Eksposisi
Surat Paulus kepada Timotius yang Pertama
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
Ay 5:
“Tujuan nasihat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati
nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas”.
1) “Tujuan
nasihat itu ialah kasih”.
a) ‘nasihat’.
KJV: ‘the
commandment’ (= perintah ini).
RSV: ‘our
charge’ (= tuntutan / perintah kita).
NIV: ‘this
command’ (= perintah ini).
NASB: ‘our
instruction’ (= instruksi kita).
Catatan:
kata ‘our’ dalam RSV/NASB sebetulnya tidak ada dalam bahasa aslinya.
Calvin
menganggap (hal 26) bahwa kata ‘nasihat’ / ‘perintah’ di
sini menunjuk kepada hukum Taurat, tetapi Homer A. Kent, Jr menganggap (hal 80)
bahwa kata ini menunjuk pada permintaan Paulus kepada Timotius untuk menasehati
para pengajar sesat dalam ay 3, sama seperti penggunaan kata itu dalam ay 18.
Kent menambahkan bahwa kata Yunani PARANGGELIA yang digunakan dalam ay 5
ini tidak pernah digunakan untuk menunjuk kepada hukum Taurat dari Perjanjian
Lama.
Kalau kita
menerima pandangan Calvin, maka kita bisa mendapatkan bahwa kalau ajaran sesat
dari para pengajar sesat dalam ay 3-4 hanya menghasilkan persoalan /
pertentangan / pertanyaan, maka hukum Taurat seharusnya menghasilkan kasih.
Sedangkan kalau
kita menerima pandangan Kent, maka arti dari bagian ini adalah: tujuan dari
pemberian nasehat kepada para pengajar sesat itu adalah kasih.
b) ‘kasih’.
KJV: ‘charity’
(= kasih).
Ironside:
“Our old English word ‘charity’ really means ‘love.’” (=
Kata Inggris kuno ‘charity’ sesungguhnya berarti ‘kasih’) -
hal 20.
Catatan:
kalau kita melihat kata ‘charity’ dalam kamus Inggris - Indonesia,
maka di sana diterjemahkan sebagai ‘amal’, ‘derma’, ‘kemurahan
hati’.
Bdk. Ro 13:10
- “Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih
adalah kegenapan hukum Taurat”.
Tetapi Kent
mengatakan: “the law did not produce this love. This passage does not
teach that the Christian loves as a result of keeping the law, but quite the
reverse. The believer’s love is the product of his life in Christ, of grace
and no law. But by this love he has carried out God’s will. Thus there does
not seem to be any compelling reason for making the ‘charge’ of 1Timothy 1:5
the Mosaic Law” (= hukum Taurat tidak menghasilkan kasih ini. Text ini
tidak mengajar bahwa orang Kristen mengasihi sebagai hasil / akibat dari
pemeliharaan terhadap hukum Taurat, tetapi sebaliknya. Kasih dari orang percaya
adalah hasil / akibat dari kehidupannya yang ada dalam Kristus, dari kasih
karunia dan bukan dari hukum Taurat. Tetapi oleh kasih ini ia telah melaksanakan
kehendak Allah. Karena itu tidak kelihatan adanya alasan yang mendesak untuk
membuat kata ‘charge’ / ‘nasehat’ / ‘perintah’ dalam 1Tim 1:5
sebagai hukum Taurat Musa) - hal 80.
2)
“yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman
yang tulus ikhlas”.
‘hati yang
suci’ seharusnya adalah ‘hati yang
murni’; sedangkan ‘hati nurani yang murni’ seharusnya adalah ‘hati
nurani yang baik’.
Bagaimana
mendapatkan hati yang murni?
Bdk. Kis 15:9 -
“dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah
Ia menyucikan hati mereka oleh iman”.
NIV: ‘he purified
their hearts by faith’ (= ia memurnikan hati mereka oleh iman).
Matthew
Henry: “... love, love out of a
pure heart, a heart purified by faith, purified from corrupt affections. In
order to the keeping up of holy love our hearts must be cleansed from all sinful
love; our love must arise out of a good conscience, kept without offence”
(= ... kasih, kasih yang keluar dari hati yang murni, hati yang dimurnikan oleh
iman, dimurnikan dari kasih yang jahat / rusak. Untuk memelihara kasih yang
suci, hati kita harus dibersihkan dari semua kasih yang berdosa; kasih kita
harus timbul dari hati nurani yang baik, dipelihara tanpa pelanggaran /
kejahatan).
Bdk. Amsal 4:23
- “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar
kehidupan”.
Adam Clarke:
“‘Of faith unfeigned.’ Pisteoos anupokritou. ‘A faith not hypocritical.’ The
apostle appears to allude to the Judaizing teachers, who pretended faith in the
Gospel, merely that they might have the greater opportunity to bring back to the
Mosaic system those who had embraced the doctrine of Christ crucified. This is
evident from the following verse” (= ‘Dari iman yang tidak pura-pura’.
Pisteoos anupokritou. ‘Iman yang
tidak munafik’. Sang rasul kelihatannya menyinggung guru-guru agama Yahudi,
yang berpura-pura beriman pada Injil, semata-mata supaya mereka bisa mempunyai
kesempatan yang lebih besar untuk membawa kembali kepada sistim Musa, mereka
yang telah memeluk ajaran / doktrin tentang Kristus yang tersalib. Ini jelas
dari ayat selanjutnya).
Pulpit
Commentary: “Each of these phrases,
‘a pure heart’ and ‘a good conscience’ and ‘faith unfeigned,’ seems
to rebuke by contrast the merely ‘ceremonial cleanness’ and the ‘defiled
conscience’ and the merely ‘nominal Christianity’ of these heretical
Judaizers” (= Setiap ungkapan ini, ‘hati yang murni’ dan ‘hati
nurani yang baik’ dan ‘iman yang tidak dibuat-buat / pura-pura’,
kelihatannya memarahi kebalikannya yaitu semata-mata ‘kebersihan karena
upacara’ dan ‘hati nurani yang kotor’ dan semata-mata ‘kekristenan yang
hanya namanya saja’ dari pemeluk-pemeluk agama Yahudi yang sesat ini) -
hal 3.
Ay 6:
“Tetapi ada orang yang tidak sampai pada tujuan itu dan yang sesat dalam
omongan yang sia-sia”.
1) “Tetapi ada
orang yang tidak sampai pada tujuan itu”.
Kata
‘tujuan’ ini seharusnya tidak ada.
KJV: ‘From
which some having swerved have turned aside unto vain jangling’ (= Dari
mana sebagian orang setelah melenceng, telah menyimpang kepada percakapan yang
sia-sia).
NASB: ‘For
some men, straying from these things, have turned aside to fruitless
discussion’ (= Karena sebagian orang, tersesat dari hal-hal ini,
telah menyimpang kepada diskusi yang tak berbuah).
Yang dimaksud
dengan ‘these things’ (= hal-hal ini) dalam NASB adalah ‘hati yang
suci / murni’, ‘hati nurani yang murni / baik’ dan ‘iman yang tulus
ikhlas / tidak pura-pura’ yang baru dibicarakan dalam ay 5 di atas.
2) “dan yang
sesat dalam omongan yang sia-sia”.
Matthew
Henry: “Jangling, especially in
religion, is vain; it is unprofitable and useless as to all that is good, and it
is very pernicious and hurtful: and yet many people’s religion consists of
little else but vain jangling” (= Mengoceh, khususnya dalam agama, adalah
sia-sia; itu tidak bermanfaat dan tidak berguna berkenaan dengan apa yang baik,
dan itu adalah jahat / merusak dan merugikan: tetapi banyak agama yang terdiri
tidak lain dari ocehan yang sia-sia).
Calvin:
“It is, indeed, possible that useless trifles may be regarded by many
persons with admiration; but the statement of Paul remains unshaken, that
everything that does not edify in godliness is Mataiologia
(MATAIOLOGIA), ‘idle
talking.’ We ought, therefore, to take the greatest possible care not to seek
anything in the holy and sacred word of God but solid edification, lest
otherwise he inflict on us severe punishment for abusing it”
[= Memang adalah mungkin bahwa hal-hal remeh yang tak berguna dipandang oleh
banyak orang dengan kekaguman; tetapi pernyataan dari Paulus tetap tak
tergoncangkan, bahwa segala sesuatu yang tidak mendidik dalam kesalehan adalah Mataiologia
(MATAIOLOGIA), ‘percakapan yang
sia-sia’. Karena itu, kita harus sangat berhati-hati untuk tidak mencari
apapun dalam firman yang kudus dan keramat dari Allah, kecuali pendidikan yang
padat, supaya jangan Ia memberikan kepada kita hukuman yang berat karena
menyalah-gunakannya] - hal 28.
Ay 7:
“Mereka itu hendak menjadi pengajar hukum Taurat tanpa mengerti perkataan
mereka sendiri dan pokok-pokok yang secara mutlak mereka kemukakan”.
1) “Mereka itu
hendak menjadi pengajar hukum Taurat”.
Kata ‘law’
(= hukum) dalam ay 7 menunjuk kepada hukum Taurat Yahudi, yang mereka gunakan
sebagai jalan keselamatan (salvation by works).
Bdk. Tit
1:13-14 - “(13) Kesaksian itu benar. Karena itu tegorlah mereka dengan
tegas supaya mereka menjadi sehat dalam iman, (14) dan tidak lagi mengindahkan
dongeng-dongeng Yahudi dan hukum-hukum manusia yang berpaling dari kebenaran”.
2)
“tanpa mengerti perkataan mereka sendiri dan pokok-pokok yang secara
mutlak mereka kemukakan”. Bagian yang saya garis-bawahi salah
terjemahan.
NIV: ‘or
what they so confidently affirm’ (= atau apa yang mereka tegaskan dengan
begitu yakin).
Homer A.
Kent, Jr.: “Those teachers showed
their ignorance by trying to mix law and grace. Yet those men strongly affirmed
their doctrine. Men often yell loudest about that of which they know least”
(= Guru-guru itu menunjukkan ketidak-tahuan / kebodohan mereka dengan mencoba
untuk mencampur hukum Taurat dan kasih karunia. Tetapi orang-orang ini
menegaskan dengan kuat ajaran mereka. Orang-orang sering berteriak paling keras
tentang sesuatu yang mereka tahu paling sedikit) - hal 76.
Ironside:
“These self-appointed teachers had no knowledge of that which they
professed to proclaim. They displayed their own ignorance as they sought to add
law to grace. This very fact proved that they did not know what they were
talking about, because law and grace will no more mix than will water and oil;
they are two altogether different principles. The law says, ‘Be good, and I
will bless you;’ grace says, ‘I have blessed you; now be good.’ They are
opposites. The law says, ‘Do this, and thou shalt live;’ grace says,
‘Believe this and thou shalt live.’ Law demands; grace feely bestows”
(= Guru-guru yang mengangkat dirinya sendiri ini tidak mempunyai pengetahuan
tentang apa yang mereka nyatakan. Mereka memamerkan ketidak-tahuan / kebodohan
mereka sendiri pada waktu mereka mencoba untuk menambahkan hukum Taurat kepada
kasih karunia. Fakta ini membuktikan bahwa mereka tidak mengerti apa yang mereka
katakan / bicarakan, karena hukum Taurat dan kasih karunia tidak akan bercampur
seperti air dan minyak; itu adalah dua prinsip yang sama sekali berbeda. Hukum
Taurat berkata: ‘Jadilah baik, dan aku akan memberkatimu’; kasih karunia
berkata: ‘Aku telah memberkatimu; sekarang jadilah baik’. Keduanya
bertentangan. Hukum Taurat berkata: ‘Lakukanlah ini, dan engkau akan hidup’;
kasih karunia berkata: ‘Percayalah ini dan engkau akan hidup’. Hukum Taurat
menuntut; kasih karunia memberi dengan cuma-cuma) - hal 21-22.
Bandingkan
dengan:
· Ro 6:14-15
- “(14) Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak
berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia. (15) Jadi
bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah
hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak!”.
· Ro 11:6
- “Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena
perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih
karunia”.
Kedua text di
atas ini menunjukkan bahwa hukum Taurat bertentangan dengan kasih karunia.
Adam Clarke:
“‘Understanding neither what they say.’ This is evident from almost
all the Jewish comments which yet remain. Things are asserted which are either
false or dubious; words, the import of which they did not understand, were
brought to illustrate them: so that it may be said, They understand not what
they say, nor whereof they affirm. I will give one instance from the Jerusalem
Targum, on Gen. 1:15: And God made two great lights, and they were equal in
splendour twenty-one years, the six hundred and seventy-second part of an hour
excepted: and afterwards the moon brought a false accusation against the sun,
and therefore she was lessened; and God made the sun the greater light to
superintend the day, etc. I could produce a thousand of a similar complexion”
(= ‘Tanpa mengerti perkataan mereka sendiri’. Ini nyata dari hampir semua
komentar Yahudi yang masih tersisa. Hal-hal yang mereka tegaskan adalah salah
atau meragukan; kata-kata, yang maknanya tidak mereka mengerti, dibawa untuk
menjelaskan mereka; sehingga bisa dikatakan mereka tidak mengerti apa yang
mereka katakan maupun yang mereka tegaskan. Saya akan memberi satu contoh dari
Targum Yerusalem, tentang Kej 1:15: Dan Allah membuat 2 benda penerang yang
besar, dan mereka sama semaraknya selama 21 tahun, kecuali 1/672 jam: dan
setelah itu bulan membawa tuduhan palsu tentang matahari, dan karena itu ia
dikurangi / diperkecil; dan Allah membuat matahari menjadi benda penerang yang
lebih besar untuk menguasai siang, dsb. Saya bisa memberikan 1000 keruwetan yang
serupa).
Matthew
Henry: “it is too common for men to
intrude into the office of the ministry when they are very ignorant of those
things about which they are to speak: they understand neither what they say nor
whereof they affirm; and by such learned ignorance, no doubt, they edify their
hearers very much!” (= merupakan sesuatu yang terlalu umum bagi
orang-orang untuk masuk tanpa diminta ke dalam jabatan pelayanan pada saat
mereka sangat tidak tahu / bodoh tentang hal-hal yang mereka bicarakan: mereka
tidak mengerti tentang apa yang mereka katakan atau tegaskan; dan dari kebodohan
seperti itu, tak diragukan, mereka sangat mendidik para pendengar mereka!).
Memang, jaman
dulu maupun sekarang, ada banyak orang seperti ini, yaitu orang-orang yang masuk
ke dalam pelayanan Firman Tuhan tanpa mengerti Firman Tuhan itu.
Bdk. Mat 15:12-14
- “(12) Maka datanglah murid-muridNya dan bertanya kepadaNya: ‘Engkau
tahu bahwa perkataanMu itu telah menjadi batu sandungan bagi orang-orang
Farisi?’ (13) Jawab Yesus: ‘Setiap tanaman yang tidak ditanam oleh BapaKu
yang di sorga akan dicabut dengan akar-akarnya. (14) Biarkanlah mereka itu. Mereka
orang buta yang menuntun orang buta. Jika orang buta menuntun orang buta,
pasti keduanya jatuh ke dalam lobang.’”.
Ay 8-11:
“(8) Kita tahu bahwa hukum Taurat itu baik kalau tepat digunakan, (9) yakni
dengan keinsafan bahwa hukum Taurat itu bukanlah bagi orang yang benar,
melainkan bagi orang durhaka dan orang lalim, bagi orang fasik dan orang
berdosa, bagi orang duniawi dan yang tak beragama, bagi pembunuh bapa dan
pembunuh ibu, bagi pembunuh pada umumnya, (10) bagi orang cabul dan pemburit,
bagi penculik, bagi pendusta, bagi orang makan sumpah dan seterusnya segala
sesuatu yang bertentangan dengan ajaran sehat (11) yang berdasarkan Injil dari
Allah yang mulia dan maha bahagia, seperti yang telah dipercayakan kepadaku”.
1) “Kita tahu
bahwa hukum Taurat itu baik kalau tepat digunakan” (ay 8).
Kata-kata dalam
ay 8a: ‘Kita tahu bahwa hukum Taurat itu baik’ mungkin
menunjukkan bahwa Paulus dituduh telah meremehkan / mengabaikan / menghapuskan
hukum Taurat. Memang kalau seseorang mengajarkan keselamatan karena iman saja,
bisa saja orang-orang yang kurang mengerti ajaran tersebut lalu menilai bahwa
orang itu telah meremehkan / mengabaikan / menghapuskan hukum Taurat. Dengan
kata-kata dalam ay 8a ini, maka Paulus menolak tuduhan itu. Ia mengatakan ‘hukum
Taurat itu baik’, tetapi ia juga menambahkan ay 8b: ‘kalau tepat
digunakan’.
Bdk. Ro 7:12
- “Jadi hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus,
benar dan baik”.
Matthew
Henry: “The use of the law (v. 8):
The law is good, if a man use it lawfully. The Jews used it unlawfully, as an
engine to divide the church, a cover to the malicious opposition they made to
the gospel of Christ; they set it up for justification, and so used it
unlawfully. We must not therefore think to set it aside, but use it lawfully,
for the restraint of sin. The abuse which some have made of the law does not
take away the use of it; but, when a divine appointment has been abused, call it
back to its right use and take away the abuses, for the law is still very useful
as a rule of life; though we are not under it as under a covenant of works, yet
it is good to teach us what is sin and what is duty” [= Penggunaan hukum
Taurat (ay 8): Hukum Taurat itu baik, jika seseorang menggunakannya dengan benar
/ sah. Orang-orang Yahudi menggunakannya secara salah / tak sah, sebagai suatu
mesin untuk membagi gereja, suatu penutup bagi permusuhan yang jahat yang mereka
buat terhadap injil Kristus; mereka mendirikan hukum Taurat itu untuk
pembenaran, dan dengan demikian menggunakannya secara salah / tak sah. Karena
itu, kita tidak boleh berpikir untuk menyingkirkannya, tetapi menggunakannya
dengan benar / sah, untuk pengekangan dosa. Penyalah-gunaan yang telah dibuat
oleh sebagian orang tentang hukum Taurat tidak menarik / membuang penggunaannya;
tetapi pada saat suatu penetapan ilahi telah disalah-gunakan, kembalikan itu
pada penggunaannya yang benar dan tarik penyalah-gunaannya, karena hukum Taurat
tetap sangat berguna untuk mengajar kita apa dosa itu dan apa kewajiban itu].
William
Hendriksen menerapkan hal ini pada khotbah.
William
Hendriksen: “Thus one might also
say that preaching is an excellent thing, but surely not all preaching. It is an
excellent thing on the supposition that one knows how to preach!” (=
Dengan cara yang sama seseorang juga bisa berkata bahwa khotbah adalah sesuatu
yang sangat bagus, tetapi jelas bukan semua khotbah. Itu merupakan sesuatu yang
sangat bagus kalau seseorang tahu bagaimana berkhotbah!) - hal 64.
Ini juga
berlaku untuk pelayanan-pelayanan yang lain, seperti mengajar Sekolah Minggu,
ikut paduan suara, dan sebagainya.
2) “yakni dengan keinsafan
bahwa hukum Taurat itu bukanlah bagi orang yang benar, melainkan bagi orang
durhaka dan orang lalim, bagi orang fasik dan orang berdosa, bagi orang duniawi
dan yang tak beragama, bagi pembunuh bapa dan pembunuh ibu, bagi pembunuh pada
umumnya, (10) bagi orang cabul dan pemburit, bagi penculik, bagi pendusta, bagi
orang makan sumpah dan seterusnya segala sesuatu yang bertentangan dengan ajaran
sehat” (ay 9-10).
Tentang
kata-kata Paulus di sini, bahwa hukum Taurat bukanlah untuk orang benar, tetapi
untuk orang berdosa, ada bermacam-macam penafsiran:
Jamieson,
Fausset & Brown: “Alford goes
too far in saying the righteous man does ‘not morally need the law.’
Doubtless, in proportion as he is led by the Spirit, the justified man needs not
the outward rule (Rom. 6:14; Gal. 5:18,23). But as he often gives not himself up
wholly to the inward Spirit, he morally needs the outward law to show him his
sin and God’s requirements. The reason why the ten commandments have no power
to condemn the Christian is not that they have no authority over him, but
because Christ has fulfilled them as our surety (Rom. 10:4)” [= Alford
berjalan terlalu jauh dengan mengatakan bahwa orang benar ‘secara moral tidak
membutuhkan hukum Taurat’. Tak diragukan, selama ia dipimpin Roh, orang yang
dibenarkan tidak membutuhkan hukum lahiriah (Ro 6:14; Gal 5:18,23). Tetapi
karena ia sering tidak memberikan dirinya sepenuhnya kepada Roh yang ada di
dalam, ia secara moral membutuhkan hukum lahiriah untuk menunjukkan dosanya dan
tuntutan-tuntutan Allah kepadanya. Alasan mengapa 10 hukum Tuhan tidak mempunyai
kuasa untuk mengecam / menghukum orang Kristen bukanlah karena 10 Hukum Tuhan
itu tidak mempunyai otoritas atas dia, tetapi karena Kristus telah memenuhi 10
hukum Tuhan itu sebagai penanggung kita (Ro 10:4)].
Ro 10:4 - “Sebab
Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap
orang yang percaya”.
KJV: ‘For
Christ is the end of the law for righteousness to every one that believeth’
(= Karena Kristus adalah tujuan dari hukum Taurat untuk kebenaran bagi setiap
orang yang percaya).
Matthew
Henry: “It is not made for a
righteous man, that is, it is not made for those who observe it; for, if we
could keep the law, righteousness would be by the law (Gal. 3:21): but it is
made for wicked persons, to restrain them, to check them, and to put a stop to
vice and profaneness. It is the grace of God that changes men’s hearts; but
the terrors of the law may be of use to tie their hands and restrain their
tongues. A righteous man does not want those restraints which are necessary for
the wicked; or at least the law is not made primarily and principally for
the righteous, but for sinners of all sorts, whether in a greater or less
measure, v. 9, 10” [= Hukum Taurat tidak dibuat untuk orang yang benar,
artinya, itu tidak dibuat untuk mereka yang mentaatinya; karena jika kita bisa
memelihara hukum Taurat, kebenaran akan terjadi oleh hukum Taurat (Gal 3:21):
tetapi itu dibuat untuk orang-orang jahat, untuk mengekang mereka, untuk
memeriksa mereka, dan untuk menghentikan perbuatan jahat dan kecemaran /
keduniawian. Adalah kasih karunia Allah yang mengubah hati manusia; tetapi
ketakutan dari hukum Taurat bisa berguna untuk mengikat tangan mereka dan
mengekang lidah mereka. Orang yang benar tidak membutuhkan pengekangan itu, yang
adalah perlu untuk orang jahat; atau sedikitnya hukum Taurat tidak dibuat terutama
untuk orang benar, tetapi untuk orang-orang berdosa dari segala jenis, dalam
takaran yang lebih besar atau lebih kecil, ay 9,10].
Bdk. Gal 3:21
- “Kalau demikian, bertentangankah hukum Taurat dengan janji-janji Allah?
Sekali-kali tidak. Sebab andaikata hukum Taurat diberikan sebagai sesuatu yang
dapat menghidupkan, maka memang kebenaran berasal dari hukum Taurat”.
Barnes’
Notes: “The meaning seems to be,
that the purpose of the law was not to fetter and perplex those who were
righteous, and who aimed to do their duty and to please God. It was not intended
to produce a spirit of servitude and bondage. As the Jews interpreted it, it did
this, and this interpretation appears to have been adopted by the teachers at
Ephesus, to whom Paul refers. The whole tendency of their teaching was to bring
the soul into a state of bondage, and to make religion a condition, of
servitude. Paul teaches, on the other hand, that religion was a condition of
freedom, and that the main purpose of the law was not to fetter the minds of the
righteous by numberless observances and minute regulations, but that it was to
restrain the wicked from sin. This is the case with all law. No good man feels
himself lettered and manacled by wholesome laws, nor does he feel that the
purpose of law is to reduce him to a state of servitude. It is only the wicked
who have this feeling - and in this sense the law is made for a man who intends
to do wrong” (=).
Adam Clarke:
“he does not say that the law was not MADE for a righteous man, but ou
keitai, it does not LIE against a righteous man; because he does not
transgress it: but it lies against the wicked; for such as the apostle mentions
have broken it, and grievously too, and are condemned by it. The word keitai, ‘lies,’ refers to the custom of writing laws on
boards, and hanging them up in public places within reach of every man, that
they might be read by all; thus all would see against whom the law lay” (=
ia tidak mengatakan bahwa hukum Taurat tidak DIBUAT untuk orang yang benar,
tetapi OU KEITAI, itu tidak TERLETAK terhadap / menentang orang benar; karena ia
tidak melanggarnya: tetapi itu terletak terhadap / menentang orang jahat; untuk
orang-orang yang dikatakan oleh sang rasul telah melanggarnya, dan laginya
melanggarnya dengan menyedihkan, dan dikecam / dikutuk olehnya. Kata KEITAI,
‘terletak’ menunjuk pada kebiasaan menuliskan hukum-hukum pada papan-papan,
dan menggantungnya di tempat-tempat umum yang ada dalam jangkauan setiap orang,
supaya mereka bisa dibaca oleh semua orang; maka semua orang akan melihat hukum
itu terletak terhadap / menentang siapa).
Barclay:
“There should be only one controlling factor in the lives of every one
of us. Our goodness should come, not from fear of the law, not even from fear of
judgment, but from fear of disappointing the love of Christ and of grieving the
fatherly heart of God. The Christian’s dynamic comes from the fact that he
knows sin is not only breaking God’s law but also breaking his heart.
It is not the law of God but the love of God which constrains us” (=
Seharusnya hanya ada satu faktor yang mengontrol dalam kehidupan setiap orang
dari kita. Kebaikan kita seharusnya datang, bukan dari rasa takut terhadap hukum
Taurat, bahkan bukan dari rasa takut terhadap penghakiman, tetapi dari rasa
takut untuk mengecewakan kasih Kristus dan menyedihkan hati yang bersifat
kebapaan dari Allah. Tenaga gerak / semangat Kristen datang dari fakta bahwa ia
mengetahui bahwa dosa bukan hanya merupakan pelanggaran terhadap hukum Allah
tetapi juga merupakan sesuatu yang menghancurkan hatiNya. Bukan hukum Allah,
tetapi kasih Allah, yang mendesak / mengekang kita) - hal 36.
William
Hendriksen: “One of the main
purposes of the Mosaic law was to bring sinners to the point where they would
feel utterly crushed under the load of their sin” (= Salah satu tujuan
utama dari hukum Taurat Musa adalah untuk membawa orang-orang berdosa kepada
titik dimana mereka merasa dihancurkan sama sekali di bawah beban dari dosa
mereka) - hal 65.
Daftar
orang-orang brengsek dalam ay 9-10:
· orang
durhaka (KJV: lawless) - artinya orang yang tak punya hukum, seorang
pelangar hukum, seseorang yang hidup sesukanya seakan-akan tak ada hukum.
· orang
lalim (KJV: disobedient) - orang yang tak mau tunduk.
· orang
fasik (KJV: ungodly) - orang yang tak beragama, yang tak menghormati /
menyembah Allah.
· orang
berdosa (KJV: sinners) - ini menunjuk kepada orang-orang berdosa secara
umum.
· orang
duniawi (KJV: unholy) - ini adalah orang yang mengabaikan kewajiban
kepada Allah dan manusia.
· orang
tak beragama (KJV: profane) - ini menunjuk kepada orang yang tak
menghormati Allah, orang yang suka mengejek orang-orang yang percaya, orang yang
jijik terhadap agama.
· pembunuh
bapa dan pembunuh ibu. Bdk. Kel 21:15 - “Siapa yang memukul ayahnya atau
ibunya, pastilah ia dihukum mati”.
· pembunuh
pada umumnya (KJV: manslayers).
· orang
cabul (KJV: whoremongers).
· pemburit
(KJV: For them that defile themselves with mankind) - ini diartikan
sebagai orang yang melakukan Sodomi.
· penculik
(KJV: menstealers) - penculik orang / anak untuk dijadikan budak.
· pendusta
(KJV: liars).
· orang
makan sumpah (KJV: perjured persons) - orang yang bersumpah palsu.
3)
“yang berdasarkan Injil dari Allah yang mulia dan maha bahagia,
seperti yang telah dipercayakan kepadaku” (ay 11).
Bagian yang
saya garis-bawahi ini salah terjemahannya. Di sini kelihatannya kata ‘mulia’
ditujukan kepada Allah, padahal seharusnya kata itu ditujukan kepada Injil.
Bandingkan dengan terjemahan KJV di bawah ini.
KJV: ‘According
to the glorious gospel of the blessed God’ (= Sesuai dengan injil yang
mulia dari Allah yang terpuji / berbahagia).
Donald
Guthrie (Tyndale): “Except here and
6:15 nowhere in the Bible is MAKARIOS (blessed) applied to ‘God,’ ... It
describes God not as the object of blessing, but as experiencing within Himself
the perfection of bliss” [= Kecuali di sini dan 6:15, tidak ada dimanapun
dalam Alkitab dimana kata MAKARIOS (diberkatilah) diterapkan kepada ‘Allah’,
... Itu menggambarkan Allah bukan sebagai obyek dari berkat, tetapi sebagai
mengalami dalam diriNya sendiri kesempurnaan dari kebahagiaan] - hal 62.
Adam Clarke:
“Sin has dishonoured God, and robbed him of his glory; the Gospel
provides for the total destruction of sin, even in this world, and thus brings
back to God his glory” (= Dosa telah tidak mengormati Allah, dan merampok
Dia dari kemuliaanNya; Injil memberikan persediaan untuk kehancuran total dari
dosa, bahkan dalam dunia ini, dan dengan demikian membawa kembali kepada Allah
kemuliaanNya).
Matthew
Henry: “To call the gospel the
glorious gospel, for so it is: much of the glory of God appears in the works of
creation and providence, but much more in the gospel, where it shines in the
face of Jesus Christ. Paul reckoned it a great honour put upon him, and a great
favour done him, that this glorious gospel was committed to his trust; that is,
the preaching of it, for the framing of it is not committed to any man or
company of men in the world. The settling of the terms of salvation in the
gospel of Christ is God’s own work; but the publishing of it to the world is
committed to the apostles and ministers. ... Lord, what a trust is committed to
us! How much grace do we want, to be found faithful in this great trust!”
(= Menyebut injil sebagai ‘injil yang mulia’, karena demikianlah adanya:
banyak dari kemuliaan Allah terlihat dalam pekerjaan dari penciptaan dan
providensia, tetapi lebih lagi dalam injil, dimana itu bersinar di wajah dari
Yesus Kristus. Paulus menganggapnya sebagai suatu kehormatan yang besar yang
diberikan kepadanya, dan suatu kebaikan yang besar dilakukan kepadanya, bahwa
injil yang mulia ini dipercayakan kepadanya; yaitu, pemberitaannya, karena
penyusunannya tidak diberikan kepada orang atau kumpulan orang manapun di dunia
ini. Ketetapan dari syarat-syarat keselamatan dalam injil dari Kristus adalah
pekerjaan Allah sendiri; tetapi pengumumannya kepada dunia diberikan kepada
rasul-rasul dan pelayan-pelayan. ... Tuhan, alangkah besarnya kepercayaan yang
diberikan kepada kami! Betapa banyak kasih karunia yang kami butuhkan, untuk
bisa didapati setia dalam kepercayaan yang besar ini!).
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali