(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
Minggu, tgl 27 Juli 2014, pk 17.00
Pdt. Budi Asali. M. Div.
(HP: 7064-1331 / 6050-1331 / 0819-455-888-55)
Mat 6:7-15 - “(7) Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. (8) Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepadaNya. (9) Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah namaMu, (10) datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga. (11) Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya (12) dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; (13) dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.] (14) Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. (15) Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.’”.
I) Pendahuluan dari Doa Bapa Kami.
1) Larangan berdoa dengan bertele-tele.
Ay 7-8a: “(7) Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. (8a) Jadi janganlah kamu seperti mereka,”.
Ay 7: ‘janganlah kamu bertele-tele’.
Kata bahasa Yunani yang diterjemahkan ‘bertele-tele’ adalah kata yang unik yang tidak dijumpai di tempat lain. Karena itu, kata itu tidak diketahui dengan tepat terjemahannya.
KJV: ‘use not vain repetitions’ (= janganlah menggunakan pengulangan yang sia-sia).
RSV: ‘do not heap up empty phrases’ (= janganlah menumpuk ungkapan-ungkapan yang kosong).
NIV: ‘do not keep up babbling’ (= janganlah terus menerus mengoceh).
NASB: ‘do not use meaningless repetition’ (= janganlah menggunakan pengulangan yang tidak berarti).
Banyak penafsiran tentang hal ini:
a) Ini menunjuk pada doa yang dipanjang-panjangkan.
Perhatikan kata-kata ‘banyaknya kata-kata’ dalam ay 7. Calvin menganggap kata-kata ini berarti ‘pembicaraan yang tidak berarti’.
Bdk. Mark 12:38-40a - “(38) Dalam pengajaranNya Yesus berkata: ‘Hati-hatilah terhadap ahli-ahli Taurat yang suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima penghormatan di pasar, (39) yang suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan di tempat terhormat dalam perjamuan, (40a) yang menelan rumah janda-janda, sedang mereka mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang.”.
Calvin: “Christ reproves the folly of those who, with the view of persuading and entreating God, pour out a superfluity of words. ... the grace of God is not obtained by an unmeaning flow of words;” (= Kristus menegur ketololan dari mereka yang dengan pemikiran untuk menggerakkan Allah dengan argumentasi dan meminta dengan sungguh-sungguh kepada Allah, mencurahkan kata-kata yang berlebih-lebihan dan tidak perlu. ... kasih karunia Allah tidak didapatkan oleh aliran kata-kata yang tak berarti;).
Tetapi ini tak berarti bahwa orang Kristen tak boleh berdoa panjang.
Matthew Henry: “Not that all long prayers are forbidden; Christ prayed all night, Luke 6:12.” (= Bukan bahwa semua doa-doa yang panjang dilarang; Kristus berdoa sepanjang malam, Luk 6:12.).
Luk 6:12 - “Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah.”.
b) Ini menunjuk pada doa yang isinya kalimat-kalimat yang sama diulang-ulang, padahal kalimatnya tidak berarti.
Tetapi ini berbeda dengan doa berulang-ulang yang merupakan perwujudan dari kesungguhan dan ketekunan. Yang ini jelas diperbolehkan / dianjurkan.
Bandingkan dengan:
1. Luk 18:1-8 - “(1) Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. (2) KataNya: ‘Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun. (3) Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku. (4) Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun, (5) namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku.’ (6) Kata Tuhan: ‘Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu! (7) Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihanNya yang siang malam berseru kepadaNya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? (8) Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?’”.
2. Mat 26:39-44 - “(39) Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.’ (40) Setelah itu Ia kembali kepada murid-muridNya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: ‘Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? (41) Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.’ (42) Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendakMu!’ (43) Dan ketika Ia kembali pula, Ia mendapati mereka sedang tidur, sebab mata mereka sudah berat. (44) Ia membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa untuk ketiga kalinya dan mengucapkan doa yang itu juga.”.
Matthew Henry: “It is not all repetition in prayer that is here condemned, but vain repetitions.” (= Bukan semua pengulangan dalam doa yang dikecam di sini, tetapi pengulangan yang sia-sia.).
c) Ini menunjuk pada doa yang hanya dengan bibir / lidah, tetapi tidak dengan hati.
d) Ini menunjuk pada doa dengan tujuan memberi informasi kepada Tuhan.
Bdk. ay 8: “Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepadaNya.”.
Contoh:
1. 1Raja 18:25-29 - “(25) Kemudian Elia berkata kepada nabi-nabi Baal itu: ‘Pilihlah seekor lembu dan olahlah itu dahulu, karena kamu ini banyak. Sesudah itu panggillah nama allahmu, tetapi kamu tidak boleh menaruh api.’ (26) Mereka mengambil lembu yang diberikan kepada mereka, mengolahnya dan memanggil nama Baal dari pagi sampai tengah hari, katanya: ‘Ya Baal, jawablah kami!’ Tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab. Sementara itu mereka berjingkat-jingkat di sekeliling mezbah yang dibuat mereka itu. (27) Pada waktu tengah hari Elia mulai mengejek mereka, katanya: ‘Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ia merenung, mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan belum terjaga.’ (28) Maka mereka memanggil lebih keras serta menoreh-noreh dirinya dengan pedang dan tombak, seperti kebiasaan mereka, sehingga darah bercucuran dari tubuh mereka. (29) Sesudah lewat tengah hari, mereka kerasukan [KJV: ‘they prophesied’ (= mereka bernubuat)] sampai waktu mempersembahkan korban petang, tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab, tidak ada tanda perhatian.”.
2. Kis 19:34 - “Tetapi ketika mereka tahu, bahwa ia adalah orang Yahudi, berteriaklah mereka bersama-sama kira-kira dua jam lamanya: ‘Besarlah Artemis dewi orang Efesus!’”.
3. Doa rosario dalam Katolik.
Jamieson, Fausset & Brown: “In the Church of Rome, not only is it carried to a shameless extent, but, as Tholuck justly observes, the very Prayer which our Lord gave as an antidote to vain repetitious is the most abused to this superstitious end; the number of times it is repeated counting for so much more merit.” (= Dalam Gereja Roma, bukan hanya itu dibaca sampai pada tingkat yang tak tahu malu, tetapi, seperti secara benar diperhatikan / dikatakan oleh Tholuck, Doa yang justru diberikan oleh Tuhan kita sebagai suatu obat / pencegahan bagi pengulangan yang sia-sia adalah yang paling banyak disalah-gunakan bagi tujuan yang bersifat takhyul ini; berapa kali doa itu diulang dianggap memberikan lebih banyak pencapaian.).
4. Doa Bapa Kami dalam kebaktian, sekalipun tidak selalu, tetapi sering menjadi doa seperti itu.
2) Alasan dari larangan di atas adalah: Tuhan tahu kebutuhan kita sebelum kita berdoa.
Untuk mengatasi kesalahan dalam ay 7 itu, lalu Yesus mengatakan ay 8.
Ay 8: “Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepadaNya.”.
Bdk. Maz 38:10 - “Tuhan, Engkau mengetahui segala keinginanku, dan keluhkupun tidak tersembunyi bagiMu;”.
Bdk. Yes 65:24 - “Maka sebelum mereka memanggil, Aku sudah menjawabnya; ketika mereka sedang berbicara, Aku sudah mendengarkannya.”.
Tetapi hal ini menimbulkan problem: Kalau Allah tahu apa yang kita perlukan sebelum kita meminta hal itu kepadaNya, lalu apa gunanya kita berdoa? Calvin mengatakan bahwa orang kristen berdoa bukan untuk memberi informasi kepada Tuhan tentang hal-hal yang tidak diketahuiNya, atau untuk mendorongNya untuk melakukan kewajibanNya, atau untuk mendesak Dia untuk melakukan sesuatu yang segan dilakukanNya. Orang kristen berdoa supaya:
a) Mereka menggerakkan diri mereka sendiri untuk mencari Dia.
b) Mereka bisa mempraktekkan iman pada janji-janjiNya.
c) Mereka bisa menenangkan kekuatiran mereka dengan mencurahkannya kepada Tuhan.
d) Mereka bisa menyatakan bahwa hanya dari Dia saja mereka mengharapkan hal-hal yang baik, baik bagi diri mereka sendiri maupun bagi orang lain.
Calvin: “We must, ... maintain both of these truths, that He freely anticipates our wishes, and yet that we obtain by prayer what we ask” (= Kita harus, mempertahankan kedua kebenaran ini, bahwa Ia dengan bebas mengantisipasi / mendahului keinginan-keinginan kita, tetapi sekalipun demikian kita mendapatkan melalui doa apa yang kita minta) - hal 314.
3) Doa Bapa Kami versi Matius dan versi Lukas.
Ay 9-13: “(9) Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah namaMu, (10) datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga. (11) Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya (12) dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; (13) dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.]”.
Luk 11:2-4 - “(2) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah namaMu; datanglah KerajaanMu. (3) Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya (4) dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.’”.
a) Calvin mengatakan bahwa tidak ada kepastian apakah Yesus mengajar Doa Bapa Kami ini hanya satu kali atau dua kali. Ada orang yang menganggap dua kali, karena dalam Injil Matius Yesus mengajarkan tanpa diminta sedangkan dalam Injil Lukas Yesus mengajarkan setelah diminta. Tetapi Calvin mengatakan bahwa mungkin saja Matius tidak menceritakan tentang permintaan itu.
b) Dalam Injil Lukas, Tuhan Yesus mengajarkan doa ini atas permintaan murid-murid.
Bdk. Luk 11:1 - “Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-muridNya kepadaNya: ‘Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya.’”.
Kita memang perlu meminta agar Tuhan mengajar kita berdoa. Bandingkan dengan Ro 8:26-27 - “(26) Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. (27) Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.”.
Karena itu, merupakan sesuatu yang penting untuk memulai doa kita dengan permintaan: ‘Tuhan, tolong pimpin aku supaya bisa berdoa sesuai dengan kehendakMu.’.
4) Tujuan pemberian Doa Bapa Kami bukan untuk didoakan kata demi kata.
Calvin: “Christ does not enjoin his people to pray in a prepared form of words” (= Kristus tidak memerintahkan umatNya untuk berdoa dengan suatu bentuk / susunan kata-kata yang sudah disiapkan) - hal 316.
Pada catatan kakinya diberikan terjemahan yang lain, dimana dikatakan: “Christ does not command his people to adhere to certain words” (= Kristus tidak memerintahkan umatNya untuk berpegang pada kata-kata tertentu) - hal 316 (footnote).
Calvin melanjutkan: “It was not the intention of the Son of God ... to prescribe the words which we must use, so as not to leave us at liberty to depart from the form which he has dictated” (= Bukanlah merupakan maksud dari Anak Allah ... untuk menentukan kata-kata yang harus kita gunakan, sehingga tidak memberikan kita kebebasan untuk menyimpang dari bentuk yang telah Ia diktekan / perintahkan) - hal 316.
Jadi, menurut Calvin (dan saya setuju dengan dia), tujuan Yesus dalam memberikan Doa Bapa Kami bukanlah untuk didoakan kata demi kata seperti yang dilakukan oleh banyak gereja-gereja Protestan dan Katolik.
Bukti / alasan dari pandangan ini:
a) Ay 9: ‘berdoalah demikian’.
RSV: ‘Pray then like this’ (= Maka berdoalah seperti ini).
NASB: ‘pray, then, in this way’ (= Maka, berdoalah dengan cara ini).
KJV: ‘After this manner therefore pray ye’ (= Karena itu, berdoalah menurut cara ini).
NIV: ‘This, then, is how you should pray’ (= Maka, inilah / beginilah bagaimana kamu harus berdoa).
Tidak dikatakan ‘pray in these words’ (= berdoalah dengan kata-kata ini).
Jadi, kita tidak harus berdoa persis seperti itu kata demi kata.
The Bible Exposition Commentary: “Jesus did not give this prayer to us to be memorized and recited a given number of times. In fact, He gave this prayer to keep us from using vain repetitions. Jesus did not say, ‘Pray in these words.’ He said, ‘Pray after this manner’; that is, ‘Use this prayer as a pattern, not as a substitute.’” (= Yesus tidak memberikan doa ini bagi kita untuk dihafalkan dan diucapkan luar kepala sekian kali. Dalam faktanya, Ia memberikan doa ini untuk mencegah kita dari penggunaan pengulangan yang sia-sia. Yesus tidak berkata, ‘Berdoalah dalam / dengan kata-kata ini’. Ia berkata, ‘Berdoalah menurut cara ini’; artinya, ‘Gunakanlah doa ini sebagai suatu pola, bukan sebagai suatu pengganti’.).
b) Doa Bapa Kami versi Matius berbeda dengan versi Lukas. Mengapa? Ada 2 kemungkinan:
1. Luk 11:2-4 adalah singkatan dari Mat 6:9-13.
2. Tuhan Yesus mengajar lebih dari satu kali, dan bentuknya berbeda.
Yang manapun yang benar dari 2 kemungkinan ini, tidak terlalu jadi soal. Tetapi ini jelas menunjukkan bahwa kita tidak harus berdoa persis seperti itu, karena kalau kita memang harus berdoa seperti itu kata demi kata, maka tidak mungkin bisa ada 2 versi! Semua gereja yang menggunakan Doa Bapa Kami dalam kebaktian dan menganggapnya sebagai suatu keharusan perlu merenungkan: mengapa mereka tidak menggunakan Doa Bapa Kami versi Lukas?
5) Doa Bapa Kami diberikan sebagai contoh / model doa, tentang apa yang seharusnya kita minta dalam doa.
Calvin: “Christ ... only points out what ought to be the object of all our wishes and prayers” (= Kristus ... hanya menunjukkan apa yang seharusnya merupakan obyek dari semua keinginan dan doa kita) - hal 316.
Calvin: “His intention rather was, to guide and restrain our wishes, that they might not go beyond those limits” (= MaksudNya adalah, untuk memimpin dan mengekang keinginan-keinginan kita, supaya tidak melampaui batas) - hal 316.
6) Doa Bapa Kami bukan mantera.
Gereja Katolik menggunakan Doa Bapa Kami, doa Salam Maria dan sebagainya sebagai semacam mantera (harus berdoa tiga kali dan sebagainya). Ini tidak pernah diajarkan dalam Kitab Suci.
-bersambung-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali