(Rungkut
Megah Raya, blok D no 16)
Minggu,
tgl 29 Desember 2019, pk 08.00 & 17.00
Pdt.
Budi Asali, M. Div.
Bil 22:41-23:12
- “(22:41)
Keesokan harinya Balak mengambil Bileam dan membawa dia mendaki bukit Baal.
Dari situ dilihatnyalah bagian yang paling ujung dari bangsa Israel. (23:1)
Lalu berkatalah Bileam kepada Balak: ‘Dirikanlah bagiku di sini tujuh mezbah
dan siapkanlah bagiku di sini tujuh ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba
jantan.’ (23:2) Balak melakukan seperti yang dikatakan Bileam, maka Balak
dan Bileam mempersembahkan seekor lembu jantan dan seekor domba jantan di atas
setiap mezbah itu. (23:3) Sesudah itu berkatalah Bileam kepada Balak:
‘Berdirilah di samping korban bakaranmu, tetapi aku ini hendak pergi;
mungkin TUHAN akan datang menemui aku, dan perkataan apapun yang dinyatakanNya
kepadaku, akan kuberitahukan kepadamu.’ Lalu pergilah ia ke atas sebuah
bukit yang gundul. (23:4) Maka Allah menemui Bileam, lalu Bileam berkata
kepadaNya: ‘Ketujuh mezbah itu telah kuatur, dan kupersembahkan seekor lembu
jantan dan seekor domba jantan di atas setiap mezbah.’ (23:5) Kemudian TUHAN
menaruh perkataan ke dalam mulut Bileam dan berfirman: ‘Kembalilah kepada
Balak dan katakanlah demikian.’ (23:6) Ketika ia kembali, maka Balak masih
berdiri di situ di samping korban bakarannya, bersama dengan semua pemuka
Moab. (23:7) Lalu Bileam mengucapkan sanjaknya, katanya: ‘Dari Aram aku
disuruh datang oleh Balak, raja Moab, dari gunung-gunung sebelah timur:
Datanglah, katanya, kutuklah bagiku Yakub, dan datanglah, kutuklah Israel.
(23:8) Bagaimanakah aku menyerapah yang tidak diserapah Allah? Bagaimanakah
aku mengutuk yang tidak dikutuk TUHAN? (23:9) Sebab dari puncak gunung-gunung
batu aku melihat mereka, dari bukit-bukit aku memandang mereka. Lihat, suatu
bangsa yang diam tersendiri dan tidak mau dihitung di antara bangsa-bangsa
kafir. (23:10) Siapakah yang menghitung debu Yakub dan siapakah yang membilang
bondongan-bondongan Israel? Sekiranya aku mati seperti matinya orang-orang
jujur dan sekiranya ajalku seperti ajal mereka!’ (23:11) Lalu berkatalah
Balak kepada Bileam: ‘Apakah yang kaulakukan kepadaku ini? Untuk menyerapah
musuhkulah aku menjemput engkau, tetapi sebaliknya engkau memberkati
mereka.’ (23:12) Tetapi ia menjawab: ‘Bukankah aku harus berawas-awas,
supaya mengatakan apa yang ditaruh TUHAN ke dalam mulutku?’”.
1)
Persiapan untuk pengutukan yang pertama.
a) Balak
membawa Bileam ke bukit-bukit Baal.
Bil
22:41 - “Keesokan
harinya Balak mengambil Bileam dan membawa dia mendaki bukit Baal. Dari situ
dilihatnyalah bagian yang paling ujung dari bangsa Israel.”.
KJV:
‘that thence he might see the utmost part of the people’ [=
supaya dari sana ia bisa melihat bagian yang paling jauh dari bangsa itu].
RSV:
‘and from there he saw the nearest of the people’ [= dan dari
sana ia melihat yang terdekat dari bangsa itu].
NIV:
‘and from there he saw part of the people’
[= dan dari sana ia melihat bagian dari bangsa itu].
NASB:
‘and he saw from there a portion of the people’
[= dan ia melihat dari sana sebagian dari bangsa itu].
Keil
& Delitzsch:
“But
Balak conducted the soothsayer to Bamoth-Baal, not because it was consecrated to
Baal, but because it was the first height on the way to the steppes of Moab,
from which they could see the camp of Israel, or at all events, ‘the end of
the people,’ i.e., the outermost portion of the camp. For ‘Balak started
with the supposition, that Balaam must necessarily have the Israelites in view
if his curse was to take effect’ (Hengstenberg).”
[= Tetapi Balak memimpin petenung itu ke Bamoth-Baal / bukit-bukit Baal, bukan
karena tempat itu dipersembahkan kepada Baal, tetapi karena itu merupakan bukit
pertama pada jalan ke dataran-dataran Moab, dari mana mereka bisa melihat
perkemahan Israel, atau ‘akhir / ujung dari bangsa itu’, yaitu bagian yang
paling jauh dari perkemahan itu. Karena ‘Balak
memulai dengan anggapan bahwa Bileam harus melihat Israel supaya kutukannya bisa
berhasil’ (Hengstenberg).].
Catatan:
kata BAMOTH artinya adalah ‘high
places’ [= tempat-tempat tinggi / bukit-bukit].
Adam
Clarke: “As
he thought Balaam must have them all in his eye when he pronounced his curse,
lest it might not extend to those who were not in sight. On this account he took
him up into the high places of Baal.”
[= Karena ia berpikir Bileam harus melihat mereka semua pada waktu mengucapkan
kutuknya, supaya jangan kutuk itu tidak mencapai mereka yang tidak terlihat
olehnya. Karena itu ia membawanya ke tempat tinggi dari Baal / bukit-bukit
Baal.].
Matthew
Henry: “Balak
takes Balaam in his chariot to the high places of his kingdom, not only because
their holiness (such as it was), he
thought, might give some advantage to his divinations, but their height might
give him a convenient prospect of the camp of Israel, which was to be the butt
or mark at which he must shoot his envenomed arrows.”
[= Balak membawa Bileam dalam keretanya ke bukit-bukit dari kerajaannya, bukan
hanya karena kekudusannya (sebagaimana keadaannya),
ia pikir / kira, bisa memberikan suatu manfaat pada tenungannya, tetapi juga
karena ketinggian mereka bisa memberinya suatu prospek yang baik sekali tentang
perkemahan Israel, yang merupakan obyek atau sasaran pada mana ia harus
menembakkan anak-anak panahnya yang berbisa.].
Catatan:
kata-kata ‘such as it was / is’ digunakan
untuk menunjukkan bahwa hal yang dibicarakan tidak terlalu bagus.
Jamieson,
Fausset & Brown: “‘That thence he
might see the utmost part of the people (QETSEH)’.
Hengstenberg interprets this, an end, a portion of them. But Gesenius, followed
by Kurtz, renders it, the uttermost - i.e., the whole people, even to the
extremities.” [= ‘Supaya dari sana ia bisa melihat bagian yang paling
jauh dari bangsa itu’. Hengstenberg menafsirkan ini, suatu ujung, sebagian
dari mereka. Tetapi Genesius, diikuti oleh Kurtz, menterjemahkan ini, yang
paling jauh - yaitu, seluruh bangsa, bahkan sampai ujung-ujung yang paling
jauh.].
Pulpit
Commentary: “it
was held necessary that the subject of the curse should be in view. Balak
desired to attain this object with as little risk as possible, and therefore he
took Balaam first of all to these heights, whence a distant and partial view of
Israel might be had.”
[= dianggap perlu bahwa subyek dari kutuk itu harus bisa dilihat. Balak
menginginkan untuk mencapai tujuan ini dengan resiko sekecil mungkin, dan karena
itu ia pertama-tama membawa Bileam ke bukit-bukit ini, dimana suatu pandangan
yang jauh dan sebagian dari Israel bisa didapatkan.].
Kalau
bagi Balak / Bileam, tempat dari mana ia bisa melihat bangsa Israel itu sangat
menentukan berhasil atau tidaknya pengutukan yang dilakukan, maka di bawah ini
kita melihat cerita yang sangat kontras dengan hal itu.
Mat 8:5-13
- “(5)
Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan
memohon kepadaNya: (6) ‘Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh
dan ia sangat menderita.’ (7) Yesus berkata kepadanya: ‘Aku akan datang
menyembuhkannya.’ (8) Tetapi jawab perwira itu kepadaNya: ‘Tuan,
aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka
hambaku itu akan sembuh. (9) Sebab aku
sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata
kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang
lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia
mengerjakannya.’ (10) Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan
berkata kepada mereka yang mengikutiNya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel.
(11) Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan
duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan
Sorga, (12) sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan
yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.’ (13) Lalu
Yesus berkata kepada perwira itu: ‘Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang
engkau percaya.’ Maka pada saat itu juga sembuhlah hambanya.”.
Yesus
mau datang ke rumah perwira itu, tetapi perwira itu tidak menganggap perlu Yesus
datang ke rumahnya dan bertemu dengan hambanya yang sakit / hampir mati itu. Ia
yakin / beriman bahwa tanpa bertemu / melihat hambanya, Yesus bisa mengabulkan
permohonan / doanya dan menyembuhkan hambanya itu. Dan Yesus memuji imannya
sebagai iman yang besar yang tidak pernah Ia jumpai di antara orang-orang Yahudi
/ Israel.
Penerapan:
kalau saudara berdoa, ‘tempat’ tidak
mempengaruhi jawaban doa. Tidak ada ‘tempat suci’, apakah itu bukit doa,
atau bahkan tanah Kanaan / Israel, atau gereja, dimana doa yang dinaikkan di
sana bisa lebih manjur dari pada di tempat lain! Yang
penting bukan tempat dimana saudara berdoa, tetapi suasananya (ketenangannya),
dan tujuan / motivasi / cara saudara berdoa, dan apa yang saudara doakan.
Di
Israel ada ‘tembok ratapan’, yang konon kabarnya merupakan bagian tembok
Bait Allah yang sengaja disisakan / tidak dihancurkan oleh Roma pada
penghancuran Yerusalem tahun 70 M. Mula-mula orang-orang Yahudi sering berdoa di
sana untuk mendoakan pemulihan Bait Allah, tetapi lalu orang-orang non Yahudi /
orang-orang Kristen mengikuti tradisi itu untuk juga berdoa di sana. Dan bahkan
kalau orang-orang Kristen ke sana, ada orang-orang yang titip doa, yang
dituliskan di secarik kertas dan lalu disisipkan di lubang-lubang yang ada di
tembok tersebut. Kegilaan yang bersifat takhyul ini sama sekali salah!
b)
Pemberian korban.
Bil 23:1-2
- “(1)
Lalu berkatalah Bileam kepada Balak: ‘Dirikanlah bagiku di sini tujuh mezbah
dan siapkanlah bagiku di sini tujuh ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba
jantan.’ (2) Balak melakukan seperti yang dikatakan Bileam, maka Balak dan
Bileam mempersembahkan seekor lembu jantan dan seekor domba jantan di atas
setiap mezbah itu.”.
1. Ketaatan Balak
terhadap Bileam menunjukkan kepercayaannya terhadap Bileam.
Pulpit
Commentary: “Balak
put his trust in Balaam because he was a prophet of the Lord, and might be
expected to use his influence to change the purposes of the Lord; perhaps even
to counterwork those purposes. How often do people seek the aid of religion
against God! How often do they seek for religious support and solace in doing
what they must know is contrary to the moral law of God!” [= Balak meletakkan
kepercayaannya pada Bileam karena ia adalah seorang nabi Tuhan, dan bisa
diharapkan untuk menggunakan pengaruhnya untuk mengubah rencana Tuhan; mungkin
bahkan untuk bekerja menentang rencana itu. Betapa sering orang-orang mencari
bantuan dari agama untuk menentang Allah! Betapa sering mereka mencari dukungan
dan penghiburan agamawi dalam melakukan apa yang mereka pasti tahu merupakan
sesuatu yang bertentangan dengan hukum moral Allah!].
Penerapan:
betul-betul merupakan sesuatu yang aneh dan menyedihkan bahwa sering sekali
orang-orang kafir lebih percaya dan taat kepada nabi-nabi palsu mereka,
dibandingkan dengan orang-orang Kristen kepada nabi-nabi asli mereka!
2.
Takhyul dalam persoalan bilangan.
Tentang
bilangan 7 yang diminta oleh Bileam sebagai jumlah dari mezbah, lembu dan domba,
Calvin mengomentari dengan berkata bahwa Allah memang menggunakan banyak
bilangan 7 dalam Alkitab, seperti Sabat adalah hari ke 7, jumlah lampu dalam
kemah suci adalah 7 (Kel 25:37), dan sebagainya. Tetapi ini lalu menyebabkan
banyak orang mempunyai kepercayaan yang bersifat takhyul terhadap bilangan 7
ini.
Calvin:
“afterwards, many strange superstitions were invented, and under
this pretense Satan cunningly deluded wretched men, by persuading them that
secret virtues were contained in this number seven. ... It is plain that Balaam
was infected by this fanciful notion, when he endeavours to draw down God by
seven altars, and twice seven sacrifices. Let us, however, learn from
Balak’s prompt compliance, that the superstitious neither spare expense, nor
refuse anything which is demanded by the masters of their errors.” [= belakangan, banyak
takhyul-takhyul yang aneh ditemukan, dan dibawah kepura-puraan ini, Iblis dengan
licik menipu orang-orang yang menyedihkan, dengan membujuk / meyakinkan mereka
bahwa ada kebaikan-kebaikan rahasia dalam bilangan 7 ini. ... Adalah jelas bahwa
Bileam dipengaruhi oleh pikiran / gagasan yang bersifat khayalan ini, pada waktu
ia berusaha untuk menarik Allah turun oleh 7 mezbah, dan 2 x 7 korban. Tetapi
hendaklah kita belajar dari ketundukan yang cepat dari Balak, bahwa takhyul
tidak menghemat pengeluaran, ataupun menolak apapun yang diminta oleh tuan-tuan
dari kesalahan-kesalahan.].
Penerapan:
a.
Jangan mempercayai bilangan apapun sebagai bagus atau buruk.
Contoh:
(1) Banyak orang yang menganggap 13
sebagai angka sial, sampai-sampai bangunan-bangunan / hotel-hotel yang tinggi
tidak mempunyai tingkat ke 13. Demikian juga bilangan 4, atau yang mengandung
angka 4 (seperti 14,24 dsb), dianggap sial oleh banyak orang Tionghoa, karena
angka 4 dalam bahasa Tionghoa (Hokkian) adalah SI, yang juga berarti ‘mati’.
Puncak Marina, misalnya, tidak mempunyai lantai ke 4,13,14! Nomer flexi saya,
yang sebetulnya tergolong cantik, yaitu 71433334, dianggap buruk oleh teman
saya, karena mengandung angka 4. Jelas mereka tidak tahu dan tidak mempercayai
kata-kata Paulus ‘mati
adalah keuntungan’ (Fil 1:21).
(2) Banyak orang kristen, yang kalau
kematian keluarga, lalu mengadakan bidston pada hari ke 3, ke 7, ke 40 dan
sebagainya. Ini lagi-lagi jelas merupakan tradisi yang berbau takhyul. Jangan
menghadiri acara-acara seperti itu, karena kalau saudara hadir, saudara
mendukung / menyetujui takhyul bodoh itu.
(3) Ada nomer-nomer HP yang bisa
berharga puluhan juta rupiah, karena dianggap merupakan nomer yang membawa hokgi
/ keberuntungan.
b. Memang orang kafir mau membayar
berapapun demi takhyul yang mereka percayai, seperti membeli rumah kertas yang
harganya sangat mahal untuk keluarga yang mati, ataupun membayar biaya yang
mahal untuk suhu / paranormal yang memberi tahu mereka tentang hong sui / feng
sui rumah mereka / tempat kerja mereka.
3. Pendirian mezbah
maupun pemberian korban yang mereka lakukan tidak mempunyai dasar Alkitab, dan
bahkan bertentangan dengan Alkitab.
Bible Knowledge Commentary:
“Balaam asked Balak to build... seven altars there where seven
bulls and seven rams could be sacrificed, a bull and a ram for each altar (cf.
23:14,29-30). There is no biblical instruction or precedent for what Balaam did,
so presumably the sacrifices were part of a pagan ritual.” [= Bileam meminta
Balak untuk membangun ... 7 mezbah di sana dimana 7 lembu jantan dan 7 domba
jantan bisa dikorbankan, seekor lembu jantan dan seekor domba jantan untuk
setiap mezbah (bdk. 23:14,29-30). Tidak ada instruksi atau teladan Alkitab untuk
apa yang Bileam lakukan, jadi bisa dianggap bahwa korban-korban itu merupakan
bagian dari suatu upacara kafir.].
Juga
mereka mempersembahkan persembahan dengan cara semaunya sendiri, yang sama
sekali tidak mengikuti cara-cara Tuhan (harus imam yang mempersembahkan, dsb).
Jamieson,
Fausset & Brown: “‘Build me here seven altars.’ ... It is evident
from (Num. 23:4) that they were prepared for the worship of the true God,
although in choosing the high places of Baal as their site, and rearing a number
of altars (2 Kin. 18:22; Isa. 17:8; Jer. 11:13; Hos. 8:11; 10:1), instead of one
only, as God had appointed, Balaam blended his own superstitions with the divine
worship. The pagan, both in ancient and modern times, attached a mysterious
virtue to the number seven; and Balaam, in ordering the preparation of so many
altars, designed to mystify and delude the king.” [= ‘Dirikanlah
bagiku di sini tujuh mezbah’. ... Adalah jelas dari Bil 23:4 bahwa mezbah itu
dipersiapkan untuk penyembahan terhadap Allah yang benar, sekalipun dalam
memilih tempat tinggi / bukit-bukit Baal sebagai tempat mereka, dan mendirikan
sejumlah mezbah (2Raja 18:22; Yes 17:8; Yer. 11:13; Hos. 8:11; 10:1), dan bukannya hanya
satu mezbah seperti yang telah ditetapkan oleh Allah, Bileam mencampur
takhyul-takhyulnya sendiri dengan ibadah / penyembahan ilahi. Orang-orang kafir,
baik pada jaman kuno maupun modern, melekatkan suatu kebaikan yang misterius
pada bilangan 7; dan Bileam, dalam memerintahkan persiapan begitu banyak mezbah,
merancang untuk membingungkan dan menipu raja itu.].
Bil
23:4 - “Maka Allah
menemui Bileam, lalu Bileam berkata kepadaNya:
‘Ketujuh mezbah itu telah kuatur, dan kupersembahkan seekor lembu jantan dan
seekor domba jantan di atas setiap mezbah.’”.
2Raja 18:22
- “Dan
apabila kamu berkata kepadaku: Kami berharap kepada TUHAN, Allah kami, -
bukankah Dia itu yang bukit-bukit pengorbananNya dan mezbah-mezbahNya telah
dijauhkan oleh Hizkia sambil berkata kepada Yehuda dan Yerusalem: Di
depan mezbah yang di Yerusalem inilah kamu harus sujud menyembah!”.
Catatan:
kalau menyembah harus di Yerusalem, ini hanya berlaku dalam Perjanjian Lama!
Ini jelas tidak berlaku dalam jaman Perjanjian Baru.
Bdk.
Yoh 4:20-24 - “(20) Nenek
moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa
Yerusalemlah tempat orang menyembah.’ (21) Kata Yesus kepadanya:
‘Percayalah kepadaKu, hai perempuan, saatnya
akan tiba, bahwa kamu akan menyembah
Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. (22) Kamu
menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab
keselamatan datang dari bangsa Yahudi. (23) Tetapi saatnya
akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah
benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki
penyembah-penyembah demikian. (24) Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah
Dia, harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran.’”.
Yes
17:7-8 - “(7)
Pada
waktu itu manusia akan memandang kepada Dia yang menjadikannya, dan matanya akan
melihat kepada Yang Mahakudus, Allah Israel;
(8) ia tidak akan memandang kepada mezbah-mezbah buatan tangannya sendiri, dan
tidak akan melihat kepada yang dikerjakan oleh tangannya, yakni tiang-tiang
berhala dan pedupaan-pedupaan.”.
Yer 11:13
- “Sebab
seperti banyaknya kotamu demikian banyaknya para allahmu, hai Yehuda, dan
seperti banyaknya jalan di Yerusalem demikian banyaknya mezbah yang kamu dirikan
untuk membakar korban kepada Baal.”.
Hos
8:11 - “Sungguh,
Efraim telah memperbanyak mezbah; mezbah-mezbah itu menjadikan mereka
berdosa.”.
Hos
10:1 - “Israel
adalah pohon anggur yang riap tumbuhnya, yang menghasilkan buah. Makin banyak
buahnya, makin banyak dibuatnya mezbah-mezbah. Makin baik tanahnya, makin baik
dibuatnya tugu-tugu berhala.”.
4.
Tujuan / motivasi dari persembahan korban itu.
Tujuan
/ motivasi dari pemberian banyak korban itu bisa terlihat secara implicit dari
kata-kata Bileam kepada Tuhan pada waktu ia bertemu dengan Tuhan dalam Bil 23:4.
Bil 23:4
- “Maka
Allah menemui Bileam, lalu Bileam berkata kepadaNya: ‘Ketujuh mezbah itu
telah kuatur, dan kupersembahkan seekor lembu jantan dan seekor domba jantan di
atas setiap mezbah.’”.
Apa
maksud dari kata-kata Bileam itu?
a.
Ia membanggakan apa yang sudah ia persembahkan kepada Tuhan.
Banyak
orang kafir bangga atas upacara yang mereka adakan / lakukan bagi Tuhan, atas
apa yang telah mereka lakukan / persembahkan bagi Tuhan.
Padahal
sebetulnya Bileam tidak mengeluarkan apa-apa, karena Balaklah yang mengeluarkan
semua biaya. Banyak orang Kristen seperti Bileam, yang senang kalau ‘melakukan
sesuatu untuk Tuhan’, tanpa mengeluarkan biaya / pengorbanan, bahkan kalau
bisa, dengan mendapatkan suatu keuntungan! Ini merupakan salah satu ciri dari
nabi-nabi palsu.
Bandingkan
dengan ayat-ayat di bawah ini:
(1)
Yer 8:10 - “Sebab itu Aku akan memberikan isteri-isteri mereka kepada orang
lain, ladang-ladang mereka kepada penjajah. Sesungguhnya, dari yang kecil sampai
yang besar, semuanya mengejar
untung; baik nabi maupun imam, semuanya melakukan tipu.”.
(2)
Yeh 34:2-4 - “(2)
‘Hai anak manusia, bernubuatlah melawan gembala-gembala Israel, bernubuatlah
dan katakanlah kepada mereka, kepada gembala-gembala itu: Beginilah firman Tuhan
ALLAH: Celakalah gembala-gembala Israel, yang menggembalakan dirinya sendiri!
Bukankah domba-domba yang seharusnya digembalakan oleh gembala-gembala itu? (3) Kamu menikmati susunya, dari bulunya kamu
buat pakaian, yang gemuk kamu sembelih,
tetapi domba-domba itu sendiri tidak kamu gembalakan. (4) Yang lemah tidak kamu
kuatkan, yang sakit tidak kamu obati, yang luka tidak kamu balut, yang tersesat
tidak kamu bawa pulang, yang hilang tidak kamu cari, melainkan kamu injak-injak
mereka dengan kekerasan dan kekejaman.”.
(3)
Mikha 3:5 - “Beginilah firman TUHAN terhadap para nabi, yang menyesatkan
bangsaku, yang apabila mereka
mendapat sesuatu untuk dikunyah, maka mereka menyerukan damai, tetapi terhadap orang yang
tidak memberi sesuatu ke dalam mulut mereka, maka mereka menyatakan perang.”.
(4)
Mikha 3:11 - “Para kepalanya memutuskan
hukum karena suap, dan para imamnya memberi pengajaran karena bayaran, para
nabinya menenung karena uang, padahal mereka
bersandar kepada TUHAN dengan berkata: ‘Bukankah TUHAN ada di tengah-tengah
kita! Tidak akan datang malapetaka menimpa kita!’”.
(5)
Ro 16:17-18 - “(17)
Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap
mereka, yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima, menimbulkan
perpecahan dan godaan. Sebab itu hindarilah mereka! (18) Sebab orang-orang
demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani perut mereka sendiri.
Dan dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka
menipu orang-orang yang tulus hatinya.”.
(6)
Tit 1:11 - “Orang-orang semacam itu harus ditutup mulutnya, karena mereka
mengacau banyak keluarga dengan mengajarkan yang tidak-tidak untuk mendapat untung yang memalukan.”.
(7)
2Pet 2:3 - “Dan karena serakahnya
guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu
dengan ceritera-ceritera isapan jempol mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu
hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda.”.
(8)
Yudas 11-12 - “(11)
Celakalah mereka, karena mereka mengikuti jalan yang ditempuh Kain dan karena
mereka, oleh sebab upah, menceburkan
diri ke dalam kesesatan Bileam, dan mereka binasa
karena kedurhakaan seperti Korah. (12) Mereka
inilah noda dalam perjamuan kasihmu, di mana mereka tidak malu-malu melahap dan
hanya mementingkan dirinya sendiri;
mereka bagaikan awan yang tak berair, yang berlalu ditiup angin; mereka bagaikan
pohon-pohon yang dalam musim gugur tidak menghasilkan buah, pohon-pohon yang
terbantun dengan akar-akarnya dan yang mati sama sekali.”.
Bandingkan
kontrasnya dengan sikap Daud pada waktu mendirikan mezbah dan memberikan korban
dalam text di bawah ini.
2Sam 24:18-25
- “(18)
Pada hari itu datanglah Gad kepada Daud dan berkata kepadanya: ‘Pergilah,
dirikanlah mezbah bagi TUHAN di tempat pengirikan Arauna, orang Yebus itu.’
(19) Lalu pergilah Daud, sesuai dengan perkataan Gad, seperti yang diperintahkan
TUHAN. (20) Ketika Arauna menjenguk dan melihat raja dengan pegawai-pegawainya
mendapatkannya, pergilah Arauna ke luar, lalu sujud kepada raja dengan mukanya
ke tanah. (21) Bertanyalah Arauna: ‘Mengapa tuanku raja datang kepada hambanya
ini?’ Jawab Daud: ‘Untuk membeli tempat pengirikan ini dari padamu
dengan maksud mendirikan mezbah bagi TUHAN, supaya tulah ini berhenti menimpa
rakyat.’ (22) Lalu berkatalah Arauna kepada Daud: ‘Baiklah
tuanku raja mengambilnya dan
mempersembahkan apa yang dipandangnya baik; lihatlah, itu ada
lembu-lembu untuk korban bakaran, dan eretan-eretan pengirik dan alat perkakas
lembu untuk kayu bakar. (23) Semuanya ini, ya raja, diberikan
Arauna kepada raja.’ Arauna berkata pula kepada raja: ‘Kiranya TUHAN,
Allahmu, berkenan kepadamu.’ (24) Tetapi berkatalah raja kepada Arauna:
‘Bukan begitu, melainkan aku mau membelinya dari
padamu dengan membayar harganya, sebab aku tidak mau mempersembahkan kepada
TUHAN, Allahku, korban bakaran dengan tidak membayar apa-apa.’
Sesudah itu Daud membeli
tempat pengirikan dan lembu-lembu itu dengan harga lima puluh syikal perak. (25)
Lalu Daud mendirikan di sana mezbah bagi TUHAN dan mempersembahkan korban
bakaran dan korban keselamatan. Maka TUHAN mengabulkan doa untuk negeri itu, dan
tulah itu berhenti menimpa orang Israel.”.
Penerapan:
renungkan! Saudara seperti yang mana?
b.
Ia menganggap Tuhan berhutang kepadanya sehingga harus memenuhi
permintaannya.
Calvin: “he
boasts of his seven altars, as if he had duly propitiated God. Thus do
hypocrites arrogantly trust that they deserve well of God, when they do but
provoke His anger.”
[= ia membanggakan tujuh mezbahnya, seakan-akan ia telah menyenangkan / berdamai
dengan Allah dengan seharusnya. Demikianlah
orang-orang munafik dengan sombong percaya bahwa mereka layak menerima yang baik
dari Allah, pada waktu mereka hanya
melakukan hal-hal yang membangkitkan kemarahanNya.].
Bdk.
Mat 7:21-23 - “(21)
Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam
Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. (22)
Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah
kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan
banyak mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan
berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak
pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.
The
Biblical Illustrator: “The sacrifice was offered
under the impression that the offering was meritorious on the part of the
offerers, and placed God under an obligation to them.”
[= Korban itu dipersembahkan di bawah kesan bahwa persembahan itu mempunyai jasa
di pihak pemberi persembahan, dan menempatkan Allah di bawah kewajiban kepada
mereka.].
Pulpit
Commentary: “BALAAM
CLEARLY HINTED TO THE ALMIGHTY THAT, AS HE HAD PROCURED MUCH HONOUR FOR HIM FROM
BALAK, HE WAS EXPECTED TO DO WHAT WAS POSSIBLE IN THE MATTER FOR HIM. Even so do
men who are in truth irreligious, although often seeming very much the reverse,
give the Almighty to understand (indirectly and unavowedly, but unmistakably)
that they have done much, laid out much, given up much for his honour and glory,
and that they naturally look for some equivalent. To serve God for nought (Job
1:9) does not enter into the thoughts of selfish people; to them godliness
is a source of gain (1 Tim 6:5), if not here, then hereafter.”
[= Bileam dengan jelas memberi isyarat
kepada Yang Maha Kuasa bahwa, seperti Ia telah mendapatkan banyak kehormatan
bagiNya dari Balak, Ia diharapkan untuk melakukan apa yang dimungkinkan dalam
persoalan ini baginya. Demikian juga dilakukan oleh orang-orang yang
sebenarnya tidak religius, sekalipun sering kelihatan sebaliknya, mengusahakan
Yang Maha Kuasa untuk mengerti (secara tidak langsung, dan dengan tanpa
dinyatakan, tetapi secara tidak bisa salah) bahwa mereka telah melakukan banyak,
mengeluarkan banyak, mengorbankan banyak, untuk kehormatan dan kemuliaanNya, dan
bahwa mereka secara wajar mencari hasil yang setara. Melayani / beribadah kepada
Allah tidak untuk mendapatkan apa-apa (Ayub 1:9) tidak terlintas dalam pikiran
dari orang-orang yang egois; bagi mereka kesalehan
adalah sumber keuntungan (1Tim 6:5), jika tidak di sini / dalam hidup ini, maka
dalam kehidupan yang akan datang.].
Ayub
1:9 - “Lalu
jawab Iblis kepada TUHAN: ‘Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut
akan Allah?”.
1Tim
6:5 - “percekcokan
antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan
kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah
suatu sumber keuntungan.”.
Catatan:
kata ‘ibadah’
diterjemahkan ‘godliness’
[= kesalehan] oleh KJV/RSV/NIV/NASB.
Pulpit
Commentary: “Balak
and Balaam, however different their thoughts in other respects, were agreed as
to the necessity of the sacrifices, if the desired curse were to be put in the
prophet’s mouth. And so there was abundance of sacrificing. Balak first makes
spontaneous offerings, and then such as were specified by Balaam. They felt that
God was not to be approached in an irregular way or with empty hands. As
Balak thought of Balaam, so he thought of God. The prophet was to be bought
with riches and honours, and God was to be bought with sacrifices of slain
beasts.”
[= Balak dan Bileam, betapapun berbedanya pikiran mereka dalam hal-hal lain,
setuju berkenaan dengan perlunya korban-korban, jika kutukan yang diinginkan
akan diletakkan dalam mulut sang nabi. Dan karena itu ada sangat banyak
pengorbanan. Balak mula-mula membuat persembahan secara spontan, dan lalu
persembahan-persembahan yang ditetapkan oleh Bileam. Mereka merasa bahwa Allah
tidak boleh didekati dengan cara yang tidak biasa atau dengan tangan kosong. Sebagaimana
Balak berpikir tentang Bileam, demikianlah ia berpikir tentang Allah.
Sang nabi harus dibeli dengan kekayaan dan
kehormatan, dan Allah harus dibeli dengan korban-korban dari binatang-binatang
yang disembelih.].
Ini
betul-betul merupakan suatu ketololan. Mereka anggap Allah bisa disogok /
dibeli, sehingga mengubah sikap dari pro Israel menjadi anti Israel, atau
setidaknya bersikap netral. Padahal dalam diri Balak maupun Bileam tidak ada
iman maupun ketaatan.
Penerapan:
hati-hati dengan pemikiran seperti ini. Kalau
saudara sudah memberi persembahan, atau melakukan hal-hal yang baik, jangan
menganggap diri berjasa, ataupun menganggap
bahwa Allah berhutang budi kepada saudara, sehingga harus mengabulkan keinginan
saudara! Apapun yang saudara lakukan bagi Allah atau berikan kepada
Allah, sama sekali tidak ada artinya kalau dibandingkan dengan apa Allah telah
lakukan bagi saudara atau berikan kepada saudara, yaitu mengorbankan AnakNya
yang Tunggal untuk mati di salib bagi dosa-dosa saudara!
Yesus
memberikan suatu perumpamaan tentang bagaimana seseorang harus bersikap kalau ia
sudah melakukan sesuatu untuk Tuhan.
Luk 17:7-10
- “(7)
‘Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau
menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang
dari ladang: Mari segera makan! (8) Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada
hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai
selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum. (9) Adakah
ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang
ditugaskan kepadanya? (10) Demikian jugalah kamu. Apabila
kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu
berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa
yang kami harus lakukan.’”.
Kalau
saudara membaca Mat 25:31-46 (perumpamaan tentang domba-domba yang dipisahkan
dari kambing-kambing pada penghakiman akhir jaman), maka saudara akan melihat
bahwa kambing tidak sadar kalau ia berbuat dosa, dan sebaliknya, domba tidak
sadar kalau ia berbuat baik.
Dan
kalau ada orang yang menganggap bahwa ‘seadanya’ korban / persembahan bisa
menyenangkan / memperkenan hati Allah, maka ia perlu membaca dan merenungkan
ayat-ayat di bawah ini.
(1)
Amsal 21:27 - “Korban
orang fasik adalah kekejian, lebih-lebih
kalau dipersembahkan dengan maksud jahat.”.
(2) Mikha 6:6-8 - “(6) ‘Dengan apakah aku akan pergi menghadap
TUHAN dan tunduk menyembah kepada Allah yang di tempat tinggi? Akan
pergikah aku menghadap Dia dengan korban bakaran, dengan anak lembu berumur
setahun? (7) Berkenankah TUHAN kepada ribuan domba jantan, kepada puluhan ribu
curahan minyak? Akan kupersembahkankah anak sulungku karena pelanggaranku dan
buah kandunganku karena dosaku sendiri?’ (8) ‘Hai
manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut
TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan
rendah hati di hadapan Allahmu?’”.
(3) Yes 1:10-13 - “(10) Dengarlah firman TUHAN, hai
pemimpin-pemimpin, manusia Sodom!
Perhatikanlah pengajaran Allah kita, hai rakyat, manusia
Gomora! (11) ‘Untuk apa itu korbanmu
yang banyak-banyak?’ firman TUHAN; ‘Aku sudah jemu akan korban-korban
bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu
jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai. (12) Apabila kamu
datang untuk menghadap di hadiratKu, siapakah yang menuntut itu dari padamu,
bahwa kamu menginjak-injak pelataran Bait SuciKu? (13) Jangan lagi membawa
persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagiKu. Kalau
kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku
tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu
itu penuh kejahatan.”.
Ayat-ayat
seperti ini tidak berarti bahwa Allah memang tidak menghendaki persembahan
kita! Ia bahkan menyuruh kita memberi persembahan. Yang tidak Ia kehendaki
adalah orang yang memberi persembahan, tetapi hidupnya jahat / tidak beriman!
c)
Harapan Bileam untuk bertemu Tuhan terkabul; Tuhan datang menemui Bileam.
Bil 23:3-4
- “(3)
Sesudah itu berkatalah Bileam kepada Balak: ‘Berdirilah di samping korban
bakaranmu, tetapi aku ini hendak pergi; mungkin
TUHAN akan datang menemui aku, dan perkataan apapun yang
dinyatakanNya kepadaku, akan kuberitahukan kepadamu.’ Lalu pergilah ia ke atas
sebuah bukit yang gundul. (4) Maka Allah menemui
Bileam, lalu Bileam berkata kepadaNya: ‘Ketujuh mezbah itu telah
kuatur, dan kupersembahkan seekor lembu jantan dan seekor domba jantan di atas
setiap mezbah.’”.
Apakah
ini menunjukkan bahwa Allah berkenan dengan apa yang Bileam lakukan? Sama sekali
tidak! Perhatikan kata-kata Calvin di bawah ini.
Calvin: “And
God met Balaam. ... however hateful to God the
impiety of Balaam was, this did not prevent Him from making use of him in this
particular act. This meeting him,
then, was by no means a proof of His favor, as if he approved of the seven
altars, and sanctioned these superstitions; but as He well knows how to apply
corrupt instruments to His use, so by the mouth of this false prophet, He
promulgated the covenant, which He had made with Abraham, to foreign and heathen
nations.” [= Dan Allah menemui Bileam.
... bagaimanapun kejahatan Bileam membangkitkan kebencian Allah, ini tidak
menghalangiNya untuk menggunakan dia dalam tindakan khusus ini. Jadi, tindakanNya
menemuinya sama sekali bukan merupakan bukti dari kesenanganNya, seakan-akan Ia
merestui tujuh mezbah itu, dan menyetujui takhyul-takhyul ini; tetapi
karena Ia tahu dengan baik bagaimana menerapkan alat-alat yang jahat untuk
penggunaanNya, demikianlah oleh mulut dari nabi palsu ini, Ia
mengajarkan perjanjianNya, yang telah Ia buat dengan Abraham, kepada
bangsa-bangsa asing dan kafir.].
Dari
semua ini bisa disimpulkan bahwa suatu tindakan yang secara lahiriah
kelihatannya baik (seperti pendirian mezbah dan pemberian korban di sini),
bukannya menyenangkan Tuhan, tetapi justru membangkitkan kemarahan Tuhan, kalau
caranya, tujuannya / motivasinya salah!
Kita
sedang mendekati pergantian tahun ke tahun yang baru. Kalau kita melihat tahun
yang lama, mari kita memeriksa diri kita, apakah ada pikiran / kata-kata /
tindakan yang bersifat takhyul? Apakah ada tindakan-tindakan baik yang kita
lakukan, yang kita pikir menyebabkan kita berjasa kepada Tuhan sedemikian rupa
sehingga Ia wajib memberkati kita? Buang pikiran-pikiran tolol seperti itu!
Kalau
kita melihat tahun yang baru yang akan kita masuki, mari kita memikirkan untuk
melakukan sebanyak mungkin hal-hal yang baik bagi Tuhan, tetapi bukan hanya
hal-hal yang baik secara lahiriah, tetapi yang juga baik dalam caranya,
tujuannya / motivasinya.
Kiranya
Tuhan memberkati saudara sekalian.
-bersambung-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali