Pemahaman Alkitab

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Rungkut Megah Raya, blok D no 16)

 

Rabu, tanggal 14 Nopember 2012, pk 19.00

 

Pdt. Budi Asali, M. Div.

 

[email protected]

 

II Timotius 1:1-18(1)

 

2Tim 1:1-18 - “(1) Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah untuk memberitakan janji tentang hidup dalam Kristus Yesus, (2) kepada Timotius, anakku yang kekasih: kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau. (3) Aku mengucap syukur kepada Allah, yang kulayani dengan hati nurani yang murni seperti yang dilakukan nenek moyangku. Dan selalu aku mengingat engkau dalam permohonanku, baik siang maupun malam. (4) Dan apabila aku terkenang akan air matamu yang kaucurahkan, aku ingin melihat engkau kembali supaya penuhlah kesukaanku. (5) Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu. (6) Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu. (7) Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. (8) Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi InjilNya oleh kekuatan Allah. (9) Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karuniaNya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman (10) dan yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa. (11) Untuk Injil inilah aku telah ditetapkan sebagai pemberita, sebagai rasul dan sebagai guru. (12) Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakanNya kepadaku hingga pada hari Tuhan. (13) Peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar dari padaku sebagai contoh ajaran yang sehat dan lakukanlah itu dalam iman dan kasih dalam Kristus Yesus. (14) Peliharalah harta yang indah, yang telah dipercayakanNya kepada kita, oleh Roh Kudus yang diam di dalam kita. (15) Engkau tahu bahwa semua mereka yang di daerah Asia Kecil berpaling dari padaku; termasuk Figelus dan Hermogenes. (16) Tuhan kiranya mengaruniakan rahmatNya kepada keluarga Onesiforus yang telah berulang-ulang menyegarkan hatiku. Ia tidak malu menjumpai aku di dalam penjara. (17) Ketika di Roma, ia berusaha mencari aku dan sudah juga menemui aku. (18) Kiranya Tuhan menunjukkan rahmatNya kepadanya pada hariNya. Betapa banyaknya pelayanan yang ia lakukan di Efesus engkau lebih mengetahuinya dari padaku.”.

 

Ay 1-2: “(1) Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah untuk memberitakan janji tentang hidup dalam Kristus Yesus, (2) kepada Timotius, anakku yang kekasih: kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau.”.

 

1)         “Dari Paulus, rasul Kristus Yesus”.

 

Calvin mengatakan bahwa sekalipun dalam ay 2 kelihatannya surat ini ditujukan kepada Timotius, tetapi dari fakta bahwa dalam ay 1nya Paulus menyatakan dirinya sebagai rasul Yesus Kristus, maka tidak mungkin bahwa surat ini benar-benar ditujukan hanya kepada Timotius, karena untuk apa ia menekankan kerasulannya kepada orang yang sudah mengetahuinya dan mempercayainya?

Illustrasi: kalau saya sms kepada saudara yang sudah tahu saya, dan saya gunakan HP yang tidak saudara kenal nomernya, saya tak perlu sebutkan jabatan ‘pendeta’! Cukup ‘dari Budi Asali’. Tetapi bagi orang yang tidak kenal saya, mungkin saya akan sebutkan jabatan ‘pendeta’ itu.

 

2)         “rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah.

 

Kata-kata ‘oleh kehendak Allah’ merupakan sesuatu yang penting. Semua orang harus melayani, dan hanya boleh melayani, ‘oleh kehendak Allah’ atau sesuai dengan kehendak Allah!

 

Barnes’ Notes: ‘By the will of God.’ Called to be an apostle in accordance with the divine will and purpose; see the notes at Gal 1:1. (= ‘Oleh kehendak Allah’. Dipanggil menjadi rasul sesuai dengan kehendak dan rencana ilahi; lihat catatan di Gal 1:1).

Gal 1:1 - “Dari Paulus, seorang rasul, bukan karena manusia, juga bukan oleh seorang manusia, melainkan oleh Yesus Kristus dan Allah, Bapa, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati,”.

 

The Biblical Illustrator (New Testament): Life shaped by the will of God: - In 1798 a child was born at Rome, N.Y. His father was a mechanic. At school he showed good talents, and his father at length consented that he might attempt to get a liberal education. His heart was set on the law, but God made him a minister, turned his thoughts towards the Holy Scriptures as a field of study, and before he died (at the age of seventy-two years) a million volumes, of which he was the author, had been sold. This is a very brief sketch of the Rev. Albert Barnes. Now, did he do all these things of his own power and wisdom? Not at all. Hear his modest and truthful statement on the subject: ‘I have carried out none of the purposes of any early years. I have failed in those things which I had designed, and which I hoped to accomplish. I have done what I never purposed or expected to do. I have known what it was to weep at discouragements. I have been led along contrary to my early anticipations. I can now see, I think, that while I have been conscious of entire freedom in all that I have done, yet that my whole life has been under the absolute control of a Higher Power, and that there has been a will and a plan in regard to my life which was not my own. Even my most voluntary acts, I can see, have been subservient to that higher plan, and what I have done has been done as if I had no agency in the matter.’ [= Kehidupan yang dibentuk oleh kehendak Allah: - Dalam tahun 1798 seorang anak dilahirkan di Rome, N. Y. Ayahnya adalah seorang mekanik. Di sekolah ia menunjukkan talenta-talenta yang bagus, dan ayahnya akhirnya menyetujui bahwa ia boleh mencoba untuk mendapatkan suatu pendidikan bebas. Hatinya ditetapkan pada hukum, tetapi Allah membuatnya seorang pendeta, membengkokkan pikirannya kepada Kitab Suci Kudus sebagai suatu bidang study, dan sebelum ia mati (pada usia 72 tahun) satu juta volume / buku, yang mana ia adalah pengarangnya, telah terjual. Ini adalah uraian yang sangat ringkas tentang Pdt. Albert Barnes. Sekarang, apakah ia melakukan semua hal-hal ini oleh kuasa dan hikmatnya sendiri? Sama sekali tidak. Dengarlah pernyataan yang rendah hati dan benar tentang pokok ini: ‘Saya tidak melaksanakan apapun dari tujuan-tujuan / rencana-rencana dari tahun-tahun awal. Saya telah gagal dalam hal-hal yang saya telah rancangkan, dan yang saya berharap untuk selesaikan. Saya telah melakukan apa yang saya tidak pernah rancangkan atau harapkan untuk lakukan. Saya telah mengetahui apa itu menangis karena kekecewaan. Saya telah terus dibimbing bertentangan dengan antisipasi mula-mula saya. Sekarang saya kira saya bisa melihat, bahwa sementara saya menyadari tentang kebebasan sepenuhnya dalam semua yang telah saya lakukan, tetapi bahwa seluruh kehidupan saya ada di bawah kontrol yang mutlak dari suatu Kuasa Yang Lebih Tinggi, dan bahwa disana ada suatu kehendak dan suatu rencana berkenaan dengan hidup saya yang bukan kehendak dan rencana saya. Bahkan tindakan-tindakan saya yang paling bebas / sukarela, saya bisa melihat, telah ditundukkan pada rencana yang lebih tinggi itu, dan apa yang telah saya lakukan telah dilakukan seakan-akan saya tidak mempunyai kuasa / urusan dalam hal itu’.].

 

3)         “untuk memberitakan janji tentang hidup dalam Kristus Yesus”.

Ini salah terjemahan; bandingkan dengan terjemahan-terjemahan dari Kitab Suci bahasa Inggris.

KJV/RSV: ‘according to the promise of life which is in Christ Jesus’ (= sesuai dengan janji tentang kehidupan yang ada dalam Kristus Yesus). NIV/NASB KJV/RSV.

 

Calvin: “‘According to the promise of life.’ That his calling may be the more certain, he connects it with the promises of eternal life; as if he had said, ‘As from the beginning God promised eternal life in Christ, so now he has appointed me to be the minister for proclaiming that promise.’ Thus also he points out the design of his apostleship, namely, to bring men to Christ, that in him they may find life (= ‘Sesuai dengan jani tentang kehidupan’. Supaya panggilannya bisa lebih pasti, ia menghubungkannya dengan janji-janji tentang hidup yang kekal; seakan-akan ia berkata, ‘Sebagaimana dari semula Allah menjanjikan hidup yang kekal dalam Kristus, begitu juga Ia telah menetapkan aku sebagai pelayan untuk memproklamirkan janji itu’. Maka ia juga menunjukkan rancangan dari kerasulannya, yaitu, membawa manusia kepada Kristus, supaya dalam Dia mereka bisa menemukan kehidupan).

 

Matthew Henry: “‘According to the promise of life which is in Christ Jesus,’ or according to the gospel. The gospel is the promise of life in Christ Jesus; life is the end, and Christ the way, John 14:6 (= ‘Sesuai dengan janji dari kehidupan yang ada di dalam Kristus Yesus’, atau sesuai dengan injil. Injil adalah janji dari kehidupan dalam Kristus Yesus; kehidupan adalah tujuannya, dan Kristus adalah jalannya, Yoh 14:6).

 

Barnes’ Notes: ‘According to the promise of life which is in Christ Jesus.’ In accordance with the great promise of eternal life through the Saviour; that is, he was called to be an apostle to carry out the great purpose of human salvation; compare Eph 3:6. God has made a promise of life to mankind through faith in the Lord Jesus, and it was with reference to this that he was called to the apostleship. (= ‘Sesuai dengan janji tentang kehidupan yang ada di dalam Kristus Yesus’. Sesuai dengan janji yang besar / agung tentang hidup yang kekal melalui sang Juruselamat; yaitu, ia dipanggil menjadi seorang rasul untuk melaksanakan tujuan / rencana besar / agung tentang keselamatan manusia; bandingkan dengan Ef 3:6. Allah telah membuat suatu janji tentang kehidupan kepada umat manusia melalui iman kepada Tuhan Yesus, dan berhubungan dengan hal inilah maka ia dipanggil kepada kerasulan).

 

4)         “kepada Timotius, anakku yang kekasih”.

Calvin: “‘My beloved son.’ By this designation he not only testifies his love of Timothy, but procures respect and submission to him; because he wishes to be acknowledged in him, as one who may justly be called his son. The reason of the appellation is, that he had begotten him in Christ; for, although this honor belongs to God alone, yet it is also transferred to ministers, whose agency he employs for regenerating us (= ‘Anakku yang kekasih’. Dengan penunjukkan ini ia bukan hanya menyaksikan kasihnya kepada Timotius, tetapi menyebabkan hormat dan ketundukan kepada dia; karena ia ingin untuk diakui di dalam dia, sebagai seseorang yang secara benar bisa disebut anaknya. Alasan dari sebutan ini adalah, bahwa ia telah memperanakkan dia dalam Kristus; karena sekalipun kehormatan ini hanya merupakan milik Allah sendiri, tetapi itu juga dipindahkan kepada pelayan-pelayan / pendeta-pendeta, yang Ia gunakan sebagai cara / jalan untuk melahir-barukan kita).

Catatan: di sini Calvin pasti memaksudkan kelahiran baru dalam arti yang luas.

 

5)   kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau”.

KJV/RSV/NIV/NASB: Grace, mercy, and peace (= Kasih karunia, belas kasihan, dan damai).

 

Calvin: he appears to have inverted the order; for, since ‘mercy’ is the cause of ‘grace,’ it ought to have come before it in this passage. But still it is not unsuitable that it should be put after ‘grace’, in order to express more clearly what is the nature of that grace, and whence it proceeds; as if he had added, in the form of a declaration, that the reason why we are loved by God is, that he is merciful. Yet this may also be explained as relating to God’s daily benefits, which are so many testimonies of his ‘mercy’; for, whenever he assists us, whenever he delivers us from evils, pardons our sins, and bears with our weakness, he does so, because he has compassion on us (= ia kelihatannya telah membalik urut-urutan; karena, karena ‘belas kasihan’ adalah penyebab dari ‘kasih karunia’, itu seharusnya datang sebelumnya dalam text ini. Tetapi tetap bukannya tidak tepat bahwa itu diletakkan setelah ‘kasih karunia’, untuk menyatakan dengan lebih jelas apa sifat dasar dari kasih karunia itu, dan dari mana itu keluar; seakan-akan ia telah menambahkan, dalam bentuk suatu pernyataan, bahwa alasan mengapa kita dikasihi oleh Allah adalah bahwa Ia penuh dengan belas kasihan. Tetapi ini bisa juga dijelaskan sebagai berhubungan dengan manfaat-manfaat dari Allah sehari-hari, yang begitu banyak kesaksian kesaksian tentang ‘belas kasihan’Nya; karena, kapanpun Ia membantu kita, kapanpun Ia membebaskan kita dari bencana-bencana, mengampuni dosa-dosa kita, dan sabar terhadap kelemahan kita, Ia melakukan itu karena Ia mempunyai belas kasihan terhadap kita).

 

The Bible Exposition Commentary: New Testament: It is worth noting that Paul added ‘mercy’ to his greetings when he wrote to the pastors - 1 Tim 1:2; 2 Tim 1:2; Titus 1:4. Paul knew that pastors need mercy! (= Merupakan sesuatu yang layak diperhatikan bahwa Paulus menambahkan ‘belas kasihan’ pada salam-salamnya pada waktu ia menulis kepada pendeta-pendeta - 1Tim 1:2; 2Tim 1:2; Titus 1:4. Paulus tahu bahwa pendeta-pendeta membutuhkan belas kasihan!).

1Tim 1:2 - “kepada Timotius, anakku yang sah di dalam iman: kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau.”.

2Tim 1:2 - “kepada Timotius, anakku yang kekasih: kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau.”.

Tit 1:4 - “Kepada Titus, anakku yang sah menurut iman kita bersama: kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Juruselamat kita, menyertai engkau.”.

Catatan: dalam 1Tim 1:2 dan 2Tim 1:2 kata ‘rahmat’ diterjemahkan ‘mercy’ (= belas kasihan) dalam KJV/RSV/NIV/NASB. Sedangkan dalam Tit 1:4, RSV/NIV/NASB hanya mempunyai ‘grace and peace’ (= kasih karunia dan damai) saja, tetapi KJV menambahkan kata ‘mercy’ (= belas kasihan).

 

Ay 3: “Aku mengucap syukur kepada Allah, yang kulayani dengan hati nurani yang murni seperti yang dilakukan nenek moyangku. Dan selalu aku mengingat engkau dalam permohonanku, baik siang maupun malam.”.

 

1)         Terjemahan.

Terjemahan Kitab Suci Indonesia membuat ay 3 menjadi 2 kalimat, sehingga artinya menjadi berbeda. Bandingkan dengan terjemahan-terjemahan dari Kitab Suci bahasa Inggris di bawah ini:

KJV: I thank God, whom I serve from my forefathers with pure conscience, that without ceasing I have remembrance of thee in my prayers night and day; (= Aku bersyukur kepada Allah, yang aku layani dari nenek moyangku dengan hati nurani yang murni, sehingga tanpa henti-hentinya aku mengingat engkau dalam doa-doaku malam dan siang / pagi).

RSV: I thank God whom I serve with a clear conscience, as did my fathers, when I remember you constantly in my prayers. (= Aku bersyukur kepada Allah yang aku layani dengan hati nurani yang bersih, seperti yang dilakukan nenek moyangku, pada waktu aku mengingat engkau terus menerus dalam doa-doaku).

NIV: I thank God, whom I serve, as my forefathers did, with a clear conscience, as night and day I constantly remember you in my prayers. (= Aku bersyukur kepada Allah, yang aku layani, seperti yang dilakukan nenek moyangku, dengan hati nurani yang bersih, ketika malam dan siang / pagi aku terus menerus mengingat engkau dalam doa-doaku).

NASB: I thank God, whom I serve with a clear conscience the way my forefathers did, as I constantly remember you in my prayers night and day, (= Aku bersyukur kepada Allah, yang aku layani dengan hati nurani yang bersih dengan jalan yang nenek moyangku lakukan, ketika aku terus menerus mengingat engkau dalam doa-doaku malam dan siang / pagi).

 

2)         “Allah, yang kulayani dengan hati nurani yang murni”.

Calvin: “‘a pure conscience’ is no ordinary commendation, and cannot be separated from the sincere and hearty fear of God (= ‘hati nurani yang murni’ bukanlah suatu pujian / penghargaan yang biasa, dan tidak bisa dipisahkan dari rasa takut yang tulus dan sungguh-sungguh kepada Allah).

Kis 24:16 - “Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia”.

 

The Biblical Illustrator (New Testament): Deceitful service: - The observation of Augustine is founded on too much truth: ‘There is often a vast difference between the face of the work and the heart of The workman.’ (= Pelayanan yang menipu: - Pengamatan Agustinus didasarkan pada terlalu / sangat banyak kebenaran: ‘Disana sering ada suatu perbedaan yang sangat banyak antara wajah / rupa dari pekerjaan dan hati dari si pekerja’.).

 

3)         “seperti yang dilakukan nenek moyangku.”.

 

William Hendriksen: Literally Paul writes, ‘whom I from my forefathers serve.’ He means, ‘whom I serve with a faith derived from my forefathers,’ that is, with a faith which had its roots in their religion, and is therefore similar to theirs. Hence, the translation, ‘whom I, like my forefathers, serve,’ is justified. (= Secara hurufiah Paulus menulis, ‘yang aku dari nenek moyangku layani’. Ia memaksudkan ‘yang aku layani dengan suatu iman yang didapatkan dari nenek moyangku’, yaitu, dengan suatu iman yang mempunyai akarnya dalam agama mereka, dan karena itu serupa dengan iman mereka. Jadi, terjemahan ‘yang aku, seperti nenek moyangku, layani’, dibenarkan).

 

William Hendriksen: What Paul stresses, therefore, is that he has not introduced a new religion. Essentially what he now believes is what Abraham, Isaac, Jacob, Moses, Isaiah, and all the pious ancestors also believed. There is continuity between the old and the new dispensation. The forefathers believed in the resurrection; so does Paul. They looked forward to the coming Messiah; Paul proclaims the same Messiah, who had actually made his appearance. (= Karena itu, apa yang Paulus tekankan, adalah bahwa ia tidak memperkenalkan suatu agama yang baru. Secara hakiki apa yang ia percayai sekarang adalah apa yang Abraham, Ishak, Yakub, Musa, Yesaya, dan semua nenek moyang yang saleh juga percayai. Di sana ada suatu kontinuitas antara masa / jaman Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Nenek moyang percaya pada kebangkitan; demikian juga Paulus. Mereka menantikan kedatangan sang Mesias; Paulus memproklamirkan Mesias yang sama, yang sudah sungguh-sungguh membuat pemunculanNya).

 

Calvin: “‘Whom I worship from my ancestors.’ This declaration he made in opposition to those well-known calumnies with which the Jews everywhere loaded him, as if he had forsaken the religion of his country, and apostatized from the law of Moses. On the contrary, he declares that he worships God, concerning whom he had been taught by his ancestors, that is, the God of Abraham, who revealed himself to the Jews, who delivered his law by the hand of Moses; and not some pretended God, whom he had lately made for himself. (= ‘Yang aku sembah dari nenek moyangku’. Pernyataan ini ia buat bertentangan dengan fitnahan-fitnahan yang terkenal itu, dengan mana orang-orang Yahudi membebaninya dimana-mana, seakan-akan ia telah meninggalkan agama dari negaranya, dan murtad dari hukum Taurat Musa. Sebaliknya, ia menyatakan bahwa ia menyembah Allah, berkenaan dengan siapa ia telah diajar oleh nenek moyangnya, yaitu Allah dari Abraham, yang menyatakan diriNya sendiri kepada orang-orang Yahudi, yang memberikan hukum Taurat oleh tangan Musa; dan bukan suatu Allah palsu, yang baru belakangan ia buat bagi dirinya sendiri).

 

Calvin: he removes that false opinion, with which he knew that he was unjustly loaded, that he had forsaken the God of Israel, and framed for himself a strange god (= ia membersihkan pandangan yang salah, dengan mana ia tahu bahwa ia secara tak adil dibebani, bahwa ia telah meninggalkan Allah Israel, dan membentuk untuk dirinya sendiri suatu allah asing).

 

Barnes’ Notes: His was not, therefore, a different religion from theirs; it was the same religion carried out and perfected. The religion of the Old Testament and the New is essentially the same; see the notes at Acts 23:6. (= Karena itu, agamanya bukanlah agama yang berbeda dari agama mereka; itu adalah agama yang sama yang dilaksanakan dan disempurnakan. Agama dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru secara hakiki adalah sama; lihat catatan pada Kisah 23:6.).

 

Bible Knowledge Commentary: The apostle viewed his own faith in Christ, not as a break with his Jewish forefathers, but in continuity with their faith. (= Sang rasul memandang imannya sendiri dalam Kristus, bukan sebagai suatu perubahan / pemutusan dengan nenek moyang Yahudinya, tetapi dalam suatu kontinuitas dari iman mereka.).

 

4)   “Aku mengucap syukur kepada Allah, ... ketika aku terus menerus / selalu aku mengingat engkau dalam doa-doaku, malam dan siang.”.

Catatan:

·        ini dari terjemahan bahasa Inggris.

·        jangan merasa aneh dengan kata-kata ‘malam dan siang / pagi’. Orang-orang Yahudi mempunyai pergantian hari pada pk 18.00, dan karena itu malam didahulukan dari pagi / siang. Musa juga menulis ‘jadilah petang, jadilah pagi’ berulang-ulang (Kej 1).

 

Calvin: “‘In my prayers night and day.’ Hence we see how great was his constancy in prayer; ... We ought, therefore, to be moved and inflamed by such examples to imitate them, ... If any one understand this to mean the daily and nightly prayers which Paul was wont to offer at stated hours, there will be no impropriety in that view; though I give a more simple interpretation, that there was no time when he was not employed in prayer (= ‘Dalam doa-doaku malam dan siang’. Maka kita melihat betapa besar kekonstanannya dalam doa; ... Karena itu, kita seharusnya, digerakkan dan dikobarkan oleh contoh-contoh / teladan-teladan seperti itu untuk menirunya. ... Jika siapapun mengerti / menafsirkan ini sebagai berarti doa-doa setiap siang dan malam yang Paulus biasa naikkan pada jam-jam yang ditetapkan, tidak ada ketidak-patutan dalam pandangan itu; sekalipun saya memberikan suatu penafsiran yang lebih sederhana, bahwa disana tidak ada saat dimana ia tidak sibuk berdoa).

 

Matthew Henry: he thanks God that he remembered Timothy in his prayers. Observe, Whatever good we do, and whatever good office we perform for our friends, God must have the glory of it, and we must give him thanks. It is he who puts it into our hearts to remember such and such in our prayers (= ia bersyukur kepada Allah bahwa ia mengingat Timotius dalam doa-doanya. Perhatikan, Apapun yang baik yang kita lakukan, dan apapun tugas baik yang kita lakukan untuk sahabat-sahabat kita, Allah harus mendapatkan kemuliaan di dalamnya, dan kita harus bersyukur kepadaNya. Adalah Dia yang memasukkan ke dalam hati kita untuk mengingat orang ini atau orang itu dalam doa-doa kita).

 

Matthew Henry: In our prayers we are to remember without ceasing our friends, especially the faithful ministers of Christ (= Dalam doa-doa kita kita harus mengingat tanpa henti-hentinya sahabat-sahabat kita, khususnya pelayan-pelayan / pendeta-pendeta yang setia dari Kristus).

 

 

 

 

-bersambung-

 

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali