Pemahaman Alkitab

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Rungkut Megah Raya, blok D no 16)

 

Rabu, tanggal 10 April 2013, pk 19.00

 

Pdt. Budi Asali, M. Div.

(0819-455-888-55)

[email protected]

 

II Timotius 2:1-26(4)

 

2Tim 2:1-7 - “(1) Sebab itu, hai anakku, jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus. (2) Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain. (3) Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus. (4) Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya. (5) Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga. (6) Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya. (7) Perhatikanlah apa yang kukatakan; Tuhan akan memberi kepadamu pengertian dalam segala sesuatu.”.

 

John Stott: The application of this verse is wider than to pastors, however. Every Christian is in some degree a soldier of Christ, even if he is as timid as Timothy. For, whatever our temperament, we cannot avoid the Christian conflict. And if we are to be good soldiers of Jesus Christ, we must be dedicated to the battle, committing ourselves to a life of discipline and suffering, and avoiding whatever may ‘entangle’ us and so distract us from it. (= Tetapi, penerapan dari ayat ini lebih luas dari kepada pendeta-pendeta. Setiap orang Kristen dalam tingkat tertentu adalah seorang tentara Kristus, bahkan jika ia sama penakutnya seperti Timotius. Karena, apapun temperamen kita, kita tidak bisa menghindari konflik Kristen. Dan jika kita mau menjadi tentara-tentara yang baik dari Yesus Kristus, kita harus didedikasikan pada pertempuran, menyerahkan diri kita sendiri pada suatu kehidupan dari disiplin dan penderitaan, dan menghindari apapun yang bisa ‘melibatkan’ kita dan dengan demikian menyimpangkan kita darinya.).

Catatan: bagi orang awam, sekalipun hidupnya juga harus diserahkan kepada Kristus sepenuhnya, tentu ia tidak mungkin untuk meninggalkan pekerjaan ‘sekuler’nya. Tetapi pekerjaan itu tetap harus ditujukan untuk kemuliaan Tuhan, dan bukan sekedar untuk mencari uang / kekayaan.

 

Calvin: “‘The condition of military discipline is such, that as soon as a soldier has enrolled himself under a general, he leaves his house and all his affairs, and thinks of nothing but war; and in like manner, in order that we may be wholly devoted to Christ, we must be free from all the entanglements of this world.’ ... By ‘the affairs of life’, he means the care of governing his family, and ordinary occupations; as farmers leave their agriculture, and merchants their ships and merchandise, till they have completed the time that they agreed to serve in war. We must now apply the comparison to the present subject, that every one who wishes to fight under Christ must relinquish all the hindrances and employments of the world, and devote himself unreservedly to the warfare.” (= ‘Syarat dari disiplin militer adalah sedemikian, sehingga begitu seorang tentara telah mendaftarkan dirinya sendiri di bawah seorang jendral, ia meninggalkan rumahnya dan semua urusan-urusannya, dan tidak memikirkan apapun kecuali peperangan; dan dengan cara yang sama, supaya kita bisa sepenuhnya dibaktikan kepada Kristus, kita harus bebas dari semua keterlibatan dari dunia ini’. ... Dengan ‘urusan-urusan dari kehidupan’ ia memaksudkan perhatian untuk memerintah keluarganya, dan pekerjaan-pekerjaan / kesibukan-kesibukan biasa; seperti petani-petani meninggalkan pertaniannya, dan pedagang-pedagang meninggalkan kapal-kapal dan barang-barang dagangan mereka, sampai mereka telah menyelesaikan waktu yang telah mereka setujui untuk melayani dalam peperangan. Sekarang kita harus menerapkan perbandingan dengan pokok sekarang ini, bahwa setiap orang yang ingin bertempur di bawah Kristus harus melepaskan semua rintangan-rintangan dan pekerjaan-pekerjaan dari dunia, dan membaktikan dirinya sendiri tanpa batasan pada peperangan.).

Bdk. Luk 14:26 - “‘Jikalau seorang datang kepadaKu dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKu.”.

Mat 4:18-20 - “(18) Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. (19) Yesus berkata kepada mereka: ‘Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.’ (20) Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia.”.

 

Calvin: “Here Paul speaks to the pastors of the Church in the person of Timothy. The statement is general, but is specially adapted to the ministers of the word. First, let them see what things are inconsistent within their office, that, freed from those things, they may follow Christ. Next, let them see, each for himself, what it is that draws them away from Christ; that this heavenly General may not have less authority over us than that which a mortal man claims for himself over heathen soldiers who have enrolled under him.” (= Di sini Paulus berbicara kepada pendeta-pendeta dari Gereja dalam diri dari Yakobus. Pernyataannya adalah umum, tetapi secara khusus disesuaikan dengan pelayan-pelayan dari firman. Pertama, hendaklah mereka melihat hal-hal apa yang tidak konsisten di dalam jabatan / tugas mereka, supaya, dengan dibebaskan dari hal-hal itu, mereka bisa mengikuti Kristus. Selanjutnya, hendaklah mereka melihat, masing-masing bagi dirinya sendiri, apa yang menarik mereka menjauhi Kristus; supaya Jendral surgawi ini tidak mempunyai otoritas yang kurang atas kita dari pada apa yang diclaim oleh manusia yang fana bagi dirinya sendiri atas tentara-tentara kafir yang telah mendaftar di bawahnya.).

 

The Biblical Illustrator (New Testament): A soldier always: - You cannot be a saint on Sundays and a sinner in the week; you cannot be a saint at church and a sinner in the shop; you cannot be a saint in Liverpool and a sinner in London. You cannot serve God and Mammon. You are a soldier everywhere or nowhere, and woe to you if you dishonour your King. (= Selalu seorang tentara: - Kamu tidak bisa menjadi seorang kudus pada hari Minggu dan seorang berdosa dalam minggu itu; kamu tidak bisa menjadi seorang kudus di gereja dan seorang berdosa di toko; kamu tidak bisa menjadi seorang kudus di Liverpool dan seorang berdosa di London. Kamu tidak bisa melayani Allah dan Mammon / dewa uang. Kamu adalah seorang tentara dimana-mana atau tidak dimanapun, dan celakalah kamu jika kamu mempermalukan Rajamu.).

 

The Biblical Illustrator (New Testament): the Christian’s dangers arise not only from his sins, but also from the ordinary affairs of daily life. These are more especially meant in the text. And what snare can be greater? Actual sin we may generally know to be sin. But in the affairs of this life, our daily occupations and our lawful enjoyments, it is often hard to find where the entanglement begins. If as moralists say and as experience proves, the difference between things lawful and unlawful is frequently one of degree, it must require both an enlightened conscience and much self-examination to ascertain the middle path of safety. (= bahaya-bahaya bagi orang Kristen muncul bukan hanya dari dosa-dosanya, tetapi juga dari urusan-urusan biasa dari kehidupan sehari-hari. Hal-hal ini dimaksudkan secara lebih khusus dalam text ini. Dan jerat apa yang bisa lebih besar? Dosa-dosa yang aktual / sungguh-sungguh biasanya kita ketahui sebagai dosa. Tetapi dalam urusan-urusan dari kehidupan ini, pekerjaan-pekerjaan sehari-hari kita dan penikmatan kita yang sah, seringkali sukar untuk menemukan dimana keterlibatan mulai. Jika seperti para tokoh moral katakan dan seperti pengalaman membuktikan, perbedaan antara hal-hal yang sah dan tidak sah seringkali adalah dalam persoalan tingkatan, itu pasti memerlukan hati nurani yang diterangi dan banyak pemeriksaan diri sendiri / introspeksi untuk memastikan jalan keamanan di tengah-tengah.).

 

4)   supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.

 

Matthew Henry: The great care of a soldier should be to please his general; so the great care of a Christian should be to please Christ, to approve ourselves to him. The way to please him who hath chosen us to be soldiers is not to entangle ourselves with the affairs of this life, but to be free from such entanglements as would hinder us in our holy warfare. (= Perhatian besar dari seorang tentara harus untuk menyenangkan jendralnya; begitu juga perhatian besar dari seorang Kristen harus untuk menyenangkan Kristus, membuat diri kita disetujui olehNya. Jalan / cara untuk menyenangkan Dia yang telah memilih kita sebagai tentara-tentara adalah dengan tidak melibatkan diri kita sendiri dengan urusan-urusan dari kehidupan ini, tetapi untuk bebas dari keterlibatan-keterlibatan seperti itu karena akan menghalangi kita dalam peperangan kudus kita.).

 

Pulpit Commentary: “His sole motive is to please the Master who enrolled him in this service. It is not to please himself, or to please men by seeking ease, or emolument, or social position, but to please the Lord Jesus Christ” (= Satu-satunya motivasi adalah untuk menyenangkan Tuan yang telah mendaftarkannya dalam pelayanan ini. Bukan untuk menyenangkan dirinya sendiri, atau untuk menyenangkan orang-orang dengan mencari kenyamanan, atau honorarium, atau kedudukan sosial, tetapi untuk menyenangkan Tuhan Yesus Kristus).

Gal 1:10 - “Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.”.

 

Ay 5: “Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga.”.

KJV: And if a man also strive for masteries, yet is he not crowned, except he strive lawfully. (= Dan jika seorang manusia juga berjuang untuk kemenangan, tetapi ia tidak dimahkotai, kecuali ia berjuang dengan sah.).

RSV: ‘An athlete is not crowned unless he competes according to the rules.’ (= Seorang atlet tidak dimahkotai kecuali ia bertanding / berlomba sesuai dengan peraturan-peraturan.).

NIV: ‘Similarly, if anyone competes as an athlete, he does not receive the victor’s crown unless he competes according to the rules.’ (= Secara mirip, jika siapapun bertanding / berlomba sebagai seorang atlet, ia tidak menerima mahkota pemenang kecuali ia bertanding / berlomba menurut peraturan-peraturan.).

NASB: ‘Also if anyone competes as an athlete, he does not win the prize unless he competes according to the rules.’ (= Juga jika siapapun bertanding / berjuang sebagai seorang atlet, ia tidak memenangkan hadiah kecuali ia bertanding / berlomba menurut peraturan-peraturan.).

 

Bible Knowledge Commentary: The thought here is similar to 1 Cor 9:24-27 (and Heb 12:1-2). [= Pemikiran di sini serupa dengan 1Kor 9:24-27 (dan Ibr 12:1-2)].

1Kor 9:24-27 - “(24) Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! (25) Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. (26) Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. (27) Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.”.

Ibr 12:1-2 - “(1) Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. (2) Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.”.

 

Calvin: “And if any one strive. He now speaks of perseverance, that no man may think that he has done enough when he has been engaged in one or two conflicts. ... If any man, therefore, wearied with the conflict, immediately withdraw from the arena to enjoy repose, he will be condemned for indolence instead of being crowned. Thus, because Christ wishes us to strive during our whole life, he who gives way in the middle of the course deprives himself of honor, even though he may have begun valiantly. To strive lawfully is to pursue the contest in such a manner and to such an extent as the law requires, that none may leave off before the time appointed.” (= ‘Dan jika siapapun berjuang’. Sekarang ia berbicara tentang ketekunan, supaya tak seorangpun bisa berpikir bahwa ia telah melakukan cukup pada waktu ia telah terlibat dalam satu atau dua pertempuran. ... Karena itu, jika siapapun bosan dengan pertempuran, dan dengan segera menarik diri dari arena / gelanggang untuk menikmati istirahat / kesenangan, ia akan dikecam untuk kemalasan dan bukannya dimahkotai. Maka, karena Kristus ingin kita berjuang dalam sepanjang hidup kita, ia yang menyerah di tengah jalan menghilangkan kehormatan dari dirinya sendiri, sekalipun ia mungkin telah memulai dengan berani. Berjuang secara sah / menurut hukum berarti mengikuti pertandingan dengan cara sedemikian rupa dan sampai pada tingkat sedemikian rupa seperti yang dituntut oleh hukum, supaya tak seorangpun bisa berhenti sebelum waktu yang ditentukan.).

Catatan: pada bagian awal dari kutipan ini, sekalipun kata-kata Calvin benar, tetapi tak sesuai dengan ayat itu, yang menekankan ketaatan pada peraturan-peraturan, dan bukannya ketekunan, sekalipun harus diakui bahwa dalam pertandingan / perlombaan, ketekunan juga jelas harus ada.

 

John Stott: Paul now turns from the image of the Roman soldier to that of the competitor in the Greek games. In no athletic contest of the ancient world (any more than of the modern) was a competitor giving a random display of strength or skill. Every sport had its rules, always for the contest itself and sometimes for the preparatory training as well. Every event had its prize also, and the prizes awarded at the Greek games were evergreen wreaths, not gold medals or silver trophies. But no athlete, however brilliant, was ‘crowned’ unless he had competed ‘according to the rules’. ‘No rules, no wreath’ was the order of the day. The Christian life is regularly likened in the New Testament to a race, not in the sense that we are competing against each other ..., but in other ways, in the strenuous self-discipline of training (1 Cor. 9:24–27), in laying aside every hindrance (Heb. 12:1, 2) and here in keeping the rules. [= Sekarang Paulus berpindah dari gambaran dari seorang tentara Romawi kepada petanding / pelomba dalam pertandingan-pertandingan Yunani. Tak ada pertandingan atletik dalam dunia kuno (maupun dalam dunia modern) ada seorang pelomba / petanding yang memberikan suatu pertunjukan sembarangan dari kekuatan atau keahlian. Setiap jenis olah raga mempunyai peraturan-peraturannya sendiri, selalu untuk pertandingan itu sendiri dan kadang-kadang juga untuk latihan persiapan. Setiap pertandingan mempunyai hadiahnya juga, dan hadiah yang diberikan pada pertandingan-pertandingan Yunani adalah lingkaran-lingkaran bunga yang selalu hijau, bukan medali emas atau piala perak. Tetapi tidak ada atlet, bagaimanapun hebatnya, dimahkotai kecuali ia telah bertanding ‘menurut peraturan-peraturan’. ‘Tak ada peraturan-peraturan, tak ada lingkaran bunga’ adalah hukum / syarat dari jaman itu. Kehidupan Kristen dalam Perjanjian Baru biasanya disamakan dengan suatu perlombaan, bukan dalam arti bahwa kita berlomba / bersaing satu sama lain ..., tetapi dengan cara-cara lain, dalam disiplin diri sendiri yang keras dari latihan (1Kor 9:24-27), dalam menyingkirkan setiap halangan (Ibr 12:1-2) dan di sini, dalam mentaati peraturan-peraturan.].

Catatan: yang saya beri garis bawah ganda, justru merupakan sesuatu yang sangat banyak terjadi dalam dunia Kristen saat ini. Betul-betul merupakan sesuatu yang memalukan kalau pendeta / pelayan yang satu menganggap pendeta / pelayan yang lain sebagai saingan, dan bukan sebagai rekan! Siapapun yang menganggap gereja / pendeta / pelayan lain sebagai saingan jelas tidak mempunyai motivasi untuk memuliakan Allah dalam pelayan maupun hidupnya!

Bdk. 1Kor 10:31 - “Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.”.

Kalau makan dan minum saja harus untuk kemuliaan Allah, apalagi pelayanan!

 

John Stott: The context requires that competing ‘according to the rules’ has a wider application than to our moral conduct, however. Paul is describing Christian service, not just Christian life. He seems to be saying that rewards for service depend on faithfulness. The Christian teacher must teach the truth, building with solid materials on the foundation of Christ, if his work is to endure and not be burned up (cf. 1 Cor. 3:10–15). [= Tetapi kontext menuntut bahwa pertandingan / perlombaan ‘menurut peraturan-peraturan’ mempunyai penerapan yang lebih luas dari pada tingkah laku kita. Paulus sedang menggambarkan pelayanan Kristen, bukan hanya kehidupan Kristen. Kelihatannya ia mengatakan bahwa pahala-pahala untuk pelayanan tergantung pada kesetiaan. Pengajar Kristen harus mengajar kebenaran, membangun dengan bahan-bahan yang padat / keras / kokoh di atas fondasi dari Kristus, jika pekerjaannya mau bertahan dan bukannya terbakar habis (bdk. 1Kor 3:10-15).].

1Kor 3:10-15 - “(10) Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. (11) Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. (12) Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, (13) sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. (14) Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. (15) Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.”.

 

Penerapan: sebagai contoh dari pendeta-pendeta / pengkhotbah-pengkhotbah yang membangun dengan kayu, rumput kering dan jerami, adalah mereka yang tak pernah mau mengajar hal-hal yang sukar, khususnya yang bersifat doktrinal.

 

The Biblical Illustrator (New Testament): Lawful strife: - We gather from this figure that in spiritual things there is a striving lawfully and a striving unlawfully, and that the prize is not necessarily given to him who wins the race, if he has not complied with certain rules laid down. I think, then, we may say that there are three distinct ways of striving. 1. There is an unlawful striving after unlawful objects. 2. An unlawful striving after lawful objects. 3. A lawful striving after lawful objects. (= Perjuangan yang sah / sesuai dengan hukum: - Kita mengumpulkan dari gambaran ini bahwa dalam hal-hal rohani di sana ada suatu perjuangan yang sah dan suatu perjuangan yang tidak sah, dan bahwa hadiah tidak harus diberikan kepada dia yang memenangkan perlombaan, jika ia tidak tunduk / mengikuti peraturan-peraturan tertentu yang diberikan. Maka / karena itu, saya berpikir, kita bisa berkata bahwa di sana ada tiga cara yang berbeda dari perjuangan. 1. Ada suatu perjuangan yang tidak sah untuk mengejar tujuan-tujuan yang tidak sah. 2. Suatu perjuangan yang tidak sah untuk mengejar tujuan-tujuan yang sah. 3. Suatu perjuangan yang sah untuk mengejar tujuan-tujuan yang sah.).

 

The Bible Exposition Commentary: New Testament: Paul sometimes used athletic illustrations in his writings - wrestling, boxing, running, and exercising. The Greeks and the Romans were enthusiastic about sports, and the Olympic and Isthmian games were important events to them. Paul had already urged Timothy to exercise like an athlete (1 Tim 4:7-8). Now Paul admonished him to obey the rules. A person who strives as an athlete to win a game and get a crown must be careful to obey all the rules of the game. In the Greek games in particular, the judges were most careful about enforcing the rules. Each competitor had to be a citizen of his nation, with a good reputation. In his preparations for the event, he had to follow specific standards. If an athlete was found defective in any matter, he was disqualified from competing. If, after he had competed and won, he was found to have broken some rule, he then lost His crown. Jim Thorpe, a great American athlete, lost his Olympic medals because he participated in sports in a way that broke an Olympic rule. [= Paulus kadang-kadang menggunakan ilustrasi atletik dalam tulisan-tulisannya - gulat, tinju, lari, dan latihan. Orang-orang Yunani dan Romawi sangat antusias tentang olah raga, dan pertandingan-pertandingan Olympiade dan Isthmian merupakan peristiwa-peristiwa / pertandingan-pertandingan yang penting bagi mereka. Paulus telah mendesak Timotius untuk berlatih seperti seorang atlet (1Tim 4:7-8). Sekarang Paulus menesehatinya untuk mentaati peraturan-peraturan. Seseorang yang berjuang sebagai seorang atlet untuk memenangkan suatu pertandingan / permainan dan mendapatkan mahkota, harus hati-hati untuk mentaati semua peraturan-peraturan dari pertandingan / permainan. Dalam pertandingan-pertandingan Yunani khususnya, hakim-hakim / wasit-wasit hati-hati / teliti tentang penegakan peraturan-peraturan. Setiap pelomba / petanding harus adalah warga negara dari bangsa itu, dengan reputasi yang baik. Dalam persiapannya untuk pertandingan itu, ia harus mengikuti standard-standard khusus / tertentu. Jika seorang atlet ditemukan cacat dalam persoalan apapun, ia didiskwalifikasi dari pertandingan. Jika, setelah ia bertanding / berlomba dan menang, ia didapati telah melanggar peraturan, maka ia kehilangan mahkotanya. Jim Thorpe, seorang atlet besar Amerika, kehilangan medali-medali Olympiade-nya karena ia ikut serta dalam olah raga dengan suatu cara yang melanggar suatu peraturan Olympiade.].

 

Contoh orang yang didiskwalifikasi karena melanggar peraturan pertandingan:

1)         Atlet yang didapati menggunakan steroid.

2)   Pelari maraton Olympiade, yang berada paling depan sampai sekitar 50 meter dari garis finish, tetapi lalu ambruk. Lalu ada beberapa orang memapah dia sampai masuk garis finish. Sudah tentu dia didiskwalifikasi!

3)   Petinju yang berhasil memukul KO lawannya, tetapi memukul dengan cara yang terlarang, atau memukul pada bagian terlarang, atau memukul setelah bel berbunyi.

4)   ‘Pertandingan’ di Atlas Fitness Center, dimana orang yang lari di treadmill, pada saat sudah tak kuat lagi, meneruskan lari sambil berpegangan pada pegangan di bagian depan treadmill itu.

 

The Bible Exposition Commentary: New Testament: From the human point of view, Paul was a loser. There was nobody in the grandstands cheering him, for ‘all they which are in Asia’ had turned away from him (2 Tim 1:15). He was in prison, suffering as an evildoer. Yet, Paul was a winner! He had kept the rules laid down in the Word of God, and one day he would get his reward from Jesus Christ. Paul was saying to young Timothy, ‘The important thing is that you obey the Word of God, no matter what people may say. You are not running the race to please people or to get fame. You are running to please Jesus Christ.’ [= Dari sudut pandang manusia, Paulus adalah orang yang kalah. Tidak ada seorangpun di tribun bersorak mendukungnya, karena ‘semua mereka yang ada di Asia’ telah meninggalkannya / berbalik dari dia (2Tim 1:15). Ia ada di dalam penjara, menderita sebagai seorang penjahat / pelaku kejahatan. Tetapi, Paulus adalah seorang pemenang! Ia telah memelihara / mentaati peraturan-peraturan yang diberikan dalam Firman Allah, dan suatu hari ia akan mendapatkan pahalanya dari Yesus Kristus. Paulus sedang berkata kepada Timotius yang masih muda, ‘Hal yang penting adalah bahwa engkau mentaati Firman Allah, tak peduli apa yang orang-orang katakan. Engkau tidak sedang berlari untuk menyenangkan orang-orang atau untuk mendapatkan kemasyhuran / kepopuleran. Engkau sedang berlari untuk menyenangkan Yesus Kristus’.].

Bdk. Gal 1:10 - “Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.”.

 

Jelas bahwa ada peserta-peserta pertandingan / perlombaan yang dianggap menang oleh manusia, tetapi dianggap kalah oleh Tuhan, dan sebaliknya! Penulis ini menganggap Paulus menang, karena ia berjuang sambil mentaati Firman Tuhan! Kata-kata yang saya beri garis bawah ganda merupakan sesuatu yang penting, karena kalau kita berjuang sambil mentaati Firman Tuhan, pasti akan muncul banyak orang yang mengkritik tindakan kita itu! Ini tidak boleh kita pedulikan!

 

Bdk. 1Kor 4:1-5 - “(1) Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah. (2) Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai. (3) Bagiku sedikit sekali artinya entahkah aku dihakimi oleh kamu atau oleh suatu pengadilan manusia. Malahan diriku sendiripun tidak kuhakimi. (4) Sebab memang aku tidak sadar akan sesuatu, tetapi bukan karena itulah aku dibenarkan. Dia, yang menghakimi aku, ialah Tuhan. (5) Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah.”.

Catatan: bagian yang saya beri garis bawah tunggal salah terjemahan.

NIV: ‘My conscience is clear, but that does not make me innocent.’ (= Hati nuraniku bersih, tetapi itu tidak membuat aku tak berdosa.).

Tetapi yang menjadi penekanan saya adalah bagian yang saya beri garis bawah ganda.

 

Jadi, dari semua ini bisa disimpulkan dua hal yang penting:

 

1)   Paulus menggambarkan pelayanan / kehidupan Kristen sebagai suatu pertandingan / perlombaan. Tetapi itu bukan berarti kita bertanding / bersaing dengan sesama orang Kristen / pelayan Tuhan!

 

2)   Dalam pertandingan, kalau kita ingin menang, kita harus mentaati Firman Tuhan.

 

a)   Pertama-tama, ini mensyaratkan pendeta-pendeta untuk banyak belajar Firman Tuhan, karena kalau tidak, bagaimana ia tahu apakah perjuangannya sesuai dengan Firman Tuhan atau tidak?

 

b)   Banyak orang Kristen / pendeta, demi suksesnya suatu pelayanan, melanggar Firman Tuhan, baik secara sadar / sengaja atau secara tidak sadar / tidak sengaja.

 

c)   Contoh pelanggaran dalam kehidupan / pelayanan:

 

1.   Gereja / pendeta yang tidak mau memberitakan hal-hal yang tidak menyenangkan orang, baik dalam hal moral maupun doktrinal. Dengan cara ini mereka mungkin sekali akan mengumpulkan banyak orang, dan kelihatan menang, tetapi sebetulnya mereka kalah!

Bdk. 2Tim 4:3-4 - “(3) Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. (4) Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.”.

 

2.   Gereja / pendeta yang memberikan janji-janji kosong (dusta) untuk menyenangkan orang.

 

3.   Gereja / pendeta yang menjadikan gereja / pendeta lain (yang tidak sesat) sebagai saingan.

 

4.   Gereja / pendeta yang membagi-bagi sembako dengan tujuan / motivasi untuk mengumpulkan banyak orang!

 

5.   Gereja / pendeta yang mau menyumbang agama lain demi mendapatkan ijin gereja. Ini sama dengan memperluas dan mempermulus jalan ke neraka!

Catatan: lucunya, atau ironisnya, mereka tak akan mau menyumbang gereja lain (yang baik) yang betul-betul membutuhkan bantuan. Alangkah bertentangannya hal ini dengan praktek gereja-gereja abad pertama. Bdk. Ro 15:25-26 - “(25) Tetapi sekarang aku sedang dalam perjalanan ke Yerusalem untuk mengantarkan bantuan kepada orang-orang kudus. (26) Sebab Makedonia dan Akhaya telah mengambil keputusan untuk menyumbangkan sesuatu kepada orang-orang miskin di antara orang-orang kudus di Yerusalem.”. Bdk. juga dengan 2Kor 8.

 

6.   Gereja / pendeta yang menerapkan praktek-praktek dan politik duniawi / sekuler yang bertentangan dengan Firman Tuhan dalam gereja. Misalnya, kalau ada suatu konflik, yang dibela adalah orang yang kaya / berkedudukan tinggi / dekat dengan dia / ‘lebih berguna’ bagi gereja.

 

7.   Gereja / pendeta yang mempraktekkan kediktatoran.

Hanya Yesus yang adalah Raja / Tuhan dalam gereja, dan manusia boleh berkuasa / memerintah gereja hanya sebagai suatu badan (majelis), dan bukan satu manusia secara pribadi!

 

8.   Gereja / pendeta yang mau memberkati pernikahan kristen dengan non Kristen karena takut kehilangan jemaat yang mau menikah itu.

 

9.   Gereja / pendeta yang takut menjalankan siasat gerejani karena takut kehilangan jemaat yang seharusnya disiasat itu.

 

10. Gereja / pendeta yang takut menjalankan Firman Tuhan yang manapun karena takut / sungkan kepada manusia, siapapun adanya manusia itu.

 

 

-bersambung-

 

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali