(Jl. Dinoyo 19b, lantai 3)
Rabu, tgl 20 Februari 2008, pk 17.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
(8:
7064-1331 / 6050-1331)
1)
Luk 23:34 - “Yesus berkata: ‘Ya Bapa, ampunilah mereka,
sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.’ Dan mereka membuang undi
untuk membagi pakaianNya”.
2)
Luk 23:43 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam
Firdaus.’”.
3)
Yoh 19:25-27 - “(25) Dan dekat salib Yesus berdiri ibuNya dan
saudara ibuNya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. (26) Ketika Yesus
melihat ibuNya dan murid yang dikasihiNya di sampingnya, berkatalah Ia kepada
ibuNya: ‘Ibu, inilah, anakmu!’ (27) Kemudian kataNya kepada
murid-muridNya: ‘Inilah ibumu!’ Dan sejak saat itu murid itu menerima
dia di dalam rumahnya”.
4)
Mat 27:46 - “Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara
nyaring: ‘Eli, Eli, lama sabakhtani?’ Artinya: AllahKu, AllahKu,
mengapa Engkau meninggalkan Aku?”.
Mark 15:34
- “Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eloi,
Eloi, lama sabakhtani?’, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau
meninggalkan Aku?”.
5)
Yoh 19:28 - “Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala
sesuatu telah selesai, berkatalah Ia - supaya genaplah yang ada tertulis dalam
Kitab Suci -: ‘Aku haus!’”.
6)
Yoh 19:30 - “Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah
Ia: ‘Sudah selesai.’ Lalu Ia menundukkan kepalaNya dan menyerahkan
nyawaNya”.
7)
Luk 23:46 - “Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: ‘Ya
Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu.’ Dan sesudah berkata demikian
Ia menyerahkan nyawaNya”.
Catatan: 7
kalimat ini ada yang diperdebatkan urut-urutannya. Saya mengambil urut-urutan
seperti yang diberikan oleh William Hendriksen (hal 1027-1028), dan Arthur W.
Pink. Kelihatannya ini memang merupakan urut-urutan yang paling umum / banyak
diterima.
-o0o-
Luk 23:34 - “Yesus berkata: ‘Ya Bapa,
ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.’ Dan mereka
membuang undi untuk membagi pakaianNya”.
1) Pertama-tama
perlu diketahui bahwa kalimat ini diragukan keasliannya karena beberapa
manuscript kuno tidak mempunyai ayat ini!
NIV memberikan catatan kaki yang berbunyi: “Some early manuscripts do not
have this sentence” (= Beberapa manuscripts mula-mula tidak mempunyai
kalimat ini).
RSV memberikan catatan kaki yang berbunyi: “Other ancient authorities omit
the sentence ‘And Jesus ... what they do” (= Otoritas-otoritas /
salinan-salinan kuno yang lain menghapuskan kalimat ‘Dan Yesus ... apa yang
mereka perbuat’).
NKJV memberikan catatan tepi yang berbunyi: “NU brackets the first sentence
as a later addition” (= NU meletakkan kalimat pertama dalam kurung sebagai
penambahan belakangan).
ASV memberikan catatan kaki yang berbunyi: “Some ancient authorities omit
‘And Jesus said, Father, forgive them; for they know not what they do.’”
(= Beberapa otoritas / salinan kuno menghapuskan ‘Dan Yesus berkata: Bapa,
ampunilah mereka; sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat’).
KJV dan NASB tidak memberikan catatan kaki apapun.
Pulpit Commentary: “These words are missing in some
of the oldest authorities. They are found, however, in the majority of the most
ancient manuscripts and in the most trustworthy of the old versions, and are
undoubtedly genuine” (= Kata-kata ini tidak ada dalam beberapa dari
otoritas / salinan yang paling tua. Tetapi kata-kata itu ditemukan dalam
mayoritas dari manuscripts yang paling kuno dan dalam versi-versi tua yang
paling bisa dipercaya, dan tidak diragukan merupakan bagian yang asli) - hal
240.
Catatan: kata-kata ini membingungkan. Apakah ada
beda antara ‘authorities’ (= salinan) dan ‘manuscripts’ (=
naskah)?
Leon Morris (Tyndale): “There is textual doubt about
this prayer. It is absent from many of the best MSS and some critics argue that
it must be rejected, since it would scarcely have been omitted if genuine.
Against that is the fact that other very good MSS do attest it. Early copyists
may have been tempted to omit the words by the reflection that perhaps God had
not forgiven the guilty nation. The events of AD 70 and afterwards may well have
looked like anything but forgiveness. We should regard the words as genuine”
[= Ada keraguan textual tentang doa ini. Doa ini absen dalam banyak manuscripts
terbaik dan sebagian pengkritik berargumentasi bahwa itu harus ditolak, karena
tidak mungkin itu dihapuskan kalau itu asli. Menentang hal ini adalah fakta
bahwa manuscripts lain yang sangat baik menyokongnya. Penyalin-penyalin
mula-mula mungkin tergoda untuk menghapus kata-kata ini oleh pemikiran bahwa
mungkin Allah tidak mengampuni bangsa yang bersalah ini. Peristiwa pada tahun 70
M dan sesudahnya (kehancuran Yerusalem)
sama sekali tidak menunjukkan pengampunan. Kita harus menganggap kata-kata ini
sebagai asli] - hal 326-327.
The New Bible Commentary: Revised: “34a
is omitted by a formidable list of early MSS, but it should be retained either
as a genuine part of Luke (cf. Acts 7:60) or as a reliable piece of extraneous
tradition. It would be omitted by scribes who felt that it was unseemly or not
answered” [= ay 34a dihapuskan oleh suatu daftar yang menakutkan / berat
dari manuscript-manuscript mula-mula, tetapi itu harus dipertahankan atau
sebagai bagian asli dari Lukas (bdk. Kis 7:60) atau sebagai potongan tradisi
dari luar yang bisa dipercaya. Itu dihapuskan oleh penyalin-penyalin yang merasa
bahwa itu (doa Yesus)
tidak pantas atau tidak dijawab] - hal 923.
Bdk. Kis 7:60 - “Sambil berlutut ia berseru dengan suara
nyaring: ‘Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!’ Dan dengan
perkataan itu meninggallah ia”.
Doa Stefanus ini dianggap meniru / meneladani doa Kristus yang sedang kita
bahas. Kalau Kristus tidak pernah menaikkan doa tersebut, Stefanus tidak akan
bisa meneladaninya.
A. T. Robertson: “Some of the oldest and best
documents do not contain this verse, and yet, while it is not certain that it is
a part of Luke’s Gospel, it is certain that Jesus spoke these words, for they
are utterly unlike any one else” (= Beberapa dari dokumen-dokumen yang
tertua dan terbaik tidak mempunyai ayat ini, tetapi sementara tidak pasti bahwa
itu merupakan suatu bagian dari Injil Lukas, adalah pasti bahwa Yesus
mengucapkan kata-kata ini, karena kata-kata itu sama sekali tidak seperti
kata-kata siapapun juga) - ‘Word
Pictures in the New Testament’, vol 2, hal 284-285.
Bruce M. Metzger: “The absence of these words from
such early and diverse witnesses ... is most impressive and can scarcely be
explained as a deliberate excision by copyists who, considering the fall of
Jerusalem to be proof that God had not forgiven the Jews, could not allow it to
appear that the prayer of Jesus had remained unanswered. At the same time, the
logion, though probably not a part of the original Gospel of Luke, bears
self-evident tokens of its dominical origin, and was retained, within
double square brackets, in the traditional place where it had been incorporated
by unknown copyists relatively early in the transmission of the Third Gospel”
(= Absennya kata-kata ini dari saksi-saksi yang mula-mula dan bermacam-macam ...
merupakan sesuatu yang mengesankan dan hampir tidak bisa dijelaskan sebagai
penghilangan / pembuangan yang disengaja oleh penyalin-penyalin yang, menganggap
kejatuhan Yerusalem sebagai bukti bahwa Allah tidak mengampuni orang-orang
Yahudi, tidak bisa membiarkan terlihat bahwa doa Yesus tidak dijawab. Pada saat
yang sama, ucapan ini, sekalipun mungkin bukan merupakan suatu bagian dari Injil
Lukas yang asli, mempunyai tanda-tanda yang jelas bahwa itu berasal usul dari
Tuhan Yesus, dan dipertahankan, dalam tanda kurung ganda, dalam tempat
tradisional dimana ucapan ini telah dimasukkan oleh penyalin-penyalin yang tak
dikenal pada masa yang sangat awal dalam penyebaran Injil ketiga ini) - ‘A
Textual Commentary on the Greek New Testament’, hal 180.
Catatan:
Wycliffe
Bible Commentary: “This verse, like one or two others preceding (Luke
22:19,43) is absent from some of the best manuscripts. Like several other such
disputed texts, it is undoubtedly a genuine utterance of Jesus. It is harder
to account for its omission than for its inclusion” [= Ayat ini,
seperti satu atau dua ayat yang mendahuluinya (Lukas 22:19,43) absen dari
beberapa manuscripts yang terbaik. Seperti beberapa text lainnya yang
diperdebatkan seperti itu, ini tidak diragukan merupakan ucapan asli dari Yesus.
Adalah lebih sukar untuk menerangkan penghapusannya dari pada pemasukkan /
penambahannya].
Catatan: saya kira kata-kata yang saya garis-bawahi itu
merupakan pertimbangan yang penting. Kalau kata-kata itu memang asli bisa
dipikirkan alasan mengapa kata-kata itu dihapuskan, yaitu karena doa ini
dianggap tidak dijawab. Tetapi kalau kata-kata itu tidak asli, mengapa gerangan
ada orang-orang yang berani menambahkannya?
William
Hendriksen mengatakan (hal 1028) bahwa ada orang-orang yang hendak menghapuskan
kata-kata ini, dengan alasan: mereka yang membunuh Yesus adalah reprobate
(= orang-orang yang ditentukan untuk binasa), dan Allah tidak memberkati reprobate.
Karena itu, Yesus tidak mungkin berdoa untuk mereka.
Saya
sendiri menyimpulkan bahwa ini merupakan kata-kata asli dari Yesus, dan juga
merupakan bagian asli dari Injil Lukas. Saya tak setuju dengan kata-kata dari A.
T. Robertson dan Bruce M. Metzger yang mengatakan bahwa ini mungkin bukan bagian
dari Injil Lukas tetapi pasti merupakan kata-kata asli dari Yesus. Kalau itu
adalah kata-kata asli dari Yesus, tidak mungkin kata-kata itu tak tercatat dalam
Kitab Suci. Mengingat bahwa kata-kata itu begitu penting, dan diucapkan pada
saat Ia berada di kayu salib, rasanya tidak mungkin kata-kata itu bisa tidak
dituliskan dalam Kitab Suci. Perlu diingat bahwa kata-kata ini hanya ada dalam
Injil Lukas.
2)
“Ya Bapa, ampunilah mereka”.
a)
Ini jelas merupakan suatu doa, dan merupakan penggenapan dari Yes 53:12
- “Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai
rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai
ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung
di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan
berdoa untuk pemberontak-pemberontak”.
KJV: ‘made intercession for the transgressors’ (= melakukan /
menaikkan doa syafaat untuk pelanggar-pelanggar).
Arthur
W. Pink: “That
Christ should make intercession for His enemies was one of the items of the
wonderful prophecy found in Isaiah 53. This chapter tells us at least ten things
about the humiliation and suffering of the Redeemer” (= Bahwa Kristus
melakukan / menaikkan doa syafaat bagi musuh-musuhNya merupakan salah satu dari
hal-hal dari nubuat yang luar biasa dalam Yesaya 53. Pasal ini memberitahu kita
setidaknya 10 hal tentang perendahan dan penderitaan dari sang Penebus) - ‘The
Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal 11-12.
Penerapan: ini merupakan bukti bahwa Kitab Suci memang
merupakan Firman Tuhan. Kalau tidak, bagaimana mungkin ada begitu banyak nubuat
dalam Kitab Suci, yang semuanya terjadi dengan sempurna? Ini merupakan
keunggulan Kitab Suci kita dibandingkan dengan Kitab Suci agama-agama lain, yang
tidak mempunyai nubuat sama sekali, atau hampir-hampir tidak mempunyainya!
b) Saat pengucapan kata-kata ini.
Kebanyakan
penafsir beranggapan / menduga bahwa kata-kata ini diucapkan Yesus, atau pada
saat paku-paku dipakukan ke tangan dan kakiNya, atau pada waktu kayu salib itu
ditegakkan. Jadi, pada saat dimana rasa sakit itu mencapai puncaknya, dan
biasanya orang-orang yang tersalib itu mengeluarkan segala macam makian,
kutukan, dan sumpah serapah, Yesus justru mengucapkan doa yang begitu agung dan
penuh kasih!
Pulpit
Commentary: “These
first of the seven words from the cross seem, from their position in the record,
to have been spoken very early in the awful scene, probably while the nails were
being driven into the hands and feet” (= Yang pertama dari 7 kata-kata /
kalimat dari kayu salib kelihatannya, dari posisi mereka dalam catatan, telah
diucapkan sangat awal dalam suasana / adegan yang mengerikan itu, mungkin
sementara paku-paku dipakukan ke dalam tangan dan kaki) - hal 240.
Pulpit
Commentary: “When
- at what particular point did he say that? It is commonly believed that he
uttered this most gracious prayer just at the time of the actual crucifixion.
Just when the nails were driven into those hands, the hands that had
constantly been employed in some ministry of mercy; into those feet that
had been constantly carrying him on some errand of kindness; or just when the
heavy cross, with its suffering Victim fastened upon it, had been driven into
the ground with unpitying violence; - just then, at the moment of most
excruciating pain and of intolerable shame, he opened his lips to pray for
mercy on his executioners” (= Kapan - pada saat khusus mana Ia
mengucapkannya? Pada umumnya dipercaya bahwa Ia mengucapkan doa yang paling
penuh kasih karunia ini persis pada waktu tindakan penyaliban itu
sungguh-sungguh dilakukan. Persis pada waktu paku-paku dipakukan ke dalam
tangan-tangan, tangan-tangan yang telah secara terus menerus digunakan dalam
pelayanan belas kasihan; ke dalam kaki-kaki yang telah terus menerus
membawaNya dalam missi kebaikan; atau persis pada saat kayu salib yang berat,
dengan Korban yang sedang menderita dilekatkan padanya, dimasukkan ke dalam
tanah dengan kekerasan tanpa belas kasihan; - persis pada saat itu, pada
saat dari rasa sakit yang luar biasa dan rasa malu yang tak tertahankan, Ia
membuka bibirNya untuk mendoakan belas kasihan bagi para pelaksana hukuman
matiNya) - hal 254.
c) Ini adalah saat dimana seharusnya Yesus bisa dikuasai
oleh kepahitan.
Pulpit
Commentary mengatakan (hal 254) bahwa Yesus menyadari akan ketidak-bersalahanNya
yang sempurna, dan juga akan tujuanNya yang murni dan paling mulia / agung,
tetapi Ia mendapati diriNya bukan hanya tidak dibalas atau dihargai, tetapi
disalah-mengerti, diperlakukan dengan jahat, dihukum berdasarkan tuduhan yang
sepenuhnya palsu, dan dihukum mati dengan cara yang paling kejam dan memalukan.
Pada saat itu Ia merupakan obyek dari kekejaman yang paling tidak
berbelas-kasihan yang bisa diberikan oleh manusia, dan sedang mengalami
penderitaan pada tubuh dan pikiran / jiwa yang betul-betul membuatNya sangat
menderita. Apakah aneh kalau pada saat seperti itu semua sifatNya yang baik
berubah menjadi roh yang masam? Tetapi pada saat itu, dan di bawah perlakuan
seperti itu, Ia melupakan diriNya sendiri untuk mengingat kesalahan dari mereka
yang sedang melakukan kesalahan kepadaNya. Ia bukannya memelihara / menyimpan
perasaan kebencian, tetapi Ia menginginkan supaya mereka bisa diampuni dari
kesalahan mereka!
Lenski:
“This is surely the first word that Jesus uttered while he was on the
cross. ... It was uttered while the crucifixion was in progress or immediately
thereafter. This simple prayer is astounding; ... The climax of suffering is now
being reached, but the heart of Jesus is not submerged by this rising tide - he
thinks of his enemies and of all those who have brought this flood of suffering
upon him. ... He might have prayed for justice and just retribution; but his
love rises above his suffering, he prays for pardon for his enemies. Such love
exceeds comprehension and yet reveals the source whence our redemption and our
pardon flow” (= Ini pasti adalah kata-kata pertama yang diucapkan Yesus
pada waktu Ia berada di salib. ... Itu diucapkan pada waktu penyaliban sedang
berlangsung atau persis sesudahnya. Doa yang sederhana ini merupakan sesuatu
yang mengherankan; ... Sekarang puncak penderitaan itu sedang terjadi, tetapi
hati Yesus tidak tenggelam oleh air pasang yang naik ini - Ia memikirkan
musuh-musuhNya dan semua mereka yang telah membawa air bah penderitaan ini
kepadaNya. ... Ia bisa berdoa untuk keadilan dan pembalasan yang adil; tetapi
kasihNya naik melebihi penderitaanNya, Ia berdoa untuk pengampunan bagi
musuh-musuhNya. Kasih seperti itu melampaui pengertian dan menyatakan sumber
dari mana penebusan dan pengampunan kita mengalir) - hal 1132-1133.
d) Kata ‘ampunilah’.
1. Arti dari kata ‘ampunilah’.
William
Hendriksen: “the
verb here used has a very wide meaning (this, by the way, is true)” [=
kata kerja yang digunakan di sini mempunyai arti yang sangat luas (ini memang
benar)] - hal 1028.
Ini
menyebabkan ada orang-orang yang menafsirkan bahwa Yesus bukan memintakan
pengampunan, tetapi hanya meminta supaya Bapa menahan murkaNya, dan tidak
menumpahkannya pada saat itu (William Hendriksen, hal 1028).
William
Hendriksen: “‘Forgive
them’ means exactly that. It means ‘blot out their transgressions
completely. In thy sovereign grace cause them to repent truly, so that they can
be and will be pardoned fully.’” (= ‘Ampunilah mereka’ betul-betul
berarti seperti itu. Itu berarti ‘hapuskanlah pelanggaran mereka sama sekali.
Dalam kasih karuniaMu yang berdaulat buatlah mereka supaya sungguh-sungguh
bertobat, sehingga mereka bisa dan akan diampuni sepenuhnya’.) - hal 1028.
2. Yesus meminta supaya
mereka diampuni melalui pertobatan / iman.
Jelas
bahwa Yesus bukan meminta bahwa mereka diampuni begitu saja, tanpa pertobatan
/ iman, tetapi melalui pertobatan / iman.
Lenski:
“By no means a pardon without repentance - that would run counter to all
Scripture and to the very redemption Jesus was now effecting. But a pardon
through repentance when the truth would be brought home to them as the Acts
passages brought it home” (= Sama sekali bukan suatu pengampunan tanpa
pertobatan - itu akan bertentangan dengan seluruh Kitab Suci dan dengan
penebusan yang sekarang sedang diadakan / dijalankan oleh Yesus. Tetapi suatu
pengampunan melalui pertobatan pada waktu kebenaran menyadarkan / menginsyafkan
mereka seperti dalam kitab Kisah Para Rasul) - hal 1134-1135.
3.
Yesus memintakan ampun untuk dosa ini saja atau untuk semua dosa mereka?
Lenski
mengatakan (hal 1134-1135) bahwa jelas bukan hanya dosa membunuh Yesus ini saja
yang dimintakan ampun oleh Yesus, karena kalau demikian, apa gunanya? Mereka
mempunyai banyak dosa-dosa lain, dan kalau hanya dosa ini saja yang diampuni,
mereka tetap akan masuk ke neraka.
Lenski:
“not of one sin only but of all their sins. In other words, Jesus prays
that the Father may give these murderers of his time, grace, and the knowledge
that may bring them the Father’s pardon” (= bukan hanya tentang satu
dosa saja tetapi tentang semua dosa mereka. Dengan kata lain, Yesus berdoa
supaya Bapa memberi para pembunuh ini waktu, kasih karunia, dan pengetahuan yang
bisa membawa pengampunan Bapa kepada mereka) - hal 1135.
Sepanjang
yang saya ketahui, tak ada penafsir lain yang menafsirkan seperti ini. Dan
menurut saya, kita tidak perlu menafsirkan seperti ini. Yesus berdoa hanya untuk
pengampunan dari dosa ini saja, tetapi seperti dikatakan di atas, itu bukan
pengampunan tanpa pertobatan / iman, tetapi melalui pertobatan /
iman. Dan kalau mereka betul-betul bertobat / beriman, maka tentu bukan hanya
dosa ini saja yang diampuni tetapi semua dosa-dosa mereka yang lain.
e) Pada saat ini Yesus mempraktekkan ajaranNya sendiri.
Mat 5:44
- “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka
yang menganiaya kamu”.
Pulpit
Commentary: “There
never had been such a forgiving spirit manifested since the world began”
(= Tidak pernah roh pengampunan seperti itu dinyatakan sejak dunia ini mulai)
- hal 264.
f) Perbandingan dengan kata-kata orang-orang lain pada
waktu mau mati.
Pulpit
Commentary: “Different
from other holy dying men, he had no need to say, ‘Forgive me.’”
(= Berbeda dengan orang-orang kudus yang mau mati, Ia tidak perlu berdoa:
‘Ampunilah Aku’.) - hal 240.
g) Perbandingan dengan teriakan darah Habel.
Bdk.
Ibr 12:24 - “dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah
pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel”.
1. Darah Habel.
Kej 4:10
- “FirmanNya: ‘Apakah yang telah kauperbuat ini? Darah adikmu itu
berteriak kepadaKu dari tanah”.
Ibr 11:4
- “Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih
baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya,
bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia
masih berbicara, sesudah ia mati”.
Mungkin
teriakan darah Habel adalah seperti ini: ‘Ya Tuhan, aku adalah anakMu yang
setia kepadaMu, aku selalu memberi yang terbaik kepadaMu, aku selalu berusaha
untuk mentaatiMu. Tetapi Tuhan, sekarang aku dibunuh tanpa alasan. O Tuhan yang
maha adil, apakah Engkau akan berdiam diri melihat pembunuhan yang keji atas
diriku ini?’.
Dengan
kata lain, darah Habel berteriak kepada Allah untuk menuntut keadilan, menuntut
Allah menghukum Kain, sehingga akhirnya Allah betul-betul menghukum Kain (Kej
4:11-12).
Tentu
saja ini merupakan suatu kiasan. Sebetulnya bukan darah itu berteriak, tetapi
pada waktu darah itu tercurah, Allah melihatnya dan Allah menghukum.
Kalau
saudara beranggapan bahwa kata-kata seperti ini hanyalah khayalan saya, dan
kalau saudara beranggapan bahwa orang-orang beriman yang mati dibunuh tidak
mungkin berdoa supaya Allah menghukum orang-orang yang membunuh mereka, maka
lihatlah ayat di bawah ini.
Wah 6:10
- “Dan mereka berseru dengan suara nyaring, katanya: ‘Berapa lamakah
lagi, ya Penguasa yang kudus dan benar, Engkau tidak menghakimi dan tidak
membalaskan darah kami kepada mereka yang diam di bumi?’”.
Yang
berbicara dalam ayat-ayat ini adalah orang-orang beriman yang mati dibunuh, dan
mereka meminta Allah menghakimi / menghukum orang-orang yang membunuh mereka!
2. Darah pemercikan (=
darah Kristus).
‘Darah
pemercikan’
dalam Ibr 12:24 itu jelas menunjuk pada darah Yesus. Darah Yesus juga
berteriak kepada Allah! Tetapi bagaimana teriakan darah Yesus itu? Apakah
darahNya berteriak seperti ini: ‘Bapa, Engkau melihat AnakMu yang Tunggal,
yang selalu hidup berkenan kepadaMu. Engkau lihat tangan dan kakiKu yang selalu
melakukan hal-hal yang baik, dan melayani Engkau, sekarang dipakukan di kayu
salib. Engkau melihat wajahKu yang selalu memancarkan kasih, sekarang diludahi,
ditampar, dan berlumuran darah dari kepalaKu yang ditusuk dengan mahkota duri.
Ya Bapa yang maha adil, hukumlah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap
pembunuhan ini, dan buanglah mereka ke dalam neraka!’.
Seandainya
darah Yesus berteriak seperti itu kepada Allah, maka celakalah kita semua!
Tetapi puji Tuhan, darah Yesus tidak berteriak seperti itu.
Ibr 12:24
- “dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah
pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel”.
Kata-kata
‘lebih kuat’ ini salah terjemahan; seharusnya ‘lebih baik’!
TB2-LAI sama salahnya dengan TB1-Lembaga Alkitab Indonesia; tetapi TL
justru lebih benar.
TL: ‘yang mengatakan perkara-perkara yang lebih baik daripada
darah Habel’.
KJV: ‘speaketh better things than that of Abel’ (=
mengatakan hal-hal yang lebih baik dari pada hal-hal yang dikatakan
Habel).
RSV: ‘speaks more graciously than the blood of Abel’ (=
berbicara dengan lebih murah hati dari pada darah Habel).
NIV: ‘speaks a better word than the blood of Abel’ (=
mengucapkan suatu kata / ucapan yang lebih baik dari pada darah Habel).
NASB: ‘speaks better than the blood of Abel’ (=
berbicara lebih baik dari pada darah Habel).
Ibr 12:24b (FAYH): ‘dan kepada darah yang dipercikkan yang
memberikan anugerah pengampunan, bukan seperti darah Habel yang menjerit
menuntut balas’.
Jadi, sekalipun darah Yesus memang berteriak kepada Allah, tetapi berbeda
dengan darah Habel yang berteriak menuntut balas / keadilan, maka darah Yesus
berteriak dengan nada yang lebih baik. Darah Yesus berteriak senada
dengan doa Yesus di kayu salib dalam Luk 23:34 ini: ‘Ya Bapa,
ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat’.
h) Ini menunjukkan tujuan
penderitaan dan kematian Kristus.
Matthew Henry: “the sayings of Christ upon
the cross as well as his sufferings had a further intention than they seemed to
have. This was a mediatorial word, and explicatory of the intent and meaning of
his death: ... The great thing which Christ died to purchase and procure for us
is the forgiveness of sin” (= kata-kata Kristus di kayu salib maupun
penderitaanNya mempunyai maksud / tujuan lebih jauh dari pada kelihatannya. Ini
merupakan kata-kata pengantaraan, dan merupakan penjelasan dari maksud / tujuan
dan arti dari kematianNya: ... Hal yang besar / agung yang dibeli dan diperoleh
oleh kematian Kristus bagi kita adalah pengampunan dosa).
i) Orang yang
paling berdosapun bisa diampuni.
Matthew Henry: “the greatest sinners may,
through Christ, upon their repentance, hope to find mercy. Though they were his
persecutors and murderers, he prayed, Father, forgive them” (= orang-orang
yang paling berdosa bisa, melalui Kristus, pada pertobatan mereka, berharap
untuk menemukan belas kasihan. Sekalipun mereka adalah penganiaya dan
pembunuhNya, Ia berdoa: ‘Bapa, ampunilah mereka’).
Arthur
W. Pink: “In
praying for His enemies not only did Christ set before us a perfect example of
how we should treat those who wrong and hate us, but He also taught us never to
regard any as beyond the reach of prayer. If Christ prayed for His muderers then
surely we have encouragement to pray now for the very chief of sinners!
Christian reader, never lose hope” (= Dalam berdoa untuk musuh-musuhNya
Kristus bukan hanya memberikan di depan kita suatu teladan yang sempurna tentang
bagaimana kita harus memperlakukan mereka yang berbuat salah dan membenci kita,
tetapi Ia juga mengajar kita untuk tidak pernah menganggap siapapun berada di
luar jangkauan doa. Jika Kristus berdoa untuk pembunuh-pembunuhNya maka pasti
kita sekarang mendapatkan dorongan untuk berdoa bagi orang-orang yang paling
berdosa! Pembaca Kristen, jangan pernah kehilangan pengharapan) - ‘The
Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal 10.
j) Mengapa
Yesus memintakan pengampunan bagi orang-orang itu dari Bapa, dan bukannya
memberikan sendiri pengampunan itu, seperti yang dalam kasus-kasus lain Ia
lakukan? Bandingkan dengan:
·
Mat 9:2 - “Maka dibawa oranglah
kepadaNya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat
iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: ‘Percayalah, hai anakKu,
dosamu sudah diampuni.’”.
·
Luk 7:48 - “Lalu Ia berkata kepada
perempuan itu: ‘Dosamu telah diampuni.’”.
Jawaban:
1.
Memberi pengampunan dosa merupakan hak dari Allah saja.
Mark 2:7 - “‘Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat
Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?’”.
2.
Di sini Yesus bertindak sebagai Pengantara.
Yesus memang adalah Allah dan manusia. Karena itu, Ia bisa memberikan
pengampunan dosa. Tetapi di sini, sekalipun Ia tetap adalah Allah, tetapi Ia
tidak bertindak sebagai Allah, melainkan sebagai Pengantara. Karena itu, Ia
memintakan pengampunan dari Bapa.
3. Disamping
itu, pemberian pengampunan hanya bisa diberikan kepada orang-orang yang
betul-betul sudah bertobat / percaya. Sedangkan untuk orang-orang yang belum
bertobat, hanya doa seperti inilah yang Ia berikan. Allahpun tidak bisa
memberikan pengampunan kepada orang-orang yang tidak bertobat / percaya, karena
ini akan menabrak firmanNya sendiri.
-bersambung-
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ