Pemahaman
Alkitab
(Jl. Dinoyo
19b, lantai 3)
Jumat, tanggal
22 Januari 2010, pk 19.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
(7064-1331 /
6050-1331)
2Pet 1:5-9 - “(5) Justru karena itu kamu harus dengan
sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada
kebajikan pengetahuan, (6) dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada
penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, (7) dan kepada
kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara
kasih akan semua orang. (8) Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan
berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam
pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita. (9) Tetapi barangsiapa tidak
memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa
dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan”.
Ay 5-7: “(5)
Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan
kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, (6) dan kepada
pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada
ketekunan kesalehan, (7) dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan
kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang.”.
1)
Kata-kata ini serupa / sejalan dengan text-text di bawah ini, dan
mendorong orang yang sudah percaya, bahkan orang percaya yang sudah taat, untuk
maju / makin maju dalam kekudusan dan pengetahuan, dan mendorong mereka untuk
melakukannya dengan sungguh-sungguh / rajin.
Bdk. 1Tes 4:1-10 - “(1) Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam
Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya
berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah
kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi. (2) Kamu tahu juga
petunjuk-petunjuk mana yang telah kami berikan kepadamu atas nama Tuhan Yesus.
(3) Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi
percabulan, (4) supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi
isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan, (5) bukan di
dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak
mengenal Allah, (6) dan supaya dalam hal-hal ini orang jangan memperlakukan
saudaranya dengan tidak baik atau memperdayakannya. Karena Tuhan adalah pembalas
dari semuanya ini, seperti yang telah kami katakan dan tegaskan dahulu kepadamu.
(7) Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa
yang kudus. (8) Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia,
melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga RohNya yang kudus kepada
kamu. (9) Tentang kasih persaudaraan tidak perlu dituliskan kepadamu, karena
kamu sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah. (10) Hal itu kamu lakukan
juga terhadap semua saudara di seluruh wilayah Makedonia. Tetapi kami menasihati
kamu, saudara-saudara, supaya kamu lebih
bersungguh-sungguh lagi melakukannya”.
Bdk.
Tit 3:8 - “Perkataan ini benar dan aku mau supaya engkau dengan yakin
menguatkannya, agar mereka yang sudah percaya kepada Allah sungguh-sungguh
berusaha melakukan pekerjaan yang baik. Itulah yang baik dan berguna bagi
manusia”.
Bdk.
Fil 2:12 - “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat;
karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja
seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak
hadir”.
Jadi,
dalam pelayanan firman, kita bukan hanya memberitakan Injil kepada orang-orang
yang tidak percaya, tetapi juga mendorong orang-orang yang sudah percaya untuk
makin maju.
2)
“Justru karena itu kamu
harus dengan sungguh-sungguh berusaha”.
a)
“Justru karena itu”.
KJV:
‘And beside this’ (= Dan disemping ini).
RSV/NIV:
‘For this very reason’ (= Karena alasan ini).
NASB:
‘Now
for this very reason also’ (= Karena alasan ini juga).
Barnes’ Notes: “‘And beside this.’ ...
The reference is to v. 3; and the connection is, “since (v. 3) God has given
us these exalted privileges and hopes, ‘in respect to this,’ ... or as a
‘consequence’ fairly flowing from this, we ought to give all diligence that
we may make good use of these advantages, and secure as high attainments as we
possibly can. We should add one virtue to another, that we may reach the highest
possible elevation in holiness”” [= ‘Dan disamping ini’.
... Hubungannya adalah dengan ay 3; dan hubungannya adalah, “karena (ay 3)
Allah telah memberikan kita hak-hak dan pengharapan yang mulia ini, ‘berkenaan
dengan ini’, ... atau sebagai suatu ‘konsekwensi’ yang mengalir secara
benar dari hal ini, kita harus memberikan seluruh kerajinan sehingga kita bisa
melakukan penggunaan yang baik dari keuntungan-keuntungan ini, dan mendapatkan /
memperoleh hasil / pencapaian setinggi mungkin. Kita harus menambahkan satu
sifat baik pada sifat baik yang lain, sehingga kita bisa mencapai peningkatan
yang setinggi mungkin dalam kekudusan”].
Ay 3-5a: “(3) Karena
kuasa ilahiNya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna
untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita
oleh kuasaNya yang mulia dan ajaib. (4) Dengan jalan itu Ia telah
menganugerahkan kepada kita janji2 yang berharga dan yang sangat besar, supaya
olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa
nafsu duniawi yang membinasakan dunia. (5a) Justru karena itu kamu ...”.
Jadi,
anugerah dalam ay 3 memberikan kita suatu kewajiban sebagai konsekwensinya.
b)
“kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha”.
KJV:
‘giving all diligence’ (= memberikan seluruh kerajinan).
RSV/NIV:
‘make every effort’ (= melakukan setiap usaha).
NASB:
‘applying
all diligence’ (= menggunakan seluruh kerajinan).
Kata
Yunani yang dipakai adalah SPOUDEN, yang bisa berarti ‘kerajinan’,
‘kesungguhan’, ‘keterburu-buruan’, dan ‘kehati-hatian’ (Bible Works
7).
Semua
ini kontras dan bertentangan dengan sikap ‘santai’, ‘malas’,
‘asal-asalan’, ‘ceroboh’.
Coba
pikirkan dan renungkan kata-kata ini satu per satu. Yang mana yang lebih cocok
dengan usaha saudara untuk maju dalam kerohanian?
Barnes’ Notes: “‘Giving all diligence.’
Greek, ‘Bringing in all zeal or effort.’ The meaning is, that we ought to
make this a distinct and definite object, and to apply ourselves to it as a
thing to be accomplished” (= ‘Memberikan seluruh kerajinan’.
Yunani, ‘Membawa masuk semua semangat dan usaha’. Artinya adalah bahwa kita
harus menjadikan ini suatu tujuan yang nyata / jelas dan tertentu / pasti, dan
memakai / mengerahkan diri kita sendiri padanya sebagai suatu hal untuk dicapai).
Pulpit
Commentary: “The verb rendered ‘giving’ means literally ‘bringing in by the
side;’ it is one of those graphic and picturesque expressions which are
characteristic of St. Peter’s style. God worketh within us both to will and to
do; this (both St. Paul and St. Peter teach us) is a reason, not for remissness,
but for increased exertion. God’s grace is sufficient for us; without that we
can do nothing; but by the side (so to speak) of that grace, along with it, we
must bring into play all earnestness, we must work out our own salvation with
fear and trembling. The word seems to imply that the work is God’s work; we
can do very little indeed, but that very little we must do, and for the very
reason that God is working in us” [= Kata kerja
yang diterjemahkan ‘memberikan’ (giving
- KJV) secara hurufiah berarti
‘membawanya ke samping / ke sebelah’; ini adalah satu dari ungkapan-ungkapan
yang sangat jelas dan indah yang merupakan ciri khas dari gaya Petrus. Allah
mengerjakan dalam kita baik untuk menghendaki maupun untuk melakukan (Fil
2:13); ini (baik Paulus maupun Petrus
mengajar kita) adalah suatu alasan, bukan untuk kelalaian, tetapi untuk
meningkatkan pengerahan tenaga. Kasih karunia Allah cukup bagi kita; tanpa itu
kita tidak dapat melakukan apapun; tetapi di sisi dari (seakan-akan) kasih
karunia itu, bersama-sama dengannya, kita harus membawa ke dalam permainan
seluruh kesungguhan, kita harus mengerjakan / menyelesaikan keselamatan kita
sendiri dengan takut dan gentar (Fil 2:12).
Kata itu secara implicit menunjukkan bahwa pekerjaan itu adalah pekerjaan Allah;
kita memang hanya bisa melakukan sangat sedikit, tetapi yang sangat sedikit itu
harus kita lakukan, dan karena alasan itu Allah bekerja dalam diri kita].
Sekarang
mari kita bahas Fil 2:12-13 yang dijadikan ayat-ayat referensi oleh Pulpit
Commentary di atas.
1.
Fil 2:12 - “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa
taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar,
bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu
aku tidak hadir”.
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dari ayat ini:
a.
Ini tidak berarti bahwa:
·
keselamatan = usaha manusia.
·
keselamatan = usaha manusia + Allah
(ay 12-13).
·
orang Filipi belum selamat.
·
orang Filipi tidak yakin selamat
(bdk. ay 12 - ‘takut dan gentar’).
·
keselamatan bisa hilang (bdk. ay 12
- ‘takut dan gentar’).
Alasannya:
lihat point selanjutnya di bawah ini!
b.
Calvin (hal 69) berkata bahwa kata ‘keselamatan’ di sini artinya
adalah ‘the entire course of our
calling’ (= seluruh jalan panggilan kita).
Jadi
di sini kata ‘keselamatan’ itu mempunyai arti yang berbeda dari biasanya. Di
sini, ‘keselamatan’ itu mencakup daerah mulai saat kita percaya sampai saat
kita masuk surga.
c.
Kata ‘kerjakan’ (ay 12) dalam terjemahan-terjemahan bahasa
Inggris diterjemahkan ‘work out’,
yang bisa berarti ‘selesaikanlah’. Dalam bahasa Yunaninya adalah
KATERGAZESTHE, yang berasal dari kata kerja yang berarti ‘to
bring to completion’ (= menyelesaikan).
Jadi,
‘kerjakan keselamatanmu’ berarti: dalam jalan saudara ikut Tuhan, jangan
berhenti di tengah jalan! Ikutlah terus sampai akhir!
2.
Fil 2:13 - ”karena Allahlah yang
mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut
kerelaanNya”.
Ini terjemahannya kurang jelas.
Perhatikan terjemahan-terjemahan Kitab Suci bahasa Inggris di bawah ini:
KJV:
“For it is God which worketh in you both
to will and to do of his good pleasure” (= Karena Allahlah yang
bekerja dalam kamu baik untuk menghendaki maupun untuk melakukan dari
kesenanganNya yang baik).
RSV:
“for God is at work in you, both to
will and to work for his good pleasure” (= karena Allah bekerja dalam
kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk kesenanganNya
yang baik).
NASB:
“for it is God who is at work in you, both
to will and to work for His good pleasure” (= karena Allahlah yang
bekerja dalam kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk
kesenanganNya yang baik).
NIV:
“for it is God who works in you to
will and to act according to his good purpose” (= karena Allahlah yang
bekerja dalam kamu untuk menghendaki dan untuk berbuat menurut rencanaNya
yang baik).
Yang
menarik dari kata yang diterjemahkan ‘to
will’ (= menghendaki) dalam Kitab Suci bahasa Inggris adalah bahwa kata
itu berasal dari kata Yunani THELEIN, yang berasal dari kata dasar THELO atau
THELEO, yang bisa berarti sebagai berikut (Bible Works 7):
1) to will (= menghendaki), have in
mind (= memikirkan / mempunyainya dalam pikiran), intend (=
bermaksud) 1a) to be resolved or determined (= memutuskan atau
menentukan), to purpose (= bermaksud / merencanakan) 1b) to desire, to
wish (= menginginkan, mengharapkan) 1c) to love (= mengasihi) 1c1) to
like to do a thing, be fond of doing (= menyukai untuk melakukan sesuatu,
menyenangi untuk melakukan) 1d) to take delight in, have pleasure (=
menyenangi).
Semua
hal-hal ini merupakan pekerjaan Allah dalam diri kita!!! Jadi, dari diri kita
sendiri kita tidak bisa menginginkan, menghendaki, memikirkan, memutuskan,
menetapkan, bertujuan, mengasihi, ingin melakukan sesuatu, menyenangi apapun
untuk mengerjakan / menyelesaikan keselamatan kita.
Sebagai
tambahan, kata-kata ‘menurut kerelaanNya’ pada akhir ay 13, menunjukkan
kedaulatan Allah!
3.
Dari semua ini maka kelihatan dengan jelas bahwa ay 13 ini
seolah-olah bertentangan dengan ay 12.
A.T.
Robertson mengatakan: “Paul makes no attempt to
reconcile divine sovereignty and human free agency, but boldly proclaim both”
(= Paulus tidak berusaha untuk mendamaikan kedaulatan
ilahi dan kebebasan manusia, tapi dengan berani memberitakan keduanya).
Kesimpulannya:
sekalipun ay 13 mengatakan bahwa semua itu adalah pekerjaan Allah, tetapi
kita tetap punya tanggung jawab untuk berusaha / mengerjakan keselamatan kita!
Matthew
Henry: “those who will make
any progress in religion must be very diligent and industrious in their
endeavours. Without giving all diligence, there is no gaining any ground in the
work of holiness; those who are slothful in the business of religion will make
nothing of it; we must strive if we will enter in at the strait gate, Lu.
13:24” (= mereka yang mau membuat kemajuan dalam
agama harus sangat rajin dan tekun dalam usaha-usaha mereka. Tanpa memberikan
seluruh kerajinan, tidak ada yang bisa didapatkan dalam pekerjaan pengudusan;
mereka yang malas / lamban dalam bisnis agama tidak akan membuat apapun darinya;
kita harus berjuang jika kita mau memasuki jalan yang sempit, Luk 13:24).
Luk 13:24
- “Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: ‘Berjuanglah untuk masuk
melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan
berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat”.
Calvin:
“As it is a work arduous and of immense labor, to put off the corruption
which is in us, he bids us to strive and make every effort for this purpose. He
intimates that no place is to be given in this case to sloth, and that we ought
to obey God calling us, not slowly or carelessly, but that there is need of
alacrity; as though he had said, ‘Put forth every effort, and make your
exertions manifest to all.’” (= Karena itu
merupakan suatu pekerjaan yang sukar dan suatu pekerjaan dari jerih payah yang
besar / luas sekali, untuk membuang kejahatan yang ada di dalam diri kita, ia
meminta kita untuk berjuang dan melakukan setiap usaha untuk tujuan ini. Ia
mengisyaratkan bahwa dalam kasus ini tidak ada tempat yang boleh diberikan pada
kemalasan, dan bahwa kita harus mentaati panggilan Allah kepada kita, bukan
dengan lambat atau dengan ceroboh, tetapi bahwa di sana ada kebutuhan tentang
kesigapan; seakan-akan ia telah berkata, ‘Kerahkanlah setiap usaha, dan
buatlah pengerahan usaha / tenagamu nyata bagi semua’).
Illustrasi:
orang yang mau maju dalam ‘body
building’ (= olah raga angkat besi untuk membentuk tubuh) harus berusaha
extra keras.
3)
“(5b) untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada
kebajikan pengetahuan, (6) dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada
penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, (7) dan kepada
kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara
kasih akan semua orang”.
a)
Ini merupakan hal-hal yang harus dilakukan dengan terus menerus.
Calvin (tentang ay
8): “he requires a continual
progress to be made as to these endowments, and that justly, for we are as yet
far off from the goal. We ought, therefore, always to make advances, so
that God’s gifts may continually increase in us” (= ia mengharuskan supaya dibuat suatu kemajuan yang terus menerus
berkenaan dengan pemberian-pemberian ini, dan itu benar, karena kita masih jauh
dari tujuan. Karena itu, kita harus selalu membuat kemajuan-kemajuan,
sehingga karunia-karunia Allah bisa terus menerus meningkat dalam diri kita).
b)
Pertama-tama kita harus mempunyai iman, karena tanpa itu tidak mungkin
ada pertumbuhan dalam kebaikan / sifat baik apapun. Setelah iman ada, jangan
artikan bahwa kita harus menambahkan kebaikan / sifat baik yang disebutkan dalam
ay 5b-7 sesuai dengan urut-urutan dalam mana mereka dituliskan. Yang dimaksudkan
sama sekali bukan urut-urutannya, tetapi bahwa semua kebaikan / sifat baik itu
harus diusahakan secara bersamaan.
Matthew
Henry: “In these words the
apostle comes to the chief thing intended in this epistle - to excite and engage
them to advance in grace and holiness, they having already obtained precious
faith, and been made partakers of the divine nature. This is a very good
beginning, but it is not to be rested in, as if we were already perfect. The
apostle had prayed that grace and peace might be multiplied to them, and now he
exhorts them to press forward for the obtaining of more grace. We should, as we
have opportunity, exhort those we pray for, and excite them to the use of all
proper means to obtain what we desire God to bestow upon them” (= Dalam
kata-kata ini sang rasul sampai pada hal terutama yang dimaksudkan dalam surat
ini - untuk membangkitkan dan mengajak mereka untuk maju dalam kasih karunia dan
kekudusan, setelah mereka mendapatkan iman yang berharga, dan telah dibuat
menjadi pengambil-pengambil bagian dari hakekat / sifat ilahi. Ini adalah suatu
permulaan yang baik, tetapi kita tidak boleh berhenti di sana, seakan-akan kita
sudah sempurna. Sang rasul telah berdoa supaya kasih karunia dan damai bisa
dilipat-gandakan bagi mereka, dan sekarang ia mendesak mereka untuk maju untuk
mendapatkan lebih banyak lagi kasih karunia. Kita harus, kalau kita mempunyai
kesempatan, mendesak mereka yang kita doakan, dan mengajak mereka untuk
menggunakan semua cara / jalan yang benar untuk mendapatkan apa yang kita ingin
Allah berikan kepada mereka).
Lenski:
“Here we have Peter’s golden chain of Christian virtues. There are
seven jewels, and all of them are fastened to faith. ... There are not eight
items but only seven. The readers are not to furnish ‘faith.’ This they
already have by virtue of their having been called (v. 3): by his gospel call
God gives us faith. ... Thus Peter says: with all diligence ‘furnish in
connection with your faith’ this chain of golden fruit” [= Di sini kita mempunyai rantai emas sifat-sifat
baik Kristen dari Petrus. Ada tujuh permata, dan semua mereka dilekatkan pada
iman. ... Bukannya ada delapan hal, tetapi hanya tujuh. Para pembaca bukannya
harus menyediakan ‘iman’. Ini sudah mereka punyai berdasarkan panggilan yang
telah diberikan kepada mereka (ay 3): oleh panggilan injil Allah memberikan kita
iman. ... Maka / jadi Petrus berkata: dengan seluruh kerajinan ‘sediakan /
lengkapilah dalam hubungan dengan imanmu’ rantai emas buah-buahan ini] - hal 264,265.
Calvin:
“he intimates that faith ought not to be naked or empty, but that these
are its inseparable companions. ... There is not here, however, properly a
gradation as to the sense, though it appears as to the words; for love does
not in order follow patience, nor does it proceed from it. Therefore the passage
is to be thus simply explained, ‘Strive that virtue, prudence, temperance, and
the things which follow, may be added to your faith.’” (= ia
mengisyaratkan bahwa iman tidak boleh telanjang atau kosong, tetapi bahwa
hal-hal ini adalah rekan-rekannya yang tidak terpisahkan. ... Tetapi di sini
secara tepat tidak ada tingkatan-tingkatan berkenaan dengan artinya, sekalipun
dari kata-katanya kelihatannya demikian; karena kasih secara urut-urutan
tidaklah mengikuti kesabaran, ataupun keluar darinya. Karena itu text ini harus
dijelaskan hanya seperti ini: ‘Berjuanglah supaya kebajikan, kebijaksanaan,
penguasaan diri, dan hal-hal yang berikut, bisa ditambahkan pada imanmu’).
Barnes’ Notes: “‘Add to your faith
virtue.’ It is not meant in this verse and the following that we are to
endeavor particularly to add these things one to another ‘in the order’ in
which they are specified, or that we are to seek first to have faith, and then
to add to THAT virtue, and then to add knowledge to virtue rather than to faith,
etc. The order in which this is to be done, the relation which one of these
things may have to another, is not the point aimed at; ... The design of the
apostle is to say, in an emphatic manner, that we are to strive to possess and
exhibit all these virtues; in other words, we are not to content ourselves with
a single grace, but are to cultivate ALL the virtues, and to endeavor to make
our piety complete in all the relations which we sustain. The essential idea in
the passage before us seems to be, that in our religion we are not to be
satisfied with one virtue, or one class of virtues, but that there is to be (1)
a diligent CULTIVATION of our virtues, since the graces of religion are as
susceptible of cultivation as any other virtues; (2) that there is to be
PROGRESS made from one virtue to another, seeking to reach the highest possible
point in our religion; and, (3) that there is to be an ACCUMULATION of virtues
and graces - or we are not to be satisfied with one class, or with the
attainments which we can make in one class. We are to endeavor to ADD ON one
after another until we have become possessed of all. Faith, perhaps, is
mentioned first, because that is the foundation of all Christian virtues; and
the other virtues are required to be added to that, because, from the place
which faith occupies in the plan of justification, many might be in danger of
supposing that if they had that they had all that was necessary” [= ‘Tambahkanlah pada imanmu
kebajikan’. Dalam ayat ini dan berikutnya tidak dimaksudkan bahwa kita harus
berusaha secara khusus untuk menambahkan hal-hal ini satu pada yang lain
‘dalam urut-urutan’ dalam mana mereka ditetapkan, atau bahwa kita
pertama-tama harus mengusahakan untuk mempunyai iman, dan lalu menambahkan pada
HAL ITU kebajikan, dan lalu menambahkan pengetahuan pada kebajikan dan bukannya
pada iman, dst. Urut-urutan dalam mana ini harus dilakukan, hubungan yang
dimiliki hal-hal ini satu dengan yang lain, bukanlah tujuan yang dituju; ...
Rancangan dari sang rasul adalah untuk mengatakan, dengan suatu cara yang
ditekankan, bahwa kita harus berjuang untuk memiliki dan menunjukkan semua
kebaikan / sifat baik ini; dengan kata lain, kita tidak boleh merasa puas diri
dengan satu kasih karunia, tetapi harus mengusahakan SEMUA kebaikan / sifat baik
ini, dan berusaha untuk membuat kesalehan kita lengkap dalam semua hubungan yang
kita topang (?). Gagasan yang hakiki dalam text di hadapan kita ini kelihatannya
adalah bahwa dalam agama kita kita tidak boleh puas dengan satu kebaikan / sifat
baik, atau satu golongan kebaikan / sifat baik, tetapi bahwa di sana harus ada
(1) suatu pengusahaan yang rajin
dari kebaikan / sifat baik kita, karena kasih karunia dari agama memungkinkan
untuk diusahakan sama seperti kebaikan / sifat baik yang lain; (2) bahwa di sana
harus ada kemajuan yang dibuat
dari satu kebaikan / sifat baik pada kebaikan / sifat baik yang lain, berusaha
untuk mencapai titik tertinggi yang dimungkinkan dalam agama kita; dan, (3)
bahwa di sana harus ada suatu akumulasi
dari kebaikan / sifat baik dan kasih karunia - atau kita tidak boleh puas dengan
satu golongan, atau dengan pencapaian yang bisa kita buat dalam satu golongan.
Kita harus berusaha untuk terus menambah
satu pada yang lain sampai kita telah memiliki semuanya. Iman disebutkan
pertama, mungkin karena itu adalah dasar dari semua kebaikan / sifat baik
Kristen; dan kebaikan / sifat baik yang lain harus ditambahkan padanya, karena
dari tempat dimana iman menempati dalam rencana pembenaran, banyak bisa ada
dalam bahaya dimana mereka menduga bahwa jika mereka mempunyai itu mereka sudah
mempunyai semua yang perlu].
-bersambung-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali