Pemahaman Alkitab

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Rungkut Megah Raya, blok D no 16)

Rabu, tanggal 30 November 2011, pk 19.00

Pdt. Budi Asali, M. Div.

(7064-1331 / 6050-1331)

[email protected]

 

II Petrus 3:1-18(10)

 

b)   Penafsir-penafsir yang berpandangan bahwa alam semesta yang sekarang ini betul-betul dimusnahkan, dan lalu diciptakan yang baru.

 

Dasar Alkitab yang digunakan:

 

1.         Yes 65:17 menggunakan kata BARA / mencipta.

Yes 65:17 - “‘Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati”.

KJV: For, behold, I create new heavens and a new earth: and the former shall not be remembered, nor come into mind (= Karena lihatlah, Aku menciptakan surga / langit yang baru dan bumi yang baru: dan yang lama tidak akan diingat, ataupun masuk ke dalam pikiran).

 

E. J. Young: “Not without reason does the prophet use the word bara, which had occurred in the first verse of Genesis. In the simple (Qal) stem it is used only with God as the subject; the material employed, if there be any, is never mentioned; the word implies effortlessness, and points to the production of something fundamentally new. What is to be announced is so revolutionary that it is the result of God’s creative activity. That almighty power which was displayed at the original creation is again to be displayed in a new work of creation. Again God creates heaven and earth, and they are new. In that they are new, they will so fully show forth the glory of God their creator, and so completely fulfill every need and desire of man the creature, that the former heavens and earth will no longer be remembered, nor will they even enter upon the heart of man” [= Bukan tanpa alasan sang nabi menggunakan kata BARA, yang telah muncul di ayat pertama dari kitab Kejadian. Dalam bentuk akar kata yang sederhana (Qal), itu digunakan hanya dengan Allah sebagai subyek; materi / bahan yang digunakan, jika ada, tidak pernah disebutkan; kata itu secara implicit menunjukkan tidak adanya usaha (ke-tanpa-usaha-an), dan menunjuk pada pembuatan sesuatu yang pada dasarnya baru. Apa yang akan diumumkan adalah begitu bersifat revolusioner sehingga itu merupakan hasil dari aktivitas yang bersifat mencipta dari Allah. Kuasa yang maha kuasa itu yang telah ditunjukkan pada penciptaan mula-mula akan ditunjukkan lagi dalam pekerjaan penciptaan yang baru. Allah menciptakan lagi surga / langit dan bumi, dan mereka baru. Dalam hal mereka itu baru, mereka akan dengan begitu penuh menunjukkan kemuliaan Allah Pencipta mereka, dan dengan begitu lengkap menggenapi setiap kebutuhan dan keinginan dari manusia, sang makhluk ciptaan, sehingga surga / langit dan bumi yang lama tidak akan diingat lagi, ataupun bahkan masuk ke dalam hati manusia] - ‘The Book of Isaiah’, vol 3, hal 513-514.

 

Jawab:

 

Bavinck: the Hebrew word ‘create’ (בָּרָא, bārāʾ) used with reference to the new heaven and the new earth (Isa. 65:17) certainly does not always mean creating something out of nothing but frequently denotes a divine activity by which God brings forth something new from the old (Isa. 41:20; 43:7; 54:16; 57:18). For that reason it also frequently alternates with planting, laying the foundations of, and making (Isa. 51:16; 66:22). The Lord can say (Isa. 51:16) that he begins the new creation by putting his word in Israel’s mouth and hiding them in the shadow of his hand[= Kata Ibrani ‘mencipta’ (BARA) yang digunakan berkenaan dengan surga / langit yang baru dan bumi yang baru (Yes 65:17) pasti tidak selalu berarti mencipta sesuatu dari tidak ada (nothing), tetapi sering menunjuk pada aktivitas ilahi dengan mana Allah melahirkan / menimbulkan / menghasilkan sesuatu yang baru dari yang lama (Yes 41:20; 43:7; 54:16; 57:18). Karena alasan itu, kata itu sering ditukar / diganti dengan ‘menanam’, ‘meletakkan fondasi / dasar dari’, dan ‘membuat’ (Yes 51:16; 66:22). Tuhan bisa berkata (Yes 51:16) bahwa Ia memulai penciptaan yang baru dengan meletakkan firmanNya dalam mulut Israel dan menyembunyikan mereka dalam bayang-bayang tanganNya] - ‘Reformed Dogmatics’, vol 4, hal 716-717 (Libronix).

Catatan: Yes 57:18 tidak cocok, saya kira seharusnya adalah Yes 57:19.

 

Yes 41:19-20 - “(19) Aku akan menanam pohon aras di padang gurun, pohon penaga, pohon murad dan pohon minyak; Aku akan menumbuhkan pohon sanobar di padang belantara dan pohon berangan serta pohon cemara di sampingnya, (20) supaya semua orang melihat dan mengetahui, memperhatikan dan memahami, bahwa tangan TUHAN yang membuat semuanya ini dan Yang Mahakudus, Allah Israel, yang menciptakannya (BARA).

Yes 43:7 - “semua orang yang disebutkan dengan namaKu yang Kuciptakan (BARA) untuk kemuliaanKu, yang Kubentuk dan yang juga Kujadikan!’”.

Yes 54:16 - “Sesungguhnya, Akulah yang menciptakan (BARA) tukang besi yang menghembus api dan menghasilkan senjata menurut kecakapannya, tetapi Akulah juga yang menciptakan (BARA) pemusnah untuk merusakkannya”.

Yes 57:19 - “Aku akan menciptakan (BARA) puji-pujian. Damai, damai sejahtera bagi mereka yang jauh dan bagi mereka yang dekat - firman TUHAN - Aku akan menyembuhkan dia!”.

 

Yes 51:16 - “Aku menaruh firmanKu ke dalam mulutmu dan menyembunyikan engkau dalam naungan tanganKu, supaya Aku kembali membentangkan (KJV/ASV/NKJV: ‘plant’) langit dan meletakkan dasar bumi, dan berkata kepada Sion: Engkau adalah umatKu!”.

Yes 66:22 - “Sebab sama seperti langit yang baru dan bumi yang baru yang akan Kujadikan (KJV: ‘make’) itu, tinggal tetap di hadapanKu, demikianlah firman TUHAN, demikianlah keturunanmu dan namamu akan tinggal tetap”.

Keterangan: kalau biasanya untuk langit dan bumi digunakan kata BARA / mencipta, maka dalam Yes 51:16 kata itu digantikan dengan ‘plant’ (= menanam) dan ‘meletakkan dasar’, dan dalam Yes 66:22, kata itu digantikan dengan ‘make’ (= membuat).

 

Bisa juga ditambahkan ayat-ayat ini:

a.   2Kor 5:17 - “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang”.

KJV/NASB: ‘a new creature’ (= suatu makhluk ciptaan yang baru).

RSV/NIV: ‘a new creation’ (= suatu ciptaan yang baru).

Barnes’ Notes (tentang 2Kor 5:17): It means, evidently, that there is a change produced in the renewed heart of man that is equivalent to the act of creation, and that bears a strong resemblance to it - a change, so to speak, as if the man was made over again, and had become new. ... the phrase implies evidently the following things: (1) That there is an exertion of divine power in the conversion of the sinner as really as in the act of creating the world out of nothing, ... (2) That a change is produced so great as to make it proper to say that he is a new man. He has new views, new motives, new principles, new objects and plans of life. ... There is a change so deep, so clear, so entire, and so abiding, that it is proper to say, here is a new creation of God - a work of the divine power as decided and as glorious as when God created all things out of nothing (= Jelas bahwa itu berarti bahwa di sana ada suatu perubahan yang dihasilkan dalam hati manusia yang diperbaharui yang setara dengan tindakan penciptaan, dan itu mengandung suatu kemiripan yang kuat dengannya - suatu perubahan, bisa dikatakan, seakan-akan manusia itu dibuat kembali / ulang, dan telah menjadi baru. ... ungkapan ini secara implicit menunjuk pada hal-hal yang berikut ini: 1. Bahwa di sana ada suatu pengerahan / penggunaan dari kuasa ilahi dalam pertobatan dari orang berdosa yang sama sungguh-sungguhnya seperti dalam tindakan penciptaan dunia / alam semesta dari tidak ada / nihil, ... 2. Bahwa suatu perubahan dihasilkan begitu besar sehingga membuatnya tepat untuk mengatakan bahwa ia adalah seseorang yang baru. Ia mempunyai pandangan-pandangan yang baru, motivasi-motivasi yang baru, prinsip-prinsip yang baru, tujuan-tujuan dan rencana-rencana kehidupan yang baru. ... Ada suatu perubahan yang begitu dalam, begitu jelas, begitu menyeluruh, dan begitu menetap, sehingga adalah tepat untuk mengatakan, di sini ada suatu ciptaan baru dari Allah - suatu pekerjaan dari kuasa ilahi yang sama nyata / pastinya dan sama mulianya seperti pada waktu Allah menciptakan segala sesuatu dari tidak ada / nihil).

b.   Ef 2:10 - “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya”.

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘created’ (= diciptakan).

A. T. Robertson (tentang Ef 2:10): not the original creation as in Col 1:16; Eph 3:9, but the moral and spiritual renewal in Christ, the new birth, as in Eph 2:15; 4:24 (= bukan penciptaan mula-mula seperti dalam Kol 1:16; Ef 3:9, tetapi pembaharuan moral dan rohani dalam Kristus, kelahiran baru, seperti dalam Ef 2:15; 4:24).

c.   Gal 6:15 - “Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya”.

KJV: ‘a new creature’ (= suatu makhluk ciptaan yang baru).

RSV/NIV/NASB: ‘a new creation’ (= suatu ciptaan yang baru).

d.   Ef 4:24 - “dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya”.

KJV: ‘is created’ (= diciptakan).

RSV/NIV: ‘created’ (= diciptakan).

NASB: ‘has been created’ (= telah diciptakan).

 

2.   Wah 21:1 - “Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi.

 

Bible Knowledge Commentary (tentang Wah 21:1): That it is a totally new heaven and a new earth, and not the present heaven and earth renovated, is supported by the additional statement, ‘for the first heaven and the first earth had passed away’ (also see comments on Rev 20:11) [= Bahwa ini adalah suatu surga / langit yang baru dan suatu bumi yang baru secara total / sama sekali, dan bukannya surga / langit dan bumi yang sekarang ini yang telah diperbaharui, didukung oleh pernyataan tambahan, ‘karena surga / langit yang pertama / mula-mula dan bumi yang pertama / mula-mula telah berlalu’ (juga lihat komentar tentang Wah 20:11)].

Wah 20:11 - “Lalu aku melihat suatu takhta putih yang besar dan Dia, yang duduk di atasnya. Dari hadapanNya lenyaplah bumi dan langit dan tidak ditemukan lagi tempatnya.

Catatan: komentar dari Bible Knowledge Commentary tentang Wah 20:11 saya berikan di bawah, pada no 4. yang memang membahas Wah 20:11 itu.

 

Jawab:

Sama seperti dalam 2Pet 3:13, kata ‘baru’ di sini juga menggunakan KAINOS (baru dalam kwalitet), bukan NEOS (baru dalam waktu).

 

Barnes’ Notes (tentang Wah 21:1): He does not say that they were created now, or anew; that the old heavens and earth were annihilated; but all that he says is, that there were such changes that they seemed to be new (= Ia tidak mengatakan bahwa mereka baru diciptakan sekarang, atau diciptakan sekali lagi; bahwa surga / langit dan bumi yang lama dimusnahkan; tetapi semua yang ia katakan adalah, bahwa di sana ada perubahan-perubahan sedemikian rupa sehingga mereka kelihatan seperti baru).

 

Barnes’ Notes (tentang Wah 21:1): “‘For the first heaven and the first earth were passed away.’ They had passed away by being changed, and a renovated universe had taken their place (= ‘Karena surga / langit yang pertama / mula-mula dan bumi yang pertama / mula-mula telah berlalu’. Mereka telah berlalu dengan diubahkan, dan suatu alam semesta yang sudah diperbaharui telah mengambil tempat mereka / menggantikan mereka).

 

Seiss’ Apocalypse (tentang Wah 21:1): “So in those passages which speak of the passing away of the earth and heavens (see Matt 5:18; 24:34-35; Mark 13:30-31; Luke 16:17; 21:33; 2 Peter 3:10; Rev 21:1), the original word is never one which signifies termination of existence, but ‎parerchomai‎, which is a verb of very wide and general meaning, such as to go or come to a person, place, or point; to pass, as a man through a bath, or a ship through the sea; to pass from one place or condition to another, to arrive at, to go through; to go into, to come forward as if to speak or serve. As to time, it means going into the past, as events or a state of things once present giving place to other events and another state of things. That it implies great changes when applied to the earth and heavens is very evident; but that it ever means annihilation, or the passing of things out of being, there is no clear instance either in the Scriptures or in Classical Greek to prove. The main idea is transition not extinction” [= Maka dalam text-text yang berbicara tentang lewat / lenyapnya bumi dan surga / langit (lihat Mat 5:18; 24:34-35; Mark 13:30-31; Luk 16:17; 21:33; 2Pet 3:10; Wah 21:1), kata aslinya tidak pernah adalah kata yang berarti penghentian dari keberadaan, tetapi parerchomai, yang adalah suatu kata kerja dengan arti yang sangat luas dan umum, seperti pergi atau datang kepada seseorang, tempat, atau titik; lewat, seperti seseorang melalui suatu kamar mandi, atau sebuah kapal melalui laut; berpindah dari suatu tempat atau kondisi ke tempat / kondisi yang lain, sampai di, pergi / berjalan melewati; masuk, tampil ke depan seperti untuk berbicara atau melayani. Berkenaan dengan waktu, itu berarti pergi ke masa lampau, seperti peristiwa-peristiwa atau suatu keadaan dari hal-hal yang pernah ada memberikan tempat kepada peristiwa-peristiwa yang lain dan keadaan yang lain dari hal-hal. Bahwa itu secara implicit menunjuk pada perubahan-perubahan yang besar pada waktu diterapkan pada bumi dan surga / langit adalah sangat jelas; tetapi bahwa itu pernah berarti pemusnahan, atau lewatnya / lenyapnya hal-hal dari keberadaan, tidak ada contoh yang jelas atau dari Kitab Suci atau dalam bahasa Yunani klasik untuk membuktikan. Gagasan utama adalah perubahan bukan pemusnahan].

 

Catatan: Kata PARERCHOMAI juga digunakan dalam Luk 16:17 dan Luk 21:33, dan kelihatannya menunjuk pada hilangnya existensi.

Luk 16:17 - “Lebih mudah langit dan bumi lenyap (PARERCHOMAI) dari pada satu titik dari hukum Taurat batal.

Luk 21:33 - “Langit dan bumi akan berlalu (PARERCHOMAI), tetapi perkataanKu tidak akan berlalu (PARERCHOMAI).’”.

Menurut Bible Works 7 kata ‘batal’ dalam Luk 16:17 bisa diterjemahkan hilang / lenyap / musnah / binasa.

 

3.   1Kor 7:31 - “pendeknya orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya. Sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu.

 

A. T. Robertson (tentang 1Kor 7:31): “‘For the fashion of this world passeth away.’ ... Compare 1 John 2:17. ‎Scheema ‎is the habitus, the outward appearance, an old word, in the New Testament only here and Phil 2:7f. ‎Paragei ‎(old word) means ‘passes along’ like a moving panorama (movie show!). Used of Jesus passing by in Jericho (Matt 20:30) [= ‘Karena cara / kebiasaan / mode / bentuk (‘fashion’) dari dunia / alam semesta ini berlalu’. ... Bandingkan dengan 1Yoh 2:17. SKHEMA adalah HABITUS (= ‘form’ / bentuk), penampilan luar / lahiriah, suatu kata kuno, dalam Perjanjian Baru hanya di sini dan Fil 2:7dst. PARAGEI (kata kuno) berarti ‘berjalan terus’ seperti pemandangan yang bergerak (pertunjukan bioskop!). Digunakan tentang Yesus melewati Yerikho (Mat 20:30)].

1Yoh 2:17 - “Dan dunia ini sedang lenyap  (YUNANI: PARAGETAI) dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya”.

Mat 20:30 - “Ada dua orang buta yang duduk di pinggir jalan mendengar, bahwa Yesus lewat (Yunani: PARAGEI), lalu mereka berseru: ‘Tuhan, Anak Daud, kasihanilah kami!’”.

 

Calvin (tentang 1Kor 7:31): “‘For the fashion of this world passeth away.’ By the term here used, the Apostle has elegantly expressed the vanity of the world. ‘There is nothing,’ says he, ‘that is firm or solid; for it is a mere show or outward appearance, as they speak.’ He seems, however, to have had an allusion to theatrical representations, in which, on the curtain being drawn up in a single moment, a new appearance is presented, and those things that held the eyes of the spectators in astonishment, are immediately withdrawn from their view. I do not see why it is that Erasmus has preferred the term habitus (form.) He certainly, in my opinion, obscures Paul’s doctrine; for the term ‘fashion’ is tacitly opposed to ‘substance’ [= ‘Karena cara / kebiasaan / mode / bentuk (‘fashion’) dari dunia ini akan berlalu / lewat’. Dengan istilah yang digunakan di sini, sang Rasul dengan sangat bagus menyatakan kesia-siaan dunia ini. ‘Tidak ada apapun’, katanya, ‘yang teguh atau kokoh / padat; karena ini hanya sekedar suatu pertunjukan atau penampilan luar / lahiriah, seperti mereka katakan’. Bagaimanapun, ia kelihatannya mempunyai suatu kiasan pada gambaran theater, dalam mana, pada saat gorden ditarik dalam suatu saat, suatu penampilan baru ditunjukkan, dan hal-hal itu yang dilihat oleh mata dari para penonton dalam kekaguman, segera ditarik dari pandangan mereka. Saya tidak melihat mengapa Erasmus telah lebih memilih istilah HABITUS (form / bentuk). Dalam pandangan saya, ia pasti mengaburkan ajaran Paulus; karena istilah ‘fashion’ secara implicit bertentangan dengan ‘zat / bahan’].

 

Kalau Calvin benar, bahwa yang dimaksudkan secara implicit adalah zat / bahan, maka ini menunjukkan bahwa dunia memang sedang lenyap!

 

4.   Wah 20:11 - “Lalu aku melihat suatu takhta putih yang besar dan Dia, yang duduk di atasnya. Dari hadapanNya lenyaplah bumi dan langit dan tidak ditemukan lagi tempatnya.

KJV: the earth and the heaven fled away; there was found no place for them’ (= bumi dan surga lari; di sana tidak ditemukan tempat untuk mereka).

RSV: earth and sky fled away, no place was found for them’ (= bumi dan langit lari, tidak ada tempat ditemukan untuk mereka).

NIV: Earth and sky fled ... there was no place for them’ (= Bumi dan langit lari ... di sana tidak ada tempat untuk mereka).

NASB: earth and heaven fled away, no place was found for them’ (= bumi dan surga lari, tidak ada tempat ditemukan untuk mereka).

 

Barnes’ Notes: The image expresses, in the most emphatic manner, the idea that they entirely disappeared, and no language could more sublimely represent the majesty of the Judge (= Gambaran ini menyatakan, dengan cara yang paling menekankan, gagasan bahwa mereka sepenuhnya hilang, dan tak ada bahasa bisa dengan lebih agung menggambarkan keagungan dari sang Hakim).

 

Bible Knowledge Commentary: The great white throne apparently differs from the throne mentioned more than 30 times in Revelation beginning with 4:2. It apparently is located neither in heaven nor earth but in space, as suggested by the statement, ‘Earth and sky fled from His presence, and there was no place for them.’ ... The question has been raised as to whether the earth and the starry heavens as they are today will be destroyed at this point in the future or will be simply restored to a new state of purity. Many references in the Bible suggest that the earth and the heavens, as now known, will be destroyed (cf. Matt 24:35; Mark 13:31; Luke 16:17; 21:33; 2 Peter 3:10-13). This is confirmed by the opening statement of Revelation 21, ‘the first heaven and the first earth had passed away.’ The present universe was created like a gigantic clock which is running down, and if left to itself, would ultimately come to a state of complete inactivity. Inasmuch as God created the universe and set it in motion for the purpose of enacting the drama of sin and redemption, it would seem proper to begin anew with a new heaven and a new earth suitable for His eternal purpose and built on a different principle. The new heaven and new earth described in chapter 21 has no similarity to the present earth and heaven. [= Takhta putih besar kelihatannya berbeda dengan takhta yang disebutkan lebih dari 30 x dalam kitab Wahyu dimulai pada Wah 4:2. Kelihatannya itu terletak bukan di surga ataupun di bumi tetapi dalam ruang / angkasa, seperti dikesankan oleh pernyataan, ‘Bumi dan langit lari dari hadapanNya / kehadiranNya, dan tidak ada tempat untuk mereka’. ... Pertanyaan telah diajukan berkenaan apakah bumi dan surga / langit dengan bintang-bintang seperti mereka ada sekarang akan dihancurkan pada titik ini dalam masa yang akan datang atau sekedar dipulihkan pada suatu keadaan baru dari kemurnian. Banyak referensi-referensi dalam Alkitab memberikan kesan bahwa bumi dan surga / langit, seperti yang dikenal sekarang, akan dihancurkan (bdk. Mat 24:35; Mark 13:31; Luk 16:17; 21:33; 2Pet 3:10-13). Ini diteguhkan oleh pernyataan pembuka dari Wah 21, ‘langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu’. Alam semesta yang sekarang diciptakan seperti jam raksasa yang sedang menuju kematian, dan jika dibiarkan sendirian, akhirnya akan sampai pada suatu keadaan non aktif sepenuhnya. Sebagaimana Allah menciptakan alam semesta dan mengaturnya untuk bergerak untuk tujuan dari memainkan / memerankan drama dari dosa dan penebusan, kelihatannya benar / tepat untuk memulai lagi / dari semula dengan suatu surga / langit yang baru dan bumi yang baru yang cocok untuk tujuan kekalNya dan dibangun pada suatu prinsip yang berbeda. Surga / langit yang baru dan bumi yang baru, yang digambarkan dalam pasal 21, tidak mempunyai kemiripan dengan bumi dan surga / langit yang sekarang.].

Mat 24:35 - “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu”.

Mark 13:31 - “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu”.

Luk 16:17 - “Lebih mudah langit dan bumi lenyap dari pada satu titik dari hukum Taurat batal”.

Luk 21:33 - “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu.’”.

Wah 21:1 - “Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi”.

 

The Bible Exposition Commentary: New Testament: John described here an awesome scene. Heaven and earth will flee away and no place will be left for sinners to hide! All must face the Judge! (= Yohanes menggambarkan di sini suatu pemandangan yang mengagumkan / mempesonakan. Surga / langit dan bumi akan lari, dan tidak ada tempat yang akan tertinggal bagi orang-orang berdosa untuk bersembunyi! Semua harus menghadap sang Hakim!).

 

Pulpit Commentary: The destruction of the world is complete - ‘no place is found for them;’ they are annihilated. Such an event is nearly always portrayed in the description of the last judgment in the Apocalypse and in the New Testament generally (cf. Rev 16:20) [= Penghancuran dunia / alam semesta adalah lengkap / sempurna - ‘tak ada tempat ditemukan untuk mereka’; mereka dimusnahkan. Peristiwa seperti itu hampir selalu digambarkan dalam penggambaran dari penghakiman terakhir dalam kitab Wahyu dan dalam Perjanjian Baru secara umum (bdk. Wah 16:20)].

Wah 16:20 - “Dan semua pulau hilang lenyap, dan tidak ditemukan lagi gunung-gunung”.

KJV: And every island fled away, and the mountains were not found (= Dan setiap pulau lari, dan gunung-gunung tidak ditemukan).

 

UBS New Testament Handbook Series: “The statement ‘no place was found for them’ means that they disappeared. They were never seen again” (= Pernyataan ‘tak ada tempat ditemukan untuk mereka’ berarti bahwa mereka hilang. Mereka tidak pernah terlihat lagi).

 

A. T. Robertson: “‘From whose face the earth and the heaven fled away.’ ‎...‎ The non-eternity of matter is a common teaching in the Old Testament (Ps 97:5; 102:27; Isa 51:6) as in the New Testament (Mark 13:31; 2 Peter 3:10). ‘Was found’ ..‎. All is now spiritual. Even scientists today are speaking of the non-eternity of the universe [= ‘Dari hadapan siapa bumi dan surga / langit lari’. ... Ketidak-kekalan dari zat / bahan adalah ajaran umum dalam Perjanjian Lama (Maz 97:5; 102:27; Yes 51:6) seperti dalam Perjanjian Baru (Mark 13:31; 2Pet 3:10). ‘Ditemukan’ ... Semua sekarang adalah bersifat rohani. Bahkan ilmuwan-ilmuwan jaman sekarang berbicara tentang ketidak-kekalan dari alam semesta].

Maz 97:5 - Gunung-gunung luluh seperti lilin di hadapan TUHAN, di hadapan Tuhan seluruh bumi”.

Maz 102:27 - Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian, seperti jubah Engkau akan mengubah mereka, dan mereka berubah.

Yes 51:6 - “Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah ke bumi di bawah; sebab langit lenyap seperti asap, bumi memburuk seperti pakaian yang sudah usang dan penduduknya akan mati seperti nyamuk; tetapi kelepasan yang Kuberikan akan tetap untuk selama-lamanya, dan keselamatan yang dari padaKu tidak akan berakhir”.

Mark 13:31 - Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu”.

 

Catatan: untuk pembahasan Wah 20:11 ini kelihatannya tak ada pembelaan yang berarti dari kelompok yang mempercayai bahwa nanti alam semesta hanya diperbaharui, bukannya dimusnahkan lalu diciptakan yang sama sekali baru.

 

5.         Maz 102:26-28 / Ibr 1:10-12.

Maz 102:26-28 - “(26) Dahulu sudah Kauletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tanganMu. (27) Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian, seperti jubah Engkau akan mengubah mereka, dan mereka berubah; (28) tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan.

Ibr 1:10-12 - “(10) Dan: ‘Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tanganMu. (11) Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian; (12) seperti jubah akan Engkau gulungkan mereka, dan seperti persalinan mereka akan diubah, tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan.’”.

 

Ibr 1:10 menunjukkan bahwa Allah / Yesuslah yang menciptakan alam semesta.

Lalu Ibr 1:11b-12 menunjukkan kontras antara alam semesta dan Allah / Yesus, dan  kontras itu ditunjukkan oleh munculnya 2 x kata ‘tetapi’ (ay 11,12).

Pengkontrasan yang satu menunjukkan dimana alam semesta mengalami perubahan, sedangkan yang Allah / Yesus tetap sama / tidak berubah (ay 11b-12)! Sedangkan pengkontrasan yang lain menunjukkan bahwa Allah / Yesus ‘tetap ada’ sedangkan alam semesta ‘binasa’ (ay 11a). Pengkontrasan dalam ay 11a ini jelas berurusan dengan existensi / keberadaan, sehingga kalau yang Allah / Yesus itu ‘tetap ada’ atau ‘kekal’, maka alam semesta ‘binasa’, dan ini harus diartikan ‘musnah’ / ‘tak ada lagi’.

 

John Owen juga mengatakan bahwa kata-kata ‘Semuanya itu akan binasa’ (Maz 102:27 / Ibr 1:11), dalam bahasa Ibraninya adalah WdbeayO / YOVEDU, dan dalam bahasa Yunani adalah avpolou/ntai / APOLOUNTAI, artinya selalu menunjuk pada penghancuran total, dan bukannya pada perubahan, apalagi perubahan menjadi sesuatu yang lebih baik.

 

John Owen: Concerning this person, or the ‘Lord,’ he affirms two things, or attributes two things unto him. 1. The creation of heaven and earth; 2. The abolition or change of them. From that attribution he proceeds to a comparison between him and the most glorious of his creatures, and that as to duration or eternity; frailty and change in and of himself, one of the creatures, being that which in particular he addresseth himself to the Lord about. ... On this assertion he insinuates a comparison between this glorious fabric of heaven and earth and him that made them, as to durableness and stability, which is the thing he treats about; complaining of his own misery or mortality. For the heavens and the earth, he declares that they are in themselves of a flux and perishing nature; hM;h2e, aujtoi>, ‘isti,’ - ‘they shall perish.’ The word immediately relates to the heavens, but by the figure zeugma comprehends and takes in the earth also: ‘The earth and the heavens shall perish.’ This fading nature of the fabric of heaven and earth, with all things contained in them, he sets forth, first, by their future end, - ‘They shall perish;’ secondly, their tendency unto that end, - ‘They wax old as a garment.’ By their perishing the most understand their perishing as to their present condition and use, in that alteration or change that shall be made on them; others, their utter abolition. And to say the truth, it were very hard to suppose that an alteration only, and that to the better, a change into a more glorious condition, should be thus expressed, WdbeayO; that word, as the Greek also, being always used in the worst sense, for a perishing by a total destruction. Their tendency unto this condition is their ‘waxing old as a garment.’ Two things may be denoted in this expression: 1. The gradual decay of the heavens and earth, waxing old, worse, and decaying in their worth and use; 2. A near approximation or drawing nigh to their end and period. In this sense, the apostle in this epistle affirms that the dispensation of the covenant which established the Judaical worship and ceremonies did wax old and decay, Hebrews 8:13. Not that it had lost any thing of its first vigor, power, and efficacy, before its abolition. The strict observation of all the institutions of it by our Savior himself manifests its power and obligation to have continued in its full force: and this was typified by the continuance of Moses in his full strength and vigor until the very day of his death. But he says it was old and decayed, when it was ejggu<v ajfanismou~, ‘near to a disappearance,’ to its end, period, and to an utter uselessness, as then it was, even as all things that naturally tend to an end do it by age and decays. And in this, not the former sense, are the heavens and earth said to wax old, because of their tendency to that period which, either in themselves or as to their use, they shall receive; which is sufficient to manifest them to be of a changeable, perishing nature. And it may be that it shall be with these heavens and earth at the last day as it was with the heavens and earth of Judaical institutions (for so are they frequently called, especially when their dissolution or abolition is spoken of) in the day of God’s creating the new heavens and earth in the gospel, according to his promise; for though the use of them and their power of obliging to their observation were taken away and abolished, yet are they kept in the world as abiding monuments of the goodness and wisdom of God in teaching his church of old. So may it be with the heavens and earth of the old creation. Though they shall be laid aside at the last day from their use as a garment to clothe and teach the power and wisdom of God to men, yet may they be preserved as eternal monuments of them. In opposition hereunto it is said of Christ that ‘he abideth,’ ‘he is the same,’ and ‘his years fail not.’ ... The last expression also, though metaphorical, is of the same importance: ‘Thy years fail not.’ He who is the same eternally properly hath no years, which are a measure of transient time, denoting its duration, beginning, and ending. This is the measure of the world and all things contained therein. Their continuance is reckoned by years. To show the eternal subsistence of God in opposition to the frailty of the world, and all things created therein, it is said, his years fail not; that is, theirs do, and come to an end, - of his being and existence there is none (= ) - ‘Hebrews’, vol 3, hal 208,209-212.

 

Sebagai tambahan, saya berpendapat bahwa kontras seperti itu ditunjukkan dalam banyak ayat-ayat lain, seperti:

 

Yes 51:6 - “Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah ke bumi di bawah; sebab langit lenyap seperti asap, bumi memburuk seperti pakaian yang sudah usang dan penduduknya akan mati seperti nyamuk; tetapi kelepasan yang Kuberikan akan tetap untuk selama-lamanya, dan keselamatan yang dari padaKu tidak akan berakhir.

 

Ay 6a menunjukkan bahwa alam semesta semesta itu akan lenyap dan berubah, TETAPI kelepasan / keselamatan dari Tuhan tetap selama-lamanya dan tidak akan berakhir. ‘Memburuk’ / ‘usang’ dikontraskan dengan ‘tetap selama-lamanya’; sedangkan ‘lenyap’ dikontraskan dengan ‘tidak akan berakhir’. Yang ini jelas berurusan dengan existensi. Dengan demikian kata ‘lenyap’ memang harus diartikan sebagai ‘tidak lagi mempunyai existensi’.

 

E. J. Young (tentang Yes 51:6): “In Luke 21:33 Jesus Christ sets forth the essential truth of this verse, ‘Heaven and earth will pass away, but my words will not pass away.’ Those who are longing for the coming salvation should lift up their eyes and behold the created universe (cf. the beginning of 40:26). As for the heavens, like smoke they will be dissolved away. The earth for its part will wear out, and its inhabitants likewise will die. The created universe, i.e. heaven and earth, is temporal; as it had a beginning, so does it have an end. The heavens and earth, which seem to endure forever, will one day come to an end and be no more. That there will be a new heaven and earth, while true, is not stated in this particular verse, the purpose of which is to contrast sharply the temporality of the created universe with the eternity of the Lord’s salvation and righteousness. In contrast to the transitory character of creation, God’s salvation will be (i.e. will endure) forever. Likewise, His righteousness will not be broken (i.e. will never cease to be what it is). These will not endure in the abstract but will manifest themselves in men who have received the righteous salvation and who will be in the new heavens and earth wherein dwells righteousness (cf. 2 Pet. 3:13)” (= ) - ‘The Book of Isaiah’, vol 3, hal 310-311.

 

Saya hanya menterjemahkan bagian yang saya garis-bawahi: “Alam semesta yang diciptakan, yaitu surga / langit dan bumi, adalah bersifat sementara; karena sebagaimana itu mempunyai suatu awal, demikian juga itu mempunyai akhir. Surga / langit dan bumi, yang kelihatannya akan bertahan selama-lamanya, pada suatu hari akan sampai pada akhirnya dan akan tidak ada lagi. Bahwa akan ada surga / langit dan bumi yang baru, sekalipun benar, tetapi tidak dinyatakan dalam ayat ini, yang tujuannya adalah untuk mengkontraskan secara tajam kesementaraan dari alam semesta yang diciptakan ini dengan kekekalan dari keselamatan dan kebenaran dari Tuhan. Kontras dengan karakter yang fana / tidak kekal dari ciptaan, keselamatan dari Allah akan (yaitu akan bertahan) selama-lamanya / kekal”.

 

Dan pada awal kutipan E. J. Young menggunakan Luk 21:33 - “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu.’”.

Ini juga jelas berurusan dengan existensi. Firman Tuhan tidak akan berlalu / bersifat kekal, tetapi alam semesta (langit dan bumi) akan berlalu / tidak kekal. Jadi, akan ada suatu hari dimana alam semesta itu tidak ada lagi.

 

Bdk. Luk 16:17 - “Lebih mudah langit dan bumi lenyap dari pada satu titik dari hukum Taurat batal.

Bdk. Mat 24:35 - “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu.

 

Jawab:

 

Bavinck: Old Testament prophecy, while it looks for an extraordinary transformation in all of nature, refrains from teaching the destruction of the present world. The passages that are assumed to teach the latter (Ps. 102:26; Isa. 34:4; 51:6, 16; 65:17; 66:22) do indeed describe in very graphic terms the change that will set in after the day of the Lord, but they do not imply the destruction of the substance of the world. In the first place, the description given in these passages is much too rich in imagery for us to infer from them a reduction to nothing (reductio ad nihilum) of the entire world. Further, the perishing (אָבַד, ʾābad) of heaven and earth (Ps. 102:26), which for one thing by itself never conveys an absolute destruction of substance, is explained by the fact that they will wear out like a garment, be changed like clothing, wither like a leaf on a vine, or vanish like smoke (Ps. 102:26; Isa. 34:4; 51:6) [= Nubuat Perjanjian Lama, sementara itu mengharapkan suatu perubahan yang luar biasa dalam seluruh alam, menahan dari mengajar penghancuran dari dunia / alam semesta yang sekarang ini. Text-text yang dianggap mengajar yang belakangan ini (Maz 102:27; Yes 34:4; 51:6,16; 65:17; 66:22) memang menggambarkan dalam istilah-istilah yang sangat jelas / hidup perubahan yang akan timbul setelah hari Tuhan, tetapi text-text itu tidak menyatakan penghancuran dari zat / bahan dari dunia / alam semesta. Pertama, penggambaran yang diberikan dalam text-text itu terlalu kaya dalam perumpamaan bagi kami untuk menyimpulkan dari text-text itu suatu penurunan / pengurangan sampai nihil (reductio ad nihilum) dari seluruh dunia / alam semesta. Selanjutnya, binasanya (אָבַד, ʾābad) dari surga / langit dan bumi (Maz 102:27), yang dalam dirinya sendiri tak pernah menyatakan penghancuran mutlak dari zat / bahan, dan dijelaskan oleh fakta bahwa mereka akan usang seperti jubah, diubah seperti pakaian, layu seperti selembar daun pada pokok anggur, atau lenyap seperti asap (Maz 102:27; Yes 34:4; 51:6)] - ‘Reformed Dogmatics’, vol 4, hal 716 (Libronix).

 

Jawaban balik:

 

a.   Kata Ibrani ABAD / AVAD yang dikatakan oleh Bavinck merupakan kata dasar dari kata YOVEDU yang dibicarakan oleh John Owen. Kalau Bavinck mengatakan kata itu tak pernah menyampaikan arti penghancuran mutlak dari zat / bahan, maka sebaliknya John Owen mengatakan kata itu, juga padan katanya dalam bahasa Yunani, selalu menunjuk pada penghancuran.

 

Dalam komentarnya berkenaan dengan kata ‘binasa’ dalam Ibr 1:11 itu, A. T. Robertson berkata: Modern scientists no longer postulate the eternal existence of the heavenly bodies (= Ilmuwan-ilmuwan modern tidak lagi menerima sebagai dalil keberadaan kekal dari benda-benda langit).

 

b.   Bavinck mengatakan bahwa kata ‘binasa’ (ABAD / AVAD) yang ditujukan pada alam semesta dijelaskan oleh kata usang seperti jubah / pakaian.

Tetapi menurut saya, ini salah. Text itu, baik dalam Maz 102:27-28 maupun Ibr 1:11-12 mengkontraskan 2 hal. Yang pertama adalah keberubahan alam semesta dikontraskan dengan ketidak-berubahan Yesus / Allah. Yang kedua adalah ketidak-kekalan alam semesta dikontraskan dengan kekekalan dari Yesus / Allah.

Kata-kata ‘usang’ dan ‘berubah’ untuk alam semesta dikontraskan dengan kata-kata ‘tetap sama’ untuk Yesus / Allah.

Kata ‘binasa’ untuk alam semesta dikontraskan dengan ‘tetap ada’ dan juga dengan kata-kata ‘tahun-tahunMu tidak berkesudahan’ untuk Yesus / Allah.

 

Maz 102:26-28 - “(26) Dahulu sudah Kauletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tanganMu. (27) Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian, seperti jubah Engkau akan mengubah mereka, dan mereka berubah; (28) tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan.

 

Ibr 1:10-12 - “(10) Dan: ‘Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tanganMu. (11) Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian; (12) seperti jubah akan Engkau gulungkan mereka, dan seperti persalinan mereka akan diubah, tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan.’”.

 

Jadi, usangnya pakaian / jubah tidak menjelaskan kata ‘binasa’.

 

c.   Seandainya itu hanya berurusan dengan arti kata-kata yang ada dalam syair, maka kata-kata Bavinck ini mungkin bisa saya terima. Tetapi yang ditekankan oleh John Owen dan E. J. Young di atas bukan sekedar arti katanya tetapi pengkontrasan yang ada dalam text-text itu.

Textnya mengkontraskan yang ‘tetap / tak berubah’ dengan yang ‘berubah; dan juga mengkontraskan yang ‘tetap ada / kekal’ dan yang ‘tidak tetap ada / tidak kekal’. Karena itu, yang terakhir ini harus diartikan sebagai musnah. Kalau tidak pengkontrasan itu hilang. Urusan pengkontrasan ini sama sekali tidak dijawab / dibahas oleh Bavinck.

 

-bersambung-

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali