kebenaran yang lain’ bandingkan dengan Ro 9:30-10:11, yang jelas berbicara tentang dua kebenaran, yaitu kebenaran karena perbuatan baik / ketaatan dan kebenaran yang iman!

 

Ro 9:30-10:11 - “(9:30) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman. (9:31) Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu. (9:32) Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan. Mereka tersandung pada batu sandungan, (9:33) seperti ada tertulis: ‘Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu sentuhan dan sebuah batu sandungan, dan siapa yang percaya kepadaNya, tidak akan dipermalukan.’ (10:1) Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. (10:2) Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. (10:3) Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah. (10:4) Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya. (10:5) Sebab Musa menulis tentang kebenaran karena hukum Taurat: ‘Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya.’ (10:6) Tetapi kebenaran karena iman berkata demikian: ‘Jangan katakan di dalam hatimu: Siapakah akan naik ke sorga?’, yaitu: untuk membawa Yesus turun, (10:7) atau: ‘Siapakah akan turun ke jurang maut?’, yaitu: untuk membawa Kristus naik dari antara orang mati. (10:8) Tetapi apakah katanya? Ini: ‘Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu.’ Itulah firman iman, yang kami beritakan. (10:9) Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. (10:10) Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan. (10:11) Karena Kitab Suci berkata: ‘Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan.’.

 

Ro 3:23-25a - “(23) Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, (24) dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. (25a) Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darahNya.”.

 

Kalau ES menganggap ayat ini hanya berlaku untuk jemaat / gereja di Roma pada saat itu, maka baca text di bawah ini:

 

Ro 3:9-12 - “(9) Jadi bagaimana? Adakah kita mempunyai kelebihan dari pada orang lain? Sama sekali tidak. Sebab di atas telah kita tuduh baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, bahwa mereka semua ada di bawah kuasa dosa, (10) seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. (11) Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. (12) Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak.”.

 

 

 

 

-bersambung-

 

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali