Nabi Elisa

oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.


II Raja-raja 9:1-37

I) Pengurapan dan tugas bagi Yehu.

1)   Elisa mengurapi Yehu dengan perantaraan seorang nabi muda (ay 1-3).

a)   Dalam 1Raja 19:16 Elia disuruh oleh Tuhan untuk mengurapi Yehu menjadi raja.

Pulpit Commentary: “Elijah had been bidden to anoint him king, but apparently had neglected to do so, or rather had devolved the task upon his successor” (= Elia telah diminta untuk mengurapi dia menjadi raja, tetapi rupa-rupanya telah lalai untuk melakukannya, atau mungkin lebih tepat, telah mengalihkan tugas itu kepada penggantinya) - hal 188.

Ada yang beranggapan bahwa Elia memang mengurapi, tetapi ada yang mengatakan bahwa Elia melakukan melalui Elisa (Matthew Poole, hal 734).

b)   Elisa juga tidak mengurapi sendiri, tetapi dengan perantaraan seorang nabi muda.

Ay 1-3: “(1) Kemudian nabi Elisa memanggil salah seorang dari rombongan nabi dan berkata kepadanya: ‘Ikatlah pinggangmu, bawalah buli-buli berisi minyak ini dan pergilah ke Ramot-Gilead. (2) Apabila engkau sampai ke sana, carilah Yehu bin Yosafat bin Nimsi; masuklah, ajak dia bangkit dari tengah-tengah temannya dan bawalah dia ke ruang dalam. (3) Kemudian ambillah buli-buli berisi minyak itu, lalu tuangkan isinya ke atas kepalanya dan katakan: Beginilah firman TUHAN: Telah Kuurapi engkau menjadi raja atas Israel! Sesudah itu bukalah pintu, larilah dan jangan berlambat-lambat.’”.

1.   Disuruh mengikat pinggang (ay 1), karena hal ini harus dilakukan cepat-cepat.

2.   Masuk ke ruang dalam (ay 2). Ini penting untuk menjaga kerahasiaan pengurapan itu, supaya berita tersebut tidak sampai kepada Yoram.

3.   Kata-kata dalam ay 3 ini hanya merupakan ringkasan dari pesan lengkapnya yang ada dalam ay 7-10.

4.   Begitu selesai, nabi muda itu harus lari cepat-cepat (ay 3b).

Mengapa semua ini harus melakukan dengan cara demikian? Barnes: untuk menghindari pertanyaan, dan supaya semua menjadi lebih menyolok.

Pulpit Commentary: “‘Gird up thy loins,’ etc., said Elisha. He was to prepare at once for action; he was to make no delay on his errand; he was faithfully to execute the commands given to him; when his work was done, he was directly to leave the spot. In God’s service there is to be no lingering, or looking back, or turning from side to side, or dallying on the field of duty. ... Promptitude, speed, fidelity, stopping where the command of God stops, - these are invaluable qualities for doing God’s work” (= ‘ikatlah pinggangmu’, dsb., kata Elisa. Ia harus segera bersiap untuk bertindak; ia tidak boleh menunda hal yang disuruhkan kepadanya; ia harus dengan setia melaksanakan perintah yang diberikan kepadanya; pada waktu pekerjaannya diselesaikan, ia harus segera meninggalkan tempat itu. Dalam pelayanan kepada Allah tidak boleh ada sikap / tindakan berlambat-lambat, atau melihat ke belakang, atau berpaling dari sisi ke sisi, atau bermalas-malas / membuang-buang waktu di ladang kewajiban. ... Kesegeraan, kecepatan, kesetiaan / ketaatan, berhenti dimana Allah memerintahkan berhenti, - ini adalah kwalitet-kwalitet yang tidak ternilai untuk melakukan pekerjaan Allah) - hal 203.

c)   Nabi muda itu melaksanakan tugasnya.

1.   Pengurapan Yehu.

Ay 4-6: “(4) Lalu nabi muda itu pergi ke Ramot-Gilead. (5) Setelah ia sampai, maka tampaklah panglima-panglima tentara sedang duduk berkumpul. Lalu ia berkata: ‘Ada pesan kubawa untukmu, ya panglima!’ Yehu bertanya: ‘Untuk siapa dari kami sekalian?’ Jawabnya: ‘Untukmu, ya panglima!’ (6) Lalu bangkitlah Yehu dan masuk ke dalam rumah. Nabi muda itu menuang minyak ke atas kepala Yehu serta berkata kepadanya: ‘Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Telah Kuurapi engkau menjadi raja atas umat TUHAN, yaitu orang Israel”.

Yehu adalah penglima sejak jaman Ahab. Dari ay 25 terlihat bahwa Yehu mempunyai kedudukan yang cukup tinggi dalam pemerintahan sejak jaman Ahab. Dan dalam ay 5b ia disebut ‘panglima’ [KJV: ‘captain’ (= kapten)], menurut Josephus ia adalah ‘chief captain’ (Pulpit Commentary, hal 188).

2.   Pemberian perintah.

Ay 7-10: “(7) Maka engkau akan membunuh keluarga tuanmu Ahab dan dengan demikian Aku membalaskan kepada Izebel darah hamba-hambaKu, nabi-nabi itu, bahkan darah semua hamba TUHAN. (8) Dan segenap keluarga Ahab akan binasa; dan Aku akan melenyapkan dari pada Ahab setiap orang laki-laki, baik yang tinggi maupun yang rendah kedudukannya di Israel. (9) Dan Aku akan memperlakukan keluarga Ahab sama seperti keluarga Yerobeam bin Nebat dan sama seperti keluarga Baesa bin Ahia. (10) Izebel akan dimakan anjing di kebun di luar Yizreel dengan tidak ada orang yang menguburkannya.’ Kemudian nabi itu membuka pintu, lalu lari”.

Pulpit Commentary menganggap bahwa ay 7a bukan merupakan suatu nubuat tetapi perintah. Tujuan dari ay 7a adalah membalaskan darah dari hamba-hamba dan nabi-nabi Tuhan (ay 7b). Kejahatan terhadap anak Tuhan saja (seperti Nabot; juga bdk. Kis 9:4) pasti akan dibalas oleh Tuhan. Apalagi kejahatan terhadap hamba Tuhan.

Matthew Henry: “We have here the anointing of Jehu to be king, who was, at this time, a commander (probably commander-in-chief) of the forces employed at Ramoth-Gilead, v. 14. There he was fighting for the king his master, but received orders from a higher king to fight against him” [= Di sini ada pengurapan Yehu menjadi raja, yang pada saat itu adalah komandan (mungkin panglima) dari pasukan-pasukan yang digunakan di Ramot-Gilead, ay 14. Di sana ia berperang untuk sang raja, tuannya, tetapi menerima perintah dari Raja yang lebih tinggi untuk berperang melawannya].

Kata-kata dalam ay 10 berkenaan Izebel yang akan dimakan anjing tanpa ada orang yang menguburkannya, sesuai dengan:

·        nubuat Elia. 1Raja 21:23 - “Juga mengenai Izebel TUHAN telah berfirman: Anjing akan memakan Izebel di tembok luar Yizreel”.

·        ay 25-26: “(25) Kemudian berkatalah Yehu kepada Bidkar, perwiranya: ‘Angkat dan lemparkanlah mayatnya ke kebun Nabot, orang Yizreel itu, sebab ketahuilah, bahwa pada waktu aku dan engkau berdampingan menunggang kuda mengikuti Ahab, ayahnya, maka TUHAN telah mengucapkan terhadap dia hukuman ini: (26) Sesungguhnya, Aku telah melihat darah Nabot dan darah anak-anaknya tadi malam, demikianlah firman TUHAN, maka Aku akan membalaskannya kepadamu di kebun ini, demikianlah firman TUHAN. Oleh sebab itu angkat dan lemparkanlah mayatnya ke kebun ini, sesuai dengan firman TUHAN.’”.

Bagi orang Israel, penajisan mayat seperti ini merupakan bencana yang menyedihkan. Disamping itu anjing bagi mereka merupakan binatang haram / najis, sehingga ‘dimakan anjing’ merupakan sesuatu yang sangat hina, apalagi kalau ini menimpa seorang ratu / anak raja.

3.   Tentang nabi muda itu.

Pulpit Commentary: “1. The prophet-disciple accepts the subordinate position readily, cheerfully, without reluctance. He is content to obliterate himself, and to play the part of a tool or instrument. 2. His obedience is exact, perfect. Whatever he has been ordered to do, he does; and he does no more. He is no officious, as so many zealous servants are; he does not seek to better his instructions. 3. His errand done, he disappears, sinks back into obscurity. We hear of his making no claim either on Elisha or on Jehu. The greatest political transaction of the day had proceeded from his initiative; but he asks no reward, he makes no boast. His work done, he vanishes, and we hear no more of him” (= 1. Sang murid-nabi menerima posisi yang lebih rendah dengan rela / cepat, dengan gembira, tanpa keengganan. Ia puas dengan penghapusan dirinya sendiri, dan untuk memerankan bagian dari suatu alat. 2. Ketaatannya tepat dan sempurna. Apapun yang diperintahkan kepadanya ia lakukan; dan ia tidak melakukan lebih dari itu. Ia tidak mencampuri urusan orang lain, seperti begitu banyak pelayan yang bersemangat; ia tidak berusaha untuk memperbaiki instruksinya. 3. Pesanannya dilakukan, ia menghilang, tenggelam kembali ke dalam keadaan tidak dikenal. Kita tidak mendengar dia membuat claim pada Elisa atau pada Yehu. Transaksi politik terbesar dari hari itu telah berjalan dari inisiatifnya; tetapi ia tidak meminta pahala / upah, ia tidak membanggakan diri. Pekerjaannya dilakukan / diselesaikan, ia menghilang, dan kita tidak mendengar lagi tentang dia) - hal 197.

Catatan: memang ada yang mengatakan bahwa nabi muda ini adalah Yunus, tetapi tidak ada dasar untuk pandangan ini.

d)   Pulpit Commentary (hal 197) mengatakan bahwa cerita tentang Yehu ini menunjukkan bahwa pemberontakan politik bisa dibenarkan dalam situasi tertentu. Ia mengatakan bahwa secara umum pemberontakan memang dikecam oleh Kitab Suci, dan ia memberikan ayat-ayat di bawah ini sebagai dasar.

Ro 13:1,5 - “(1) Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. ... (5) Sebab itu perlu kita menaklukkan diri, bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh karena suara hati kita”.

1Pet 2:17 - “Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!”.

Tetapi ia mengatakan bahwa ayat-ayat ini tidak boleh terlalu ditekankan.

Pulpit Commentary: “Scripture does not require, under all circumstances, an absolute and entire submission to the civil rulers, but justifies resistance, and allows of the resistance being pushed, in extreme cases, to rebellion” (= Kitab Suci tidak mewajibkan, dalam segala keadaan, suatu ketundukan mutlak dan sepenuhnya kepada pemerintah sipil, tetapi membenarkan perlawanan, dan mengijinkan perlawanan itu didorong / dilanjutkan kepada pemberontakan, dalam kasus-kasus yang extrim) - hal 197.

Ia lalu memberikan beberapa contoh dalam Kitab Suci:

·        perlawanan Daud, mula-mula terhadap Saul, dan lalu terhadap Isybosyet.

·        pemberontakan Yeroboam terhadap Salomo.

·        pemberontakan Yehu.

·        pemberontakan pangeran-pangeran Makabe.

Dan ia lalu mengatakan bahwa pemberontakan diijinkan:

1.   Sebagai jalan yang terakhir, pada saat kalau hal itu tidak dilakukan maka bangsa akan mengalami luka yang tidak bisa dipulihkan.

2.   Ada prospek yang baik / kemungkinan sukses untuk pemberontakan tersebut.

Seorang penafsir lain dari Pulpit Commentary mengatakan:

“Even in the ordinarily earthly states, the right of revolution when religion, liberty, morality, and national honour can be saved by no other means, is universally conceded. But revolution here was not left to dubious human wisdom. The initiative was taken by Jehovah himself, acting through his prophet, and express Divine sanction was given to the overthrow of Ahab’s house” (= Bahkan dalam negara-negara duniawi biasa, hak untuk melakukan revolusi pada saat agama, kebebasan, moralitas, dan kehormatan nasional tidak bisa diselamatkan dengan cara lain, diakui secara universal. Tetapi revolusi di sini tidak diserahkan pada hikmat manusia yang meragukan. Yehovah sendiri yang melakukan inisiatif, bertindak melalui nabiNya, dan sanksi / persetujuan Ilahi yang explicit diberikan untuk menggulingkan / merobohkan keluarga Ahab) - hal 203.

Saya sendiri tidak terlalu yakin bahwa orang kristen diijinkan melakukan pemberontakan dalam situasi tertentu.

2)   Tanggapan teman-teman / bawahan Yehu.

Ay 11-13: “(11) Apabila Yehu keluar mendapatkan pegawai-pegawai tuannya, berkatalah seorang kepadanya: ‘Apa kabar? Mengapa orang gila itu datang kepadamu?’ Jawabnya kepada mereka: ‘Kamu sendiri mengenal orang itu dengan omongannya!’ (12) Tetapi mereka berkata: ‘Dusta! Cobalah beritahukan kepada kami!’ Lalu katanya: ‘Begini-beginilah dikatakannya kepadaku: Demikianlah firman TUHAN: Telah Kuurapi engkau menjadi raja atas Israel.’ (13) Segeralah mereka masing-masing mengambil pakaiannya dan membentangkannya di hadapan kakinya begitu saja di atas tangga, kemudian mereka meniup sangkakala serta berseru: ‘Yehu raja!’”.

a)   Kata-kata ‘Apa kabar’ sebetulnya sama persis seperti kata-kata dalam ay 17,18,19,22,31 dan terjemahan hurufiahnya adalah: ‘Damai?’. Artinya: ‘Apakah semua baik-baik saja?’.

b)   ‘orang gila’.

Pulpit Commentary: “Men under any spiritual excitement seem ‘mad fellows’ to profane minds (Hos. 9:9; Acts 26:24; 2Cor. 5:13)” [= Orang-orang di bawah gairah rohani apapun kelihatan sebagai ‘orang-orang gila’ bagi pikiran-pikiran yang duniawi (Hos 9:9; Kis 26:24; 2Kor 5:13)] - hal 204.

Catatan: Hos 9:9 itu seharusnya adalah Hos 9:7 - “Sudah datang hari-hari penghukuman, sudah datang hari-hari pembalasan, Israel akan mengalaminya, ‘Nabi adalah seorang pandir, orang yang penuh roh adalah orang gila!’, oleh karena besarnya kesalahanmu dan besarnya permusuhan”.

Kis 26:24 - “Sementara Paulus mengemukakan semuanya itu untuk mempertanggung-jawabkan pekerjaannya, berkatalah Festus dengan suara keras: ‘Engkau gila, Paulus! Ilmumu yang banyak itu membuat engkau gila.’”.

2Kor 5:13 - “Sebab jika kami tidak menguasai diri, hal itu adalah dalam pelayanan Allah, dan jika kami menguasai diri, hal itu adalah untuk kepentingan kamu”.

NIV: ‘If we are out of our mind, it is for the sake of God; if we are in our right mind, it is for you’ (= Jika kami gila, itu adalah demi Allah; jika kami ada dalam pikiran yang benar, itu adalah untuk kamu).

Dalam ayat ini Paulus jelas berbicara secara sinis, mungkin sekali karena rasul-rasul palsu yang masuk ke Korintus berbicara jelek tentang dia, dan mengatakan bahwa ia gila.

Matthew Henry: “Note, Those that have no religion commonly speak with disdain of those that are religious, and look upon them as mad. They said of our Saviour, He is beside himself, of John Baptist, He has a devil ..., of St. Paul, Much learning has made him mad. The highest wisdom is thus represented as folly, and those that best understand themselves are looked upon as beside themselves” (= Perhatikan, mereka yang tidak beragama biasanya berbicara dengan menghina tentang mereka yang religius, dan memandang mereka sebagai gila. Mereka berkata tentang Juruselamat kita, Ia gila, tentang Yohanes Pembaptis, ia kerasukan setan ..., tentang Santo Paulus, ilmumu yang banyak telah membuatnya gila. Demikianlah Hikmat yang tertinggi digambarkan sebagai kebodohan, dan mereka yang paling mengerti diri mereka sendiri dianggap sebagai gila).

c)   Yehu seharusnya tidak membiarkan para tentaranya berbicara jelek tentang seorang nabi. Tetapi ternyata ia tidak menegur mereka.

 

d)   Mula-mula Yehu ingin merahasiakan hal itu, tetapi para bawahannya tidak mempercayainya, sehingga ia lalu menceritakan semuanya (ay 11-12).

e)   Apa yang dilakukan dalam ay 13 ini merupakan sambutan untuk raja. Bandingkan dengan Mat 21:8 dimana sambutan seperti itu diberikan kepada Yesus.

II) Yehu membunuh Yoram, Ahazia, dan Izebel.

1)   Yehu tidak membuang waktu; ia segera melakukan perencanaan dan usaha untuk melaksanakan perintah Tuhan itu.

Ay 14-16: “(14) Demikianlah Yehu bin Yosafat bin Nimsi mengadakan persepakatan melawan Yoram. - Adapun Yoram sedang berjaga-jaga di Ramot-Gilead, bersama-sama dengan segenap orang Israel menghadapi Hazael, raja Aram. (15) Tetapi raja Yoram sendiri telah pulang ke Yizreel, supaya luka-lukanya diobati, yang ditimbulkan orang Aram pada waktu ia berperang melawan Hazael, raja Aram. - Yehu berkata: ‘Jika kamu sudah setuju, janganlah biarkan siapapun meloloskan diri dari kota untuk memberitahukan hal itu ke Yizreel.’ (16) Kemudian Yehu naik kereta dan pergi ke Yizreel, sebab Yoram berbaring sakit di sana. Juga Ahazia, raja Yehuda, datang menjenguk Yoram”.

2)   Penjaga menara melihat pasukan.

Ay 17: “Ketika jaga yang sedang berdiri di atas menara di Yizreel, melihat pasukan Yehu datang, berserulah ia: ‘Ada kulihat suatu pasukan.’ Berkatalah Yoram: ‘Ambillah seorang penunggang kuda, suruhlah ia menemui mereka serta menanyakan: apakah ini kabar damai?’”.

Pulpit Commentary: “In the far distance the watchman on the tower of Jezreel beholds a company of horsemen rapidly approaching. ... Towers and watchmen are for the protection of a city and its inhabitants. But ‘except the Lord keep the city, the watchman waketh but in vain’ (Psa. 127:1). And if the Lord decrees the destruction of a city, or of those in it, towers and watchmen will do little to protect them” [= Dari kejauhan penjaga pada menara dari Izebel melihat suatu kumpulan orang-orang berkuda mendekat dengan cepat. ... Menara-menara dan penjaga-penjaga dimaksudkan untuk perlindungan dari sebuah kota dan penduduknya. Tetapi ‘kecuali Tuhan menjaga kota, penjaga berjaga-jaga dengan sia-sia’ (Maz 127:1). Dan jika Tuhan menetapkan kehancuran dari suatu kota, atau dari mereka yang ada di dalamnya, menara-menara dan penjaga-penjaga tidak bisa berbuat apa-apa untuk melindunginya] - hal 205.

Maz 127:1 - “Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga”.

3)   Semua utusan tidak kembali.

Ay 18: “Lalu pergilah penunggang kuda itu untuk menemuinya dan berkata: ‘Beginilah tanya raja: apakah ini kabar damai?’ Jawab Yehu: ‘Damai? Bukan urusanmu! Baliklah, ikutlah aku!’ Dan jaga itu memberitahukan: ‘Suruhan sudah sampai kepada mereka, tetapi ia tidak pulang.’”.

Matthew Henry: “As if he had said, ‘It is not to thee, but to him that sent thee, that I will give answer; for thy part, if thou consult thy own safety, turn thee behind me, and enlist thyself among my followers.’” (= Seakan-akan ia berkata: ‘Bukan kepadamu, tetapi kepada dia yang mengutusmu, aku akan memberikan jawaban; untukmu, jika engkau memikirkan / mempertimbangkan keselamatanmu sendiri, berbaliklah di belakangku, dan daftarkanlah dirimu sendiri di antara pengikut-pengikutku).

Ay 19-20: “(19) Disuruhnyalah penunggang kuda yang kedua dan setelah sampai kepada mereka berkatalah ia: ‘Beginilah tanya raja: apakah ini kabar damai?’ Jawab Yehu: ‘Damai? Bukan urusanmu! Baliklah, ikutlah aku!’ (20) Dan jaga itu memberitahukan: ‘Sudah sampai ia kepada mereka, tetapi ia tidak pulang! Dan cara memacunya adalah seperti cara Yehu, cucu Nimsi, memacu, sebab ia memacu seperti orang gila.’”.

4)   Akhirnya Yoram dan Ahazia sendiri keluar dengan kereta masing-masing.

Ay 21: “Sesudah itu berkatalah Yoram: ‘Pasanglah kereta!’, lalu orang memasang keretanya. Maka keluarlah Yoram, raja Israel, dan Ahazia, raja Yehuda, masing-masing naik keretanya; mereka keluar menemui Yehu, lalu menjumpai dia di kebun Nabot, orang Yizreel itu”.

Pulpit Commentary: “Humanly speaking, this was accidental. ... Had the king started a little sooner, or had Jehu made less haste, the meeting would have taken place further from the town, and outside the ‘portion of Naboth.’ But Divine providence so ordered matters that vengeance for the sin of Ahab was exacted upon the very scene of his guilt, and a prophecy made, probably by Elisha, years previously, and treasured up in the memory of Jehu (ver. 26), was fulfilled to the letter” (= Berbicara secara manusia, ini merupakan suatu kebetulan. ... Seandainya sang raja berangkat sedikit lebih awal, atau seandainya Yehu mengurangi sedikit saja ketergesa-gesaannya, maka pertemuan itu akan terjadi lebih jauh dari kota, dan di luar ‘kebun dari Nabot’. Tetapi Providensia Ilahi mengatur hal-hal sedemikian rupa sehingga pembalasan untuk dosa Ahab ditetapkan pada tempat yang persis sama dengan tempat dari kesalahannya, dan suatu nubuat dibuat, mungkin oleh Elisa, bertahun-tahun sebelumnya, dan disimpan dalam ingatan Yehu (ay 26), digenapi sampai hal yang terkecil) - hal 192.

Saat keberangkatan Yoram dan Ahazia, kecepatan mereka pada waktu naik kereta kuda itu, dan kecepatan Yehu dan pasukannya, semuanya kelihatannya adalah hal-hal yang remeh. Tetapi Tuhan mengatur semua itu supaya nubuatNya terjadi, dan mereka bertemu di kebun Nabot! Jadi, ini menunjukkan bahwa hal-hal remeh maupun yang kelihatannya kebetulan, juga ditetapkan dan diatur oleh providensia Allah! Banyak orang menamakan diri mereka sebagai ‘Reformed’, dan mengatakan bahwa ajaran seperti ini adalah ajaran ‘Hyper-Calvinisme’. Orang-orang bodoh ini tidak tahu apa itu ‘Calvinisme’ dan apa itu ‘Hyper-Calvinisme’, karena kalau mereka tahu akan hal itu, tentu mereka sadar bahwa bukan saya yang adalah ‘Hyper-Calvinist’ tetapi mereka sendiri yang adalah ‘Semi-Reformed’. Kalau saudara mau tahu lebih banyak tentang hal ini bacalah buku Providence of God.

5)   Pertemuan Yehu dengan Yoram dan Ahazia.

Ay 22: “Tatkala Yoram melihat Yehu, bertanyalah ia: ‘Apakah ini kabar damai, hai Yehu?’ Jawabnya: ‘Bagaimana ada damai, selama sundal dan orang sihir ibumu Izebel begitu banyak!’”.

Pulpit Commentary: “Jehu was right: there can be no peace in a state when the foundations of religion and morality are everywhere subverted” (= Yehu benar: tidak bisa ada damai dalam suatu negara dimana fondasi-fondasi dari agama dan moral ditumbangkan di mana-mana) - hal 206.

Sekalipun orang kristen harus cinta damai, itu tidak berarti kita damai / bersahabat dengan orang-orang yang membenci Tuhan / nabi-nabi palsu!

Kata ‘sundal’ di sini mungkin maksudnya adalah penyembahan berhala, yang dalam Kitab Suci sering disebut ‘perzinahan rohani’. Tetapi Adam Clarke mengatakan bahwa kata ‘sundal’ di sini memang menunjuk pada perzinahan.

Barnes mengatakan bahwa ‘sihir’ mungkin menunjuk pada hubungan / urusan dengan nabi-nabi Baal, tetapi Pulpit Commentary mengatakan ini menunjuk kepada praktek-praktek magic. Saya lebih setuju dengan Pulpit Commentary.

Penerapan:

Hati-hati dengan acara TV yang makin lama makin banyak mengandung magic!

6)   Yehu membunuh Yoram.

Ay 23-26: “(23) Segera Yoram berputar dan mau melarikan diri sambil berseru kepada Ahazia: ‘Itu tipu, Ahazia!’ (24) Tetapi Yehu menarik busurnya dengan sepenuh kekuatannya, lalu memanah Yoram di antara kedua bahunya, sehingga anak panah itu menembus jantungnya, maka rebahlah ia di dalam keretanya. (25) Kemudian berkatalah Yehu kepada Bidkar, perwiranya: ‘Angkat dan lemparkanlah mayatnya ke kebun Nabot, orang Yizreel itu, sebab ketahuilah, bahwa pada waktu aku dan engkau berdampingan menunggang kuda mengikuti Ahab, ayahnya, maka TUHAN telah mengucapkan terhadap dia hukuman ini: (26) Sesungguhnya, Aku telah melihat darah Nabot dan darah anak-anaknya tadi malam, demikianlah firman TUHAN, maka Aku akan membalaskannya kepadamu di kebun ini, demikianlah firman TUHAN. Oleh sebab itu angkat dan lemparkanlah mayatnya ke kebun ini, sesuai dengan firman TUHAN.’”.

a)   Ay 23b: ‘tipu’.

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘treachery’ (= pengkhianatan).

Sekalipun sebetulnya kata ‘tipu’ bukan merupakan terjemahan yang salah, tetapi kata ‘pengkhianatan’ lebih sesuai dengan kontext.

b)   Ay 24: kereta biasanya terbuka pada bagian belakang, sehingga pada waktu Yoram lari, Yehu memanah bagian punggungnya.

c)   Dalam ay 26 disebutkan darah anak-anak Nabot, padahal dalam 1Raja 21 tidak diceritakan bahwa anak-anak Nabot juga dibunuh. Tetapi Clarke mengatakan bahwa mengingat Ahab dan Izebel menginginkan kebun anggur Nabot, maka jelas bahwa pembunuhan tidak mungkin dilakukan terhadap Nabot saja. Anak-anaknya juga harus dibunuh, karena kalau tidak mereka mewarisi kebun anggur tersebut.

d)   Kata-kata ‘tadi malam’ (ay 26) seharusnya adalah ‘kemarin’. Jadi sekalipun nubuat itu sudah lama berselang, tetapi bagi Yehu itu seolah-olah baru terjadi kemarin.

7)   Yehu membunuh Ahazia.

a)   Problem kematian Ahazia.

Ay 27: “Ketika Ahazia, raja Yehuda, melihat itu, maka iapun melarikan diri ke arah Bet-Hagan, tetapi Yehu mengejarnya sambil berkata: ‘Panahlah dia juga!’ Maka mereka memanah dia di atas keretanya di pendakian ke Gur dekat Yibleam. Ia lari ke Megido dan mati di sana”.

Bdk. 2Taw 22:8-9 - “(8) Sementara Yehu melakukan penghukuman atas keluarga Ahab, ia menjumpai pembesar-pembesar Yehuda dan anak-anak saudara-saudara Ahazia, yang melayani Ahazia. Juga mereka dibunuhnya. (9) Lalu ia mencari Ahazia; Ahazia tertangkap ketika ia bersembunyi di Samaria. Ia dibawa kepada Yehu, lalu dibunuh, tetapi dikuburkan juga, karena kata orang: ‘Dia ini cucu Yosafat, yang mencari TUHAN dengan segenap hatinya.’ Dari keluarga Ahazia tidak ada lagi yang sanggup memerintah”.

Kedua text yang berbicara tentang kematian Ahazia ini kelihatannya bertentangan, tetapi sebetulnya tidak, karena Megido terletak di Samaria / Israel (Clarke, hal 512). Bdk. Yos 12:21, yang menunjukkan bahwa kota ini termasuk dalam daftar kota yang dikalahkan oleh Yosua. Ahazia memang berhasil lari. Tetapi pada waktu Yehu sampai di Samaria (maksudnya bukan kota Samaria, tetapi kerajaan Samaria / Israel), ia mencari Ahazia, menemukannya dan membunuh dia, sehingga Ahazia mati di sana. Jadi, 2Raja 9:27 menceritakan secara singkat, tetapi 2Taw 22:8-9 menceritakan dengan lebih terperinci tentang kematian Ahazia.

b)   Pembunuhan terhadap Ahazia, raja Yehuda, tidak salah, karena ia termasuk keluarga Ahab, yaitu cucu Ahab.

 

Ahab

 

 

Izebel

 

 

 

Yosafat

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ahazia

 

Yoram

 

Atalya

 

 

Yoram

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ahazia

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

c)   Akibat pernikahan / pergaulan salah dengan orang-orang brengsek.

Matthew Henry: “Perhaps he would not at this time have fallen with them if he had not been found in company with them. It is a dangerous thing to associate with evil-doers; we may be entangled both in guilt and misery by it” (= Mungkin ia tidak akan jatuh / mati pada saat ini seandainya ia tidak ditemukan bersama-sama dengan mereka. Merupakan sesuatu yang berbahaya untuk bergaul dengan orang-orang jahat; kita bisa terlibat olehnya baik dalam kesalahannya maupun dalam kesengsaraannya).

Pulpit Commentary: “Whatever the precise circumstances of the death, we cannot but see in it ... an example of the end of evil association. Through his mother Athaliah, daughter of Jezebel, he was brought into close and friendly relations with the court of Samaria, and, sharing in the crimes of Ahab’s house, shared also in their fate. It was his visit to King Jehoram which immediately brought down this doom upon him” (= Bagaimanapun keadaan yang persis dari kematian ini, kita pasti bisa melihat di dalamnya ... suatu contoh dari akhir dari pergaulan yang jahat. Melalui ibunya Atalya, anak perempuan dari Izebel, ia dibawa ke dalam hubungan yang dekat dan bersahabat dengan istana Samaria, dan bersama-sama dalam kejahatan-kejahatan dari keluarga Ahab, bersama-sama pula dalam nasib mereka. Adalah kunjungannya kepada raja Yoram yang dengan segera membawa malapetaka / kematian ini kepadanya) - hal 206.

d)   Lagi-lagi suatu ‘kebetulan’ yang diatur oleh Allah.

Jamieson, Fausset & Brown: “It is remarkable that the vengeance threatened was brought on the house of Ahab at the very time that the king of Judah was on a visit to Joram, that he might partake of the punishment, as being a descendant of the wicked Ahab. It was by an unexpected concurrence of circumstances that this took place. Joram having been wounded in fighting against the Syrians at Ramah, it was providentially ordered that he should go to Jezreel rather than to Samaria, to be healed of his wounds. Thither his relative Ahaziah had come to visit him, while lying disabled in that place. There is no evidence that Jehu fixed on this time from a wish to include the king of Judah in the punishment of Ahab’s family. It does not even appear that Jehu was aware of Ahaziah’s being then at Jezreel. All was the result of God’s immutable purpose, and accomplished by a wonderful operation of His providence” (= Merupakan sesuatu yang luar biasa bahwa pembalasan yang diancamkan dibawakan kepada keluarga Ahab pada waktu yang sama dimana raja Yehuda sedang mengunjungi Yoram, supaya ia bisa ambil bagian dalam hukuman itu, sebagai seorang keturunan Ahab yang jahat. Oleh kejadian-kejadian yang bersamaan yang tidak terdugalah maka hal ini terjadi. Yoram telah dilukai dalam pertempuran melawan Aram / Siria di Rama, dan diatur secara providensia bahwa ia pergi ke Yizreel dan bukannya ke Samaria, untuk disembuhkan dari luka-lukanya. Ke sana familinya, Ahazia, datang mengunjunginya, sementara ia terbaring tak berdaya di tempat itu. Tidak ada bukti bahwa Yehu menetapkan waktu ini dari suatu keinginan untuk mencakup raja Yehuda dalam penghukuman dari keluarga Ahab. Semua merupakan hasil dari rencana Allah yang tidak berubah, dan tercapai oleh suatu pekerjaan yang indah dari providensiaNya).

e)   Problem lain tentang Ahazia.

Ay 29: “Adapun Ahazia menjadi raja atas Yehuda dalam tahun kesebelas zaman Yoram bin Ahab”.

2Raja 8:25 - “Dalam tahun kedua belas zaman Yoram, anak Ahab raja Israel, Ahazia, anak Yoram raja Yehuda, menjadi raja”.

Kedua ayat ini kelihatannya kontradiksi; bagaimana cara mengharmoniskannya? Mungkin mula-mula ia menjadi raja bersama-sama dengan Yoram ayahnya, yang sedang sakit (ini yang diceritakan oleh ay 29 ini). Lalu setelah ayahnya mati, ia betul-betul menjadi raja (ini yang diceritakan oleh 8:25).

8)   Yehu membunuh Izebel.

a)   Ay 30: “Sampailah Yehu ke Yizreel. Ketika Izebel mendengar itu, ia mencalak matanya, dihiasinyalah kepalanya, lalu ia menjenguk dari jendela”.

Menurut Barnes, tujuan Izebel adalah untuk mati sebagai seorang ratu. Pulpit Commentary menganggap bahwa ini dimaksudkan untuk ‘merayu’ Yehu. Memang Izebel pasti sudah lebih dari 50 tahun, tetapi itu dianggapnya masih memungkinkan. Saya lebih setuju dengan pandangan pertama.

b)   Ay 31: “Pada waktu Yehu masuk pintu gerbang, berserulah Izebel: ‘Bagaimana, selamatkah Zimri, pembunuh tuannya itu?’”.

KJV: ‘Had Zimri peace, who slew his master?’ (= Apakah Zimri, yang membunuh tuannya, mempunyai damai?).

RSV: ‘Is it peace, you Zimri, muderer of your master?’ (= Damaikah itu, engkau Zimri, pembunuh tuanmu?).

NIV: ‘Have you come in peace, Zimri, you muderer of your master?’ (= Apakah kamu datang dalam damai, Zimri, kamu pembunuh tuanmu?).

NASB: ‘Is it well, Zimri, your master’s muderer?’ (= Apakah semua baik-baik, Zimri, pembunuh tuanmu?).

Cerita tentang Zimri ada dalam 1Raja 16:8-20. Sama seperti Yehu di sini, Zimri juga adalah panglima tentara. Dan ia membunuh raja Israel yang bernama Ela, lalu menggantikannya sebagai raja. Tetapi ia hanya memerintah selama 7 hari, karena panglima lain yang bernama Omri lalu membunuh dia, dan menggantikannya menjadi raja. Omri adalah ayah dari Ahab.

Pulpit Commentary mengatakan bahwa kata-kata Izebel ini bermaksud untuk berdamai dengan Yehu, dan karena itu memuji Zimri, yang sama seperti Yehu, adalah penglima yang berkhianat terhadap tuannya.

Keil & Delitzsch menganggap bahwa kata-kata Izebel ini bertujuan untuk ‘menyerang’ Yehu, dengan menyamakannya dengan Zimri. Saya lebih setuju dengan Keil & Delitzsch.

Matthew Henry: “she quoted a precedent, to deter him from the prosecution of this enterprise: ‘Had Zimri peace? No, he had not; he came to the throne by blood and treachery, and within seven days was constrained to burn the palace over his head and himself in it: and canst thou expect to fare any better?’ Had the case been parallel, it would have been proper enough to give him this memorandum; for the judgments of God upon those that have gone before us in any sinful way should be warnings to us to take heed of treading in their steps. But the instance of Zimri was misapplied to Jehu. Zimri had no warrant for what he did, but was incited to it merely by his own ambition and cruelty; whereas Jehu was anointed by one of the sons of the prophets, and did this by order from heaven, which would bear him out. In comparing persons and things we must carefully distinguish between the precious and the vile, and take heed lest from the fate of sinful men we read the doom of useful men” (= ia mengutip sesuatu yang bisa dijadikan teladan, untuk menghalanginya dari pelaksanaan dari usahanya: ‘Apakah Zimri mempunyai damai? Tidak, ia tidak mempunyainya; ia datang pada takhta dengan darah dan pengkhianatan, dan dalam 7 hari dipaksa untuk membakar istana di atas kepalanya dengan dirinya sendiri di dalamnya: dan bisakah engkau mengharapkan keadaan yang lebih baik?’ Seandainya kasusnya paralel, maka cukup benar untuk memberinya peringatan ini; karena penghakiman-penghakiman Allah atas mereka yang telah berjalan di depan kita dalam jalan yang berdosa harus menjadi peringatan-peringatan bagi kita untuk tidak berjalan dalam langkah-langkah mereka. Tetapi contoh tentang Zimri diterapkan secara salah kepada Yehu. Zimri tidak mempunyai otoritas untuk apa yang ia lakukan, tetapi didorong untuk melakukannya semata-mata oleh ambisi dan kekejamannya sendiri; sedangkan Yehu diurapi oleh satu dari anak-anak nabi, dan melakukan ini oleh perintah dari surga, yang akan menyokongnya. Dalam membandingkan orang-orang dan hal-hal kita harus dengan hati-hati membedakan antara yang berharga dan hina / busuk / keji, dan berhati-hati supaya jangan dari nasib orang-orang yang berdosa kita membaca malapetaka dari orang-orang yang berguna).

c)   Ay 32: “Yehu mengangkat kepalanya melihat ke jendela itu dan berkata: ‘Siapa yang di pihakku? Siapa?’ Dan ketika dua tiga orang pegawai istana menjenguk kepadanya,”.

Ay 32b: ‘pegawai istana’.

NASB: ‘officials’ (= pejabat-pejabat).

KJV/RSV/NIV: ‘eunuchs’ (= sida-sida).

Matthew Henry: “Jehu demanding aid against her. He looked up to the window, not daunted at the menaces of her impudent but impotent rage, and cried, Who is on my side? Who? v. 32. He was called out to do God’s work, in reforming the land and punishing those that had debauched it; and here he calls out for assistance in the doing of it, looked as if there were any to help, any to uphold, Isa. 63:5. He lifts up a standard, and makes proclamation, as Moses (Exo. 32:26), Who is on the Lord’s side? And the Psalmist (Ps. 94:16), Who will rise up for me against the evil-doers? Note, When reformation-work is set on foot, it is time to ask, ‘Who sides with it?’” [= Yehu meminta bantuan menentang dia. Ia melihat ke atas ke jendela, tidak takut pada ancaman dari kemarahan yang kurang ajar tetapi tidak berdaya, dan berteriak, ‘Siapa yang di pihakku? Siapa?’ ay 32. Ia dipanggil untuk melakukan pekerjaan Allah, dalam mereformasi negara dan menghukum mereka yang telah merusakkannya; dan di sini ia meminta pertolongan dalam melakukannya, melihat apakah ada yang menolong, siapapun untuk menyokong, Yes 63:5. Ia menaikkan suatu standard, dan membuat proklamasi, seperti Musa (Kel 32:26), Siapa yang ada di pihak Tuhan? Dan si Pemazmur (Maz 94:16), ‘Siapakah yang bangkit bagiku melawan orang-orang jahat?’. Perhatikan, pada saat pekerjaan reformasi dimulai, itu adalah waktu untuk bertanya: ‘Siapa yang berpihak dengannya?’].

Bandingkan dengan:

·        Kel 32:26 - “maka berdirilah Musa di pintu gerbang perkemahan itu serta berkata: ‘Siapa yang memihak kepada TUHAN datanglah kepadaku!’ Lalu berkumpullah kepadanya seluruh bani Lewi.”.

·        Maz 94:16 - “Siapakah yang bangkit bagiku melawan orang-orang jahat, siapakah yang tampil bagiku melawan orang-orang yang melakukan kejahatan?”.

·        Yes 63:5 - “Aku melayangkan pandanganKu: tidak ada yang menolong; Aku tertegun: tidak ada yang membantu. Lalu tanganKu memberi Aku pertolongan, dan kehangatan amarahKu, itulah yang membantu Aku”.

 

d)   Ay 33: “ia berseru: ‘Jatuhkanlah dia!’ Mereka menjatuhkan dia, sehingga darahnya memercik ke dinding dan ke kuda; mayatnyapun terinjak-injak”.

1.   Kematian Izebel.

Pulpit Commentary: “Pitiless herself, she now met with no compassion” (= Ia sendiri tidak mempunyai belas kasihan, dan sekarang ia ditemui tanpa belas kasihan) - hal 206.

Matthew Henry: “See the end of pride and cruelty, and say, The Lord is righteous” (= Lihatlah akhir dari kesombongan dan kekejaman, dan katakanlah, Tuhan itu benar’).

2.   Yehu menyuruh untuk menguburkan Izebel.

Ay 34: “Yehu masuk ke dalam, lalu makan dan minum. Kemudian ia berkata: ‘Baiklah urus mayat orang yang terkutuk itu dan kuburkanlah dia, sebab ia memang anak raja.’”.

Mengapa Yehu memerintahkan untuk mengubur Izebel, padahal ay 10b mengatakan: ‘tidak ada orang yang menguburkannya’? Ada beberapa kemungkinan:

a.   Mungkin karena ia lupa pada Firman Tuhan itu.

b.   Atau mungkin karena Yehu memperhatikan etika, dan etika mengharuskan putri raja dikubur dengan layak.

Kalau ini benar, maka ini mengajar kita bahwa kita harus lebih memperhatikan Firman Tuhan dari pada etika! Menurut etika maka anak raja seharusnya dikuburkan dengan layak, tetapi menurut Firman Tuhan, Izebel tidak akan dikuburkan tetapi dimakan anjiing. Seharusnya Yehu lebih memperhatikan Firman Tuhan dari pada etika!

c.   Pulpit Commentary (hal 196) mengatakan bahwa mungkin karena ia takut akan menyebabkan kemarahan dari raja Sidon, dari mana Izebel berasal (1Raja 16:31). Tetapi bagaimanapun ini merupakan tindakan yang bertentangan dengan perintah Tuhan.

d.   Matthew Poole memberikan kemungkinan lain, yaitu bahwa ia memang ceroboh berkenaan dengan pekerjaan Tuhan dan ancamanNya.

3.   Perintah Yehu ternyata tidak bisa dilaksanakan, karena mayat Izebel dimakan anjing dan tidak ditemukan, kecuali kepala, dan kedua kaki dan telapak tangannya (ay 35).

·        Matthew Henry: “But, though he had forgotten what the prophet said (v. 10, Dogs shall eat Jezebel), God had not forgotten it” [= Tetapi, sekalipun ia telah lupa apa yang dikatakan sang nabi (ay 10, anjing-anjing akan memakan Izebel), tetapi Allah belum / tidak melupakannya].

·        Kelihatannya pada jaman itu memang banyak anjing liar berkeliaran.

Maz 59:15-16 - “(15) Pada waktu senja mereka datang kembali, mereka melolong seperti anjing dan mengelilingi kota. (16) Mereka mengembara mencari makan; apabila mereka tidak kenyang, maka mereka mengaum”.

1Raja 14:11 - “Setiap orang dari pada Yerobeam yang mati di kota akan dimakan anjing dan yang mati di padang akan dimakan burung yang di udara. Sebab TUHAN telah mengatakannya”. Bdk. 1Raja 16:4.

·        Mengapa anjing-anjing tak memakan semuanya? Kepala mungkin terlalu keras, sedangkan konon kabarnya telapak tangan manusia rasanya tidak enak.

Pulpit Commentary: “the less palatable, since cannibals say that the palm of the human hand is excessively bitter” (= kurang enak, karena para kanibal berkata bahwa telapak dari tangan manusia sangat pahit) - hal 196.

4.   Ketika hal itu dilaporkan kepada Yehu, Yehu menyadari hal itu sebagai penggenapan nubuat.

Ay 36-37: “(36) Mereka kembali memberitahukannya kepada Yehu, lalu ia berkata: ‘Memang begitulah firman TUHAN yang diucapkanNya dengan perantaraan hambaNya, Elia, orang Tisbe itu: Di kebun di luar Yizreel akan dimakan anjing daging Izebel; (37) maka mayat Izebel akan terhampar di kebun di luar Yizreel seperti pupuk di ladang, sehingga tidak ada orang yang dapat berkata: Inilah Izebel.’”.

Ini diambil dari 1Raja 21:23 - “Juga mengenai Izebel TUHAN telah berfirman: Anjing akan memakan Izebel di tembok luar Yizreel”.

Mungkin dalam 1Raja 21:23 ini hanya ringkasannya, dan di sini lengkapnya / lebih lengkap.

Jamieson, Fausset & Brown: “It is evident from the history that Jehu had no design to cooperate in the confirmation of prophecy. For until he received this information, he had no recollection of the sentence pronounced against her. Then, indeed, it occurred to his mind” [= Adalah jelas dari sejarah bahwa Yehu tidak mempunyai rencana untuk bekerja sama dalam pengesahan dari nubuat. Karena sampai ia menerima informasi ini, ia tidak ingat kalimat yang diucapkan terhadap / menentang dia (Izebel). Kemudian, barulah itu terpikir olehnya].

9)   Ada beberapa hal yang perlu disoroti berkenaan dengan kematian Yoram, Ahazia, dan khususnya Izebel.

a)   Nubuat Firman Tuhan digenapi dengan sempurna; Tuhan tidak pernah main-main dengan ancamanNya!

Pulpit Commentary: “That Word of God had been fulfilled with ghastly literalness. Would that men would lay to heart the lesson, and believe that all God’s threatenings will be as certainly fulfilled!” (= Supaya Firman Allah digenapi dengan kehurufiahan yang menakutkan. Kiranya orang-orang mencamkan pelajaran ini, dan percaya bahwa semua ancaman-ancaman Allah pasti akan digenapi) - hal 206.

b)   Sering ada kemiripan antara tempat dan cara dari dosa / kejahatan dan tempat dan cara dari pembalasan / hukumannya!

Pulpit Commentary: “There is often a resemblance between the place and manner of the sin and the place and manner of the punishment. 1. It was at Naboth’s vineyard that the great sin of Ahab’s house had been committed. There, too, at Naboth’s vineyard, Jehoram, Ahab’s son, was slain. It was outside the walls of Jezreel that the dogs licked the blood of Naboth. There, too, the dogs licked the blood and ate the flesh of Jezebel his murderess. It would seem as if this was part of the Divine Law of retribution. One reason for it would appear to be that it fixes unmistakably the connection between the sin and its punishment. ... There is something more than accident in such things. There is the vivid impression intended to be made on people’s minds, that ‘whatsoever a man soweth, that shall he also reap.’ 2. The same is true of the resemblance between the manner of the sin and the manner of the punishment. Jezebel’s murder of Naboth was treacherous and ignominious. She herself was put to death in a treacherous and ignominious way. ... Jacob cruelly deceived his aged father Isaac when he was blind and feeble. What a pointed retribution it was when he was afterwards cruelly deceived by his own sons in their statements about Joseph” (= Sering ada kemiripan antara tempat dan cara dari dosa dan tempat dan cara dari penghukumannya. 1. Di kebun anggur Nabotlah dosa yang besar dari keluarga Ahab dilakukan. Di sana juga, di kebun anggur Nabot, Yoram, anak Ahab, dibunuh. Di luar tembok dari Yizreellah anjing-anjing menjilat darah Nabot. Di sana juga anjing-anjing menjilat darah dan memakan daging dari Izebel, pembunuhnya. Kelihatannya ini juga merupakan bagian dari Hukum Ilahi tentang pembalasan. Salah satu alasan untuknya kelihatannya adalah bahwa itu menentukan secara tak bisa salah hubungan antara dosa dan hukumannya. ... Ada sesuatu yang lebih dari kebetulan dalam hal-hal seperti ini. Ada suatu kesan yang hidup yang dimaksudkan untuk dibuat pada pikiran manusia, bahwa ‘apa yang ditabur orang itu juga yang akan dituainya’. 2. Hal yang sama juga benar tentang kemiripan antara cara dari dosa dan cara dari penghukuman. Pembunuhan yang dilakukan Izebel terhadap Nabot bersifat pengkhianatan dan tercela / jahat / memalukan. Ia sendiri dibunuh dengan cara pengkhianatan dan jahat / memalukan. Yakub dengan kejam menipu ayahnya yang sudah tua Ishak pada waktu ia sudah buta dan lemah. Betul-betul suatu pembalasan yang tajam pada waktu belakangan ia ditipu secara kejam oleh anak-anaknya sendiri dalam pernyataan mereka tentang Yusuf) - hal 200-201.

Catatan: Awas, ini bukan hukum karma. Kristen tidak mempercayai karma.

c)   Pembalasan bagi orang jahat, sekalipun tertunda lama, pada akhirnya pasti datang.

Pulpit Commentary: “Retribution may be long in coming, but it comes at last. ... Yet throughout all history evil-disposed men have persisted in wicked and cruel conduct, just as if it was not only possible, but probable, that retribution would be escaped. The lesson thus needs continually to be impressed on men, that, sooner or later, retribution must come - that there is no escape from it” (= Pembalasan bisa lama datangnya, tetapi akhirnya datang. ... Tetapi sepanjang seluruh sejarah orang-orang yang condong pada kejahatan telah bertekun dalam tindakan yang jahat dan kejam, seakan-akan bukan hanya mungkin, tetapi bisa terjadi, bahwa mereka luput dari pembalasan. Karena itu, pelajaran ini perlu secara terus menerus ditanamkan / dicamkan kepada orang-orang, bahwa lambat atau cepat, pembalasan harus datang - dan bahwa orang tidak bisa lolos darinya) - hal 198.

Ia lalu memberikan 3 alasan mengapa pembalasan harus datang, yaitu:

·        karena Allah memerintah alam semesta, dan Allah itu adil.

Pulpit Commentary mengutip kata-kata Bähr:

“A God without vengeance, i.e. who cannot and will not punish, is no God, but a divinity fashioned from one’s thoughts” (= Seorang Allah tanpa pembalasan, yaitu yang tidak bisa dan tidak akan menghukum, bukanlah Allah, tetapi suatu keilahian yang diciptakan oleh pemikiran seseorang) - hal 198.

·        karena Allah telah menyatakan bahwa pembalasan akan datang, dan Allah itu benar.

·        karena adanya contoh-contoh dimana pembalasan tidak terjadi, hanya menunjukkan suatu penundaan, dan bukannya pembatalan, dari pembalasan.

Pulpit Commentary: “Infinite time is at the disposal of the Almighty. Men are impatient, and, if retribution does not overtake the sinner speedily, are apt to conclude that it will never overtake him. But with the Almighty ‘one day is as a thousand years, and a thousand years as one day.’ The important thing to be borne in mind is the end; and the end will not be reached till ‘judgment is set, and the books are opened’ (Dan. 7:10), and men are ‘judged out of those things which are written in the books, according to their works’ (Rev. 20:12). Punishment may be long in coming - the ungodly may continue during their whole lifetime in prosperity. But there remains a future” [= Waktu yang tak terbatas tersedia pada Yang Mahakuasa. Manusia tidak sabar, dan, jika pembalasan tidak menyusul orang berdosa dengan cepat, condong untuk menyimpulkan bahwa itu tidak akan pernah menyusulnya. Tetapi bagi Yang Mahakuasa ‘satu hari seperti seribu tahun, dan seribu tahun seperti satu hari’. Hal penting yang harus diingat adalah akhirnya; dan akhirnya tidak akan dicapai sampai penghakiman dilakukan dan kitab-kitab dibuka’ (Dan 7:10), dan orang-orang dihakimi sesuai dengan hal-hal yang tertulis dalam kitab-kitab itu, sesuai dengan pekerjaan mereka’ (Wah 20:12). Hukuman bisa lama datangnya - orang-orang jahat bisa terus makmur dalam seluruh hidup mereka. Tetapi tetap ada suatu masa akan datang] - hal 199.

Pulpit Commentary: “Sin, not repented of, must be punished. ... Look at your own lives in the light of this great truth. Are there any sins in your lives unrepented of? Then be assured that the punishment, if it has not yet come, awaits you. Sins against God, against God’s Law, against God’s sabbath; sins against our fellow-man - sins of unfair dealing, sins of evil-speaking, or other and grosser sins; every one of these, if not repented of, is sure to bring its corresponding punishment. ‘Be sure your sin will find you out.’” (= Dosa, jika orangnya tidak bertobat, harus dihukum. ... Lihatlah pada kehidupanmu sendiri dalam terang dari kebenaran yang besar ini. Apakah ada dosa-dosa dalam kehidupanmu terhadap mana engkau tidak bertobat? Maka yakinlah bahwa hukuman, jika itu belum datang, sedang menunggu engkau. Dosa-dosa terhadap Allah, terhadap hukum-hukum Allah, terhadap Sabat dari Allah; dosa-dosa terhadap sesama manusia kita - dosa tentang penanganan yang tidak adil, dosa tentang berbicara buruk, atau dosa-dosa lain dan lebih besar; setiap dosa-dosa ini, jika kita tidak bertobat darinya, pasti akan membawa hukuman yang sesuai. ‘Yakinlah bahwa dosamu akan menemukanmu’) - hal 200.

Catatan: kutipan ayat dari Bil 32:23 - “Tetapi jika kamu tidak berbuat demikian, sesungguhnya kamu berdosa kepada TUHAN, dan kamu akan mengalami, bahwa dosamu itu akan menimpa kamu.

KJV: ‘But if ye will not do so, behold, ye have sinned against the LORD: and be sure your sin will find you out (= Tetapi jika kamu tidak mau berbuat demikian, lihatlah, kamu telah berdosa terhadap TUHAN: dan yakinlah bahwa dosamu akan menemukanmu).

NIV: ‘But if you fail to do this, you will be sinning against the LORD; and you may be sure that your sin will find you out (= Tetapi jika kamu gagal melakukan hal ini, kamu akan berdosa terhadap TUHAN; dan kamu boleh yakin bahwa dosamu akan menemukanmu).

Pulpit Commentary: “Punishment may be delayed, but it is none the less sure. ... How anxious men are to destroy all traces of their crime! And yet how vain all such efforts are! There is One whose eye sees every act of human life. We may escape the judgment of men, but we cannot escape the judgment of God. If not here, then certainly hereafter, every sin, not repented of, will receive its due reward” (= Hukuman bisa ditunda, tetapi bagaimanapun pasti. ... Alangkah inginnya orang-orang untuk menghancurkan semua jejak dari kejahatan mereka! Tetapi alangkah sia-sianya usaha-usaha seperti itu! Ada Satu yang mataNya melihat setiap tindakan dari kehidupan manusia. Kita bisa lolos dari penghakiman manusia, tetapi kita tidak bisa lolos dari penghakiman Allah. Jika tidak di sini, pasti sesudah ini / di alam baka, setiap dosa, yang tidak disesali, akan menerima upah yang seharusnya) - hal 200.

d)   Alternatif lain: bertobat dan datang kepada Yesus!

Pulpit Commentary: “Such, then, is the Divine law of retribution. But God, who is just, is also merciful. He willeth not the death of a sinner, but rather that he should turn from his wickedness, and live. We have looked at the way of his justice. Let us look at the way of his mercy. It is the way of the cross. ‘God so loved the world, that he gave his only begotten Son, that whosoever believeth in him should not perish, but have everlasting life.’ If you reject God’s mercy, there is only the other alternative - God’s retributive justice” (= Maka, demikianlah hukum Ilahi dari pembalasan. Tetapi Allah, yang adalah adil, juga berbelas kasihan. Ia tidak menginginkan kematian dari orang berdosa, tetapi sebaliknya supaya mereka berbalik dari kejahatannya, dan hidup. Kita telah melihat pada jalan dari keadilanNya. Marilah kita melihat pada jalan dari belas kasihanNya. Itu adalah jalan dari salib. ‘Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal’. Jika engkau menolak belas kasihan Allah, maka hanya ada satu alternatif - keadilan pembalasan Allah) - hal 201.

Kesimpulan / penutup.

Jangan main-main dengan ancaman Tuhan / Firman Tuhan. Tuhan tidak pernah hanya sekedar ‘gertak sambal’. Introspeksilah dosa-dosa saudara, dan bertobatlah. Kalau saudara belum pernah mempunyai Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat maka terimalah Dia sekarang juga.

-AMIN-

 

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali