Nabi
Elisa
oleh:
Pdt. Budi Asali MDiv.
1) Elisa menubuatkan kelaparan (ay 1).
a)
Nubuat ini (dan seluruh penggenapannya - 8:1-6) mungkin tidak terjadi sesudah
pasal 5-7, tetapi sebelumnya.
Dalam terjemahan KJV ada kata ‘then’ (= lalu / kemudian)
pada awal 8:1, sehingga seolah-olah menunjukkan bahwa nubuat / peristiwa dalam
8:1-6 ini terjadi setelah pasal 5-7. Tetapi sebetulnya kata ‘then’
ini tidak ada.
Ay 1 (KJV): ‘Then spake Elisha unto the woman, whose
son he had restored to life’ (= Lalu / kemudian berbicaralah Elisa
kepada perempuan itu, yang anaknya ia hidupkan kembali).
Pulpit Commentary: “There is no ‘then’
in the original, of which the simplest rendering would be, ‘And Elisha spake
unto the woman,’ etc. The true sense is, perhaps, best brought out by the
Revised Version, which gives the following: Now Elisha had spoken unto the
woman, etc. The reference is to a time long anterior to the siege of Samaria”
(= Tidak ada ‘lalu / kemudian’ dalam bahasa aslinya, tentang mana terjemahan
yang paling sederhana adalah ‘Dan Elisa berbicara kepada perempuan itu’,
dst. Mungkin arti yang benar dikeluarkan oleh Revised Version, yang memberikan
sebagai berikut: Elisa telah berbicara kepada perempuan itu, dst. Ini menunjuk
pada suatu masa lama sebelum pengepungan terhadap Samaria)
- hal 164.
Tetapi apa dasarnya untuk mengatakan bahwa nubuat / peristiwa dalam
8:1-6 ini sudah terjadi sebelum pasal 5? Ada beberapa alasan:
1.
Dalam 4:38 sudah dibicarakan adanya kelaparan pada masa pemerintahan Yoram, dan
mungkin itu sama dengan yang dinubuatkan dalam ay 1 ini.
2. Dalam cerita ini Gehazi masih menjadi bujang Elisa
(ay 4).
Ay 4: ‘Raja sedang berbicara
kepada Gehazi, bujang abdi Allah itu’.
Pulpit Commentary: “It has been reasonably
concluded from this, that chronological order is not observed in the portion of
the narrative which treats of Elisha and his doings, since a king of Israel
would scarcely be in familiar conversation Allah a leper (Keil). It may be added
that Gehazi can scarcely have continued to be the servant of Elisha, as he
evidently now was, after his leprosy. He must have dwelt ‘without the
gate.’” [= Adalah masuk akal untuk
menyimpulkan dari sini bahwa urut-urutan khronologis tidak diperhatikan dalam
bagian cerita yang membahas Elisa dan apa yang ia lakukan, karena seorang raja
Israel tidak mungkin bercakap-cakap secara akrab dengan seorang penderita kusta
(Keil). Bisa ditambahkan bahwa setelah ia terkena kusta, Gehazi tidak mungkin
tetap menjadi pelayan Elisa, seperti yang kelihatan saat ini. Ia harus tinggal
‘di luar pintu gerbang’]
- hal 164-165.
Pulpit Commentary: “In chronological order
this narrative seems to precede the cure of Naaman, while Gehazi was still the
servant of the prophet” (= Dalam urutan
khronologis cerita ini kelihatannya mendahului penyembuhan Naaman, pada saat
Gehazi masih tetap merupakan pelayan / bujang sang nabi)
- hal 183.
Barnes’ Notes:
“The famine here recorded, and the
conversation of the monarch with Gehazi, must have been anterior to the events
related in ch. 5 - since we may be sure that a king of Israel would not have
entered into familiar conversation with a confirmed leper. The writer of Kings
probably collected the miracles of Elisha from various sources, and did not
always arrange them chronologically. Here the link of connexion is to be found
in the nature of the miracle. As Elisha on one occasion prophesied plenty, so on
another he had prophesied a famine” [=
Kelaparan yang dicatat di sini, dan percakapan antara sang raja dengan Gehazi,
pasti terjadi lebih dulu dari peristiwa yang diceritakan dalam pasal 5 - karena
kita bisa yakin bahwa seorang raja Israel tidak akan masuk ke dalam suatu
pembicaraan yang akrab dengan seorang yang dipastikan sebagai seorang penderita
kusta. Penulis Raja-raja mungkin mengumpulkan mujijat-mujijat Elisa dari
berbagai sumber, dan tidak selalu mengatur mereka secara khronologis. Di sini
hubungannya didapatkan dalam sifat dari mujijatnya. Jika Elisa pada saat
tertentu menubuatkan kelimpahan (7:1), maka pada saat yang lain
ia telah menubuatkan kelaparan (8:1)] -
hal 246.
Tetapi Adam Clarke (hal 506-507) menganggap bahwa cerita dalam
8:1-6 ini memang terjadi setelah Gehazi menderita kusta. Ia beranggapan bahwa
Yoram begitu ingin tahu tentang mujijat-mujijat yang dilakukan oleh Elisa
sehingga ia mengabaikan kusta dari Gehazi dan tetap mau berbicara dengannya
sekalipun ia kena kusta.
Matthew Poole:
“Possibly this might happen before the
history of Naaman, chap. 5, or at least before the siege of Samaria, chap. 6,
but this is not certain” (= Mungkin ini
terjadi sebelum sejarah / cerita Naaman, pasal 5, atau setidaknya sebelum
pengepungan Samaria, pasal 6, tetapi ini tidak pasti)
- hal 732.
Poole menganggap bahwa raja bicara dengan orang kusta merupakan
sesuatu yang mungkin terjadi, selama mereka bicara pada jarak yang aman.
Bandingkan dengan 2Raja 7:8 Mat 8:2 Luk 17:12.
b)
Elisa menubuatkan apa yang telah ditentukan Allah dalam rencanaNya.
Ay 1b: ‘Tuhan
telah mendatangkan kelaparan’.
KJV/RSV/NASB: ‘The Lord
hath / has called for a famine’ (= Tuhan
telah memanggil / menghendaki suatu kelaparan).
NIV: ‘The Lord has
decreed a famine’ (= Tuhan
telah menetapkan suatu kelaparan).
Pulpit Commentary: “The phrase, ‘God hath
called for a famine,’ means no more and no less than ‘God has determined
that there shall be a famine.’ With God to speak the word is to bring about
the event” (= Ungkapan ‘Allah memanggil
/ menghendaki suatu kelaparan’, artinya adalah ‘Allah telah menentukan bahwa
di sana akan ada suatu kelaparan) -
hal 164.
Kalau ini memang diartikan ‘menentukan’ / ‘menetapkan’,
maka ini menunjukkan bahwa kalau sesuatu dinubuatkan, maka itu menunjukkan bahwa
hal itu sudah lebih dulu ditentukan dalam Rencana Allah.
Memang kalau Tuhan menubuatkan tentang akan terjadinya suatu hal
tertentu, maka itu tidak hanya menunjukkan bahwa Ia tahu bahwa hal-hal itu
akan terjadi, tetapi itu menunjukkan bahwa Ia sudah lebih dulu menentukan
terjadinya hal itu. Ini terbukti dari:
1. Perbandingan Mat 26:24 dengan Luk 22:22.
Mat 26:24 - “Anak
Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia,
akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah
lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan”.
Luk 22:22 - “Sebab Anak
Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi,
celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan”.
Kedua ayat ini paralel dan sama-sama berbicara tentang
pengkhianatan Yudas, tetapi kalau Mat 26:24 mengatakan bahwa hal itu ‘sesuai
dengan yang ada tertulis tentang Dia’,
yang hanya menunjukkan bahwa hal itu terjadi karena sudah dinubuatkan, maka Luk 22:22
mengatakan bahwa hal itu terjadi ‘seperti
yang telah ditetapkan’, yang
menunjukkan bahwa hal itu terjadi karena sudah ditetapkan oleh Allah dalam
kekekalan.
2. Perbandingan Kis 2:23 Kis 3:18 dan Kis
4:27-28.
Kis 2:23
- “Dia yang diserahkan Allah menurut
maksud dan rencanaNya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan
bangsa-bangsa durhaka”.
Kis 3:18 - “Tetapi
dengan jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankanNya
dahulu dengan perantaraan nabi-nabiNya, yaitu bahwa Mesias yang diutusNya
harus menderita”.
Kis 4:27-28
- “Sebab sesungguhnya telah berkumpul di
dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku
bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu yang kudus, yang Engkau urapi, untuk
melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa
dan kehendakMu”.
Semua ayat di atas ini berbicara tentang penderitaan / penyaliban
yang dialami oleh Kristus. Tetapi kalau Kis 3:18 mengatakan bahwa hal itu
terjadi ‘menggenapi apa yang telah
difirmankannya dahulu dengan perantaraan nabi-nabiNya’,
yang hanya menunjukkan bahwa hal itu terjadi karena sudah dinubuatkan, maka Kis 2:23
mengatakan bahwa hal itu terjadi ‘menurut
maksud dan rencanaNya’ dan
Kis 4:28 mengatakan bahwa hal itu terjadi ‘untuk
melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa
dan kehendakMu’, yang
jelas menunjukkan bahwa hal itu terjadi karena sudah ditentukan oleh Allah dalam
kekekalan.
3.
Yes 46:10-11 - “yang memberitahukan
dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum
terlaksana, yang berkata: KeputusanKu akan sampai, dan segala kehendakKu
akan Kulaksanakan, yang memanggil burung buas dari timur, dan orang yang
melaksanakan putusanKu dari negeri yang jauh. Aku telah mengatakannya,
maka Aku hendak melangsungkannya, Aku telah merencanakannya, maka Aku
hendak melaksanakannya”.
Perhatikan bahwa dalam Yes 46:10a dikatakan bahwa Tuhan ‘memberitahukan’, tetapi dalam Yes 46:10b-11a dikatakan bahwa itu adalah ‘keputusanKu’,
‘kehendakKu’, dan ‘putusanKu’.
Selanjutnya Yes 46:11b terdiri dari 2 kalimat paralel yang sebetulnya
memaksudkan hal yang sama, tetapi kalimat pertama menggunakan istilah ‘mengatakannya’,
yang hanya menunjukkan nubuat Allah, sedangkan kalimat kedua menggunakan istilah
‘merencanakannya’,
yang jelas menunjuk pada rencana / ketetapan Allah.
4.
Yer 4:28 - “Karena hal ini bumi akan
berkabung, dan langit di atas akan menjadi gelap, sebab Aku telah
mengatakannya, Aku telah merancangnya, Aku tidak akan menyesalinya
dan tidak akan mundur dari pada itu”.
Ayat
ini baru mengatakan ‘Aku telah
mengatakannya’ dan lalu langsung menyambungnya dengan ‘Aku
telah merancangnya’. Ini jelas menunjukkan bahwa Tuhan mengatakan sesuatu kepada
nabi-nabi (yang lalu dinubuatkan oleh para nabi itu), karena Tuhan telah
merancang / merencanakannya.
5.
Amos 3:7 - “Sungguh, Tuhan Allah
tidak berbuat sesuatu tanpa menyatakan keputusanNya kepada
hamba-hambaNya, para nabi”.
Ayat ini menunjukkan secara jelas bahwa apa yang dinyatakan oleh
Tuhan kepada pada nabi (dan lalu dinubuatkan oleh nabi-nabi itu) adalah
keputusanNya [NIV: his plan (= rencanaNya)].
6.
Rat 2:17a - “TUHAN telah menjalankan
yang dirancangkanNya, Ia melaksanakan yang difirmankanNya”.
Bagian akhir dari ayat ini mengatakan bahwa Tuhan melaksanakan yang
difirmankanNya / dinubuatkanNya; tetapi bagian awal dari ayat ini
mengatakan bahwa Tuhan menjalankan yang dirancangkanNya. Jelas bahwa apa
yang dinubuatkan adalah apa yang dahulu telah dirancangkanNya.
7.
Rat 3:37 - “Siapa berfirman, maka
semuanya jadi? Bukankah Tuhan yang memerintahkannya?”.
NIV: ‘Who can speak and
have it happen if the Lord has not decreed it’
(= Siapa yang bisa berbicara dan membuatnya terjadi jika Tuhan tidak
menetapkannya?).
8.
Yes 28:22b - “sebab kudengar tentang
kebinasaan yang sudah pasti yang datang dari Tuhan ALLAH semesta alam atas
seluruh negeri itu”.
NIV: ‘The Lord, the LORD
Almighty, has told me of the destruction decreed against the whole land’
(= Tuhan, TUHAN yang mahakuasa, telah memberitahu aku tentang kehancuran yang
telah ditetapkan terhadap seluruh negeri itu).
Ini jelas menunjukkan bahwa kehancuran yang oleh Tuhan
diberitahukan kepada Yesaya, dan lalu dinubuatkan oleh Yesaya, merupakan
ketetapan Allah (decree of God)
Jadi, dari semua contoh-contoh ini jelaslah bahwa kalau dalam Kitab
Suci dinubuatkan sesuatu, itu tidak sekedar berarti bahwa Allah hanya tahu lebih
dulu bahwa hal itu akan terjadi (foreknowledge) dan lalu memberitahukan
hal itu kepada manusia, tetapi itu berarti bahwa Allah sudah menetapkan lebih
dulu akan hal itu (foreordination) dan lalu memberitahukannya kepada
manusia! Dengan demikian jelas bahwa ayat-ayat dalam Kitab Suci yang seakan-akan
hanya memberitahukan akan adanya dosa-dosa tertentu, sebetulnya menunjukkan
bahwa dosa-dosa tertentu itu sudah ditetapkan dan karenanya harus terjadi!
c)
Ini menunjukkan bahwa semua bencana / penderitaan terjadi karena kehendak /
rencana dan pengaturan Allah.
Matthew Poole:
“This expression intimates that all
afflictions are sent by God, and comes at his call or command”
(= Ungkapan ini mengisyaratkan bahwa semua penderitaan dikirim oleh Allah, dan
datang karena panggilan / kehendakNya atau perintahNya)
- hal 732.
Dasar Kitab Suci yang lain tentang hal ini:
· Pkh 7:14
- “Pada hari mujur bergembiralah, tetapi
pada hari malang ingatlah, bahwa hari malang inipun dijadikan Allah seperti juga
hari mujur, supaya manusia tidak dapat menemukan sesuatu mengenai masa
depannya”.
· Yes 45:6b-7
- “Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain,
yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan
menciptakan nasib malang; Akulah TUHAN yang membuat semuanya ini”.
· Rat
3:37-38 - “Siapa berfirman, maka semuanya
jadi? Bukankah Tuhan yang memerintahkannya? Bukankah dari mulut Yang Mahatinggi
keluar apa yang buruk dan apa yang baik?”.
·
Amos 3:6 - “Adakah
sangkakala ditiup di suatu kota, dan orang-orang tidak gemetar? Adakah terjadi
malapetaka di suatu kota, dan TUHAN tidak melakukannya?”.
d)
Kelaparan itu akan terjadi selama 7 tahun (ay 1).
Ini 2 kali panjangnya / lamanya kekeringan / kelaparan pada jaman
Elia (bandingkan dengan 1Raja 17:1 Yak 5:17). Penambahan beratnya hukuman
seperti ini memang benar dan juga masuk akal, karena bangsa Israel tetap keras
kepala / tegar tengkuk. Bandingkan dengan Im 26:21,23-24,27-28 - “Jikalau
hidupmu tetap bertentangan dengan Daku dan kamu tidak mau mendengarkan Daku,
maka Aku akan makin menambah hukuman atasmu sampai tujuh kali lipat setimpal
dengan dosamu. ... Jikalau kamu dalam keadaan yang demikianpun tidak mau Kuajar,
dan hidupmu tetap bertentangan dengan Daku, maka Akupun akan bertindak melawan
kamu dan Aku sendiri akan menghukum kamu tujuh kali lipat karena dosamu, ... Dan
jikalau kamu dalam keadaan yang demikianpun tidak mendengarkan Daku, dan hidupmu
tetap bertentangan dengan Daku, maka Akupun akan bertindak keras melawan kamu
dan Aku sendiri akan menghajar kamu tujuh kali lipat karena dosamu”.
Catatan:
· kelihatannya
bilangan ‘tujuh’ dalam bagian ini tidak berarti secara hurufiah.
· text
ini merupakan suatu ancaman. Kalau seseorang berdosa dan Tuhan menghukum /
menghajarnya dan ia tidak mau bertobat, maka Tuhan akan menambah beratnya
hukuman / hajaran / penderitaannya!
2)
Elisa menyuruh perempuan Sunem untuk mengungsi karena akan adanya kelaparan
tersebut (ay 1).
a)
Kaya tetapi mengungsi?
Perempuan Sunem itu disuruh mengungsi, sekalipun ia adalah orang
kaya (4:8-10)! Ini menunjukkan kelaparan itu pasti sangat hebat. Tetapi mungkin
sekali saat ini ia sudah menjadi janda, dan ada yang bahkan mengatakan bahwa
sekarang ia relatif miskin. Memang ketaatan tidak menjamin seseorang bisa
menjadi kaya atau tetap kaya!
Pulpit Commentary: “It is conjectured by
some that the woman had become a widow, and fallen into the comparative poverty;
but the narrative gives no indication of this. Even opulent persons have to
migrate in times of severe dearth” (= Di
duga oleh sebagian orang bahwa perempuan ini telah menjadi seorang janda, dan
secara relatif menjadi miskin; tetapi cerita ini tidak memberikan petunjuk
tentang hal ini. Bahkan orang-orang kaya harus pindah pada masa kekurangan yang
hebat) - hal 164.
Contoh: Yakub, yang pada saat itu jelas adalah orang kaya (Kej 30:43
33:11), juga harus mengungsi ke Mesir pada 7 tahun kelaparan (Kej 45-46).
Saya setuju bahwa orang kaya juga kadang-kadang harus mengungsi
pada masa kelaparan, tetapi saya juga berpendapat bahwa dari tidak disebutkannya
suami si perempuan Sunem, mungkin bisa disimpulkan bahwa suaminya memang sudah
mati / ia memang sudah menjadi janda. Keadaannya sama seperti Maria, ibu Yesus,
dalam Perjanjian Baru. Pada saat Yusuf tak pernah disebut-sebut lagi, mungkin
Yusuf sudah mati. Tetapi apakah perempuan Sunem ini menjadi miskin atau tidak,
itu sukar untuk dipastikan.
b)
Perempuan Sunem itu boleh mengungsi kemana saja, tempatnya tidak ditentukan oleh
Tuhan / Elisa (ay 1 - ‘tinggallah dimana
saja’).
c)
Perintah Tuhan kepada perempuan Sunem ini untuk mengungsi menunjukkan bahwa
Tuhan memperhatikan setiap anakNya dalam persoalan kebutuhan hidupnya /
kesejahteraannya!
Pulpit Commentary: “1. The good are
often sharers in the calamities of the wicked. This famine was no doubt sent on
Israel as a punishment for sin. ... And in distresses brought upon the world by
sin God’s people are often sharers. The innocent are involved in the
sufferings of the guilty (Ezek. 21:3,4). This lady of Shunem, now probably a
widow, is compelled, by the approach of famine, to abandon home and lands and
rural comfort for a sojourn among idolaters. 2. The good, notwithstanding,
are marvellously protected against the calamities of the wicked”
[= 1. Orang baik sering ikut ambil bagian dalam bencana-bencana orang
jahat. Tidak diragukan bahwa kelaparan ini dikirimkan kepada Israel sebagai
hukuman untuk dosa. ... Dan dalam kesukaran / kesusahan yang dibawa kepada dunia
oleh dosa, seringkali umat Allah juga ikut mengalaminya. Orang yang tak bersalah
terlibat dalam penderitaan orang yang bersalah (Yeh 21:3,4). Perempuan Sunem
ini, sekarang mungkin adalah seorang janda, oleh mendekatnya kelaparan, terpaksa
meninggalkan rumah dan tanah dan kesenangan hidup di pedesaan, dan tinggal untuk
sementara di antara para penyembah berhala. 2. Meskipun demikian, orang
baik dilindungi secara mengagumkan terhadap bencana-bencana orang jahat]
- hal 183.
Yeh 21:3-4 - “Katakanlah
kepada tanah Israel: Beginilah firman TUHAN: Lihat, Aku akan menjadi lawanmu dan
akan mencabut pedangKu dari sarungnya dan melenyapkan dari tengah-tengahmu orang
benar dan orang fasik. Oleh karena Aku hendak melenyapkan dari
tengah-tengahmu orang benar dan orang fasik, maka pedangKu akan terhunus
dari sarungnya terhadap semua manusia dari selatan sampai utara”.
Penjelasan:
Kalau penafsir ini mengatakan bahwa orang baik ikut mengalami bencana orang
jahat, tetapi mereka dilindungi terhadap bencana orang jahat itu, ini bukan
kontradiksi. Maksudnya adalah bahwa memang orang baik itu akan ikut mengalami
penderitaan, tetapi di tengah-tengah penderitaan itu ada pertolongan Tuhan.
Penerapan:
Kalau dalam kehidupan saudara kelihatannya Tuhan tidak mempedulikan
kesejahteraan saudara, dalam arti saudara terus tidak tercukupi kebutuhannya,
maka mungkin sekali saudara bukanlah anak Tuhan, atau ada yang salah dengan
kehidupan saudara. Tuhan tidak mungkin memungkiri janjiNya, misalnya yang Ia
berikan dalam Mat 6:33 - “Tetapi carilah
dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan
kepadamu”.
Dosa dalam persoalan ini bisa macam-macam misalnya:
· tidak
memberikan persembahan persepuluhan atau tidak setia dalam memberikan
persembahan persepuluhan.
2Kor 9:6 - “Camkanlah
ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang
menabur banyak, akan menuai banyak juga”.
Dalam persoalan memberi tirulah jemaat-jemaat Makedonia yang
diceritakan oleh Paulus dalam 2Kor 8:1-5 - “Saudara-saudara,
kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan
kepada jemaat-jemaat di Makedonia. Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai
penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun
mereka kaya dalam kemurahan. Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan
menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka. Dengan
kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga
beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang
kudus. Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan.
Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena
kehendak Allah juga kepada kami”.
· penggunaan
uang secara tidak bertanggung jawab. Ini menyebabkan gaji yang seharusnya cukup
menjadi tidak cukup. Tentu bukan Tuhan yang salah!
· tidak
mau melayani / memberitakan Injil.
· dll.
1) Perempuan Sunem ini taat (ay 2).
Ini merupakan sesuatu yang luar biasa, karena bisa saja perempuan
Sunem ini minta bukti / tanda bahwa memang akan terjadi kelaparan. Perlu
diketahui bahwa sekalipun ay 1b menggunakan bentuk lampau (‘Tuhan
telah mendatangkan kelaparan’), tetapi ini merupakan sesuatu yang sering terjadi pada pemberian
nubuat. Untuk menunjukkan bahwa hal itu pasti terjadi, maka digunakan bentuk
lampau, padahal hal itu belum terjadi.
Juga perempuan Sunem itu bisa saja berpikir bahwa di tempat lain
mungkin juga akan mengalami hal yang sama. Atau ia bisa berlambat-lambat seperti
Lot dan keluarganya pada waktu disuruh meninggalkan Sodom dan Gomora (Kej
19:16).
Bahwa ia tidak melakukan semua ini, tetapi langsung taat,
menunjukkan imannya yang hebat pada firman Tuhan.
Pulpit Commentary: “It was an act of faith
on the part of the Shunammite to take this step, for she had nothing to go upon
in regard to this famine but the prophet’s bare word”
(= Dari sudut perempuan Sunem itu, adalah merupakan tindakan iman untuk
melakukan langkah itu, karena ia tidak mempunyai alasan untuk berpindah
sehubungan dengan kelaparan ini, kecuali semata-mata kata-kata sang nabi)
- hal 183.
2) Ia mengungsi di negeri orang Filistin (ay 2).
Mengapa ia tidak memilih Yehuda atau negara lain tetapi Filistin?
a) Mungkin karena Filistin lebih makmur dari Yehuda / negara lain.
Filistin terletak dipantai Barat (sebelah Barat Daya dari Sunem).
Karena terletak di pantai, maka banyak uap air dari laut yang memberikan embun
dan hujan, yang menyebabkan negeri ini sangat subur.
Pulpit Commentary: “Philistia was a great
grain country ..., and, though not altogether exempt from famine, was less
exposed to it than either Judea or Samaria. The soil was exceedingly
fertile, and the vapours from the Mediterranean descended upon it in dews and
showers, when their beneficial influence was not felt further inland”
(= Filistin adalah negeri padi / gandum ... , dan sekalipun tidak sepenuhnya
bebas dari kelaparan, tetapi tidak separah Yudea atau Samaria. Tanahnya
sangat subur, dan uap air dari Laut Tengah turun ke negeri itu dalam embun dan
hujan, pada waktu pengaruhnya yang bermanfaat tidak terasa di negeri yang
letaknya lebih jauh dari pantai) - hal 164.
Matthew Poole:
“this land, though bordering upon
Israel, was free from this famine, that it might appear that this was a special
hand and judgment of God upon the Israelites for their idolatry”
(= negeri ini, sekalipun berbatasan dengan Israel, bebas dari kelaparan,
sehingga bisa terlihat bahwa ini merupakan tangan dan penghakiman khusus dari
Allah kepada orang Israel karena penyembahan berhala mereka)
- hal 732.
Kalau saudara bertanya: mengapa Filistin tidak dihajar / dihukum
juga padahal mereka juga menyembah berhala? Jawabnya: Filistin tidak dihajar
karena bukan umat Tuhan. Bandingkan dengan 1Pet 4:17-18 yang mengatakan
bahwa penghakiman dimulai pada gereja!
1Pet 4:17-18 - “Karena
sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah Allah sendiri
yang harus pertama-tama dihakimi. Dan jika penghakiman itu dimulai pada kita,
bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya pada Injil Allah? Dan
jika orang benar hampir-hampir tidak diselamatkan, apakah yang akan terjadi
dengan orang fasik dan orang berdosa?”.
Tetapi memang akan ada saatnya bahwa orang di luar gereja juga akan
dihukum oleh Tuhan. Kalau bukan di dunia ini, pastilah di dunia yang akan
datang!
b) Mungkin Yehuda juga terkena kelaparan itu, seperti yang dikatakan
Pulpit Commentary di atas.
c) Poole (hal 732) mengatakan bahwa mungkin ia takut kalau ke
Yehuda akan membuat marah Yoram (karena Yehuda boleh dikatakan merupakan saingan
dari Israel).
Kalau ini benar, maka ini merupakan sesuatu yang lucu. Seharusnya
kalau ada rakyatnya yang harus pindah, Yoram harus lebih senang kalau rakyatnya
pindah ke Yehuda (yang menyembah Yahweh), dari pada ke Filistin (yang merupakan
negeri penyembah berhala). Tetapi persaingan dengan Yehuda / ketidaksenangan
terhadap Yehuda menyebabkan ia bersikap sebaliknya. Hal seperti ini juga ada
pada jaman sekarang. Ada pendeta, yang kalau jemaatnya harus pindah, lebih
senang kalau jemaat tersebut pindah ke gereja yang brengsek, atau bahkan pindah
ke agama lain, dari pada kalau jemaat tersebut pindah ke gereja yang bagus
tetapi merupakan gereja yang tidak ia senangi / gereja saingan baginya.
3) Begitu masa kelaparan selesai perempuan Sunem itu
langsung pulang (ay 3).
Pulpit Commentary: “She stayed no longer
than she could help. Her own land, where she could have the ministration of a
‘man of God’ (ch. 4:23), was dear to her: and no sooner had the famine
abated than she returned to it” [= Ia
tidak tinggal lebih lama dari yang bisa ia lakukan. Negerinya sendiri, dimana ia
bisa mendapatkan pelayanan ‘abdi Allah’ (4:23), sangat ia sayangi: dan
begitu kelaparan berkurang / mereda ia kembali ke negerinya]
- hal 164.
Renungkan:
apakah saudara juga mempunyai kerinduan seperti itu?
4) Sampai di negerinya sendiri, ia menjumpai kesukaran
/ problem.
Ay 3b: ‘mengadukan perihal
rumahnya dan ladangnya kepada raja’.
Rupanya pada waktu ia mengungsi selama 7 tahun, rumah dan ladangnya
diambil orang lain, dan sekarang orang itu tidak mau mengembalikannya kepada si
perempuan Sunem. Memang janda-janda sangat rentan terhadap penindasan seperti
itu, dan ini terlihat dari 2 text di bawah ini.
Yes 10:1-2 - “Celakalah
mereka yang menentukan ketetapan-ketetapan yang tidak adil, dan mereka yang
mengeluarkan keputusan-keputusan kelaliman, untuk menghalang-halangi orang-orang
lemah mendapat keadilan dan untuk merebut hak orang-orang sengsara di antara
umatKu, supaya mereka dapat merampas milik janda-janda, dan dapat menjarah
anak-anak yatim!”.
Mark 12:38-40 - “Dalam
pengajaranNya Yesus berkata: ‘Hati-hatilah terhadap ahli-ahli Taurat yang suka
berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima penghormatan di pasar,
yang suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan di tempat terhormat dalam
perjamuan, yang menelan rumah janda-janda, sedang mereka mengelabui mata
orang dengan doa yang panjang-panjang. Mereka ini pasti akan menerima hukuman
yang lebih berat.’”.
Juga adanya penyerobot tanah dibicarakan dalam Yes 5:8 - “Celakalah
mereka yang menyerobot rumah demi rumah dan mencekau ladang demi ladang,
sehingga tidak ada lagi tempat bagi orang lain dan hanya kamu sendiri yang
tinggal di dalam negeri!”.
Pulpit Commentary: “On this subject Dr.
Thomson says, in ‘The Land and the Book,’ ‘It is still common for even
petty sheiks to confiscate the property of any person who is exiled for a time,
or who moves away temporarily from his districts. Especially is this true of
widows and orphans, and the Shunammite was now a widow. And small is the chance
to such of having their property restored, unless they can secure the mediation
of some one more influential than themselves” [= Dalam persoalan ini Dr. Thomson berkata dalam buku ‘Negeri (Kanaan
/ Israel) dan Alkitab’, ‘Adalah tetap merupakan sesuatu yang umum bagi
kepala-kepala desa kecil untuk menyita harta / milik dari orang yang dibuang /
diasingkan untuk sementara waktu, atau yang pindah untuk sementara waktu dari
daerahnya. Ini khususnya benar tentang janda-janda dan anak-anak yatim, dan
sekarang perempuan Sunem ini adalah seorang janda. Dan kemungkinannya kecil bagi
orang-orang seperti itu untuk mendapatkan harta / milik mereka kembali, kecuali
mereka bisa mendapatkan penengahan dari orang yang lebih berpengaruh dari pada
mereka sendiri] - hal
176.
Pulpit Commentary: “This woman actually did
suffer by her prompt obedience. She escaped the famine, indeed, but she lost her
land. ... We may incur loss from a worldly point of view by obeying a command of
God. But which do we prefer - the loss of a few pounds, or the loss of our
heavenly Father’s smile? Even if we do lose by it - it is best to do the will
of God, to follow in the footsteps of Jesus”
(= Perempuan ini betul-betul menderita oleh ketaatannya yang langsung. Ia memang
lolos dari kelaparan, tetapi ia kehilangan tanahnya. ... Dari sudut pandang
dunia kita bisa mendapatkan kerugian oleh ketaatan pada perintah Allah. Tetapi
yang mana yang kita pilih - kehilangan beberapa pound, atau kehilangan senyum
Bapa surgawi kita? Bahkan jika kita betul-betul kehilangan / mengalami kerugian
oleh ketaatan itu - merupakan hal yang terbaik untuk melakukan kehendak Allah,
untuk mengikuti langkah-langkah Yesus)
- hal 176.
Penerapan:
Maukah saudara taat sekalipun ketaatan itu membawa penderitaan?
1)
Yoram ingin tahu tentang mujijat-mujijat yang telah dilakukan Elisa, dan untuk
itu ia memanggil Gehazi, dan lalu memintanya untuk menceritakan hal itu
kepadanya (ay 4).
Mengapa Yoram tidak bertanya kepada Elisa sendiri? Karena:
· hubungannya
dengan Elisa tidak terlalu baik; Elisa jelas tidak terlalu senang dengan raja
yang setengah bertobat ini.
· Elisa
sendiri mungkin tidak akan mau menceritakan kehebatannya dalam melakukan
mujijat.
2)
Perempuan Sunem datang untuk mengadukan perkaranya kepada raja, persis pada saat
Gehazi sedang menceritakan pembangkitan anak perempuan Sunem oleh Elisa.
Dari kata ‘segala perbuatan besar’ pada ay 4b, bisa
dipastikan bahwa Gehazi menceritakan banyak mujijat yang dilakukan oleh Elisa.
Dan salah satu mujijat yang ia ceritakan adalah pembangkitan anak perempuan
Sunem yang terjadi dalam 4:18-37. Dan pada saat ia sedang menceritakan cerita
itu, datanglah si perempuan Sunem mengadukan persoalannya, dan Gehazi langsung
berkata kepada Yoram: ‘Ya tuanku raja!
Inilah perempuan itu dan inilah anaknya yang dihidupkan Elisa’
(ay 5).
Secara manusia, semua ini kelihatannya kebetulan. Kebetulan Yoram
sedang ingin tahu tentang mujijat-mujijat Elisa, kebetulan ia memanggil Gehazi
dan Gehazinya bisa datang, dan kebetulan Gehazi sedang menceritakan cerita
pembangkitan anak perempuan Sunem, dan sebagainya. Tetapi betulkah semua itu
kebetulan? Bagi Allah yang berdaulat, yang menetapkan dan mengatur segala
sesuatu dalam arti kata yang semutlak-mutlaknya, tidak ada barang kebetulan.
Pulpit Commentary: “The coincidence can
scarcely have been accidental. Divine providence so ordered matters that, just
when the king’s interest in the woman was most warm, she should appear before
him to urge her claim. At another time, Jehoram would, it is probable, have been
but slightly moved by her complaint. Under the peculiar circumstances, he was
deeply moved, and at once granted the woman the redress for which she asked”
(= Kejadian yang terjadinya bersamaan ini tidak mungkin merupakan kebetulan.
Providensia ilahi mengatur hal-hal sedemikian rupa sehingga, persis pada saat
perhatian sang raja terhadap perempuan ini paling hangat, perempuan ini muncul
di hadapannya untuk menyatakan permohonannya. Andaikata itu terjadi pada saat
yang berbeda, mungkin sekali Yoram tidak akan tergerak oleh keluhan perempuan
itu. Tetapi dalam keadaan khusus seperti itu, ia sangat tergerak, dan segera
mengabulkan ganti rugi yang diminta perempuan itu) - hal 165.
Pulpit Commentary: “We may learn from the
entire narrative, (1) that our lives are divinely ordered; (2) that
nothing happens to us by mere chance; (3) that events which seems to us, at
the time when they happen, of the least possible importance, may be necessary
links in the chain which Divine providence is forging for the ordering of our
lives, and for the working out through them of the Divine purposes”
[= Dari seluruh cerita ini kita bisa belajar (1) bahwa hidup kita diatur
secara ilahi; (2) bahwa tidak ada yang terjadi kepada kita sekedar karena
kebetulan; (3) bahwa peristiwa-peristiwa yang pada saat terjadi
kelihatannya sangat tidak penting bisa merupakan mata rantai yang penting dalam
rantai yang ditempa / dibentuk oleh providensia Ilahi untuk mengatur kehidupan
kita, dan untuk melaksanakan rencana Ilahi melalui hal-hal itu]
- hal 172.
3)
‘Kebetulan’ yang merupakan pengaturan Allah ini menyebabkan Yoram
mengabulkan permintaan si perempuan Sunem dan ia memerintahkan supaya rumah dan
ladang si perempuan Sunem dikembalikan, bahkan beserta hasil tanah itu selama 7
tahun. Ini boleh dikatakan merupakan hukuman bagi si penyerobot tanah secara
tidak sah itu.
Pulpit Commentary: “English law lays down
the same rule in cases of unlawful possession for which there is no valid
excuse” (= Hukum Inggris memberikan
peraturan yang sama dalam kasus-kasus pemilikan untuk mana di sana tidak ada
alasan yang sah) - hal
165.
Pulpit Commentary: “The Shunammite had not
suffered, after all, by her obedience. ‘No one hath forsaken houses, or lands,
or father, or mother, or friends, ... but he shall receive an hundredfold more
in this life, and in the world to come life everlasting.’”
(= Akhirnya perempuan Sunem ini tidak menderita oleh ketaatannya. ‘Tak
seorangpun yang telah meninggalkan rumahnya, atau bapanya, atau ibunya, atau
teman-temannya, ... tetapi ia akan menerima 100 x lipat dalam hidup ini, dan
hidup kekal dalam dunia yang akan datang’)
- hal 177. Bandingkan dengan Mark 10:28-30.
Mungkin tadinya pada waktu perempuan Sunem ini mendapati rumah dan
ladangnya diambil orang, ia bertanya-tanya: ‘Apakah Allah, yang memelihara aku
selama 7 tahun di Filistin, tidak bisa menjaga rumah dan ladangku, padahal aku
menggunakan rumahku untuk tempat menginap Elisa?’ (2Raja 4:8-11). Tetapi
sekarang ia melihat bahwa Allah memang menjaga rumah dan ladangnya sedemikian
rupa sehingga pada waktu ia kembali ia bisa menerimanya kembali beserta
hasilnya!
Ketaatan memang
bisa menimbulkan problem. Tetapi Tuhan mengatur segala sesuatu untuk kebaikan
kita, dan karena itu marilah kita tetap setia dalam ketaatan kita kepadaNya.
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali