(Jl.
Dinoyo 19b, lantai 3)
Jum’at,
tanggal 19 Desember 2008, pk 19.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
(7064-1331 /
6050-1331)
I
Timotius 4:1-16 (2)
Ay 3-5:
“(3)
Mereka itu melarang orang kawin, melarang orang makan makanan yang diciptakan
Allah supaya dengan pengucapan syukur dimakan oleh orang yang percaya dan yang
telah mengenal kebenaran. (4) Karena semua yang diciptakan Allah itu baik dan
suatupun tidak ada yang haram, jika diterima dengan ucapan syukur, (5) sebab
semuanya itu dikuduskan oleh firman Allah dan oleh doa”.
1)
“Mereka
itu melarang orang kawin, melarang orang makan makanan yang diciptakan Allah”.
Calvin (tentang ay
1): “now he shews the
necessity, because it is proper to provide against the danger which the Holy
Spirit forewarns to be fast approaching, namely, that false teachers will come,
who shall hold out trifles as the doctrine of faith, and who, placing all
holiness in outward exercises, shall throw into the shade the spiritual worship
of God, which alone is lawful” (= sekarang ia menunjukkan kepentingannya,
karena adalah benar untuk menyiapkan terhadap bahaya yang Roh Kudus peringatkan
sedang mendatang dengan cepat, yaitu guru-guru palsu akan datang, yang akan
menawarkan hal-hal yang remeh sebagai ajaran dari / tentang iman, dan yang
menempatkan seluruh kekudusan dalam latihan-latihan badani, akan melemparkan ke
dalam bayangan penyembahan / ibadah rohani kepada Allah, yang merupakan
satu-satunya hal yang sah).
Calvin (tentang ay
1): “Besides,
it is no slight vice which he describes, but a very heinous crime - apostasy from
the faith; although, at first sight,
in the doctrine which he briefly notices there does not appear to be so much
evil. What is the case? Is faith completely overturned on account of the
prohibition of marriage, or of certain kinds of food? But we must take into view
a higher reason, that men pervert and invent at their pleasure the worship of
God, that they assume dominion over the consciences, and that they dare to
forbid that use of good things which the Lord has permitted. As soon as the
purity of the worship of God is impaired, there no longer remains anything
perfect or sound, and faith itself is utterly ruined” (= Disamping itu, bukanlah kejahatan kecil yang ia
gambarkan, tetapi suatu kejahatan yang sangat mengerikan - kemurtadan dari iman;
sekalipun, pada pandangan pertama, dalam ajaran yang ia peringatkan secara
singkat, tidak terlihat begitu jahat. Apa kasusnya? Apakah iman seluruhnya
dijungkir-balikkan karena larangan menikah, atau larangan jenis makanan
tertentu? Tetapi kita harus memperhatikan alasan yang lebih tinggi, bahwa
manusia menyimpangkan, dan menemukan sesuai kesenangan mereka sendiri, ibadah /
penyembahan terhadap Allah, bahwa mereka mengambil kekuasaan atas hati nurani,
dan bahwa mereka berani melarang penggunaan hal-hal yang baik, yang Tuhan telah
ijinkan. Segera setelah kemurnian ibadah / penyembahan terhadap Allah dirusak,
maka tidak ada lagi apapun yang tetap sempurna atau sehat, dan iman itu sendiri
dihancurkan sama sekali).
Ini
hebatnya setan dalam menyerang, karena serangannya mula-mula kelihatannya tidak
terlalu membahayakan, tetapi pada akhirnya mengancurkan iman. Karena itu, jangan
menoleransi kesalahan ajaran yang kecil, karena ini akan menyeret ke dalam
kesalahan ajaran yang besar.
Albert
Barnes mengatakan bahwa ini tidak harus berarti bahwa mereka melarang kawin sama
sekali, tetapi bahwa mereka melarang untuk golongan tertentu, dan menganjurkan
untuk tidak kawin, dan mengatakan bahwa ‘tidak kawin’ lebih kudus / suci
dari pada ‘kawin’. Barnes mengatakan bahwa ini semua cocok dengan Gereja
Roma Katolik.
Barnes’
Notes: “‘Forbidding
to marry.’ ... The tenth article of the decree of the Council of Trent, in
relation to marriage, will show the general view of the papacy on that subject.
‘Whosoever shall say that the married state is to be preferred to a state of
virginity, or celibacy, and that it is not better and more blessed to remain in
virginity, or celibacy, than to be joined in marriage; let him be
accursed!’” (= ‘Melarang orang kawin’. ... Artikel ke 10 dari
ketetapan dari Sidang Gereja Trent dalam hubungan dengan pernikahan, akan
menunjukkan pandangan umum dari kepausan tentang pokok itu. ‘Barangsiapa
berkata bahwa keadaan menikah harus lebih dipilih dari keadaan perawan, atau
keadaan celibat, dan bukannya lebih baik dan lebih diberkati untuk tetap tinggal
dalam keperawanan, atau keadaan celibat, dari pada bersatu dalam pernikahan;
terkutuklah dia!’).
Dalam
persoalan larangan makan, Barnes juga menerapkan pada Gereja Roma Katolik yang
pada hari-hari tertentu juga melarang orang untuk makan daging tertentu.
Calvin:
“‘Forbidding
to marry.’ Having described the
class, he next mentions two instances, namely, the prohibition of marriage and
of some kinds of food. They arise from that hypocrisy which, having forsaken
true holiness, seeks something else for the purpose of concealment and disguise;
for they who do not keep from ambition, covetousness, hatred, cruelty, and such
like, endeavor to obtain a righteousness by abstaining from those things which
God has left at large. Why are consciences burdened by those laws, but because
perfection is sought in something different from the law of God? This is not
done but by hypocrites, who, in order that they may with impunity transgress
that righteousness of the heart which the law requires, endeavor to conceal
their inward wickedness by those outward observances as veils with which they
cover themselves”
(= ‘Melarang orang kawin’. Setelah menggambarkan golongan ini, selanjutnya
ia menyebutkan 2 contoh, yaitu, larangan pernikahan dan beberapa jenis makanan.
Ini muncul dari kemunafikan yang setelah meninggalkan kekudusan yang
sesungguhnya, mencari sesuatu yang lain untuk tujuan penyembunyian dan
penyamaran; karena mereka yang tidak menjaga diri dari ambisi, ketamakan,
kebencian, kekejaman, dan hal-hal lain seperti itu, berusaha untuk mendapatkan
kebenaran dengan menjauhi hal-hal dalam mana Allah memberi kebebasan. Mengapa
hati nurani harus dibebani oleh hukum-hukum itu, kecuali karena kesempurnaan
dicari dalam sesuatu yang berbeda dengan hukum Allah? Ini tidak dilakukan
kecuali oleh orang-orang munafik, yang, supaya bisa dengan bebas melanggar
kebenaran dari hati yang dituntut oleh hukum, berusaha untuk menyembunyikan
kejahatan batin oleh ketaatan lahiriah itu sebagai selubung dengan mana mereka
menutupi diri mereka sendiri).
Calvin:
“Such is the disposition of the world, always dreaming that God ought to
be worshipped in a carnal manner, as if God were carnal. Matters becoming
gradually worse, this tyranny was established, that it should not be lawful for
priests or monks to enter into the married state, and that no person should dare
to taste flesh on certain days. Not unjustly, therefore, do we maintain that
this prediction was uttered against the Papists, since celibacy and abstinence
from certain kinds of food are enjoined by them more strictly than any
commandment of God” (= Begitulah kecondongan dari dunia ini, selalu
bermimpi / berkhayal bahwa Allah harus disembah dengan cara kedagingan,
seakan-akan Allah itu bersifat daging. Hal-hal menjadi makin buruk, tirani ini
ditegakkan, bahwa tidak sah bagi imam / pastor atau biarawan untuk masuk ke
dalam keadaan menikah, dan bahwa tidak ada orang boleh berani mencicipi daging
pada hari-hari tertentu. Karena itu benarlah kalau kami menganggap bahwa ramalan
ini diucapkan terhadap para pengikut Paus, karena keadaan celibat dan tarak dari
jenis makanan tertentu diperintahkan oleh mereka dengan lebih ketat dari pada
perintah manapun dari Allah).
Catatan:
saya tidak tahu apakah dalam Gereja Roma Katolik sekarang, larangan makan daging
/ makanan tertentu pada hari-hari tertentu ini masih diberlakukan sekeras itu.
2)
“supaya
dengan pengucapan syukur dimakan oleh orang yang percaya dan yang telah mengenal
kebenaran”.
Calvin:
“‘And
by those that know the truth.’ In this clause he defines who they are whom he calls ‘believers,’
namely, those that have a knowledge of sound doctrine; for there is no faith but
from the word of God”
(= ‘dan yang telah mengenal kebenaran’. Dalam anak kalimat ini ia
mendefinisikan mereka yang ia sebut ‘orang percaya’, yaitu, mereka yang
mempunyai suatu pengetahuan tentang ajaran yang sehat; karena tidak ada iman
kecuali dari firman Allah).
Bdk.
Ro 10:13-17 - “(13) Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan,
akan diselamatkan. (14) Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika
mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia,
jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang
Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya? (15) Dan bagaimana mereka dapat
memberitakanNya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: ‘Betapa
indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!’ (16) Tetapi tidak semua
orang telah menerima kabar baik itu. Yesaya sendiri berkata: ‘Tuhan, siapakah
yang percaya kepada pemberitaan kami?’ (17) Jadi, iman timbul dari
pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus”.
3)
“Karena
semua yang diciptakan Allah itu baik dan suatupun tidak ada yang haram”.
KJV: ‘For every creature of God is good, and nothing to be refused’
(= Karena setiap makhluk ciptaan Allah itu baik, dan tidak ada yang harus
ditolak).
Barnes
mengatakan bahwa ini jelas tidak mungkin diartikan bahwa kita juga tidak boleh
menolak racun dalam makanan kita, atau makanan yang memang membahayakan kita.
Artinya adalah bahwa apa yang memang diciptakan oleh Allah sebagai makanan,
tidak boleh dianggap sebagai sesuatu yang jahat, dan tidak boleh dilarang untuk
dimakan.
4)
“jika
diterima dengan ucapan syukur, sebab semuanya itu dikuduskan oleh firman Allah
dan oleh doa”.
Dalam menafsirkan
bagian ini, Calvin menekankan keharusan berdoa / bersyukur sebelum makan. Dan ia
melanjutkan dengan mengatakan bahwa kalau untuk makanan biasa saja kita harus
berdoa sebelum makan, apalagi untuk Perjamuan Kudus. Ini perlu dicamkan oleh
gereja-gereja yang kalau mengadakan Perjamuan Kudus sama sekali tidak
menggunakan upacara apa-apa, dalam arti tanpa doa, pembacaan bagian Firman Tuhan
yang berhubungan dengan Perjamuan Kudus, dan sebagainya.
Tentang ‘dikuduskan
oleh Firman Allah’, Adam Clarke maupun Albert Barnes mengartikan bahwa ini
menunjuk pada ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Allah mengijinkan kita memakan
makanan tersebut.
Barnes’
Notes: “‘For
it is sanctified by the word of God.’ By the authority or permission of God.
It would be profane or unholy if he had forbidden it; it is made holy or proper
for our use by his permission, and no command of ‘man’ can make it unholy or
improper; compare Gen 1:29; 9:3” (= ‘sebab semua itu dikuduskan oleh
firman Allah’. Oleh otoritas dan ijin dari Allah. Sesuatu menjadi kotor atau
najis seandainya Ia melarangnya; itu menjadi kudus dan benar untuk digunakan
oleh ijinNya, dan tidak ada perintah dari manusia bisa membuatnya najis atau
tidak benar; bdk. Kej 1:29; 9:3).
Kej 1:29 - “Berfirmanlah
Allah: ‘Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji
di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan
menjadi makananmu”.
Kej 9:3 - “Segala
yang bergerak, yang hidup, akan menjadi makananmu. Aku telah memberikan semuanya
itu kepadamu seperti juga tumbuh-tumbuhan hijau”.
Ay 6: “Dengan
selalu mengingatkan hal-hal itu kepada saudara-saudara kita, engkau akan menjadi
seorang pelayan Kristus Yesus yang baik, terdidik dalam soal-soal pokok iman
kita dan dalam ajaran sehat yang telah kauikuti selama ini”.
1)
“Dengan
selalu mengingatkan hal-hal itu kepada saudara-saudara kita”.
Ini
menunjukkan bahwa Paulus menyuruh Timotius untuk mengajarkan hal ini
berulang-ulang. Memang karena manusia mudah lupa, maka pendeta / pengkhotbah
harus mengajarkan hal-hal yang penting secara berulang-ulang. Tetapi ini harus
dibedakan dari pendeta / pengkhotbah yang terus mengajar hal yang sama, karena
kemalasan mereka dalam belajar menyebabkan mereka tidak mempunyai sesuatu yang
baru untuk diajarkan kepada jemaat.
2)
“engkau
akan menjadi seorang pelayan Kristus Yesus yang baik”.
a)
Calvin menganggap bahwa ini menunjukkan bahwa kita harus berusaha untuk
mendapatkan restu dari Kristus.
Calvin:
“Men frequently aim at something else than to approve themselves to
Christ; and consequently many are desirous of being applauded for genius,
eloquence, and profound knowledge. And that is the very reason why they pay less
attention to necessary things, which do not tend to procure the admiration of
the common people” (= Manusia sering mempunyai sesuatu yang lain sebagai
tujuan dan bukannya untuk mendapatkan restu dari Kristus; dan karena itu banyak
yang mempunyai keinginan untuk dipuji sebagai orang jenius, fasih bicara, dan
mempunyai pengetahuan yang mendalam. Dan itulah alasannya mengapa mereka memberi
perhatian lebih sedikit pada hal-hal yang perlu, yang tidak cenderung untuk
mendapatkan pujian dari orang biasa / umum).
Bdk.
Gal 1:10 - “Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia
atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku
masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus”.
b)
Dengan menyerang ajaran / pengajar sesat, maka Paulus beranggapan bahwa
Timotius bisa menjadi seorang pelayan Kristus yang baik.
Kalau
kita melihat bagian-bagian sebelum potongan kalimat ini, terlihat bahwa Paulus
memang membicarakan ajaran-ajaran sesat, dan ia lalu mengatakan bahwa Timotius
harus berulang-ulang mengajarkan persoalan ini, dan sekarang ia mengatakan bahwa
hal itu menjadikan Timotius seorang pelayan Kristus yang baik.
Jadi,
seorang pelayan Kristus yang baik HARUS mendidik jemaatnya berkenaan dengan
ajaran-ajaran sesat.
Vincent:
“Rendering
Christ himself a service by setting himself against ascetic errors” (=
Memberikan Kristus sendiri suatu pelayanan dengan memusuhi / mengadu dirinya
dengan kesalahan-kesalahan ascetic).
Catatan:
‘ascetic’ = pertapa. Larangan kawin dan makan dianggap oleh Vincent sebagai
membuat orang menjadi pertapa.
Calvin (tentang ay
1): “And, indeed, the servants
of God have always had to contend against such persons as Paul here describes”
(= Dan memang, pelayan-pelayan Allah harus selalu melawan orang-orang seperti
yang digambarkan ooleh Paulus di sini).
Jadi
jelas bahwa melawan / menyerang ajaran / pengajar sesat merupakan sesuatu yang
baik, yang seharusnya dilakukan oleh setiap pelayan Kristus yang baik! Anehnya,
pada saat saya melakukan hal seperti itu, banyak orang yang mencela / menentang
/ menyalahkan saya. Kebanyakan dari mereka mengatakan bahwa saya sebaiknya
mengajar ajaran yang positif saja, tak perlu ajaran yang negatif (yang menyerang
orang-orang sesat dsb). Tetapi saya sama sekali tidak melihat bahwa Kitab Suci
mengajar seperti itu. Dalam Kitab Suci ada banyak ajaran positif maupun negatif!
3)
“terdidik
dalam soal-soal pokok iman kita dan dalam ajaran sehat yang telah
kauikuti selama ini”.
KJV: ‘nourished up in the words of faith and of good
doctrine, whereunto thou hast attained’ [= diberi makan (makanan yang
bergizi) dalam kata-kata / firman dari iman dan dari ajaran yang baik, kemana
engkau telah mencapai].
Vincent:
“‘Nourished
up.’ (entrefomenos). Better,
‘nourishing thyself.’ ... The participle indicates the means by which
Timothy may become a good minister” [= ‘Diberi makan (makanan yang
bergizi)’. entrefomenos. Lebih
baik diterjemahkan ‘memberi makan dirimu sendiri’. ... Bentuk participle
menunjukkan cara dengan mana Timotius bisa menjadi pelayan yang baik].
Catatan:
‘participle’ adalah kata kerja + ing, seperti working, preaching, dan
sebagainya.
Jadi,
Vincent berpendapat bahwa Timotius bisa menjadi pelayan Tuhan yang baik dengan
cara memberi dirinya sendiri makanan yang bergizi / Firman Tuhan yang baik. Ini
perlu dicamkan oleh hamba-hamba Tuhan yang terus melayani tetapi jarang, atau
bahkan tidak pernah, belajar Firman Tuhan.
Calvin:
“‘In
the words of faith and of good doctrine.’ ‘Faith’ is
here taken for the sum of Christian doctrine; and what he immediately adds,
about ‘good doctrine,’ is
for the sake of explanation; for he means, that all other doctrines, how
plausible so ever they may be, are not at all profitable”
(= ‘Dalam kata-kata / firman dari iman dan dari ajaran yang baik’.
‘Iman’ di sini dianggap sebagai seluruh ajaran Kristen; dan apa yang ia
segera tambahkan, tentang ‘ajaran yang baik’, adalah dengan tujuan
menjelaskan; karena ia memaksudkan, bahwa semua ajaran-ajaran yang lain,
bagaimanapun masuk akalnya ajaran-ajaran itu, sama sekali tidak berguna).
Bandingkan
kata-kata Calvin ini dengan ajaran Pdt. Stephen Tong dalam ‘falsafah Asia’
yang menyuruh orang-orang Kristen, tua-tua, majelis, hamba-hamba Tuhan untuk
belajar ajaran Khong Hu Cu, supaya bisa menjadi orang Kristen yang lebih
bertanggung jawab!
Ay 7-8: “(7)
Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah.
(8) Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam
segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup
yang akan datang”.
1)
“Tetapi
jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua”.
KJV:
‘But
refuse profane and old wives’ fables’ (= Tetapi tolaklah
dongeng-dongeng duniawi dan perempuan-perempuan tua).
RSV:
‘Have
nothing to do with godless and silly myths’ (= Jangan
berurusan dengan dongeng-dongeng yang jahat dan tolol).
NIV:
‘Have
nothing to do with godless myths and old wives’ tales’
(= Jangan berurusan dengan dongeng-dongeng jahat dan cerita-cerita perempuan
tua).
NASB:
‘But have nothing to do with worldly fables fit only for old
women’ (= Tetapi jangan berurusan dengan dongeng-dongeng duniawi yang
cocok hanya untuk perempuan-perempuan tua).
Menurut
saya, KJV dan NIV memberikan terjemahan yang paling baik.
Jadi,
bagian ini merupakan suatu larangan dari Paulus kepada Timotius untuk berurusan
dengan dongeng-dongeng yang kotor / duniawi dan dongeng-dongeng dari perempuan
tua.
Barnes’
Notes: “‘Profane.’
The word here used does not mean that the fables here referred to were
blasphemous or impious in their character, but that they had not the character
of true religion” (= ‘Duniawi / kotor’. Kata yang digunakan di sini
tidak berarti bahwa dongeng-dongeng yang ditunjuk di sini bersifat menghujat
atau jahat, tetapi bahwa dongeng-dongeng itu tidak mempunyai sifat dari agama
yang benar).
Barnes’ Notes:
“‘And
old wives.’ Old women’s stories; or such as old women held to be important.
The word is used here, as it is often with us, in the sense of silly.
‘Fables’. Fictions, or stories that were not founded on fact” (=
‘Dan dari perempuan-perempuan tua’. Cerita-cerita perempuan tua; atau
cerita-cerita yang dianggap penting oleh perempuan-perempuan tua. Kata itu
digunakan di sini, seperti yang sering kita gunakan, dalam arti ‘tolol’.
‘Dongeng-dongeng’. Fiksi, atau cerita-cerita yang tidak didasarkan pada
kebenaran).
Albert
Barnes mengatakan bahwa ini ditujukan pada agama-agama kafir maupun agama Yahudi
yang dipenuhi dengan dongeng-dongeng seperti itu. Adam Clarke menambahkan Gereja
Roma Katolik sebagai contoh.
Penerapan: saya
beranggapan bahwa jaman sekarang, dunia Kristen juga dipenuhi dengan
dongeng-dongeng seperti ini, seperti dongeng tentang orang mati yang bangkit
lagi, orang-orang yang jalan-jalan ke surga dan neraka, dan sebagainya.
Sekalipun hal-hal seperti ini memungkinkan untuk terjadi, tetapi saya
beranggapan 99 % adalah palsu atau diberikan oleh setan.
2)
“Latihlah
dirimu beribadah”. Ini salah terjemahan.
KJV:
‘and
exercise thyself rather unto godliness’ (= dan lebih baik latihlah dirimu
pada kesalehan).
RSV:
‘Train
yourself in godliness’ (= Latihlah dirimu dalam kesalehan).
NIV:
‘rather,
train yourself to be godly’ (= lebih baik, latihlah dirimu untuk menjadi
saleh).
NASB:
‘On
the other hand, discipline yourself for the purpose of godliness’
(= Di sisi yang lain, disiplinkan dirimu untuk tujuan kesalehan).
Jadi,
dalam seluruh ay 7 ini diberikan ajaran negatif / suatu larangan, dan juga
ajaran positif / suatu perintah.
Matthew
Henry: “we
must not only cease to do evil, but we must learn to do well (Isa. 1:16-17)”
[= kita tidak boleh hanya berhenti melakukan yang jahat, tetapi kita harus
belajar untuk melakukan yang baik (Yes 1:16-17)].
Yes 1:16-17
- “(16) Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu
yang jahat dari depan mataKu. Berhentilah berbuat jahat, (17) belajarlah
berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak
anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!”.
Ay 16nya
memerintahkan untuk berhenti berbuat jahat, dan ay 17nya menyuruh untuk
mengusahakan perbuatan baik.
3)
“Latihan
badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala
hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan
datang” (ay 8).
a)
Kata ‘ibadah’ salah
terjemahan seperti dalam ay 7 di atas.
KJV/RSV/NIV/NASB
semuanya menterjemahkan ‘godliness’
(= kesalehan).
b)
Kata-kata ‘terbatas gunanya’.
KJV:
‘profiteth
little’ (= berguna sedikit).
RSV/NIV:
‘is
of some value’ (= mempunyai nilai sedikit).
NASB:
‘is
only of little profit’ (= hanya sedikit gunanya).
A.
T. Robertson mengatakan bahwa mungkin kata ‘sedikit’ (PROS OLIGON) ini
dikontraskan dengan kata-kata ‘dalam segala hal’ (PROS PANTA) yang merupakan
kegunaan dari kesalehan. Tetapi dalam Yak 4:14 kata-kata itu diterjemahkan
‘untuk sementara waktu’ / ‘sebentar saja’.
Yak
4:14 - “sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti
hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu
lenyap”.
Menurut
saya, arti kedua ini juga memungkinkan karena dikontraskan dengan kata-kata
‘untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang’, yang menunjukkan
lamanya kegunaan dari kesalehan.
Jadi,
ada 2 kemungkinan pengkontrasan:
·
latihan badani berguna sedikit
(dalam hal-hal tertentu saja); sedangkan kesalehan berguna dalam segala hal.
·
latihan badani berguna untuk waktu
yang singkat (dalam hidup ini saja); sedangkan kesalehan berguna untuk hidup ini
maupun untuk hidup yang akan datang.
c)
‘Latihan badani’.
Kebanyakan
penafsir, termasuk Calvin, menafsirkan bahwa kata-kata ini tidak menunjuk pada
latihan fisik / olah raga, tetapi menunjuk pada tindakan-tindakan lahiriah /
luar yang dilakukan demi agama (Calvin). Calvin memberi contoh hal-hal seperti
puasa, tidak tidur, berbaring di tanah, dan menjadi biarawan / hidup sebagai
pertapa. Matthew Henry memberi contoh tarak dalam hal makanan, dan tidak kawin.
Albert Barnes menggunakan kekerasan yang dilakukan pada tubuh untuk menundukkan
nafsu sebagai contoh. Jamieson, Fausset & Brown juga memberi contoh tarak
dalam hal sex, puasa, dan menjadi pertapa. Ia bahkan mengatakan bahwa rupanya
Timotius melakukan ini (puasa) yang menyebabkan pencernaannya terganggu dan
tubuhnya sering lemah.
1Tim
5:23 - “Janganlah lagi minum air saja, melainkan tambahkanlah anggur
sedikit, berhubung pencernaanmu terganggu dan tubuhmu sering lemah”.
Untuk
menunjukkan bahwa hal-hal seperti itu bisa memberi manfaat, Jamieson, Fausset
& Brown memberikan ayat-ayat ini sebagai contoh:
·
Kis 13:3 - “Maka berpuasa
dan berdoalah mereka, dan setelah meletakkan tangan ke atas kedua orang itu,
mereka membiarkan keduanya pergi”.
·
1Kor 7:5 - “Janganlah kamu
saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya
kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali
hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan
bertarak”.
·
1Kor 9:26-27 - “(26) Sebab itu
aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja
memukul. (27) Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya,
supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri
ditolak”.
Tetapi
ada juga penafsir-penafsir yang menafsirkan bahwa ini menunjuk pada olah raga,
seperti Adam Clarke dan Vincent. Saya lebih condong pada pandangan bahwa ini
menunjuk pada olah raga / latihan fisik. Alasan saya:
1.
Dalam ay 1-5 Paulus baru mengecam larangan menikah, makan makanan
tertentu sebagai ajaran dari setan dsb; masakan sekarang ia mengatakan bahwa
hal-hal itu ada gunanya, biarpun sedikit / untuk sementara waktu?
Bdk.
Kol 2:20-23 - “(20) Apabila kamu telah mati bersama-sama dengan Kristus dan
bebas dari roh-roh dunia, mengapakah kamu menaklukkan dirimu pada rupa-rupa
peraturan, seolah-olah kamu masih hidup di dunia: (21) jangan jamah ini,
jangan kecap itu, jangan sentuh ini; (22) semuanya itu hanya mengenai barang
yang binasa oleh pemakaian dan hanya menurut perintah-perintah dan
ajaran-ajaran manusia. (23) Peraturan-peraturan ini, walaupun nampaknya
penuh hikmat dengan ibadah buatan sendiri, seperti merendahkan diri, menyiksa
diri, tidak ada gunanya selain untuk memuaskan hidup duniawi”.
2.
Olah raga / latihan fisik memang berguna untuk hidup sekarang ini.
Karena
itu saya berpendapat bahwa orang Kristen dan hamba Tuhan seharusnya berolah raga
secara rutin. Para pendeta / hamba-hamba Tuhan jarang sekali yang rajin olah
raga. Alasan klasik adalah tidak ada waktu / terlalu sibuk! Orang Kristen tak
ada waktu karena terlalu sibuk dengan pekerjaan, hamba-hamba Tuhan tak ada waktu
karena terlalu sibuk dengan pelayanan. Tetapi kalau sekarang kita terus sibuk
dengan pekerjaan atau pelayanan, belajar Firman Tuhan, doa, dsb, dan suatu kali
karena kurangnya aktivitas fisik, kita lalu mengalami penyakit seperti serangan
jantung, stroke, diabetes dan sebagainya, lalu bagaimana kita bisa terus bekerja
/ melayani Tuhan? Juga dengan olah raga, kesehatan menjadi makin baik, dan
dengan itu kita bisa bekerja / melayani Tuhan dengan lebih baik.
Ay 9: “Perkataan
ini benar dan patut diterima sepenuhnya”.
Ini
sudah ada dalam 1Tim 1:15, dan sudah dibahas di sana, dan karena itu tidak
diulang di sini.
-bersambung-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali