(Rungkut Megah
Raya Blok D No 16)
Rabu, tgl 17
Juli 2013, pk 19.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
[HP: (031)
70641331 / (031) 60501331 / 081945588855]
2.
Fil 1:29 - “Sebab kepada kamu
dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga
untuk menderita untuk Dia.”.
Bandingkan
dengan terjemahan-terjemahan Kitab Suci bahasa Inggris di bawah ini.
KJV:
‘For unto you it is given in the behalf of
Christ, not only to believe on him, but also to suffer for
his sake;’ (= Karena kepadamu diberikan demi
kepentingan Kristus, bukan hanya untuk percaya kepadaNya, tetapi juga
untuk menderita demi kepentinganNya;).
RSV:
‘For it has been granted to you that for
the sake of Christ you should not only believe in him but also suffer
for his sake,’ (= Karena telah
diberikan kepadamu bahwa untuk kepentingan Kristus
kamu bukan hanya harus percaya kepadaNya tetapi juga menderita demi
kepentinganNya,).
NIV:
‘For it has been granted to you on behalf
of Christ not only to believe on him, but also to suffer for
him,’ (= Karena telah diberikan kepadamu demi
kepentingan Kristus bukan hanya untuk percaya kepadaNya, tetapi juga
untuk menderita untuk Dia).
NASB:
‘For to you it has been granted for
Christ’s sake, not only to believe in Him, but also to suffer for
His sake,’ (= Karena kepadamu telah diberikan demi
kepentingan Kristus, bukan hanya untuk percaya kepadaNya, tetapi juga
untuk menderita demi kepentinganNya,).
Pertama-tama:
karena adanya kata-kata ‘demi kepentingan Kristus’ atau ‘demi Kristus’
dalam Kitab Suci - Kitab Suci bahasa Inggris, maka saya merasa perlu menjelaskan
arti istilah itu di sini.
Barnes’
Notes (tentang Fil 1:29):
“‘In
the behalf of Christ.’ In the cause of Christ, or with
a view to honor Christ. Or, these things are brought on you in
consequence of your being Christians.”
(= ‘Demi kepentingan Kristus’. Dalam perkara
Kristus, atau dengan suatu pandangan untuk menghormati Kristus. Atau,
hal-hal ini dibawa kepadamu sebagai konsekwensi dari menjadinya kamu sebagai
orang-orang Kristen.).
Catatan:
kata-kata bagian akhir (yang saya garis-bawahi) rasanya tak masuk akal. Kalau
‘penderitaan’, memang bisa merupakan konsekwensi dari menjadi Kristennya
seseorang. Tetapi bagaimana mungkin ‘percaya kepada Kristus’ merupakan
konsekwensi dari menjadi Kristennya seseorang?
Sekarang
kita melihat bahwa ayat ini mengatakan bahwa baik percaya kepada Kristus (iman)
maupun penderitaan bagi Dia, merupakan karunia / pemberian dari Allah kepada
kita (orang-orang percaya). Saya tak membahas tentang penderitaan pada saat ini.
Jadi saya hanya menekankan bahwa ayat ini menyatakan bahwa iman adalah pemberian
Allah.
Fil 1:29
- “Sebab kepada kamu dikaruniakan
bukan saja untuk percaya kepada Kristus,
melainkan juga untuk menderita untuk Dia,”.
Kedua:
sekarang mari kita perhatikan kata ‘dikaruniakan’.
Apa artinya?
Ralph
P. Martin (Tyndale) tentang Fil 1:29: “‘It
has been granted,’
echaristhē, is derived from charis, ‘grace’, ‘favour’. ... So the Philippians
were called, not only to the privilege of believing in him - the ability to
believe and the act of faith being itself a gift of God - but equally to endure
privation and pain for him, as
did the apostle himself (2 Cor. 1:5; 12:10).”
[= ‘Itu telah diberikan / dianugerahkan /
dikaruniakan’, EKHARISTHE, diturunkan dari KHARIS, ‘kasih karunia’,
‘kebaikan’. ... Jadi / maka, orang-orang Filipi dipanggil, bukan
hanya pada hak untuk percaya kepadaNya - kemampuan
untuk percaya dan tindakan iman itu sendiri merupakan suatu karunia / pemberian
dari Allah - tetapi secara sama untuk menanggung / menahan kemiskinan
dan rasa sakit untuk Dia, seperti yang dilakukan sang rasul sendiri (2Kor 1:5;
12:10)] -
Libronix.
Catatan:
kata Yunani EKHARISTHE berasal dari kata kerja cari,zomai
(KHARIZOMAI) yang salah satu artinya adalah ‘to
give freely’ (= memberi dengan cuma-cuma) - Bible Works 7.
Pulpit
Commentary (tentang Fil 1:29): “On
you it was conferred (e)xari/sqh)
as a gracious gift, a free spontaneous act of Divine bounty. Faith
in Christ is the gift of God, so is ‘the fellowship of his
sufferings.’”
[= Kepadamu diberikan / dianugerahkan (e)xari/sqh /
EKHARISTHE) sebagai suatu karunia yang
murah hati / bersifat kasih karunia, suatu tindakan spontan yang bebas dari
hadiah / karunia Ilahi. Iman kepada Kristus adalah
pemberian / karunia dari Allah, demikian juga ‘persekutuan dalam
penderitaanNya’.].
Jadi,
ayat ini secara sangat jelas dan tak terhindarkan menunjukkan bahwa ‘iman’
(kepercayaan kepada Kristus) merupakan karunia / pemberian cuma-cuma dari Allah.
Perhatikan bahwa Fil 1:29 ini tidak mengatakan bahwa yang dikaruniakan
adalah ‘kemampuan untuk beriman’,
tetapi ‘iman’
itu sendiri! Kalau memang demikian, apakah kita, dengan menggunakan kehendak
bebas kita, yang memilih untuk percaya atau tidak percaya kepada Kristus? Apakah
ajaran ini, yang merupakan ajaran Arminian, sesuai dengan Fil 1:29 ini? Kalau
kita percaya karena kita menghendaki
untuk percaya, apakah iman itu bisa disebut sebagai pemberian Allah?
Kalau yang dikaruniakan hanyalah ‘kemampuan
untuk beriman’ maka memang orang yang
dikaruniai itu bisa saja tetap tidak mau beriman. Tetapi
kalau yang dikaruniakan itu adalah ‘iman’
itu sendiri, bagaimana mungkin orang yang dikaruniai itu bisa tidak beriman?
Dan
ini secara pasti dan jelas mengarah pada doktrin Irresistible
Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak)!
Sekarang
mari kita melihat komentar dari beberapa penafsir, baik yang berhaluan Arminian,
maupun dari Calvin sendiri dan penafsir-penafsir yang berhaluan Calvinist.
Adam
Clarke (tentang Fil 1:29):
“We
learn from this that it is as great a privilege
to suffer for Christ as to believe on him; and the former in certain cases (as
far as the latter in all cases) becomes the means of salvation to them who are
thus exercised.” [= Kita belajar
dari ini bahwa adalah suatu hak yang sama
besarnya untuk menderita bagi Kristus seperti untuk percaya kepadaNya; dan yang
lebih dulu dalam kasus-kasus tertentu (sama jauhnya seperti yang belakangan
dalam semua kasus) menjadi cara / jalan keselamatan bagi mereka yang dilatih
seperti itu.].
Komentar
saya: Adam
Clarke sama sekali tidak membahas (atau memang sengaja menghindarinya?)
persoalan dimana ayat ini mengatakan ‘iman sebagai
karunia / pemberian Allah’! Ia bahkan mengatakan itu hanya sebagai suatu
‘hak’ yang besar, tetapi selanjutnya
tidak menjelaskan apa-apa tentang hal itu!
Lenski
mengakui bahwa iman adalah pemberian Allah tetapi tidak memberi penjelasan
apapun bagaimana hal itu bisa sesuai dengan pandangan Arminiannya.
Calvin
(tentang Fil 1:29):
“Here Paul clearly testifies, that faith, as well as constancy in
enduring persecutions, is an unmerited gift of God. ... This passage is also at
variance with the doctrine of the schoolmen, in maintaining that gifts of grace
latterly conferred are rewards of our merit, on the ground of our having made a
right use of those which had been previously bestowed.” (= Di sini Paulus
dengan jelas menyaksikan, bahwa iman,
maupun kekonstanan dalam menahan penganiayaan, adalah suatu karunia Allah
yang tidak layak kita terima.
... Text ini juga
bertentangan dengan ajaran dari guru-guru theologia abad pertengahan, dalam
mempertahankan bahwa karunia-karunia dari kasih karunia yang diberikan
belakangan adalah pahala / upah dari jasa kita, berdasarkan penggunaan kita yang
benar terhadap hal-hal yang telah diberikan lebih dulu.).
Catatan:
kata-kata Calvin yang saya beri garis bawah ganda jelas merupakan serangannya
terhadap ajaran Arminian / Semi Pelagianisme.
William
Hendriksen (tentang Fil 1:29): “Says
Paul, ‘For to you it has been granted in behalf of Christ not only to believe in
him but also to suffer in his behalf.’ It has been granted
to you, says Paul; that is, as a
privilege, a gift of God’s grace.
... to believe in him, that is,
to rest on Christ, surrendering oneself to his loving heart, depending on his
accomplished mediatorial work. The form of the
expression as used in the original shows that here genuine, personal trust in
the Anointed One is meant. ... Whether or not one regards Eph. 2:8
as proof for the proposition that such faith is God’s gift, the conclusion is
at any rate inescapable that here in Phil. 1:29 faith - not only its inception
but also its continued activity - is so regarded. It is at one and the same
time God’s gift and man’s responsibility.” [= Kata Paulus, ‘Karena kepadamu telah dikaruniakan untuk
kepentingan Kristus / demi Kristus bukan hanya untuk percaya kepadaNya tetapi
juga untuk menderita demi kepentinganNya / demi Dia’. Itu
telah dikaruniakan kepadamu, kata Paulus; yaitu, sebagai
suatu hak, suatu karunia dari kasih karunia Allah. ... percaya
kepada Dia, yaitu bersandar kepada Kristus, penyerahan diri sendiri
kepada hatiNya yang mengasihi, bergantung pada pekerjaan pengantaraanNya yang
sudah selesai. Bentuk dari ungkapan seperti yang
digunakan dalam bahasa aslinya menunjukkan bahwa di sini yang dimaksudkan adalah
kepercayaan / tindakan mempercayakan (trust)
yang asli / sungguh-sungguh dan bersifat pribadi kepada Yang Diurapi.
... Apakah seseorang
menganggap Ef 2:8 sebagai bukti untuk persoalan bahwa iman seperti itu adalah
karunia / pemberian Allah atau tidak, bagaimanapun juga kesimpulannya yang tak
terhindarkan adalah bahwa di sini dalam Fil 1:29, iman - bukan hanya
permulaannya, tetapi juga aktivitas selanjutnya - dianggap seperti itu. Itu adalah pada saat yang sama karunia Allah dan tanggung jawab
manusia.].
Jamieson,
Fausset & Brown (tentang Fil 1:29): “Faith
is the gift of God (Eph 2:8), not worked in the soul by the will of man, but by
the Holy Spirit (John 1:12-13).”
[= Iman adalah pemberian / karunia dari Allah (Ef
2:8), tidak
dikerjakan dalam jiwa oleh kehendak dari manusia,
tetapi oleh Roh Kudus (Yoh
1:12-13)].
Yoh
1:12-13 - “(12) Tetapi semua orang yang
menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya
dalam namaNya; (13) orang-orang yang diperanakkan bukan
dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang
laki-laki, melainkan
dari Allah.”.
Catatan:
·
Text ini
(Yoh 1:12-13) akan saya bahas nanti (point 6. di bawah).
·
Jamieson,
Fausset & Brown bukan Calvinist, tetapi di sini pandangan mereka sama dengan
pandangan Calvinisme.
3.
Kis 11:18 - “Ketika mereka mendengar hal itu, mereka menjadi tenang, lalu
memuliakan Allah, katanya: ‘Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan
pertobatan yang
memimpin kepada hidup.’”.
Perhatikan
bagian yang saya beri garis bawah ganda.
KJV/RSV/NIV/Lit:
‘repentance unto life’
(= pertobatan kepada / menuju hidup).
Kata ‘repentance’ (=
pertobatan) di sini pasti tidak menunjuk pada pertobatan dari dosa, karena:
a. Kalau dilihat
dari kontextnya, ini menunjuk pada percayanya Kornelius kepada Kristus dalam Kis
10. Jadi, kata itu harus diartikan menunjuk kepada iman.
b.
Kalau kata itu diartikan sebagai pertobatan dari dosa, maka kata-kata
selanjutnya yaitu ‘yang memimpin kepada hidup’
akan menjadikan seluruh ayat mengajarkan doktrin sesat ‘keselamatan karena
perbuatan baik’.
Adam
Clarke (tentang Kis 11:18):
“‘They
held their peace.’ Their prejudices were confounded; they considered the
subject, and saw that it was from God; then they glorified him, because
they saw that he had granted unto the Gentiles repentance unto life. As
the word metanoia, which we translate ‘repentance,’
signifies literally ‘a change of mind,’ it may be here referred to a change
of religious views, etc. And as repentance signifies a change of life and
conduct, from evil to good, so the word metanoian
may be used here to signify a change from a false religion to the true
one; from idolatry, to the worship of the true God. Rosenmuller thinks that, in
several cases, where it is spoken of the Jews, it signifies their change from a
contempt of the Messiah to reverence for him, and the consequent embracing of
the Christian religion.” (=
‘Mereka menjadi tenang’. Prasangka mereka dikacaukan; mereka
mempertimbangkan / merenungkan pokok itu, dan melihat bahwa itu
adalah dari Allah; lalu mereka memuliakan Dia, karena mereka melihat
bahwa Ia telah menganugerahkan kepada orang-orang non
Yahudi pertobatan kepada hidup. Karena kata METANOIA, yang kami
terjemahkan ‘pertobatan’, secara hurufiah berarti ‘suatu perubahan
pikiran’, di sini
itu bisa menunjuk pada suatu perubahan tentang pandangan-pandangan agamawi,
dsb. Dan karena pertobatan menunjukkan suatu perubahan dari kehidupan dan
tingkah laku, dari jahat kepada baik, maka kata
METANOIAN bisa digunakan di sini untuk menunjukkan suatu perubahan dari suatu
agama palsu / salah kepada agama yang benar; dari penyembahan berhala kepada
penyembahan kepada Allah yang benar. Rosenmuller berpikir /
menganggap bahwa, dalam beberapa kasus, dimana itu
dikatakan tentang orang-orang Yahudi, itu menunjukkan perubahan mereka dari
suatu kejijikan / kebencian terhadap Mesias menjadi suatu rasa hormat untuk Dia,
dan konsekwensinya dalam memeluk / mempercayai agama Kristen).
Catatan:
tentang kata-kata yang saya beri garis bawah ganda, itu tidak mungkin merupakan
kasusnya di sini, karena dari kontextnya terlihat bahwa ayat ini berbicara
tentang Kornelius, yang memang sudah merupakan pemeluk agama Yahudi (Yudaisme).
Jadi ia bukan seorang penyembah berhala.
Lenski
(tentang Kis 11:18):
“On
μετάνοια
see 2:38; it consists of contrition and faith, the turn of the heart from sin to
Christ and his pardon.”
(= Tentang METANOIA lihat Kis 2:38; itu terdiri dari penyesalan / pertobatan dan
iman, berbaliknya hati dari dosa kepada Kristus dan pengampunanNya.).
Kis 2:38
- “Jawab Petrus kepada mereka: ‘Bertobatlah
(Yunani: METANOESATE) dan hendaklah
kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk
pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.”.
Lenski
(tentang Kis 2:38):
“In
μετανοεῖν
and μετάνοια
we have one of the great concepts of the Bible. The word originally signified to
perceive or understand afterward (μετά),
i. e., too late; then it advanced to the idea of a later change of mind and thus
came to mean ‘repent.’ But throughout the New Testament the word has been
deepened to mean an inner change of heart that is decisive for the whole
personality, one away from sin and unbelief with their guilt unto Christ, faith,
and cleansing through Christ. When it is used without modifiers as here, ‘to
repent’ includes the entire inner change or contrition and faith (like ἐπιστρέφειν,
‘to turn,’ ‘to be converted’); but when ‘to believe’ is added,
contrition alone is referred to but as accompanying faith. So ‘repent’ here
= turn wholly to Jesus as your Savior (‘Lord and Christ,’ v. 36) and accept
him as such. ... The aorist imperative is one of authority and demands a
decisive act that is to stand once for all. A present imperative would imply
that the repentance is to be renewed daily even as Luther calls the
Christian’s entire life a repentance.”
[= Dalam
μετανοεῖν
(METANOEIN) dan μετάνοια
(METANOIA) kita / kami mempunyai salah satu konsep agung / besar dari Alkitab.
Kata itu mula-mula berarti ‘mengerti belakangan’ (μετά
/ META), yaitu, ‘terlambat’; lalu kata itu maju pada ‘gagasan tentang
suatu perubahan belakangan dari pikiran’ dan lalu menjadi berarti
‘bertobat’. Tetapi dalam seluruh Perjanjian Baru
kata itu telah diperdalam sehingga berarti suatu perubahan dalam / batin dari
hati yang tegas / menentukan untuk seluruh kepribadian, meninggalkan dosa dan
ketidak-percayaan dengan kesalahan mereka kepada Kristus, iman, dan penyucian
melalui Kristus. Pada waktu kata itu digunakan tanpa pemodifikasi
seperti di sini, ‘bertobat’ mencakup seluruh perubahan dalam atau penyesalan
/ pertobatan dan iman (seperti ἐπιστρέφειν
/ EPISTREPHEIN, ‘berbalik’, ‘bertobat / dipertobatkan’); tetapi pada
waktu ‘percaya’ ditambahkan, penyesalan / pertobatan saja yang ditunjuk
tetapi sebagai menyertai / mengiringi iman. Jadi,
‘bertobat’ di sini = berbalik sepenuhnya kepada Yesus sebagai Juruselamatmu
(‘Tuhan dan Kristus’, ay 36) dan menerimaNya seperti itu.
... Kata perintah bentuk aorist / lampau adalah kata perintah tentang otoritas
dan menuntut suatu tindakan tegas / menentukan yang bertahan untuk selamanya.
Suatu kata perintah bentuk present akan menunjukkan bahwa pertobatan itu harus
diperbaharui setiap hari seperti yang Luther sebut tentang seluruh kehidupan
Kristen sebagai suatu pertobatan.].
Baik
Adam Clarke maupun Lenski lagi-lagi menyetujui bahwa pertobatan (dalam arti
‘iman’) dikaruniakan oleh Allah. Tetapi mereka tidak menunjukkan bagaimana
hal itu bisa sesuai dengan pandangan Arminian mereka!
Calvin
(tentang Kis 11:18):
“This member, to give repentance, may be expounded two manner of ways;
either that God granted to the Gentiles place for repentance, when as he would
have his gospel preached to them; or that he circumcised their hearts by his
Spirit, as Moses saith, (Deuteronomy 30:6,) and made them fleshy hearts of stony
hearts, as saith Ezekiel, (Ezekiel 11:19.) For it is a work proper to God alone
to fashion and to beget men again, that they may begin to be new creatures; and
it agreeth better with this second sense; it is not so much racked, and it
agreeth better with the phrase (phraseology) of Scripture.” [= Bagian ini,
memberi pertobatan, bisa dijelaskan dengan dua cara; atau bahwa Allah memberikan
kepada orang-orang non Yahudi tempat untuk pertobatan, pada waktu Ia
memerintahkan injilNya diberitakan kepada mereka; atau
bahwa Ia menyunat hati mereka oleh RohNya, seperti dikatakan Musa, (Ul 30:6),
dan membuat hati keras mereka menjadi hati dari daging, seperti dikatakan
Yehezkiel (Yeh 11:19). Karena adalah suatu pekerjaan yang hanya cocok
untuk Allah saja untuk membentuk dan melahirkan manusia lagi, supaya mereka bisa
mulai menjadi makhluk-makhluk / ciptaan-ciptaan baru; dan itu
sesuai dengan lebih baik dengan arti kedua ini; itu tidak begitu
menyakiti (?), dan itu lebih sesuai dengan ungkapan (cara penyusunan /
pengungkapan) dari Kitab Suci.].
Catatan:
kelihatannya Calvin mencampur-adukkan iman / pertobatan dengan kelahiran baru,
mungkin karena iman tidak mungkin terjadi kalau tak ada kelahiran baru. Tetapi
yang jelas ia mengatakan bahwa Allahlah yang melakukan hal itu.
Ul
30:6 - “Dan TUHAN,
Allahmu, akan menyunat hatimu dan hati keturunanmu, sehingga engkau
mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu,
supaya engkau hidup.”.
Yeh
11:19 - “Aku
akan memberikan mereka hati yang lain dan roh yang baru di dalam batin mereka;
juga Aku akan menjauhkan dari tubuh
mereka hati yang keras dan memberikan mereka hati yang taat,”.
Yeh
11:19 (KJV): ‘And I will give them one
heart, and I will put a new spirit within you; and I will take the
stony heart out of their flesh,
and will give them an heart of flesh:’
(= Dan Aku akan memberi mereka satu hati,
dan Aku akan meletakkan suatu roh yang baru di dalam kamu; dan Aku akan
mengambil / mengeluarkan hati yang keras dari daging
mereka, dan akan memberi mereka suatu hati dari daging).
Jamieson,
Fausset & Brown (tentang Kis 11:18): “To ‘grant’ this is
something more than what Grotius makes it, to be willing to grant pardon upon
repentance. The case of Cornelius was so manifestly one of grace reigning in
every stage of his religious history, that we can hardly doubt that this very
thing was meant to be conveyed here; and this is just the grace that reigns in
every real conversion.” (=
‘Mengaruniakan’ ini adalah sesuatu yang lebih dari pada apa yang Grotius
buat dengannya, mau
untuk mengaruniakan pengampunan
atas pertobatan. Kasus Kornelius adalah
kasus yang dengan begitu jelas tentang kasih karunia yang bertakhta dalam setiap
tahap dari sejarah agamawinya, sehingga kita tidak bisa meragukan
bahwa hal inilah yang dimaksudkan untuk disampaikan di sini; dan inilah
persisnya kasih karunia yang bertakhta dalam setiap pertobatan yang sejati.).
Catatan:
pandangan Grotius, yang saya beri garis bawah ganda, jelas merupakan pandangan
tolol yang dipaksakan. Kis 11:18 itu mengatakan bahwa ‘Allah
mengaruniakan pertobatan’,
tetapi Grotius mengartikan ‘Allah mau mengaruniakan pengampunan
kalau orangnya bertobat’, yang tentu saja merupakan dua hal
yang sangat berbeda!
4. Ibr 12:2
- “Marilah kita melakukannya dengan
mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita
dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang
dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan
bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.”.
Kata-kata
yang saya garis-bawahi itu salah terjemahan.
KJV:
‘Jesus the author
and finisher of our faith’ (= Yesus pencipta
dan penyelesai dari iman kita).
RSV:
‘Jesus the pioneer
and perfecter of our faith’ (= Yesus pelopor
dan penyempurna dari iman kita).
NIV:
‘Jesus, the author
and perfecter of our faith’ (= Yesus, pencipta
dan penyempurna dari iman kita).
NASB:
‘Jesus, the author
and perfecter of faith’ (= Yesus, pencipta
dan penyempurna dari iman).
Sesuatu
yang perlu diperhatikan adalah bahwa kata Yunani yang diterjemahkan ‘author’ (= pencipta) oleh KJV/NIV/NASB adalah ARKHEGON, yang
mengandung kata Yunani ARKHE, yang biasanya diterjemahkan ‘beginning’ (= permulaan / pemulai), tetapi juga bisa diartikan
sebagai ‘source’ (= sumber), atau ‘origin’
(= asal usul / asal mula).
Adam
Clarke (tentang Ibr 12:2):
“‘The
author and finisher of our faith.’ Archeegos,
translated here author, signifies, in general, captain or leader, or the first
inventor of a thing; see Heb 2:10. But the reference seems to be here to the brabeus,
compare brabeuoo to
judge in the games, one whose business it was to admit the contenders, and to
give the prize to the conqueror. Jesus is here represented as this officer;
every Christian is a contender in this race of life, and for eternal life. The
heavenly course is begun under Jesus; and under him it is completed. He is the
finisher, by awarding the prize to them that are faithful unto death. Thus he is
the author or the judge under whom, and by whose permission and direction,
according to the rules of the heavenly race, they are permitted to enter the
lists, and commence the race, and he is the finisher, teleiootees,
the perfecter, by awarding and giving the prize which consummates the combatants
at the end of the race.” (= ‘Pencipta dan penyelesai dari iman
kita’. ARKHEGOS, diterjemahkan di sini ‘pencipta’, secara umum berarti
kapten atau pemimpin, atau penemu pertama dari suatu benda; lihat Ibr 2:10.
Tetapi referensi di sini kelihatannya berkenaan
dengan BRABEUS, bandingkan dengan BRABEUO, ‘menghakimi / menilai dalam
pertandingan-pertandingan’, seseorang yang pekerjaannya / tugasnya adalah
untuk menerima orang-orang yang akan bertanding, dan memberi hadiah kepada para
pemenang. Yesus
di sini digambarkan sebagai pejabat ini; setiap orang Kristen adalah
seorang petanding / orang yang bertanding dalam perlombaan kehidupan ini, dan
untuk hidup yang kekal. Jalanan
surgawi dimulai di bawah Yesus; dan di bawah Dia itu diselesaikan. Ia
adalah penyelesai, dengan memberi hadiah kepada mereka yang setia sampai mati. Jadi
Dia adalah pencipta atau hakim di bawah siapa, dan oleh ijin dan pengarahan
siapa, sesuai dengan peraturan-peraturan dari perlombaan surgawi, mereka
diijinkan untuk masuk dalam daftar, dan mulai dalam perlombaan, dan Ia adalah
penyelesai, TELEIOTES, penyempurna, dengan memberikan pahala dan hadiah yang
melengkapi para pejuang pada akhir dari perlombaan.).
Ibr
2:10 - “Sebab memang sesuai dengan
keadaan Allah - yang bagiNya dan olehNya segala sesuatu dijadikan -, yaitu Allah
yang membawa banyak orang kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang
memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan.”.
Ini
lagi-lagi salah terjemahan.
KJV:
‘to make the captain
of their salvation perfect through sufferings.’ (= membuat kapten
dari keselamatan mereka sempurna melalui penderitaan.).
RSV:
‘should make the pioneer
of their salvation perfect through suffering.’ (= membuat pelopor
dari keselamatan mereka sempurna melalui penderitaan.).
NIV:
‘should make the author
of their salvation perfect through suffering.’ (= membuat pencipta
dari keselamatan mereka sempurna melalui penderitaan.).
NASB:
‘to perfect the author
of their salvation through sufferings.’ (= menyempurnakan pencipta
dari keselamatan mereka melalui penderitaan).
Catatan:
kata yang saya garis-bawahi dalam bahasa Yunani adalah ARKHEGON.
Saya
menganggap Adam Clarke membelokkan arti secara paksa. Bagaimana
kata ARKHEGOS (author / pencipta)
tahu-tahu dihubungkan dengan BRABEUS, sehingga hanya menunjukkan Yesus sebagai
petugas yang menerima para petanding? Betul-betul tafsiran yang
konyol!
Lenski:
“‘ever
looking away (durative present) to the author and completer of the faith who,’
etc. We may see many things to dishearten us to continue the running, even to
halt us entirely, but by ever keeping our eyes upon the originator and completer
of the faith our speed will increase rather than lessen, our stamina will grow
rather than fade out. When Moffatt, like Delitzsch, makes ἀρχηγός
‘the pioneer of personal faith,’ he disagrees with 2:10 and 5:9; with all
the Greek exegetes who regard ἀρχηγός
= αἴτιος;
with the fact that Scripture nowhere speaks of Christ as a believer (Delitzsch
states that this is the only place); with the second term τελειωτής
which cannot mean that Christ is the completer of his own faith, an example for
us likewise to complete our faith. ‘The archegos
of their salvation’ (2:10) = the ‘αἴτιος,
cause of eternal salvation’ (5:9); in the same sense we now again have ‘the archegos and completer of the faith,’ i. e., the originator and
completer. C.-K. 179 presents the linguistic evidence to prove that only in
certain connections does archegos mean an originator who himself first partakes of what he
originates, and that this sense does not apply to 2:10 and 12:2. It is,
therefore, unconvincing to quote irrelevant connections. The R. V. margin offers
‘captain,’ a meaning that might fit Acts 5:31 (‘prince,’ Herzog)
but does not fit here. Luther is right: ‘the beginner and completer of
faith’ (A. V. margin: ‘beginner’). Christ starts our faith and leads it to
its consummation. ... As the object of faith Christ is the cause of faith; ...
From start to finish we need the divine Christ as the One who can fill us with
faith, keep us in faith, and finally crown our faith. The relative clause states
what makes Christ the One who causes and completes the faith of believers: ...
This is the Savior, crucified, glorified, who is the originator and the
completer of faith, also of ours. When the writer and the readers had him
brought to them by the gospel they believed, he filled them with faith; when
they shall see him at the right hand of the throne of God, he shall complete
their faith by bestowing upon them the glory hoped for and not seen for so long
(11:1).”
[= ‘selalu
melihat / memandang (bentuk present yang bersifat terus menerus) kepada pencipta
dan penyelesai dari iman yang’, dst. Kita bisa melihat banyak hal yang
mengecilkan hati kita untuk terus berlari, bahkan menghentikan kita sepenuhnya,
tetapi dengan selalu mengarahkan mata kita kepada pemulai dan penyelesai dari
iman, kecepatan kita akan bertambah dan bukannya berkurang, stamina kita akan
bertumbuh dan bukannya menghilang. Pada waktu
Moffatt, seperti Delitzsch, membuat ARKHEGOS ‘pelopor dari iman yang bersifat
pribadi’ ia tidak sesuai dengan 2:10 dan 5:9; dengan semua penafsir /
peng-exegesis bahasa Yunani yang menganggap bahwa ARKHEGOS = AITIOS; dengan
fakta bahwa Kitab Suci tak pernah membicarakan Kristus sebagai seorang percaya
(Delitzsch menyatakan bahwa ini adalah satu-satunya tempat); dengan istilah
kedua TELEIOTES yang tidak bisa berarti bahwa Kristus adalah penyelesai dari
imannya sendiri, suatu teladan bagi kita untuk juga menyelesaikan iman kita.
‘ARKHEGOS dari
keselamatan mereka’ (2:10) = AITIOS, penyebab dari keselamatan kekal’ (5:9);
dalam arti yang sama kita sekarang mendapatkan lagi ‘ARKHEGOS dan penyelesai
dari iman’, artinya pemulai dan penyelesai. C.-K.
179 memberikan bukti yang berhubungan dengan ilmu bahasa untuk membuktikan bahwa
hanya dalam hubungan-hubungan tertentu ARKHEGOS berarti seorang pemulai yang
dirinya sendiri pertama-tama ambil bagian dari apa yang ia mulai, dan bahwa arti
ini tidak bisa diterapkan pada 2:10 dan 12:2. Karena itu adalah tidak
meyakinkan untuk mengutip hubungan-hubungan yang tidak relevan. Catatan tepi
dari R.V. menawarkan ‘kapten’, suatu arti yang bisa cocok dengan Kis 5:31
(‘pangeran’, Herzog) tetapi tidak cocok di sini. Luther
adalah benar: ‘pemulai dan penyelesai dari iman’ (catatan tepi A.V.:
‘pemulai’). Kristus memulai iman kita dan membimbingnya sampai pada akhirnya.
... Sebagai obyek dari
iman, Kristus (juga)
adalah penyebab dari iman;
... Dari awal sampai
akhir kita membutuhkan Kristus yang ilahi sebagai Seseorang yang menyebabkan dan
menyelesaikan iman dari orang-orang percaya: ... Inilah sang Juruselamat, yang telah disalibkan, dan dipermuliakan, yang
adalah pemulai dan
penyelesai dari iman, juga dari iman kita. Pada
waktu penulis dan pembaca telah membawa Dia kepada mereka oleh injil yang mereka
percayai, Ia memenuhi mereka dengan iman; pada waktu mereka akan melihat Dia di
sebelah kanan takhta Allah, Ia akan menyelesaikan iman mereka dengan memberikan
kepada mereka kemuliaan yang mereka harapkan dan tidak lihat untuk begitu lama
(11:1).].
Catatan:
C.-K adalah nama suatu kamus.
Ibr
5:9 - “dan sesudah Ia mencapai
kesempurnaanNya, Ia menjadi pokok keselamatan
yang abadi bagi semua orang yang taat kepadaNya,”.
KJV:
‘the author
of eternal salvation’ (= pencipta
dari keselamatan kekal).
RSV/NIV/NASB:
‘the source
of eternal salvation’ (= sumber dari
keselamatan kekal).
Dalam
ayat ini kata yang diterjemahkan ‘pokok’ (dalam LAI), atau ‘author’
(dalam KJV), atau ‘source’ (dalam
RSV/NIV/NASB), bukan ARKHEGOS tetapi AITIOS, yang oleh Lenski dikatakan artinya
sama dengan ARKHEGOS.
Pada
bagian awal kata-kata Lenski benar, tetapi ia tahu-tahu mengakhirinya dengan
kata-kata yang sama sekali salah. Saya kutip ulang kata-katanya pada bagian
akhir itu.
Lenski:
“When
the writer and the readers had him brought to them by the gospel they believed,
he filled them with faith; when they shall see him at the right hand of the
throne of God, he shall complete their faith by bestowing upon them the glory
hoped for and not seen for so long (11:1).” [= Pada waktu penulis dan pembaca telah
membawa Dia kepada mereka oleh injil yang mereka
percayai,
Ia memenuhi mereka dengan iman;
pada
waktu mereka akan melihat Dia di sebelah kanan takhta Allah,
Ia akan menyelesaikan iman mereka dengan memberikan kepada
mereka kemuliaan yang mereka harapkan dan tidak lihat untuk begitu lama (11:1).].
Catatan:
perhatikan bagaimana bagian yang saya beri garis bawah tunggal bertentangan
dengan bagian yang saya beri garis bawah ganda.
Kalau
mereka sudah percaya kepada injil yang dibawakan kepada mereka, berarti mereka sudah
beriman, lalu untuk apa Yesus ‘memenuhi mereka dengan iman’?
Dan
kalau mereka sudah melihat Dia di sebelah kanan takhta Allah, itu berarti mereka
sudah masuk surga, lalu untuk apa Yesus menyelesaikan iman mereka? Dan bagaimana
itu diartikan sebagai memberikan kemuliaan kepada mereka?
-bersambung-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali