(Rungkut
Megah Raya Blok D No 16)
Rabu,
tgl 15 Juni 2011, pk 19.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
(HP:
7064-1331 / 6050-1331)
http://www.golgothaministry.org
Unconditional Election
(Pemilihan
tanpa syarat)
pelajaran
5 - 15 Juni 2011
7.
Ro 9:14-16 - “(14) Jika demikian, apakah yang
hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil! (15) Sebab Ia berfirman
kepada Musa: ‘Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh
belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati’.
(16) Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak
orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah”.
Bandingkan
bagian yang digaris-bawahi dengan Ro 9:16 versi KJV yang menterjemahkan ayat ini
secara hurufiah: “So then it
is not of him that willeth, nor of him that runneth, but of God that
sheweth mercy”
[= Jadi hal itu bukanlah dari dia yang mau, bukan juga dari dia yang berlari
(maksudnya
‘berusaha’), tetapi dari
Allah yang menunjukkan belas kasihan].
Calvin
berkata bahwa Ambrose, Origen, Jerome mengatakan bahwa Allah membagikan kasih
karuniaNya di antara manusia seperti yang Ia lihat
lebih dulu (foresaw) bahwa mereka akan
menggunakannya dengan baik. Calvin juga mengatakan bahwa mula-mula
Agustinus juga mempunyai pandangan seperti ini, tetapi lalu berubah. Agustinus
menggunakan Ro 9:14 sebagai dasar. Ia berkata bahwa kalau
memang Allah membagikan kasih karuniaNya kepada orang-orang yang Ia lihat lebih
dulu akan menggunakannya dengan baik, maka Ro 9:14 ini adalah tempat yang
tepat untuk menyatakan hal itu. Tetapi Paulus justru mengatakan Ro 9:15-16,
yang sama sekali bertentangan dengan pandangan itu.
8.
Pemilihan Efraim atas Manasye.
Kej 48:13-14,17-20 - “(13) Setelah itu Yusuf memegang mereka keduanya,
dengan tangan kanan dipegangnya Efraim, yaitu di sebelah kiri Israel, dan dengan
tangan kiri Manasye, yaitu di sebelah kanan Israel, lalu didekatkannyalah mereka
kepadanya. (14) Tetapi Israel mengulurkan tangan
kanannya dan meletakkannya di atas kepala Efraim, walaupun ia yang bungsu, dan
tangan kirinya di atas kepala Manasye - jadi tangannya bersilang, walaupun
Manasye yang sulung. ... (17) Ketika Yusuf melihat bahwa ayahnya
meletakkan tangan kanannya di atas kepala Efraim, hal itu dipandangnya tidak
baik; lalu dipegangnya tangan ayahnya untuk memindahkannya dari atas kepala
Efraim ke atas kepala Manasye. (18)
Katanya kepada ayahnya: ‘Janganlah demikian, ayahku, sebab inilah yang sulung,
letakkanlah tangan kananmu ke atas kepalanya.’ (19) Tetapi
ayahnya menolak, katanya: ‘Aku tahu, anakku, aku tahu; ia juga akan menjadi
suatu bangsa dan ia juga akan menjadi besar kuasanya; walaupun begitu, adiknya
akan lebih besar kuasanya dari padanya, dan
keturunan adiknya itu akan menjadi sejumlah besar bangsa-bangsa.’ (20)
Lalu diberkatinyalah mereka pada waktu itu, katanya: ‘Dengan menyebutkan
namamulah orang Israel akan memberkati, demikian: Allah kiranya membuat engkau
seperti Efraim dan seperti Manasye.’ Demikianlah
didahulukannya Efraim dari pada Manasye”.
b) Jangan
mencampuradukkan ‘pemilihan
yang tidak bersyarat’ dengan ‘keselamatan
yang tidak bersyarat’.
Ini adalah 2 hal yang berbeda seperti langit dengan bumi!
Calvinisme
memang mengajarkan ‘pemilihan
yang tidak bersyarat’ (unconditional
election), dimana Allah memilih seseorang tanpa tergantung pada kehidupan
orang itu. Tetapi Calvinisme tidak pernah mengajarkan ‘keselamatan
tanpa syarat’!
Keselamatan tentu ada syaratnya, yaitu orangnya harus
mendengar Injil, lalu percaya kepada Yesus, dan bertekun ikut Yesus sampai mati
(sebetulnya yang terakhir ini merupakan bukti keselamatan).
Pdt.
Jusuf B. S. secara memfitnah menyatakan
pandangan Calvinisme dengan cara sebagai berikut: “Dilayani
atau tidak dilayani, kalau mereka sudah ditentukan selamat, akhirnya toh tetap
selamat, sebab Tuhan berdaulat penuh”
- ‘Keselamatan Tidak Bisa Hilang?’, hal 35.
Guy
Duty, dalam seluruh bukunya ‘Keselamatan
bersyarat atau tanpa syarat?’, menekankan dari awal sampai akhir bahwa keselamatan
itu bukan tanpa syarat (unconditional),
tetapi dengan syarat (conditional),
dan syaratnya adalah ‘percaya’. Dan ini dijadikannya sebagai suatu serangan
terhadap ‘Calvinisme’ seakan-akan Calvinisme mengajar bahwa ‘Unconditional
Election’ berarti bahwa orang yang dipilih tetap akan selamat sekalipun
orangnya tidak percaya, atau tidak percaya sampai akhir.
Bahwa
Guy Duty memang mempunyai anggapan salah tentang Calvinisme seperti itu, atau
memfitnah Calvinisme seperti itu, saya buktikan dengan memberikan beberapa
kutipan dari bukunya itu.
1.
Pada bagian Pendahuluan dari bukunya itu, Guy Duty menuliskan surat dari
seorang pendeta kepada Guy Duty yang menanggapi buku Guy Duty ini. Dan saya
mengutip sebagian surat itu yang berbunyi sebagai berikut: “Anda
telah mengadakan pendekatan tentang pokok ini dari sudut yang sangat
menyegarkan. Karya akademik ini tidak hanya menghadapi argumen-argumen dari
guru-guru Kepastian Keselamatan Kekal dengan telak, tetapi juga membuktikan dari
Alkitab, bahwa keselamatan
itu bersyarat, dan hanya didasarkan pada fakta bahwa orang beriman harus terus
percaya”
- hal 10.
Jadi
setelah pendeta itu membaca buku Guy Duty, ia diyakinkan bahwa ‘Calvinisme’
itu salah, karena ‘Calvinisme’ mengajarkan keselamatan
tanpa syarat, dimana orang yang sudah dipilih tetap akan selamat sekalipun tidak
terus menerus percaya. Sayang sekali pendeta ini sama tidak mengertinya dengan
Guy Duty bahwa Calvinisme tidak pernah mengajar seperti itu!
2.
Guy Duty mengutip kata-kata Strombeck, yang ia katakan adalah seorang
Calvinist, dalam bukunya yang berjudul ‘Shall
Never Perished’ (= Takkan pernah binasa), yang berbunyi: “Diajarkan
dalam Ef 1:13-14, bahwa setelah seseorang percaya (suatu tindakan yang
telah selesai dikerjakan), ia dimeteraikan dengan Roh Kudus sampai pada
penebusan milik yang sudah dibeli. Bagian Alkitab ini
sekaligus mengesampingkan argumentasi bahwa seseorang harus terus percaya. Tidak
perlu iman yang terus menerus di pihak orang yang diselamatkan
...(hal 130-131)” - hal 27.
Terhadap
hal ini perlu saya tegaskan bahwa:
a.
Saya tidak pernah mendengar tentang adanya seorang ahli theologia
Reformed / Calvinist yang bernama Strombeck.
b.
Kalau Strombeck memang menulis seperti yang dikutip oleh Guy Duty itu,
saya bisa pastikan bahwa ia bukanlah seorang Calvinist / Reformed, bahkan ia
bukan seorang kristen. Ia adalah orang sesat / nabi palsu.
c.
Calvinisme yang sejati tidak pernah mengajar seperti kutipan Guy Duty
dari kata-kata Strombeck tersebut di atas.
3.
Dalam bagian yang lain Guy Duty juga mengatakan sebagai berikut: “Dengan
fakta-fakta ini di hadapan kita dapatkah para pembaca setuju dengan para penulis
Calvinis yang dikutip di bawah ini? ‘Mereka yang
diselamatkan bukan diselamatkan karena iman mereka atau pertobatan mereka atau
alasan-alasan lain yang ada pada mereka.’
‘Jadi panggilan Allah dilakukan, adalah dalam rangka untuk menggenapi maksud
Allah sendiri, terlepas dari segala perbuatan yang
dilakukan oleh orang yang diselamatkan’”
- hal 32.
4.
Dalam bagian lain lagi Guy Duty berkata: “Biarlah
pembaca mempertimbangkan pernyataan sederhana dari Kristus tentang keselamatan
yang bersyarat ini, dan kemudian membaca apa yang dikatakan oleh para guru
Kepastian Keselamatan Kekal: ‘Tidak perlu iman yang
terus menerus di pihak orang yang diselamatkan’ -- ‘Orang
yang sudah dipredestinasikan, diselamatkan tanpa memandang apa yang boleh atau
yang tidak boleh ia perbuat’” - hal 83.
Perlu
saudara ketahui bahwa saya adalah seorang Calvinist yang sangat keras dan saya
mempunyai dan membaca banyak sekali buku-buku yang ditulis oleh Calvin sendiri
maupun ahli-ahli theologia Calvinist / Reformed (seperti Louis Berkhof, R. L.
Dabney, Charles Hodge, John Murray, William G. T. Shedd, Herman Bavinck, John
Owen, G. C. Berkouwer, B. B. Warfield, Loraine Boettner, R. C. Sproul, dsb),
tetapi saya belum pernah menjumpai satupun dari
mereka mengatakan / mengajarkan hal sesat semacam itu. Lucunya Guy
Duty tidak menyebutkan siapa penulis Calvinist / para guru Kepastian Keselamatan
Kekal yang ia maksudkan (dalam 2 kutipan yang terakhir di atas), dan dari buku
apa ia mengutip kata-kata itu. Atau ini juga merupakan fitnahan Guy
Duty terhadap Calvinisme?
Yang saya
pertanyakan adalah: apakah Pdt. Jusuf B. S. dan Guy Duty memang salah mengerti
tentang Calvinisme, atau mereka memang memfitnah Calvinisme? Kalau kemungkinan
pertama yang benar, maka adalah sesuatu yang menggelikan dan menyedihkan bahwa
seseorang bisa menyerang sesuatu yang tidak ia mengerti. Kalau kemungkinan
kedua yang benar, maka ini lebih menyedihkan lagi, karena bagaimana mungkin
seseorang yang mengaku sebagai hamba Tuhan bisa memfitnah seperti itu. Tetapi
kemungkinan kedua ini bukannya merupakan sesuatu yang mustahil. Perhatikan
kata-kata Charles Hodge dan Charles Haddon Spurgeon di bawah ini.
¨
Charles
Hodge:
“That
there are formidable objections to the Augustinian doctrine of divine
sovereignty cannot be denied. They address themselves even more powerfully to
the feelings and to the imagination than they do to understanding. They
are therefore often arrayed in such distorted and exaggerated forms as to
produce the strongest revulsion and abhorrence. This, however, is due
partly to the distortion of the truth and partly to the opposition of our
imperfectly or utterly unsanctified nature, to the things of the Spirit, of
which the Apostle speaks in 1Cor. 2:14” (= Bahwa ada
keberatan-keberatan yang berat / hebat terhadap doktrin Agustinus tentang
kedaulatan ilahi tidak dapat disangkal. Mereka lebih
tertuju pada perasaan dan imajinasi dari pada pada pengertian. Karena itu
mereka sering diatur / disusun dalam bentuk yang
menyimpang dan dilebih-lebihkan supaya menghasilkan reaksi mendadak dan
kejijikan yang paling kuat. Bagaimanapun, hal ini sebagian disebabkan
oleh penyimpangan kebenaran dan sebagian lagi oleh oposisi dari diri manusia
yang pengudusannya belum sempurna atau belum ada sama sekali, terhadap hal-hal
dari Roh, tentang mana sang Rasul berbicara dalam 1Kor 2:14)
- ‘Systematic Theology’, vol II,
hal 349.
Catatan:
1Kor 2:14 - “Tetapi
manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu
baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu
hanya dapat dinilai secara rohani”.
¨
Charles
Haddon Spurgeon: “The doctrine of election has been
made into a great bugbear by its unscrupulous opponents and its injudicious
friends. I have read some very wonderful sermons against this doctrine, in which the first thing that was evident was that the person speaking was
totally ignorant of his subject. ... The usual way of composing a sermon
against the doctrine of grace is this, - first
exaggerate and belie the doctrine, and then argue against it. ... Nobody
ever believed the doctrine of election as I have heard it stated by Arminian
controversialists. ... Is it remarkable that we
are as eager to denounce the dogmas imputed to us as ever our opponents can be?
Why do they earnestly set themselves to confute what no one defends? They might
as well spare themselves the trouble” (= Doktrin
pemilihan telah dibuat menjadi momok yang besar oleh penentang-penentangnya yang
tidak teliti dan teman-temannya yang tidak bijaksana. Saya telah membaca
beberapa khotbah yang luar biasa yang menentang doktrin ini, dimana
hal pertama yang nyata adalah bahwa orang yang berbicara sama sekali tidak
mempunyai pengertian tentang pokok yang dibicarakannya. ... Jalan / cara
yang umum untuk menyusun khotbah untuk menentang doktrin kasih karunia adalah
ini, - mula-mula lebih-lebihkan dan nyatakanlah doktrin
ini secara salah, dan setelah itu berargumentasilah menentangnya. ... Tidak
seorangpun pernah mempercayai doktrin pemilihan seperti yang saya dengar
pendebat-pendebat Arminian menyatakannya. ... Bukankah
merupakan sesuatu yang luar biasa / hebat bahwa kita sama bersemangatnya dengan
penentang-penentang kita untuk mencela dogma yang
mereka hubungkan dengan kita? Mengapa mereka begitu
bersungguh-sungguh menyiapkan diri mereka untuk menyangkal / membantah apa yang
tidak dipertahankan oleh seorangpun? Mereka lebih baik menghemat / menyimpan
jerih payah mereka)
- ‘Spurgeon’s Expository
Encyclopedia’, vol 7, hal 36-37.
Kata-kata
Hodge dan Spurgeon ini penting untuk saudara perhatikan dalam menghadapi setiap
serangan orang Arminian (termasuk Pdt. Jusuf B. S. dan Guy Duty) yang
mengextrimkan dan memfitnah Calvinisme sehingga tidak mirip Calvinisme, dan baru
setelah itu menyerangnya.
Catatan:
belakangan ini muncul Suhento Liauw dan Steven Liauw (mereka ini bapak dan
anak, yang sama-sama punya gelar doktor theologia), yang juga menyerang
Calvinisme dengan cara yang sama seperti Pdt. Jusuf B. S. dan Guy Duty.
Dan
Guy Duty juga memberikan tuduhan sebagai berikut:
“Dalam
tulisan-tulisan para guru Kepastian Keselamatan Kekal, anda
tidak akan dapat menemukan kata predestinasi yang dipakai dalam hubungannya
dengan pokok-pokok tentang keselamatan yang bersyarat seperti yang
telah anda baca di atas” - ‘Keselamatan, bersyarat atau tanpa syarat?’,
hal 37.
Ini
jelas-jelas merupakan suatu fitnahan dari Guy Duty, dan juga
menunjukkan betapa sembrononya / sembarangannya Guy Duty menyatakan
Calvinisme!
Bahwa
Calvinisme memang menghubungkan ‘Predestinasi’ dengan ‘keselamatan
bersyarat’ terlihat dengan jelas dari acrostic
TULIP (5 points Calvinisme), yang:
a.
Pada point ke 2 menyatakan Predestinasi.
b.
Pada point ke 4 menyatakan bahwa kasih karunia Allah tidak bisa ditolak.
Ini jelas menunjukkan bahwa orang yang dipilih dan diberi kasih karunia itu
tidak bisa tidak pasti akan beriman kepada Yesus.
c.
Pada point ke 5 menyatakan bahwa orang percaya itu karena pekerjaan Allah
dalam dirinya pasti akan bertekun ikut Yesus sampai mati!
Saya
juga akan membuktikan bahwa orang Calvinist menghubungkan predestinasi dengan
keselamatan bersyarat dengan memberikan kutipan-kutipan kata-kata Calvin, R. L.
Dabney, R. C. Sproul, B. B. Warfield, dan juga dari Westminster
Confession of Faith di bawah ini, yang semuanya
percaya bahwa sekalipun kita dipilih untuk diselamatkan, tetapi kita juga harus
percaya. Allah yang sudah menetapkan keselamatan seseorang juga akan
bekerja untuk membuat orang itu menjadi percaya sampai akhir hidupnya.
Calvin:
“Election
is to be understood and recognized in Christ alone. ... Accordingly, those whom
God has adopted as his sons are said to have been chosen not in themselves but
in his Christ (Eph. 1:4)”
[= Pemilihan hanya dimengerti dan dikenali dalam Kristus saja. ... Karena itu,
mereka yang Allah adopsi sebagai anak-anakNya dikatakan telah dipilih bukan
dalam diri mereka sendiri tetapi dalam KristusNya (Ef 1:4)]
- ‘Institutes of the Christian
Religion’, Book III, Chapter XXIV, no 5.
Robert
L. Dabney:
“God’s
act in forming His decree is unconditioned on anything to be done by His
creatures. In another sense, a multitude of the things decreed are conditional;
God’s whole plan is a wise unit, linking means with ends, and causes with
effects. In regard to each of these effects, the occurrence of it is conditional
on the presence of its cause, and is made so dependent by God’s decree itself.
But while the events decreed are conditional, God’s act in forming the decree
is not conditional, on anything which is to occur in time; because in the case
of each dependent event, His decree as much determined the occurrence of the
cause, as of its effect. And this is true equally of those events in His plan
dependent on the free acts of free agents” (= Tindakan Allah dalam membentuk
ketetapanNya tidak disyaratkan pada apapun yang akan dilakukan oleh makhluk
ciptaanNya. Dalam pengertian yang lain, banyak hal-hal yang ditetapkan yang
bersyarat; seluruh rencana Allah merupakan kesatuan yang bijaksana,
menghubungkan cara / jalannya dengan tujuannya, dan menghubungkan sebab dengan
akibatnya. Memperhatikan pada setiap akibat, terjadinya hal itu disyaratkan pada
adanya penyebab, dan dibuat begitu tergantung oleh ketetapan Allah sendiri. Tetapi
sementara kejadian yang ditetapkan itu bersyarat, tindakan Allah dalam membentuk
ketetapan itu tidak bersyarat, pada apapun yang akan terjadi dalam waktu;
karena dalam kasus dari setiap kejadian, ketetapanNya menetapkan terjadinya
penyebabnya maupun akibatnya. Dan ini sama benarnya tentang kejadian-kejadian
dalam rencanaNya yang tergantung pada tindakan bebas dari agen yang bebas)
- ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 218-219.
Karena
kata-kata ini cukup sukar, maka saya jelaskan sebagai berikut: Pada
waktu Allah menetapkan bahwa si A akan selamat, maka itu bersifat tidak
bersyarat, artinya itu bukan karena Allah melihat si A bakal percaya, bakal
menjadi baik dsb. Tetapi keselamatan si A
bersyarat, yaitu kalau ia percaya kepada Yesus. Tetapi
Allah, yang menetapkan keselamatan si A, pasti juga menetapkan caranya /
jalannya supaya si A selamat (misalnya si B menginjilinya sehingga si A percaya
kepada Yesus).
Allah
B
menginjili A ® A percaya Kristus ®
A selamat
Robert
L. Dabney:
“His
decree includes means and conditions” (= KetetapanNya mencakup cara-cara /
jalan-jalan dan syarat-syarat) - ‘Lectures
in Systematic Theology’, hal 220.
Dabney
lalu memberikan 2Tes 2:13 dan 1Pet 1:2 sebagai pendukung pandangannya.
2Tes 2:13 - “Akan
tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu,
saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan, sebab Allah
dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam
Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai”.
Kata-kata ‘Allah
dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan’ jelas menunjuk pada Predestinasi, sedangkan
kata-kata ‘dalam Roh yang menguduskan
kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai’
menunjukkan cara / jalan untuk mencapai ketetapan Tuhan itu.
1Pet 1:1-2 - “(1) Dari Petrus, rasul Yesus Kristus, kepada
orang-orang pendatang, yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil
dan Bitinia, (2) yaitu orang-orang yang dipilih,
sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang
dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan
darahNya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah
atas kamu”.
Kata-kata ‘orang-orang
yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita’ jelas menunjuk pada Predestinasi, sedangkan
kata-kata ‘yang dikuduskan oleh Roh,
supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darahNya’
menunjukkan cara / jalan untuk mencapai ketetapan Tuhan itu.
Dabney
menambahkan lagi: “The
sophism of the Arminian is just that, in this case, already pointed out; confounding
conditionality of events decreed, with conditionality of God’s decree” (= Kesalahan dari orang Arminian dalam
hal ini adalah seperti telah ditunjukkan; mencampuradukkan
persyaratan dari hal-hal yang ditetapkan dengan persyaratan dari ketetapan ilahi) - ‘Lecturein Systematic
Theology’, hal 222.
R.
C. Sproul:
“We
must be careful to distinguish between conditions that are necessary for
salvation and conditions that are necessary for election. ... There
are all sorts of conditions that must be met for someone to be saved. Chief
among them is that we must have faith in Christ. Justification is by
faith. Faith is a necessary requirement. To be sure, the Reformed doctrine of
predestination teaches that all the elect are indeed brought to faith. God
insures that the conditions necessary for salvation are met”
(= Kita harus hati-hati membedakan antara syarat-syarat yang diperlukan untuk
keselamatan dan syarat-syarat yang diperlukan untuk pemilihan. ... Ada
segala macam persyaratan yang harus dipenuhi supaya seseorang diselamatkan.
Yang terutama dari mereka adalah bahwa kita harus
mempunyai iman kepada Kristus. Pembenaran adalah oleh iman. Iman adalah
persyaratan yang diperlukan. Jelasnya, doktrin Reformed tentang Predestinasi
mengajarkan bahwa semua orang pilihan memang dibawa kepada iman. Allah
memastikan bahwa persyaratan yang perlu untuk keselamatan dipenuhi) - ‘Chosen By
God’, hal 155.
Arthur
W. Pink:
“It
is not true that, because God has chosen a certain one to salvation, he will be
saved willy-nilly, whether he believes or not: nowhere do the Scriptures
so represent it. The same God who predestined the end,
also appointed the means; the same God who ‘chose unto salvation,’ decreed
that His purpose should be realized through the work of the Spirit and belief of
the truth” (= Adalah
tidak benar bahwa karena Allah telah memilih orang tertentu untuk keselamatan,
bagaimanapun juga ia akan diselamatkan, apakah ia percaya atau tidak:
Kitab Suci tidak pernah menggambarkannya seperti itu. Allah
yang sama yang mempredestinasikan akhir / tujuannya, juga menetapkan cara /
jalannya; Allah yang sama yang ‘memilih kepada keselamatan’, menetapkan
bahwa RencanaNya harus diwujudkan melalui pekerjaan Roh dan kepercayaan pada
kebenaran)
- ‘The Sovereignty of God’, hal
52.
B.
B. Warfield:
“Of
course this election is to privileges and means of grace; and without these the
great end of the election would not be attained: for
the ‘election’ is given effect only by the ‘call,’ and manifests itself
only in faith and the holy life” (= Tentu saja pemilihan ini adalah
bagi hak dan cara / jalan kasih karunia; dan tanpa hal-hal ini tujuan besar dari
pemilihan tidak akan tercapai: karena ‘pemilihan’
hanya terjadi / terlaksana oleh ‘panggilan’, dan mewujudkan dirinya sendiri
hanya dalam iman dan kehidupan yang kudus) - ‘Biblical
and Theological Studies’, hal 301.
B.
B. Warfield:
“In
the case of neither class, that of the elect as little as that of those that are
without, are the purpose of God wrought out without the co-operation of the
activities of the subjects”
(= Tidak ada golongan yang manapun, baik golongan pilihan maupun yang diluar
pilihan, dalam mana rencana / tujuan Allah dilaksanakan tanpa kerja sama dari
aktivitas orangnya) - ‘Biblical
and Theological Studies’, hal 302.
‘Westminster Confession of Faith’,
Chapter III, no 6:
“As God hath appointed the elect unto glory, so hath
He, by the eternal and most free purpose of His will, foreordained all the means
thereunto. Wherefore, they who are elected, being fallen in Adam, are redeemed
by Christ, are effectually called unto faith in Christ by His Spirit working in
due season, are justified, adopted, sanctified, and kept by His power, through
faith, unto salvation. Neither are any other redeemed by Christ, effectually
called, justified, adopted, sanctified, and saved, but the elect only” (= Sebagaimana
Allah telah menetapkan orang-orang pilihanNya kepada kemuliaan, Dia juga, oleh
kehendakNya yang kekal dan bebas, telah menentukan caranya / jalannya untuk
mencapai hal itu. Karena itu, mereka yang dipilih, yang telah jatuh di dalam
Adam, ditebus oleh Kristus, dipanggil secara efektif ke dalam iman di dalam
Kristus oleh RohNya yang bekerja pada saatnya, dibenarkan, diangkat menjadi
anak, dikuduskan, dan dipelihara oleh kuasaNya, melalui iman, kepada
keselamatan. Tidak ada yang lain yang ditebus oleh Kristus, dipanggil secara
efektif, dibenarkan, diangkat menjadi anak, dikuduskan, dan diselamatkan,
kecuali orang-orang pilihan saja).
Saya kira
saya sudah lebih dari cukup menunjukkan bukti-bukti bahwa ahli-ahli theologia
Calvinist tidak mengajar seperti apa yang dikatakan oleh Guy Duty! Jadi di
sini terbukti hitam di atas putih bahwa Guy Duty memang memfitnah. Dan saya
berpendapat bahwa Gereja Bukit Zaitun dan tim penterjemah buku Guy Duty
bukannya tanpa salah pada waktu mereka menterjemahkan dan menyebarkan buku
yang berisikan fitnahan ini! Saya berharap mereka bisa bertobat!
3)
Predestinasi pasti terjadi / tidak mungkin gagal.
a)
Rencana Allah secara umum tidak bisa berubah ataupun gagal.
Orang
Arminian / non Reformed percaya bahwa Allah bisa mengubah RencanaNya, dan
percaya bahwa Rencana Allah bisa gagal.
Pdt.
Jusuf B. S. dalam bukunya ‘Keselamatan Tidak Bisa Hilang?’ berkata sebagai
berikut:
·
“(Memang,
setiap dosa yang diperbuat itu merusak banyak hal-hal yang baik (Pkh 9:18),
bahkan rencana-rencana indah kelas I bisa hilang seperti Musa, Harun, Israel
yang batal tidak jadi masuk Kanaan). Jangan sampai berulang-ulang jatuh, rencana
Tuhan bagi kita rusak dan tidak ada pahalanya”
(hal 79).
·
“Takdir
Allah dapat berubah oleh manusia” (hal 116).
Ia
lalu memberi contoh: Niniwe, Ahab, Hizkia.
·
“Tetapi
rencana Allah bagi anak-anaknya itu sebagian bantut, sebagian jadi, tergantung
dari orang itu sendiri. Meskipun Allah sudah tahu akan batal, pada beberapa
orang Allah toh memberikan semua ini” (hal 119).
Sebetulnya
pandangan Arminian yang mengatakan bahwa Rencana Allah bisa gagal atau bahwa
Allah bisa mengubah RencanaNya merupakan:
1.
Suatu penghinaan bagi Allah karena ini menyamakan Allah dengan manusia,
yang sering harus mengubah rencanaNya dan gagal dalam mencapai rencanaNya!
2.
Pandangan yang bertentangan dengan logika.
Mengapa
bisa demikian? Karena Allah itu mahatahu dan karena itu pada waktu Ia
merencanakan, tentu Ia sudah tahu apakah RencanaNya itu akan berhasil atau akan
gagal. Kalau Ia sudah tahu bahwa RencanaNya akan gagal / akan diubah, mengapa Ia
tetap merencanakannya?
3.
Pandangan yang jelas bertentangan dengan ayat-ayat Kitab Suci di bawah
ini:
·
Bil 23:19
- “Allah bukanlah manusia,
sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia
menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan
tidak menepatinya?”
·
1Sam 15:29
- “Lagi Sang Mulia dari Israel
tidak berdusta dan Ia tidak tahu menyesal; sebab Ia
bukan manusia yang harus menyesal”.
·
Maz 110:4
- “TUHAN telah bersumpah, dan Ia
tidak akan menyesal: ‘Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, menurut
Melkisedek’”.
Catatan: dalam Kitab Suci memang ada ayat-ayat yang
mengatakan bahwa Allah menyesal (Kej 6:5-6
Kel 32:10-14 1Sam 15:1
Yes 38:1,5 Yer 18:8 Yunus 3:10 Amos 7:3,6),
atau seolah-olah mengubah rencanaNya, seperti dalam kasus raja Hizkia (2Raja 20:1-6).
Ini akan saya jelaskan belakangan pada waktu menjelaskan tentang doktrin ‘Providence
of God’. Untuk sementara ini cukup saudara renungkan ini: kalau ayat-ayat
itu memang menunjukkan bahwa Allah itu menyesal sehingga mengubah rencanaNya,
lalu mengapa dalam Kitab Suci juga ada ayat-ayat di atas yang jelas-jelas
menunjukkan bahwa Allah tidak mungkin menyesal?
·
Maz 33:10-11
- “(10) TUHAN menggagalkan
rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa; (11) tetapi rencana
TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hatiNya turun-temurun”.
·
Yes 14:24-27
- “(24) TUHAN semesta alam telah
bersumpah, firmanNya: ‘Sesungguhnya seperti yang
Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan
terlaksana: (25) Aku akan membinasakan orang Asyur dalam negeriKu dan
menginjak-injak mereka di atas gunungKu; kuk yang diletakkan mereka atas umatKu
akan terbuang dan demikian juga beban yang ditimpakan mereka atas bahunya.’
(26) Itulah rancangan yang telah dibuat mengenai seluruh bumi, dan itulah tangan
yang teracung terhadap segala bangsa. (27) TUHAN
semesta alam telah merancang, siapakah yang dapat menggagalkannya? TanganNya
telah teracung, siapakah yang dapat membuatnya ditarik kembali?”.
·
Yes 46:10-11
- “(10) yang memberitahukan dari
mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana,
yang berkata: KeputusanKu akan sampai, dan segala
kehendakKu akan Kulaksanakan, (11) yang memanggil burung buas dari
timur, dan orang yang melaksanakan putusanKu dari negeri yang jauh. Aku
telah mengatakannya, maka Aku hendak melangsungkannya, Aku telah
merencanakannya, maka Aku hendak melaksanakannya”.
·
Ayub 23:13
- “Tetapi Ia
tidak pernah berubah - siapa dapat menghalangi Dia? Apa yang dikehendakiNya,
dilaksanakanNya juga”.
·
Ayub 42:1-2
- “(1) Maka jawab Ayub kepada
TUHAN: (2) ‘Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak
ada rencanaMu yang gagal’”.
·
Ibr 6:17 - “Karena
itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak menerima janji itu akan kepastian
putusanNya, Allah telah mengikat diriNya dengan sumpah”.
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali