Nabi
Elisa
oleh:
Pdt. Budi Asali MDiv.
1)
Peristiwa ini dimulai dengan perginya Elisa ke suatu desa yang bernama Sunem (ay
8).
Pulpit Commentary: “Shunem was a village of
Galilee, situated in the territory assigned to Issachar (Josh. 19:18)”
[= Sunem adalah sebuah desa di Galilea, terletak di daerah yang diberikan kepada
Isakhar (Yos 19:18)] - hal 65.
2) Seorang perempuan Sunem melakukan tindakan kasih
kepada Elisa.
a)
Ay 8: ‘perempuan kaya’.
TL: ‘perempuan bangsawan’.
Lit: ‘a great woman’.
Ada yang menafsirkan ‘great’ ini sebagai kaya, ada juga
yang menafsirkannya sebagai ‘saleh’.
b)
Perempuan Sunem ini menyimpulkan bahwa Elisa benar-benar adalah nabi Tuhan.
Perempuan Sunem ini beberapa kali mengundang Elisa makan (ay 8),
dan setelah beberapa kali memperhatikan Elisa, perempuan ini menyimpulkan bahwa
Elisa adalah hamba Tuhan yang sejati, bukan serigala berbulu domba, yang saat
itu banyak terdapat. Ini sesuatu yang baik dalam diri perempuan ini, yang
tidak sembarangan menganggap semua nabi sebagai nabi.
Padahal peristiwa yang terjadi di Betel dimana Elisa mengutuk para
remaja yang mengejeknya sehingga menyebabkan mereka dicabik-cabik oleh beruang,
pasti sudah tersebar. Tetapi perempuan ini tetap percaya bahwa Elisa adalah nabi
Tuhan yang sejati. Bandingkan ini dengan banyak orang jaman sekarang yang
menganggap seseorang bukan hamba Tuhan karena mereka pernah melihatnya marah.
c)
Ia lalu membuatkan sebuah kamar atas bagi Elisa (ay 9-10).
· adalah
baik bahwa perempuan ini minta persetujuan suaminya, padahal dalam ay 14
dikatakan suaminya sudah tua.
· ia
membuatkan sebuah kamar atas, dan ia juga memberikan perlengkapan kamar, yaitu
sebuah tempat tidur, sebuah meja, sebuah kursi dan sebuah kandil. Meja, kursi
dan kandil merupakan perlengkapan untuk belajar.
Barnes’ Notes:
“The ‘chair’ and ‘table,’
unusual in the sleeping rooms of the East, indicate that the Prophet was
expected to use his apartment for study and retirement, not only as a
sleeping-chamber” (= ‘Kursi’ dan
‘meja’ bukan merupakan hal yang umum dalam ruang tidur di Timur, menunjukkan
bahwa sang nabi diharapkan untuk menggunakan kamarnya untuk belajar dan
menyendiri, bukan hanya sebagai kamar tidur)
- hal 234.
Pulpit Commentary: “It is evident that
Elisha was a man of studious habits. The furniture which the Shunammite placed
in his room shows this. The stool or chair and the table were intended to afford
his facilities for study. He who will teach others must store his own mind with
knowledge. Paul exhorted Timothy to give attention to reading. The minister and
the Sunday-school teacher need constant study to equip themselves for their
important work” [= Adalah jelas bahwa
Elisa adalah seseorang yang mempunyai kebiasaan belajar. Perabot yang
ditempatkan oleh perempuan Sunem dalam kamarnya menunjukkan hal ini. Kursi dan
meja dimaksudkan untuk memberikan fasilitasnya untuk belajar. Ia yang akan
mengajar orang lain harus menyimpan pengetahuan dalam pikirannya sendiri. Paulus
mendesak Timotius untuk memberi perhatian pada pembacaan
(Kitab Suci). Pendeta dan
guru Sekolah Minggu perlu terus belajar untuk memperlengkapi diri mereka sendiri
untuk pekerjaan mereka yang penting] - hal 75.
d)
Ia melakukan semua ini bukan hanya bagi Elisa, tetapi juga bagi bujangnya yaitu
Gehazi. Ini terlihat dari kata-kata ‘untuk kami’ dalam ay 13. Jadi, ia
bukan hanya mau menerima Elisa, yang adalah nabi (orang gede), tetapi juga
Gehazi, yang adalah bujang (orang rendahan).
e)
Mengapa ia melakukan semua ini?
· ia
memang mempunyai hospitality (= senang menerima tamu).
Bdk. Ibr 13:2 - “Janganlah
kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa
orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat”.
· ia
melakukannya demi Tuhan.
Pulpit Commentary: “It was because she
feared God that she was moved to show this kindness to his servant”
(= Karena ia takut kepada Allah maka ia digerakkan untuk menunjukkan kebaikan
ini pada pelayanNya) - hal 86.
Penerapan:
Seringkah saudara melakukan kebaikan kepada seseorang karena ia
adalah hamba Tuhan atau anak Tuhan, dan melakukan semua itu demi Tuhan?
f)
Bandingkan apa yang dilakukan oleh perempuan Sunem ini dengan kata-kata Tuhan
Yesus yang berbunyi: “Barangsiapa
menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut
Dia yang mengutus Aku. Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan
menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar,
ia akan menerima upah orang benar”
(Mat 10:40-41). Bdk. juga dengan Mat 25:34-46.
1)
Elisa mau menerima kebaikan perempuan itu dan ia menggunakan kamar yang
disediakan itu (ay 11).
Kalau ada orang mau berbaik hati kepada kita demi Tuhan, kita harus
mau menerima kebaikan itu.
2) Elisa ingin membalas kebaikan perempuan Sunem itu
(ay 12-17).
a)
Ia memanggil bujangnya, yaitu Gehazi (ay 12).
Pulpit Commentary: “He seems to have been
Elisha’s ‘servant’ in a lower sense than Elisha had been Elijah’s.
Still, his position was such that on one occasion (ch. 8:4,5) a king of Israel
did not disdain to hold a conversation with him”
[= Ia kelihatannya menjadi pelayan Elisa dalam arti yang lebih rendah dari pada
Elisa dulu menjadi pelayan Elia. Sekalipun demikian kedudukannya adalah
sedemikian rupa sehingga pada suatu peristiwa (8:4,5) seorang raja Israel tidak
memandang hina untuk berbicara dengannya] - hal 65.
Ini lagi-lagi menunjukkan betapa tingginya kedudukan seorang nabi
pada saat itu.
b)
Ia menyuruh bujangnya memanggil perempuan Sunem itu dan Pulpit Commentary (hal 65)
mengatakan bahwa Elisa berbicara dengan perempuan Sunem itu di dalam kamar
melalui bujangnya (perhatikan ay 13a), atau setidaknya di hadapan
bujangnya. Mengapa? Untuk menghindari kecurigaan bahwa Elisa dan perempuan Sunem
itu ‘ada main’ di dalam kamar. Ini sikap yang bijaksana.
Penerapan:
Bandingkan dengan hamba Tuhan yang ‘melakukan counseling’
dalam kamar hotel dengan seorang perempuan, sampai jadi berita tidak karuan.
Kalaupun hamba Tuhan ini tidak berzinah atau membunuh perempuan itu, tetap
tindakan ini adalah salah. Sekalipun saudara bukan hamba Tuhan, tetapi dalam
persoalan seperti ini saudara harus mempunyai kebijaksanaan yang sama.
c)
Elisa ingin perempuan Sunem ini meminta sesuatu (ay 13).
Elisa mengatakan ‘Adakah yang
dapat kubicarakan tentang engkau kepada raja atau kepala tentara?’,
karena ia memang mempunyai pengaruh di istana (bdk. 6:9-12,21-23 8:4-6).
Mungkin pengaruh ini dimulai sejak ia ‘membantu’ raja dengan nubuat dan
petunjuknya dalam 2Raja 3:16-19.
d)
Perempuan Sunem itu tidak ingin apa-apa (ay 13b)!
Perempuan Sunem ini menjawab: ‘Aku
ini tinggal di tengah-tengah kaumku’.
Artinya adalah: aku tinggal di sini dan aku damai dengan
orang-orang sekitarku, jadi istana / raja / kepala tentara tak ada urusannya
dengan aku. Dengan kata lain, ia tidak minta apa-apa. Ia melakukan kebaikan
kepada nabi Tuhan ini, semata-mata untuk menghormati nabi Tuhan ini, bukan untuk
mendapatkan apapun sebagai balasan.
Adam Clarke:
“How few are there like this woman on
the earth! Who would not wish to be recommended to the king’s notice, or get a
post for a relative in the army, &c.? Who would not like to change the
country for the town, and the rough manners of the inhabitants of the villages
for the polished conversation and amusements of the court? Who is so contented
with what he has as not to desire more? Who tremble at the prospect of riches;
or believes there are any snares in an elevated state, or in the company and
conversation of the great and honourable? How few are there that will not
sacrifice every thing - peace, domestic comfort, their friends, their
conscience, and their God - for money, honours, grandeur, and parade?”
(= Betapa sedikitnya orang seperti perempuan ini di bumi! Siapa yang tidak ingin
diberi rekomendasi pada perhatian raja, atau mendapatkan jabatan bagi seorang
kerabat dalam angkatan perang, dsb? Siapa yang tidak ingin menukarkan desa
dengan kota, dan tatakrama yang kasar dari orang desa dengan pembicaraan dan
hiburan yang halus dari istana? Siapa yang begitu puas dengan apa yang
dimilikinya sehingga tidak menginginkan lebih banyak? Siapa yang gemetar
terhadap prospek dari kekayaan; atau yang percaya bahwa ada jerat dalam keadaan
yang tinggi, atau dalam kumpulan dan pembicaraan dari orang berkedudukan dan
terhormat? Betapa sedikitnya orang yang tidak mau mengorbankan segala sesuatu -
damai, kesenangan rumah tangga, teman-teman mereka, hati nurani mereka, dan
Allah mereka - demi uang, kehormatan, kemuliaan / kebesaran, dan pameran?)
- hal 492.
e)
Rupanya perempuan Sunem itu lalu meninggalkan kamar itu dan Elisa lalu bertanya
kepada Gehazi apa kira-kira yang dibutuhkan perempuan Sunem itu, dan Gehazi
mengatakan bahwa perempuan Sunem itu tidak mempunyai anak dan suaminya sudah tua
(ay 14). Gehazi tahu bahwa ‘tidak mempunyai anak’ merupakan keadaan
memalukan dan menyebabkan seseorang menjadi bahan tertawaan / ejekan, dan karena
itu ia menduga bahwa perempuan Sunem ini pasti ingin mempunyai anak.
f)
Elisa menyetujui kata-kata Gehazi dan lalu menyuruh memanggil perempuan Sunem
lagi, dan menubuatkan bahwa tahun depan perempuan Sunem itu akan
mendapatkan anak laki-laki (ay 15-16).
Kata-kata perempuan Sunem itu dalam ay 16b menunjukkan
ketidak-percayaan perempuan Sunem itu.
Nubuat Elisa menjadi kenyataan, dan perempuan Sunem itu mengandung
dan melahirkan seorang anak laki-laki (ay 17).
1)
Setelah anak itu besar, mungkin berusia 4-5 tahun, terjadilah bencana, dimana
anak itu mati (ay 18-20). Mungkin yang ia alami adalah sunstroke.
Ay 20: ‘sesudah itu matilah
dia’. Bdk. ay 31: ‘tidak
ada tanda hidup’, dan ay 32: ‘anak itu
sudah mati’.
Pulpit Commentary: “There is no ambiguity
here, no room for doubt; the child not only became insensible, but died. The
historian could not possibly have expressed himself more plainly”
(= Tidak ada arti ganda di sini, tidak ada tempat untuk keraguan; anak itu bukan
hanya pingsan tetapi mati. Sang ahli sejarah tidak bisa menyatakannya dengan
lebih jelas) - hal 66.
2)
Perempuan Sunem itu lalu membaringkan anaknya yang mati itu di tempat tidur
Elisa (ay 21).
Mengapa, dan untuk apa? Mungkin ia mendengar bahwa pada waktu Elia
ingin membangkitkan anak janda di Sarfat, ia meletakkan anak itu di tempat
tidurnya (1Raja 17:19). Karena itu ia membaringkan anak itu di tempat tidur
Elisa. Tentu saja ini bukanlah sesuatu untuk ditiru.
3) Ia merahasiakan hal itu terhadap siapapun.
Ay 21b: ‘ditutupnyalah
pintu’. Bagian ini
terus sampai ay 26 menunjukkan bahwa ia hendak merahasiakan kematian
anaknya dari siapapun, bahkan dari suaminya (yang mungkin mengira bahwa problem
anaknya itu tidak terlalu berarti), dan juga dari Gehazi, dan hanya mau
memberitahukannya kepada Elisa.
Sekalipun mensharingkan problem / kesukaran itu sebetulnya
penting, tetapi kadang-kadang kita juga mengalami problem / persoalan, yang
tidak ingin kita bicarakan dengan orang lain. Kita hanya ingin membicarakannya
dengan Tuhan. Mungkin inilah keadaan dari perempuan Sunem ini.
4) Ia pergi kepada Elisa (ay 22-26).
a)
Suaminya heran dan berkata: ‘Mengapakah
pada hari ini engkau hendak pergi kepadanya? Padahal sekarang bukan bulan baru
dan bukan hari Sabat’
(ay 23).
Matthew Poole:
“New moon and sabbath were the chief
and usual times in which they resorted to the prophets for instruction”
(= Bulan baru dan hari Sabat merupakan saat-saat utama dan biasa dimana mereka
pergi kepada nabi-nabi untuk mendapatkan pengajaran)
- hal 723.
Kata-kata ini menunjukkan bahwa mencari pengajaran nabi pada bulan
baru / Sabat merupakan kebiasaan perempuan Sunem itu.
b)
Ia menjawab: ‘Jangan kuatir’ (ay 23). Ini salah terjemahan.
KJV: ‘It shall be well’ (= Semua akan baik-baik saja).
Dalam bahasa Ibrani digunakan kata Shalom.
c)
Jaraknya dari Sunem ke Karmel adalah sekitar 16-17 mil (Barnes’ Notes hal
235). Jadi pada waktu Elisa sampai kepada anak itu, anak itu sudah mati cukup
lama.
d)
Ay 25-26: kembali digunakan kata Shalom,
tujuannya untuk ‘menyingkirkan’ Gehazi. Apakah ini harus dianggap sebagai
dusta? Belum tentu, karena bisa saja kata-kata ini menunjukkan imannya, dimana
ia yakin bahwa anaknya akan dibangkitkan. Disamping itu, kata ‘selamat’ ini
bisa diartikan secara ganda, yaitu selamat secara jasmani atau selamat secara
rohani (masuk surga).
5)
Pada waktu bertemu Elisa, perempuan Sunem itu memegang kaki Elisa (ay 27a).
Pulpit Commentary: “It has always been
usual in the East to embrace the feet or the knees, in order to add force to
supplication” (= Adalah sesuatu yang
biasa di Timur untuk memeluk kaki atau lutut, untuk menambah kekuatan
permohonan) - hal 67.
Bdk. Mat 18:29 Mark 5:22 Mark 7:25 Luk 8:41
Yoh 11:32.
Gehazi menganggap tindakan ini kurang ajar, dan mau mengusirnya,
tetapi Elisa melarangnya dengan berkata: ‘Biarkanlah
dia, hatinya pedih!’
(ay 27b).
Pulpit Commentary: “He saw that she was in
deep distress, and, if there was anything unseemly in her action according to
the etiquette of the time, excused it to her profound grief and distraction. The
ordinary mind is a slave to conventionalities; the superior mind knows when to
be above them” (= Ia melihat bahwa
perempuan itu ada dalam kesedihan yang dalam, dan jika ada apapun yang tidak
pantas dalam tindakannya berdasarkan sopan santun pada saat itu, itu dimaafkan
karena kesedihan dan kebingungannya yang mendalam. Pikiran yang biasa adalah
budak dari adat / kebiasaan; pikiran yang lebih tinggi tahu kapan harus ada di
atas adat / kebiasaan) -
hal 67.
Elisa menambahkan dengan berkata: ‘Tuhan
menyembunyikan hal ini dari padaku, tidak memberitahukannya kepadaku’ (ay 27c).
Ini menunjukkan bahwa sekalipun nabi / rasul seringkali diberi tahu
oleh Tuhan tentang hal-hal yang tersembunyi, tetapi tidak selalu demikian.
6)
Ay 28: maksud perempuan itu: adalah lebih baik tidak pernah diberi anak dari
pada diberi anak lalu mati.
7)
Elisa menyuruh Gehazi pergi dan meletakkan tongkatnya di atas anak itu, tetapi
ini tidak membangkitkan anak itu (ay 29-31).
a)
‘janganlah beri salam kepadanya’
(ay 29 bdk. Luk 10:4).
Maksud perintah Elisa kepada Gehazi ini adalah ia harus
cepat-cepat, tidak membuang waktu.
Keil & Delitzsch: “the people of the East
lose a great deal of time in prolonged salutations”
(= orang-orang Timur kehilangan banyak waktu dalam salam yang berkepanjangan)
- hal 312.
b)
Tongkat Elisa tidak bisa membangkitkan anak itu.
Ada yang berpendapat bahwa bukan maksud Elisa untuk membangkitkan
anak itu dengan tongkatnya. Tetapi lalu apa maksud Elisa menyuruh Gehazi
melakukan hal itu? Ada juga orang yang beranggapan bahwa Elisa salah dalam
mendelegasikan pembangkitan anak ini kepada Gehazi / tongkatnya.
Pulpit Commentary (hal 68) mengatakan bahwa sekalipun pada beberapa
peristiwa Tuhan melakukan mujijat melalui benda-benda kepunyaan Yesus /
nabi / rasul, seperti:
· pembangkitan
mayat oleh tulang Elisa (2Raja 13:21).
· penyembuhan
perempuan yang sakit pendarahan oleh jubah Yesus (Mark 5:25-34).
· penyembuhan
orang sakit / pengusiran setan oleh sapu tangan Paulus (Kis 19:12).
tetapi ini jarang terjadi, dan merupakan perkecualian dalam cara
Allah melakukan mujijat.
8)
Elisa membangkitkan anak itu (ay 33-36).
a)
‘ditutupnyalah pintu’ (ay 33a).
Ini
dilakukan supaya bisa lebih berkonsentrasi dalam doa.
b)
Ia berdoa untuk anak itu (ay 33b).
Pulpit Commentary: “So it must be in all
efforts for the revival of dead souls. Parents must have recourse to prayer if
they would see their children converted”
(= Demikianlah harus dilakukan dengan segala usaha untuk menghidupkan kembali
jiwa-jiwa yang mati. Para orang tua harus berdoa jika mereka ingin melihat
anak-anak mereka bertobat)
- hal 77.
Ini ‘perohanian arti’ yang tidak pada tempatnya, karena anak
ini mati secara jasmani, bukan secara rohani.
c)
Elisa melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Elia (ay 34 bdk. 1Raja
17:21). Karena itu saya tidak mengulang apa yang sudah saya ajarkan pada waktu
membahas tentang pembangkitan anak janda di Sarfat oleh Elia.
· Adam
Clarke mengatakan bahwa Elisa berjalan kesana kemari dalam ruangan itu (ay 35)
untuk memanaskan tubuhnya, yang lalu ia pakai untuk memanaskan tubuh anak itu.
· Keil
& Delitzsch mengatakan bahwa waktu Elia melakukan hal ini anak itu langsung
bangkit. Tetapi waktu Elisa melakukannya (ay 34), anak itu tidak langsung
bangkit, dan Elisa harus mengulang tindakannya (ay 35), dan barulah anak
itu bangkit. Ini ia gunakan sebagai bukti untuk mengatakan bahwa mujijat Elia
lebih hebat dari mujijat Elisa, dan bahwa Elisa tidak mempunyai kuasa 2 x lipat
Elia.
Keil & Delitzsch: “This raising of the
dead boy to life does indeed resemble the raising of the dead by Elijah (1Kings
17:20 sqq.); but it differs so obviously in the manner in which it was effected,
that we may see at once from this that Elisha did not possess the double measure
of the spirit of Elijah. It is true that Elijah stretched himself three times
upon the dead child, but at his prayer the dead returned immediately to life,
whereas in the case of Elisha the restoration to life was a gradual thing. And
they both differ essentially from the raising of the dead by Christ, who
recalled the dead to life by one word of His omnipotence (Mark 5:39-42; Luke
7:13-15; John 11:43,44), a sign that He was the only-begotten Son of God, to
whom the Father gave to have life in Himself, even as the Father has life in
himself (John 5:25 sqq.)” [= Pembangkitan
anak yang mati ini memang mirip dengan pembangkitan orang mati oleh Elia (1Raja 17:20-dst);
tetapi berbeda begitu jelas dalam cara dimana pembangkitan itu dilakukan,
sehingga kita bisa langsung melihat bahwa Elisa tidak mempunyai 2 bagian roh
Elia. Adalah benar bahwa Elia merentangkan dirinya sendiri 3 x di atas anak yang
mati itu, tetapi atas doanya anak yang mati itu langsung hidup kembali,
sedangkan dalam kasus Elisa pemulihan pada kehidupan itu terjadi secara
bertahap. Dan kedua hal ini berbeda secara hakiki dengan pembangkitan orang mati
oleh Kristus yang mengembalikan orang mati kepada kehidupan dengan satu kata
dari kemahakuasaanNya (Mark 5:39-42; Luk 7:13-15; Yoh 11:43-44), suatu tanda
bahwa Ia adalah Anak Tunggal Allah, kepada siapa Bapa memberiNya untuk mempunyai
hidup dalam diriNya sendiri, sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diriNya
sendiri (Yoh 5:25-dst)] -
hal 313-314.
Saya sendiri ragu-ragu apakah penafsiran ini bisa dibenarkan.
9) Perempuan Sunem sujud menyembah kepada Elisa (ay
37).
Ini diijinkan dalam Perjanjian Lama, tetapi dilarang dalam
Perjanjian Baru sejak Yesus mengucapkan Mat 4:10.
Untuk apa Tuhan
melakukan semua ini?
Pulpit
Commentary: “Perhaps
she was beginning to make an idol of this child, and God took this way of
reminding her that the child was his, that on earth there is none abiding, and
that he himself should have the supreme homage of the human heart. Ah yes, she
knew something of God’s love before, but she never would have known half so
much of it but for this trial” (= Mungkin
ia mulai memberhalakan anak ini, dan Allah menggunakan cara ini untuk
mengingatkannya bahwa anak itu adalah milikNya, bahwa di bumi tidak ada yang
menetap / kekal, dan bahwa Ia sendiri harus mendapatkan penghormatan tertinggi
dari hati manusia. Ah ya, tadinya ia sudah mengenal kasih Allah, tetapi ia tidak
pernah akan mengenal setengahnya jika bukan karena pencobaan / ujian ini)
- hal 76.
Karena itu,
hati-hatilah dengan anak / cucu. Jangan menjadikannya ‘allah lain’ dalam
hidup saudara.
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali