Pemahaman
Alkitab
(Jl. Dinoyo
19b, lantai 3)
Jumat, tanggal
15 Januari 2010, pk 19.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
(7064-1331 /
6050-1331)
2Pet 1:3-4 - “(3) Karena kuasa ilahiNya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasaNya yang mulia dan ajaib. (4) Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia”.
Ay 3: “Karena kuasa ilahiNya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasaNya yang mulia dan ajaib”.
1) “Karena kuasa ilahiNya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh”.
a) “Karena
kuasa ilahiNya telah menganugerahkan kepada kita”.
1. ‘IlahiNya’.
Lenski: “The deity of
Jesus Christ is the foundation of this entire epistle; cancel it, and a jumbled
ruin is left” (= Keilahian Yesus Kristus adalah
dasar dari seluruh surat ini; hapuskan itu, dan yang tertinggal adalah
reruntuhan / puing-puing yang kacau) - hal 257.
Catatan: menurut saya, tak terlalu jelas apakah dalam kata-kata ‘kuasa
ilahiNya’, kata ‘Nya’
itu menunjuk kepada Yesus atau kepada Bapa. Kalau menunjuk kepada Bapa, maka
ayat ini tidak menunjukkan keilahian Yesus. Ada penafsir yang menganggap bahwa
kata ‘Nya’ menunjuk kepada
Yesus dan ada menganggap kata itu menunjuk kepada Bapa.
Pulpit Commentary: “The word for ‘Divine’ (THEIOS) is unusual in the Greek Testament; it occurs only in two other places - verse 4 and Acts 17:29” [= Kata untuk ‘ilahi’ (THEIOS) tidak umum dalam Perjanjian Baru; itu hanya muncul dalam dua tempat lain - ayat 4 dan Kis 17:29].
A. T.
Robertson: “Autou (=
his) refers to Christ, who has
‘divine power’ tees
theias dunameoos, since he is Theos
(2 Peter 1:1). Theios
(from Theos)
is an old adjective in the New Testament here and 2 Peter 1:4 only, except Acts
17:29, where Paul uses to
theion for deity, thus adapting his language to his
audience as the papyri and inscriptions show”
[= AUTOU (= Nya) menunjuk kepada Kristus, yang mempunyai
‘kuasa ilahi’ tees
theias dunameoos, karena Ia adalah Theos
(2Pet 1:1). Theios (dari Theos)
adalah suatu kata sifat kuno dalam Perjanjian Baru, hanya di sini dan 2Pet 1:4,
kecuali Kisah 17:29, dimana Paulus menggunakan to theion untuk keallahan, dan dengan
demikian menyesuaikan bahasanya dengan pendengarnya seperti ditunjukkan oleh
papirus dan prasasti].
2Pet 1:4 - “Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia”.
Kis 17:29 - “Karena kita berasal dari keturunan Allah, kita tidak boleh berpikir, bahwa keadaan ilahi (TO THEION) sama seperti emas atau perak atau batu, ciptaan kesenian dan keahlian manusia”.
Dalam ayat ini digunakan kata sifat THEION tetapi diberi definite article (= kata sandang tertentu). Jangan terlalu pusingkan perbedaan THEIOS dan THEION, karena perbedaan itu hanya disebabkan karena posisi kata-kata itu dalam kalimat.
Terjemahan dari Kis 17:29 ini beraneka ragam.
KJV/ASV: ‘the Godhead’ (= Allah / keilahian).
RSV: ‘the Deity’ (= Keallahan).
NIV: ‘the divine being’ (= makhluk Ilahi).
NASB/NKJV: ‘the Divine Nature’ (= Hakekat Ilahi).
Catatan: sukar untuk menterjemahkan dan membedakan arti dari istilah-istilah bahasa Inggris ini. Kata ‘Godhead’ dalam kamus Webster dikatakan sebagai ‘godhood’ (= keallahan), ‘divinity’ (= keilahian), ‘God’ (= Allah).
Bagaimanapun juga, adanya kata ‘ilahi’ (THEIOS) dalam bahasa Yunani ini menyebabkan kita tidak mungkin menterjemahkan Yoh 1:1c (THEOS EN HO LOGOS) dengan kata-kata ‘the Word was divine’ (= Firman itu adalah ilahi), karena di sana digunakan kata benda THEOS. Kalau memang rasul Yohanes memaksudkan ‘ilahi’ ia bisa menggunakan kata THEIOS ini. Jadi, terjemahan yang benar adalah ‘the Word was God’ (= Firman itu adalah Allah).
2. Kuasa.
Barclay: “He is the Christ of power. In him
there is the divine power which cannot be ultimately defeated or frustrated. In
this world one of the tragedies of life is that love is so often frustrated
because it cannot give what it wants to give, cannot do what it wants to do and
must so often stand helpless while the loved one meets disaster. But always
Christ’s love is backed by his power and is, therefore, a victorious love”
(= Ia adalah sang Kristus dari kuasa. Dalam Dia ada
kuasa ilahi yang pada akhirnya tidak bisa dikalahkan atau digagalkan /
dihalangi. Dalam dunia ini salah satu tragedi / peristiwa yang menyedihkan dari
kehidupan adalah bahwa kasih itu begitu sering digagalkan / dihalangi karena ia
tidak bisa memberikan apa yang ia ingin berikan, tidak bisa melakukan apa yang
ia ingin lakukan dan harus begitu sering berdiri dengan tak berdaya sementara
orang yang dikasihi mengalami bencana. Tetapi kasih Kristus selalu disokong oleh
kuasaNya dan karena itu merupakan kasih yang menang) - hal
297.
3.
Menganugerahkan.
Alexander
Nisbet: “To give
grace to a graceless soul is a work of God’s infinite power, there being so
much unworthiness, gultiness, and opposition to hinder that work in all the
elect. Therefore the cause of this work is here made divine power. ... The Lord,
in the bestowing of saving grace, works both irresistibly and freely; neither
can any for whom it is appointed and purchased, so oppose as to hinder the
bestowing of it; for it is divine power that works it. Nor can any in nature so
use their naturals as to prepare themselves for, or merit the bestowing of it;
for divine power works by giving freely all things that pertain to life, and so
the very preparations for the new life” (= Memberikan kasih karunia kepada jiwa yang tidak mempunyai kasih karunia
merupakan pekerjaan dari kuasa Allah yang tak terbatas, karena ada begitu banyak
ketidak-layakan, kebersalahan, dan perlawanan untuk menghalangi pekerjaan itu
dalam semua orang pilihan. Karena itu penyebab dari pekerjaan ini di sini adalah
kuasa ilahi. ... Tuhan, dalam menganugerahkan kasih karunia yang menyelamatkan,
bekerja secara tak bisa ditahan dan secara bebas; dan tidak ada siapapun untuk
siapa itu ditetapkan dan dibeli, begitu menentangnya sehingga menghalangi
penganugerahan hal itu; karena adalah kuasa ilahi yang mengerjakannya. Juga
tidak ada apapun dalam alam begitu menggunakan hal-hal alamiah mereka untuk
mempersiapkan diri mereka sendiri untuk, atau melakukan jasa sehingga layak
mendapatkan penganugerahan ini; karena kuasa ilahi bekerja dengan memberi
anugerah secara cuma-cuma segala sesuatu yang berkenaan dengan kehidupan, dan
dengan demikian juga mencakup persiapan-persiapan untuk kehidupan yang baru) - hal 224.
b) “segala
sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh”.
Kitab Suci Indonesia: ‘hidup
yang saleh’.
Ini salah terjemahan.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘life and godliness’
(= kehidupan dan kesalehan).
Lenski: “The divine
power has granted to us ‘all things, the ones regarding (PROS) life and
godliness.’ ... Not one thing has Christ’s divine power withheld from us”
[= Kuasa ilahi telah menganugerahkan kepada kita
‘segala sesuatu, hal-hal berkenaan (PROS) kehidupan dan kesalehan’. ...
Tidak satu halpun ditahan oleh kuasa ilahi Kristus dari kita]
- hal 257.
Ef 1:3 - “Terpujilah
Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan
kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga”.
Ro 8:32 - “Ia, yang tidak menyayangkan
AnakNya sendiri, tetapi yang menyerahkanNya bagi kita semua, bagaimanakah
mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama
dengan Dia?”.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “God gives you everything you will ever need ‘for life and godliness.’ Nothing has to be added! ‘And ye are complete in Him’ (Col 2:10). The false teachers claimed that they had a ‘special doctrine’ that would add something to the lives of Peter’s readers, but Peter knew that nothing could be added” [= Allah menganugerahkan kepadamu segala sesuatu yang akan engkau perlukan ‘untuk kehidupan dan kesalehan’. Tidak ada yang harus ditambahkan! ‘Dan engkau lengkap dalam Dia’ (Kol 2:10). Guru-guru palsu mengclaim bahwa mereka mempunyai suatu ‘ajaran khusus’ yang akan menambahkan sesuatu pada kehidupan dari pembaca-pembaca Petrus, tetapi Petrus tahu bahwa tidak ada yang bisa ditambahkan].
Bandingkan ini dengan:
1.
Banyak orang dari kalangan Kharismatik yang mengatakan bahwa mereka
mendapat wahyu, penglihatan, nubuat yang menambahi Alkitab.
2.
Orang Mormon yang menambahi Alkitab dengan ‘the book of Mormon’.
3.
Orang Islam yang mengatakan Al-Quran sebagai wahyu terakhir.
Jamieson,
Fausset & Brown: “‘Life and godliness.’ Spiritual life must exist
first, before there can be godliness. Knowledge of God experimentally is life
(John 17:3). The child must have vital breath, then cry to, and walk in the ways
of, his father. It is not by godliness we obtain life, but by life, godliness”
[= ‘Kehidupan dan kesalehan’. Kehidupan rohani harus
ada dulu, sebelum di sana bisa ada kesalehan. Pengenalan akan Allah yang
didasarkan pengalaman adalah kehidupan (Yoh 17:3). Anak harus mempunyai nafas
yang vital, lalu berteriak kepada, dan berjalan dalam jalan dari, bapanya. Bukan
oleh kesalehan kita mendapatkan kehidupan, tetapi oleh kehidupan kita mendapat
kesalehan].
Yoh
17:3 - “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau,
satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau
utus”.
2) “oleh pengenalan kita akan Dia”.
Calvin: “‘Through
the knowledge of him.’ He now describes the manner in which God makes us partakers of so
great blessings, even by making himself known to us by the gospel. For the
knowledge of God is the beginning of life and the first entrance into godliness”
(= ‘Melalui
pengetahuan akan Dia’. Sekarang ia menggambarkan cara dalam mana Allah membuat
kita pengambil bagian dari berkat yang begitu besar, bahkan dengan membuat
diriNya sendiri dikenal kepada kita oleh injil. Karena pengenalan akan Allah
merupakan permulaan dari kehidupan dan jalan masuk pertama ke dalam kesalehan).
Alexander
Nisbet: “The very
first beginning of grace are wrought in the heart, by making a sinner drink in
the knowledge of Christ: the law indeed prepares for this work by discovering
sin and deserved wrath and terrifying the conscience, but the Gospel which holds
out Christ the Saviour from sin and wrath, ... is the Spirit’s instrument of
working grace: for as the Apostle wished grace to thrive in the former verse
through the knowledge of Christ, so here he says, it is given at first through
the knowledge of Him. ... Then Christ is savingly known and so saving grace
wrought, when the heart consents to Him” (= Permulaan yang paling awal dari kasih karunia dibuat dalam hati, dengan
membuat seorang berdosa minum dalam pengetahuan / pengenalan akan Kristus: hukum
Taurat memang mempersiapkan untuk pekerjaan ini dengan menyatakan /
menyingkapkan dosa dan kemurkaan yang layak didapatkan dan hati nurani yang
menakutkan, tetapi Injil yang mengulurkan / menawarkan Kristus sang Juruselamat
dari dosa dan kemurkaan, ... adalah alat dari Roh untuk mengerjakan kasih
karunia: karena seperti dalam ayat sebelumnya sang Rasul menginginkan kasih
karunia untuk tumbuh melalui pengetahuan / pengenalan akan Kristus, demikian
juga di sini ia berkata, itu diberikan pertama-tama melalui pengetahuan /
pengenalan akan Dia. ... Maka Kristus dikenal secara menyelamatkan dan
demikianlah kasih karunia yang menyelamatkan dibuat, pada waktu hati
menyetujuiNya) -
hal 224-225.
3) “yang telah memanggil kita”.
Calvin: “he
makes God the author of this knowledge, because we never go to him except when
called. Hence the effectual cause of faith is not the perspicacity of our mind,
but the calling of God. And he speaks not of the outward calling only, which is
in itself ineffectual; but of the inward calling, effected by the hidden power
of the Spirit when God not only sounds in our ears by the voice of man, but
draws inwardly our hearts to himself by his own Spirit” (= ia membuat Bapa
sebagai asal usul dari pengetahuan / pengenalan ini, karena kita tidak pernah
datang kepada Dia kecuali pada waktu kita dipanggil. Karena itu penyebab yang
efektif dari iman bukanlah kecerdasan / ketajaman dari pikiran kita, tetapi
panggilan dari Allah. Dan ia berbicara bukan hanya tentang panggilan luar /
lahiriah, yang dalam dirinya sendiri tidak efektif; tetapi tentang panggilan di
dalam, yang diadakan / dijalankan / dibuat menjadi efektif oleh kuasa Roh pada
waktu Allah bukan hanya membunyikan dalam telinga kita oleh suara manusia,
tetapi menarik secara batin hati kita kepada diriNya sendiri oleh RohNya sendiri).
Lenski: “In this epistles KALEIN always denotes the successful call by means of the Word” (= Dalam surat ini KALEIN selalu menunjukkan panggilan yang berhasil dengan menggunakan Firman) - hal 259.
4) “oleh kuasaNya (?) yang mulia dan ajaib (?)”.
KJV: ‘to glory and virtue’ (= pada kemuliaan dan kebaikan).
RSV: ‘to his own glory and excellence’ (= pada kemuliaan dan kebaikanNya sendiri).
NIV: ‘by his own glory and goodness’ (= oleh kemuliaan dan kebaikanNya sendiri).
NASB: ‘by His own glory and excellence’ (= oleh kemuliaan dan kebaikanNya sendiri).
Ada 3 hal yang perlu diperhatikan:
a) Kata
‘kuasaNya’ dalam terjemahan Kitab Suci Indonesia sebetulnya tidak
ada.
b)
Kata ‘ajaib’ juga merupakan terjemahan yang salah. Dalam Kitab
Suci bahasa Inggris diterjemahkan sebagai ‘virtue’ (= kebaikan /
sifat baik), ‘goodness’ (= kebaikan), ‘excellence’ (=
keunggulan / mutu yang baik sekali).
c)
Kata ‘oleh’ dalam Kitab Suci bahasa Inggris diterjemahkan
sebagai ‘to’ (= pada), atau ‘by’ (= oleh).
Yang mana yang benar, ‘to’ atau ‘by’??
Kata Yunani yang digunakan adalah DIA, yang sekalipun biasanya berarti ‘through’
(= melalui), tetapi bisa berarti ‘by’ (= oleh). Lenski menafsirkan
bahwa yang benar adalah ‘oleh / dengan’. Demikian juga dengan Calvin.
Lenski: “Peter does
not say: called us ‘with his own Word.’ He says something far grander:
called us ‘with his own glory and praise.’ When R. 533 says that this is
‘clearly instrumental, not dative,’ he means: ‘with his own
glory’ (means), and not ‘to glory,’ etc. (AV)” [= Petrus
tidak berkata: memanggil kita ‘dengan FirmanNya sendiri’. Ia mengatakan
sesuatu yang jauh lebih agung: memanggil kita ‘dengan kemuliaan dan pujianNya
sendiri’. Pada waktu R. 533 mengatakan bahwa ini adalah ‘secara jelas
bersifat instrumen / alat, bukan bersifat obyek’, ia memaksudkan: ‘dengan
kemuliaanNya sendiri’ (cara), dan bukan ‘pada kemuliaan’, dsb.
(AV)] - hal 259.
Calvin: “‘To
glory and virtue,’ or, ‘by his own
glory and power.’ Some copies have ijdi>a do>xh|,
‘by his own glory,’ and it is so rendered by the old interpreter; and this
reading I prefer, because the sentence seems thus to flow better. For it was
Peter’s object expressly to ascribe the whole praise of our salvation to God,
so that we may know that we owe every thing to him. And this is more clearly
expressed by these words, - that he has called us ‘by
his own glory and power.’” [= ‘Pada kemuliaan
dan kebaikan’, atau, ‘oleh kemuliaan dan kuasaNya sendiri’.
Beberapa salinan mempunyai ijdi>a
do>xh| (IDIA
DOXE), ‘oleh kemuliaanNya sendiri’, dan demikianlah diterjemahkan oleh
penafsir kuno; dan saya memilih pembacaan ini, karena dengan demikian kalimatnya
kelihatannya mengalir dengan lebih baik. Karena merupakan tujuan dari Petrus
untuk secara jelas mememberikan seluruh pujian tentang keselamatan kita kepada
Allah, sehingga kita bisa tahu bahwa kita berhutang segala sesuatu kepada Dia.
Dan ini dengan lebih jelas dinyatakan oleh kata-kata ini, - bahwa Ia telah
memanggil kita ‘oleh kemuliaan dan kuasaNya sendiri’.].
Catatan: saya tidak mengerti dari
mana Calvin mendapatkan kata ‘kuasa’.
Ay 4: “Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia”.
1) “Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar”.
Barnes’
Notes: “All that we need in trial, is the simple PROMISE of God that he
will sustain us; all that we need in the hour of death, is the assurance of our
God that we shall be happy forever. What would this world be without a
‘promise?’ How impossible to penetrate the future! How dark that which is to
come would be! How bereft we should be of consolation! The past has gone, and
its departed joys and hopes can never be recalled to cheer us again; the present
may be an hour of pain, and sadness, and disappointment, and gloom, with perhaps
not a ray of comfort; the future only opens fields of happiness to our vision,
and everything there depends on the will of God, and all that we can know of it
is from his promises. Cut off from these we have no way either of obtaining the
blessings which we desire, or of ascertaining that they can be ours. For the
promises of God, therefore, we should be in the highest degree grateful, and in
the trials of life we should cling to them with unwavering confidence as the
only things which can be an anchor to the soul” (= Semua
yang kita butuhkan dalam ujian adalah janji yang sederhana dari Allah bahwa Ia
akan menopang kita; semua yang kita butuhkan pada saat kematian kita adalah
jaminan dari Allah kita bahwa kita akan bahagia selama-lamanya. Apa yang akan
terjadi dengan dunia ini tanpa suatu ‘janji’? Betapa mustahil untuk menembus
ke masa yang akan datang! Betapa gelap hal-hal yang akan datang! Betapa kita
kehilangan penghiburan! Masa lalu telah hilang, dan sukacita dan pengharapan
yang telah pergi itu tidak pernah bisa dikembalikan untuk menggembirakan kita
lagi; masa sekarang mungkin merupakan saat dari kesakitan, dan kesedihan, dan
kekecewaan, dan kesuraman, mungkin tanpa secercahpun penghiburan; hanya masa
yang akan datang membuka lapangan kebahagiaan bagi penglihatan kita, dan segala
sesuatu di sana tergantung pada kehendak Allah, dan semua yang bisa kita ketahui
darinya adalah dari janji-janjiNya. Dipotong dari janji-janji ini kita tidak
mempunyai jalan untuk mendapatkan berkat-berkat yang kita inginkan, atau untuk
memastikan bahwa hal-hal itu akan menjadi milik kita. Karena itu, untuk
janji-janji Allah itu kita harus berterima kasih dalam tingkat yang tertinggi,
dan dalam ujian-ujian / pencobaan-pencobaan dari kehidupan kita harus berpegang
erat-erat pada janji-janji itu dengan keyakinan yang tak tergoyahkan sebagai
satu-satunya hal yang bisa menjadi jangkar bagi jiwa).
The Bible
Exposition Commentary: New Testament: “God
has not only given us all that we need for life and godliness, but He has also
given us His Word to enable us to develop this life and godliness. These
promises are great because they come from a great God and they lead to a great
life. They are precious because their value is beyond calculation. If we lost
the Word of God, there would be no way to replace it” (= Allah
bukan hanya telah memberi kita semua yang kita butuhkan untuk kehidupan dan
kesalehan, tetapi Ia juga telah memberi kita FirmanNya untuk memampukan kita
untuk mengembangkan kehidupan dan kesalehan ini. Janji-janji ini besar karena
mereka datang dari Allah yang besar dan mereka memimpin pada suatu kehidupan
yang besar / agung. Mereka berharga karena nilai mereka di atas perhitungan.
Jika kita kehilangan Firman Allah, tidak ada jalan untuk menggantikannya).
Penerapan: bandingkan kata-kata ini, khususnya pada bagian akhirnya, dengan banyak pengkhotbah / pendeta yang menggantikan Firman Tuhan dengan lelucon, kesaksian, cerita-cerita, atau filsafat!
2) “supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi”.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘divine nature’ (= hakekat / sifat ilahi).
Calvin: “But the word ‘nature’ is not here essence but quality. The Manicheans formerly dreamt that we are a part of God, and that after having run the race of life we shall at length revert to our original. There are also at this day fanatics who imagine that we thus pass over into the nature of God, so that his swallows up our nature. Thus they explain what Paul says, that God will be all in all (1 Corinthians 15:28,) and in the same sense they take this passage. But such a delirium as this never entered the minds of the holy Apostles; they only intended to say that when divested of all the vices of the flesh, we shall be partakers of divine and blessed immortality and glory, so as to be as it were one with God as far as our capacities will allow” [= Tetapi kata ‘nature’ (Yunani: PHUSEOOS - PHUSIS) di sini bukanlah ‘hakekat’ tetapi ‘kwalitet’. Para Manichean dahulu bermimpi bahwa kita adalah sebagian dari Allah, dan bahwa setelah menyelesaikan kehidupan kita akhirnya kembali pada keadaan orisinil kita. Pada saat ini juga ada orang-orang fanatik yang membayangkan / mengkhayalkan bahwa kita akan melewati ke dalam hakekat / sifat dari Allah, sehingga sifat / hakekatNya menelan sifat / hakekat kita. Maka mereka menjelaskan apa yang Paulus katakan, bahwa Allah akan menjadi semua dalam semua (1Kor 15:28), dan dalam arti yang sama mereka mengartikan text ini. Tetapi kegilaan seperti ini tidak pernah memasuki pikiran-pikiran dari Rasul-rasul yang kudus; mereka hanya bermaksud untuk mengatakan bahwa pada waktu dibebaskan / dilepaskan dari semua sifat buruk / jahat dari daging, kita akan menjadi pengambil bagian dari ketidak-bisa-binasaan dan kemuliaan yang ilahi dan diberkati, sehingga seakan-akan menjadi satu dengan Allah sejauh diijinkan oleh kapasitas kita].
Catatan: Webster’s New World Dictionary mengatakan bahwa Manicheism merupakan suatu filsafat yang bersifat agama yang diajarkan pada abad ke 3-7 M. oleh seorang Persia bernama Manes atau Manicheus dan murid-muridnya.
1Kor 15:28 - “Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diriNya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawahNya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua”.
Calvin: “we, disregarding empty
speculations, ought to be satisfied with this one thing, - that the image of God
in holiness and righteousness is restored to us for this end, that we may at
length be partakers of eternal life and glory as far as it will be necessary for
our complete felicity” (= kita, mengabaikan
spekulasi yang kosong, harus puas dengan satu hal ini, - bahwa gambar Allah
dalam kekudusan dan kebenaran dipulihkan bagi kita untuk tujuan ini, supaya kita
akhirnya bisa menjadi pengambil bagian dari kehidupan dan kemuliaan kekal sejauh
itu perlu untuk kebahagiaan lengkap / sempurna kita).
Bandingkan dengan ajaran Gereja Sidang Jemaat Kristus.
“The doctrine of ‘mingling’ is one of the greatest unifying factors within the structure of the Local Church. We have seen that Witness Lee teaches that Christ, Satan, and mankind are somehow joined together. Mingling is seen as an intimate relationship between God and man, whereby Local Church members can have direct spiritual communication with God and experience all that God is and has to offer. ... Closely associated with Lee’s misunderstanding of the Trinity is his teaching that the Spirit of his processed Triune God enters into and mingles with the spirit of man, just as tea mixes with a glass of water. Lee was greatly influenced by his mentor, the late Watchman Nee, who also held to this concept. States Nee: One rather remarkable thing is that God does not mean to distinguish between His Spirit and our spirit....It is simply impossible to distinguish. ... We often say that the Holy Spirit dwells in our spirit, but we find it hard to discern which is the Holy Spirit and which is our own spirit. The Holy Spirit and our spirit have become so mingled; while each is unique they are not easily distinguished....Since the Holy Spirit and our spirit are joined into one (1 Cor. 6.17), they can be distinguished only in name, not in fact.” [= Ajaran / doktrin tentang ‘percampuran’ adalah salah satu dari faktor-faktor penyatu yang terbesar dalam struktur dari Gereja Lokal. Kita telah melihat bahwa Witness Lee mengajar bahwa Kristus, Iblis, dan umat manusia entah bagaimana digabungkan bersama-sama. Percampuran dilihat sebagai suatu hubungan intim antara Allah dan manusia, dengan mana anggota-anggota Gereja Lokal bisa mempunyai komunikasi rohani langsung dengan Allah dan mengalami semua yang Allah ada dan punyai untuk ditawarkan. ... Berhubungan dekat dengan kesalah-mengertian Lee tentang Tritunggal adalah ajarannya bahwa Roh dari Allah Tritunggalnya yang diproses masuk ke dalam dan bercampur dengan roh manusia, sama seperti teh bercampur dengan segelas air. Lee sangat dipengaruhi oleh penasehatnya, almarhum Watchman Nee, yang juga mempercayai konsep ini. Kata Nee: Satu hal yang menyolok adalah bahwa Allah tidak bermaksud untuk membedakan antara RohNya dan roh kita....Adalah tidak mungkin untuk membedakan. ... Kita sering mengatakan bahwa Roh Kudus tinggal dalam roh kita, tetapi kita mendapati bahwa sukar untuk membedakan yang mana yang Roh Kudus dan yang mana yang roh kita. Roh Kudus dan roh kita telah menjadi begitu bercampur; sementara masing-masing adalah unik, mereka tidak dengan mudah dibedakan....Karena Roh Kudus dan roh kita bergabung menjadi satu (1Kor 6:17), mereka bisa dibedakan hanya dalam sebutan, tidak dalam fakta.].
1Kor 6:17 - “Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia”.
Catatan: ‘his processed Triune God’ (= Allah Tritunggalnya yang diproses) adalah istilah yang menunjuk pada ajaran Witness Lee yang mengatakan bahwa mula-mula Allah itu adalah Bapa, lalu mengambil daging, dan menjadi manusia dalam diri Anak. Dan Anak, setelah mengalami kematian, penguburan, kebangkitan, lalu menjadi Roh pemberi hidup. Sebagai Roh Allah lalu bisa masuk ke dalam roh manusia.
Ini merupakan kepercayaan yang disebut Modalisme / Sabelianisme, dan merupakan ajaran sesat dalam persoalan Allah Tritunggal.
Barnes’
Notes: “it cannot be taken in so literal a sense as to mean that we can
ever partake of the divine ‘essence,’ or that we shall be ‘absorbed’
into the divine nature so as to lose our individuality. ... It is in the nature
of the case impossible. There must be forever an essential difference between a
created and an uncreated mind. ... The reference then, in this place, must be to
the ‘moral’ nature of God; and the meaning is, that they who are renewed
become participants of the same ‘moral’ nature; that is, of the same views,
feelings, thoughts, purposes, principles of action. Their nature as they are
born, is sinful, and prone to evil (Eph. 2:3), their nature as they are born
again, becomes like that of God. They are made LIKE God; and this resemblance
will increase more and more forever, until in a much higher sense than can be
true in this world, they may be said to have become ‘partakers of the divine
nature.’” [= ini tidak bisa diambil dalam arti begitu hurufiah
sehingga berarti bahwa kita bisa mengambil bagian dari ‘hakekat’ ilahi, atau
bahwa kita akan ‘dihisap’ ke dalam hakekat ilahi sehingga kehilangan
keindividuan kita. ... Kasus itu merupakan sesuatu yang mustahil. Pasti akan ada
untuk selama-lamanya perbedaan antara pikiran yang dicipta dan yang tidak
dicipta. ... Jadi, kata-kata di tempat ini harus menunjuk pada sifat ‘moral’
dari Allah; dan artinya adalah bahwa mereka yang diperbaharui menjadi pengambil
bagian dari sifat ‘moral’ yang sama; yaitu, dari pandangan, perasaan,
pemikiran, tujuan, prinsip tindakan yang sama. Sifat mereka pada waktu
dilahirkan adalah berdosa dan condong pada dosa (Ef 2:3), sifat mereka pada
waktu dilahirkan kembali, menjadi serupa dengan sifat Allah. Mereka dibuat
menjadi SEPERTI Allah; dan kemiripan ini akan makin meningkat selama-lamanya,
sampai dalam arti yang jauh lebih tinggi dari yang ada dalam dunia ini, mereka
dikatakan telah menjadi ‘pengambil bagian dari sifat ilahi’].
Barnes’
Notes: “Let us remark, then, (a) That ‘man’ only, of all the
dwellers on the earth, is capable of rising to this condition. The nature of all
the other orders of creatures here below is incapable of any such transformation
that it can be said that they become ‘partakers of the divine nature.’ (b)
It is impossible now to estimate the degree of approximation to which man may
yet rise toward God, or the exalted sense in which the term may yet be
applicable to him; but the prospect before the believer in this respect is most
glorious” [= Maka, hendaklah kita perhatikan, (a) Bahwa hanya ‘manusia’, dari semua
penghuni di bumi, yang mampu untuk naik pada keadaan ini. Sifat dari semua
golongan makhluk ciptaan yang lain di sini di bawah adalah tidak mampu mengalami
perubahan seperti itu sehingga bisa dikatakan bahwa mereka menjadi ‘pengambil
bagian dari sifat ilahi’. (b) Adalah mustahil sekarang untuk memperkirakan
tingkat dari taksiran pada mana manusia bisa naik menuju Allah, atau arti yang
ditinggikan dalam mana istilah ini bisa diterapkan kepadanya; tetapi prospek di
hadapan orang percaya dalam hal ini adalah sangat mulia].
3) “dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia”.
Ini
betul-betul merupakan terjemahan yang kacau! Bandingkan dengan
terjemahan-terjemahan dari Kitab Suci bahasa Inggris.
KJV: ‘having escaped the corruption that is in the world through lust’ (= setelah lolos dari kejahatan yang ada dalam dunia melalui nafsu).
RSV: ‘you may escape from the corruption that is in the world because of passion’ (= engkau bisa lolos dari kejahatan yang ada dalam dunia karena nafsu).
NIV: ‘and escape the corruption in the world caused by evil desires’ (= dan lolos dari kejahatan dalam dunia yang disebabkan oleh keinginan-keinginan jahat).
NASB:
‘having
escaped the corruption that is in the world by lust’ (= setelah
lolos dari kejahatan yang ada dalam dunia oleh nafsu).
Barnes’ Notes: “The world is full of corruption. It is the design of the Christian plan of redemption to deliver us from that, and to make us holy; and the means by which we are to be made like God, is by rescuing us from its dominion” (= Dunia ini penuh dengan kejahatan. Merupakan rancangan dari rencana Kristen tentang penebusan untuk membebaskan kita darinya, dan untuk membuat kita kudus; dan cara dengan mana kita akan dibuat menjadi seperti Allah, adalah dengan menolong kita dari penguasaannya).
-bersambung-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali