Pemahaman
Alkitab
(Jl.
Dinoyo 19b, lantai 3)
Jumat,
tanggal 27 Maret 2009, pk 19.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
I Timotius 6:3-5(1)
1Tim 6:3-5 - “(3) Jika seorang mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan
sehat - yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus - dan tidak menurut ajaran
yang sesuai dengan ibadah kita, (4) ia adalah seorang yang berlagak tahu
padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat
kata, yang menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga, (5) percekcokan antara
orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran,
yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan”.
1)
“Jika seorang mengajarkan ajaran lain”.
a)
Kata ‘lain’ / ‘yang lain’ berasal dari kata Yunani HETEROS.
Ada
2 kata bahasa Yunani yang berarti ‘yang lain (= another)’,
yaitu ALLOS dan HETEROS. Tetapi kedua kata ini ada bedanya.
W.
E. Vine: “ALLOS
... denotes another of the same sort; HETEROS ... denotes another of a different
sort” (= ALLOS ... menunjuk pada ‘yang lain’ dari jenis yang sama;
HETEROS ... menunjuk pada ‘yang lain’ dari jenis yang berbeda)
- ‘An
Expository Dictionary of New Testament Words’, hal 52.
Illustrasi:
Saya mempunyai satu gelas Aqua. Kalau saya menginginkan satu gelas Aqua ‘yang
lain’, yang sama dengan yang ada pada saya ini, maka saya akan menggunakan
ALLOS. Tetapi kalau saya menghendaki minuman ‘yang lain’, misalnya
Coca Cola, maka saya harus menggunakan HETEROS, bukan ALLOS.
Catatan:
kata HETEROS ini juga digunakan dalam Gal 1:6 - “Aku heran, bahwa kamu
begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah
memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain (Yunani:
HETEROS)”.
b)
Karena dalam 1Tim 6:1-2 (ayat-ayat sebelum ay 3 yang sedang kita bahas
saat ini), Paulus mengajar tentang hubungan budak dengan tuannya, maka merupakan
sesuatu yang wajar kalau ‘ajaran lain’ ini diterapkan juga berkenaan dengan
hal itu.
Jadi,
dalam ay 1-2 Paulus sudah memberikan ajaran yang benar berkenaan dengan hubungan
budak dengan tuannya. Sekarang dalam ay 3-5 ia mengecam orang / pengajar
yang mengajarkan ajaran yang berbeda dengan ajaran yang sudah ia ajarkan itu.
Adam
Clarke: “‘If
any man teach otherwise.’ It appears that there were teachers of a different
kind in the church, a sort of religious levellers, who preached that the
converted servant had as much right to the master’s service as the master had
to his. Teachers of this kind have been in vogue long since the days of Paul and
Timothy” (= ‘Jika ada orang siapapun mengajarkan yang lain’.
Kelihatannya ada guru-guru / pengajar-pengajar dari jenis yang lain dalam
gereja, suatu jenis pengajar yang melakukan penyama-rataan agamawi, yang
berkhotbah bahwa pelayan yang telah bertobat mempunyai hak yang sama terhadap
pelayanan sang tuan seperti tuannya mempunyai hak terhadap pelayanannya.
Guru-guru / pengajar-pengajar dari jenis ini telah menjadi mode / sangat
digemari sejak jaman Paulus dan Timotius).
c)
Komentar Calvin tentang kata-kata ‘mengajarkan
ajaran lain’.
Calvin:
“The word eJterodidaskalei~, being a compound, may also, not improperly, be translated, ‘teacheth
other things.’ Yet there is no
ambiguity as to the meaning; for he condemns all those who do not agree with
this manner of teaching, although they do not openly and avowedly oppose, sound
doctrine. It is possible that he who does not profess any wicked or open
error may yet, by endeavoring to insinuate himself by means of silly babbling,
corrupt the doctrine of godliness; for, when there is no progress, and no
edification in the doctrine itself, there is already a departure from the
ordinance of Christ. Now although Paul does not speak of the avowed
supporters of wicked doctrines, but of vain and irreligious teachers, who, by
their ambition or covetousness, disfigure the plain and simple doctrine of
godliness, yet we see with what sharpness and severity he attacks them”
(= Kata HETERODIDASKALEI, yang merupakan suatu kata gabungan, juga bisa secara
benar diterjemahkan ‘mengajarkan hal-hal lain’. Tetapi tidak ada arti ganda
/ membingungkan berkenaan dengan artinya; karena ia mengecam semua mereka yang
tidak setuju dengan cara pengajaran ini, sekalipun mereka tidak menentang secara
terbuka dan terang-terangan, ajaran yang sehat. Adalah mungkin bahwa ia yang
tidak mempunyai pengakuan yang salah apapun yang jahat atau terbuka, bisa, oleh
usaha memperkenalkan dirinya sendiri dengan ocehan yang tolol, merusak ajaran
tentang kesalehan; karena pada saat di sana tidak ada kemajuan, dan tidak ada
pendidikan dalam ajaran itu sendiri, di sana sudah ada suatu penyimpangan dari
peraturan / perintah Kristus. Sekalipun Paulus tidak berbicara tentang
pendukung-pendukung yang terang-terangan dari ajaran-ajaran yang jahat, tetapi
tentang guru-guru yang sia-sia dan tidak religius, yang oleh ambisi dan
ketamakan mereka, menodai / mengubah bentuk dari ajaran kesalehan yang jelas dan
sederhana, tetapi kita bisa melihat dengan kekerasan yang bagaimana ia menyerang
mereka).
Saya ingin memperjelas
kata-kata Calvin ini. Dengan kata-katanya di atas ini, ia memaksudkan bahwa
seseorang bisa dikatakan ‘mengajarkan
ajaran yang lain’, pada saat ia betul-betul mengajarkan sesuatu yang salah
secara terang-terangan. Tetapi ia lalu menambahkan bahwa ‘mengajarkan ajaran yang lain’ juga bisa terjadi pada saat
seseorang hanya memberikan ocehan-ocehan yang tolol, yang sama sekali tidak
berguna bagi pendidikan! Mungkin yang ia maksudkan adalah orang-orang yang
memberikan pengajaran-pengajaran, yang tidak ada isinya, atau isinya sama sekali
tidak berguna, karena memang membahas topik / hal-hal yang tidak berguna.
Penerapan: kalau
saudara pergi ke suatu gereja dengan rajin, dan saudara juga selalu mendengar
khotbah dengan sungguh-sungguh, tetapi ternyata saudara sama sekali tidak maju
dalam pengetahuan tentang firman / tentang Allah / Yesus sendiri, maka mungkin
sekali saudara sedang mengikuti suatu gereja, yang para pengajarnya adalah
orang-orang seperti ini (yang dimaksudkan oleh Calvin).
Repotnya, orang yang
pergi ke gereja-gereja yang seperti itu, biasanya sudah terbiasa dengan keadaan
‘tidak mendapat apa-apa’ sepulang dari gereja, sehingga tidak menganggap hal
itu sebagai suatu kerugian / sesuatu yang salah! Padahal, seandainya ini terjadi
dalam dunia jasmani, tidak ada orang yang tidak merasakan ini sebagai suatu
kerugian / kesalahan. Misalnya, kalau ada orang yang rajin sekolah tetapi sama
sekali tak maju dalam kepandaian / pengetahuan, atau orang yang pergi ke
restoran, dan setiap kali mengeluarkan uang untuk membayar, tetapi selalu pulang
tanpa makan apa-apa, dan tetap lapar. Adakah orang yang mau menerima hal seperti
itu? Anehnya, dalam dunia rohani, banyak orang menerima saja keadaan seperti
itu!
d) Dari kata-kata
Paulus dalam ay 3-5 ini terlihat bahwa seorang pengajar Kristen boleh,
bahkan harus, memberikan pelajaran yang sifatnya negatif, yaitu yang menyerang
ajaran lain yang ia anggap salah! Karena itu, kalau saudara melihat pendeta /
pengkhotbah / pengajar yang seperti itu, jangan menganggap bahwa orang itu
adalah orang yang ‘suka bertengkar / berperang’, ‘tidak cinta damai’,
dsb!
Seluruh Kitab Suci, dan
juga mayoritas buku-buku tafsiran dan theologia, penuh dengan serangan-serangan
seperti itu!
Alasannya jelas adalah
karena orang yang memang mencintai kebenaran, pasti akan membenci kesalahan,
apalagi kesesatan. Karena itu, tidak bisa tidak, mereka akan menyerang ajaran
salah / sesat itu.
2)
“dan tidak
menurut perkataan sehat - yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus - dan tidak
menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita,”.
KJV/RSV/NASB:
‘godliness’ (= kesalehan).
NIV:
‘godly teaching’ (= ajaran yang saleh).
Calvin:
“Whoever, therefore, does not strive to teach usefully, does not teach
as he ought to do; and not only so, but that doctrine is neither godly nor
sound, whatever may be the brilliancy of its display, that does not tend to the
profit of the hearers” (= Karena, itu, siapapun tidak berjuang untuk
mengajar secara berguna, tidak mengajar seperti yang seharusnya ia lakukan; dan
bukan hanya demikian, tetapi bahwa ajaran itu tidaklah saleh maupun sehat,
bagaimanapun cemerlangnya kelihatannya, kalau ajaran itu tidak mempunyai
kecenderungan untuk memberikan manfaat kepada para pendengarnya).
Penerapan: ada
pendeta / pengkhotbah yang pada waktu khotbah membahas text / ayat secara sukar,
menggunakan bahasa asli Kitab Suci, dsb, tetapi apa yang dibahas boleh dikatakan
tidak ada gunanya. Ini yang dikatakan oleh Calvin sebagai ‘cemerlang tetapi
tak berguna’! Dan ini ia katakan sebagai bukan ajaran yang saleh maupun sehat.
3)
“ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa”.
Matthew
Henry: “Commonly
those are most proud who know least; for with all their knowledge they do not
know themselves” (= Biasanya mereka yang paling sombong tahu paling
sedikit; karena dengan semua pengetahuan mereka, mereka tidak mengenal diri
mereka sendiri).
Matthew
Henry: “Whoever
teaches otherwise, and does not consent to these wholesome words, he is proud,
knowing nothing; for pride and ignorance commonly go together” (= Siapapun
yang mengajarkan ajaran yang lain, dan tidak setuju dengan kata-kata yang sehat
ini, ia adalah sombong, tidak tahu apa-apa; karena kesombongan dan kebodohan /
ketidak-tahuan biasanya berjalan bersama-sama).
The
Bible Exposition Commentary: New Testament:
“Instead
of being humble, a false teacher is proud; yet he has nothing to be proud about
because he does not know anything ... A believer who understands the Word will
have a burning heart, not a big head” (= Bukannya rendah hati, seorang
guru palsu adalah sombong; tetapi ia tidak mempunyai apapun untuk disombongkan
karena ia tidak mengetahui apapun ... Seorang percaya yang mengerti Firman akan
mempunyai hati yang berkobar-kobar, bukan kepala yang besar).
4)
“Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata”.
KJV:
‘but doting about questions and strifes of words’
(= tetapi gemar akan persoalan dan perselisihan tentang kata-kata).
RSV:
‘he has a morbid craving for controversy and for
disputes about words’ (= ia mempunyai kecanduan / keinginan yang tidak wajar
akan kontroversi dan pertengkaran tentang kata-kata).
NIV:
‘He
has an unhealthy interest in controversies and quarrels about words’
(= Ia mempunyai keinginan / interest yang tidak sehat dalam kontroversi dan
pertengkaran tentang kata-kata).
NASB:
‘but
he has a morbid interest in controversial questions and disputes about words’
(= tetapi ia mempunyai keinginan / interest yang tidak wajar dalam persoalan
yang versifat kontroversial dan pertengkaran tentang kata-kata).
Ayat
ini mungkin bisa digunakan oleh orang-orang yang ‘anti debat’ untuk
mengatakan bahwa berdebat merupakan sesuatu yang salah. Dan ada lagi beberapa
ayat yang serupa seperti:
a)
2Tim 2:14 - “Ingatkanlah dan pesankanlah semuanya itu dengan
sungguh-sungguh kepada mereka di hadapan Allah, agar jangan mereka bersilat
kata, karena hal itu sama sekali tidak berguna, malah mengacaukan orang yang
mendengarnya”.
KJV:
‘that
they strive not about words to no profit’ (= supaya mereka tidak berjuang
tentang kata-kata tanpa ada gunanya).
RSV:
‘to
avoid disputing about words, which does no good’
(= untuk menghindari pertengkaran tentang kata-kata, yang tidak membawa
kebaikan).
NIV:
‘against
quarreling about words; it is of no value’ (= terhadap pertengkaran tentang
kata-kata; itu tidak ada nilainya).
NASB:
‘not
to wrangle about words, which is useless’ (= untuk tidak bertengkar tentang kata-kata,
yang tak ada gunanya).
b)
Tit 3:9 - “Tetapi hindarilah persoalan yang dicari-cari dan
yang bodoh, persoalan silsilah, percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum
Taurat, karena semua itu tidak berguna dan sia-sia belaka”.
c)
2Tim 2:23 - “Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh
dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan pertengkaran”.
Apakah
memang ayat-ayat di atas ini melarang orang Kristen untuk berdebat? Ada beberapa
hal yang akan saya berikan sebagai jawaban:
1.
Siapapun yang melarang orang Kristen berdebat dengan menggunakan
ayat-ayat tersebut di atas sebagai dasar, atau dengan menggunakan alasan-alasan
lain (seperti ‘debat tidak pernah mempertobatkan orang’, dsb), maka pada
saat itu ia sendiri sudah berdebat, dan dengan demikian ‘ia menampar mukanya
sendiri’!
Ini
tidak terlalu berbeda dengan orang yang menyalahkan saya pada waktu saya
menyerang ajaran sesat / nabi palsu, dengan mengatakan kepada saya ‘jangan
menghakimi’. Pada saat itu ia sendiri sudah menghakimi saya!
2.
Sekarang kita perhatikan banyak text dari Kitab Suci yang menunjukkan
orang-orang saleh berdebat, bahkan pada saat kepenuhan Roh Kudus.
a.
Stefanus.
Kis
6:5,8-10 - “(5) Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka
memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus,
Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi
dari Antiokhia. ... (8) Dan Stefanus, yang penuh dengan karunia dan kuasa,
mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak. (9) Tetapi
tampillah beberapa orang dari jemaat Yahudi yang disebut jemaat orang Libertini
- anggota-anggota jemaat itu adalah orang-orang dari Kirene dan dari Aleksandria
- bersama dengan beberapa orang Yahudi dari Kilikia dan dari Asia. Orang-orang
itu bersoal jawab dengan Stefanus, (10) tetapi mereka tidak sanggup melawan
hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara”.
Untuk
contoh yang satu ini perhatikan bahwa Stefanus penuh dengan Roh Kudus (ay 5),
dan dalam bersoal jawab / berdebat, ia dipimpin Roh Kudus! Hanya orang yang
tidak menghargai otoritas Firman Tuhan yang tahu akan text ini tetapi tetap
melarang orang Kristen untuk berdebat!
b.
Apolos.
Kis 18:27b-28
- “(27b) Setibanya di Akhaya maka ia, oleh kasih karunia Allah, menjadi
seorang yang sangat berguna bagi orang-orang yang percaya. (28) Sebab dengan
tak jemu-jemunya ia membantah orang-orang Yahudi di muka umum dan membuktikan
dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Mesias”.
c.
Paulus.
Kis
9:20-22,28-29 - “(20) Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah
ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. (21) Semua orang yang
mendengar hal itu heran dan berkata: ‘Bukankah dia ini yang di Yerusalem mau
membinasakan barangsiapa yang memanggil nama Yesus ini? Dan bukankah ia datang
ke sini dengan maksud untuk menangkap dan membawa mereka ke hadapan imam-imam
kepala?’ (22) Akan tetapi Saulus semakin besar pengaruhnya dan ia
membingungkan orang-orang Yahudi yang tinggal di Damsyik, karena ia
membuktikan, bahwa Yesus adalah Mesias. ... (28) Dan Saulus tetap
bersama-sama dengan mereka di Yerusalem, dan dengan keberanian mengajar dalam
nama Tuhan. (29) Ia juga berbicara dan bersoal jawab dengan orang-orang
Yahudi yang berbahasa Yunani, tetapi mereka itu berusaha membunuh dia”.
Kis
15:1-2 - “(1) Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan
kepada saudara-saudara di situ: ‘Jikalau kamu tidak disunat menurut adat
istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan.’ (2) Tetapi
Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat mereka itu.
Akhirnya ditetapkan, supaya Paulus dan Barnabas serta beberapa orang lain dari
jemaat itu pergi kepada rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem untuk
membicarakan soal itu”.
Kis
19:8 - “Selama tiga bulan Paulus mengunjungi rumah ibadat di situ dan
mengajar dengan berani. Oleh pemberitaannya ia berusaha meyakinkan mereka
tentang Kerajaan Allah”.
Kis 25:19
- “Tetapi mereka hanya berselisih paham dengan dia tentang soal-soal
agama mereka, dan tentang seorang bernama Yesus, yang sudah mati, sedangkan
Paulus katakan dengan pasti, bahwa Ia hidup”.
Kis 26:1-3
- “(1) Kata Agripa kepada Paulus: ‘Engkau diberi kesempatan untuk
membela diri.’ Paulus memberi isyarat dengan tangannya, lalu memberi
pembelaannya seperti berikut: (2) ‘Ya raja Agripa, aku merasa berbahagia,
karena pada hari ini aku diperkenankan untuk memberi pertanggungan jawab di
hadapanmu terhadap segala tuduhan yang diajukan orang-orang Yahudi terhadap
diriku, (3) terutama karena engkau tahu benar-benar adat istiadat dan persoalan
orang Yahudi. Sebab itu aku minta kepadamu, supaya engkau mendengarkan aku
dengan sabar”.
3.
Text ini merupakan perintah bagi orang Kristen untuk ber-apologetik, yang
sebenarnya tidak berbeda dengan ‘keharusan berdebat’ pada saat iman kristen
diserang.
1Pet
3:15 - “Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap
sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap
orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada
padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat”.
Kata
Yunani yang diterjemahkan ‘pertanggungan jawab’ adalah APOLOGIA, dan dari
kata itu diturunkan kata ‘apologetics’ / ‘apologetik’!
-bersambung-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali