Eksposisi Kitab Samuel yang Pertama

oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.


I SAMUEL 16:14

 

I) Allah dan Setan.

 

Ada banyak orang takut kepada setan. Apakah sikap seperti ini bisa dibenarkan dalam diri orang kristen?

 

Dalam dunia theologia ada ajaran sesat yang disebut Dualisme. Kalau ajaran ini benar, mungkin kita memang mempunyai alasan untuk takut kepada setan, karena ajaran ini mengatakan bahwa tokoh / kuasa baik dan tokoh / kuasa gelap itu sama-sama kekal dan sama kuatnya sehingga tidak ada yang bisa saling mengalahkan.

 

Contoh dari pandangan Dualisme ini: dalam cerita tentang Garth di koran Kompas, ada tokoh yang bernama Astra (baik) dan Belial (jahat), yang tidak bisa saling mengalahkan.

 

Salah satu tokoh / pengajar dari Dualisme ini bernama Mani, yang berasal dari Babilonia Selatan, dan hidup pada tahun 215-276 M (Herbert Lockyer, ‘All the Doctrines of the Bible’, hal 20).

 

Calvin menyerang ajaran ini dengan berkata sebagai berikut:

“Also, Mani, with his sect, arose, fashioning for himself two principles: God and the devil. To God he attributed the origin of good things, but evil natures he referred to the devil as their author. If this madness held our minds ensnared, God’s glory in the creation of the universe would not abide with him. For, since nothing is more characteristic of God than eternity and self-existence - that is, existence of himself, so to speak - do not those who attribute this to the devil in a sense adorn him with the title of divinity? Now where is God’s omnipotence, if such sovereignty is conceded to the devil that he carries out whatever he wishes, against God’s will and resistance?” (= Juga, Mani, dengan sektenya, muncul, menciptakan bagi dirinya sendiri 2 sumber / penyebab: Allah dan Setan. Allah ia anggap sebagai asal mula dari hal-hal yang baik, tetapi hal-hal yang jahat ia hubungkan dengan Setan sebagai penciptanya. Jika kegilaan ini menjerat pikiran kita, kemuliaan Allah dalam penciptaan alam semesta tidak akan tetap ada pada Dia. Karena tidak ada yang lebih merupakan ciri / sifat dari Allah dari pada kekekalan dan keberadaan-sendiri - yaitu, keberadaan dari dirinya sendiri - bukankah mereka yang menghubungkan ini dengan setan, dalam arti tertentu menghiasinya dengan gelar keilahian? Sekarang dimana kemahakuasaan Allah, jika kedaulatan seperti itu diserahkan kepada setan sehingga ia melaksanakan apapun yang ia inginkan, menentang kehendak dan perlawanan Allah?) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, chapter XIV, no 3.

 

Kitab Suci memberikan pandangan yang sangat berbeda / bertentangan dengan Dualisme ini, karena Kitab Suci menunjukkan bahwa:

 

1)   Setan adalah makhluk ciptaan Allah.

 

Setan juga diciptakan oleh Tuhan, tetapi pada waktu diciptakan ia diciptakan dalam keadaan suci, sebagai malaikat, tetapi ia lalu jatuh ke dalam dosa, dan menjadi setan.

 

Dasar Kitab Suci:

 

·        Yoh 1:3 - “Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan”.

 

·        Maz 103:19-22 - “TUHAN sudah menegakkan takhtaNya di sorga dan kerajaanNya berkuasa atas segala sesuatu. Pujilah TUHAN, hai malaikat-malaikatNya, hai pahlawan-pahlawan perkasa yang melaksanakan firmanNya dengan mendengarkan suara firmanNya. Pujilah TUHAN, hai segala tentaraNya, hai pejabat-pejabatNya yang melakukan kehendakNya. Pujilah TUHAN, hai segala buatanNya, di segala tempat kekuasaanNya! Pujilah TUHAN, hai jiwaku!.

 

Ini juga terlihat secara implicit dari Pengakuan Iman Nicea: “Aku percaya kepada satu Allah, Bapa yang mahakuasa, Pencipta langit dan bumi, segala yang kelihatan dan yang tidak kelihatan.

 

Calvin: “let us be content with this brief summary of the nature of devils: they were when first created angels of God, but by degeneration they ruined themselves, and became the instruments of ruin for others” (= biarlah kita puas dengan ringkasan singkat tentang natur / diri setan: mereka adalah malaikat Allah pada waktu pertama-tama diciptakan, tetapi oleh kemerosotan mereka merusak / menjatuhkan diri mereka sendiri, dan menjadi alat kejatuhan / kehancuran untuk yang lain) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, chapter XIV, no 16.

 

Karena setan adalah makhluk ciptaan, maka jelas bahwa ia ada di bawah Allah, baik dalam hal kekekalan maupun kekuatan. Seorang creature (= makhluk ciptaan) tidak mungkin bisa menandingi Creator (= Pencipta)-nya!

 

2)   Tuhan jauh lebih berkuasa dari setan, dan setan terpaksa tunduk kepada Tuhan.

 

Kalau malaikat perang lawan setan, mungkin masih bisa dikatakan ‘seru’. Ini terlihat misalnya dari ayat-ayat seperti:

 

·        Daniel 10:13. Memang diperdebatkan siapa yang dimaksud dengan ‘pemimpin kerajaan orang Persia’ ini. Ada yang mengatakan ini betul-betul adalah raja Persia, ada yang mengatakan ini adalah malaikat pelindung Persia, dan ada yang mengatakan ini adalah setan. Jika pandangan ke 3 yang benar maka ini menunjukkan bahwa malaikat tidak bisa dengan mudah mengalahkan setan.

 

·        Yudas 9.

 

·        Wah 12:7-9.

 

Tetapi jika setan perang melawan Tuhan, ini sama sekali tidak seru, karena setan mempunyai kekuatan jauh di bawah Tuhan yang adalah Penciptanya!

 

Bahwa Allah jauh lebih berkuasa dari Setan, dan Setan terpaksa tunduk pada apapun yang Allah kehendaki, terlihat dengan jelas dari 1Sam 16:14-23 ini.

 

II) Saul dengan roh jahat yang dari Tuhan / Allah.

 

1)   Ada 2 kasus yang mirip dengan kasus ini, yaitu:

 

a)   Hak 9:22-24 - “Setelah tiga tahun lamanya Abimelekh memerintah atas orang Israel, maka Allah membangkitkan semangat jahat di antara Abimelekh dan warga kota Sikhem, sehingga warga kota Sikhem itu menjadi tidak setia kepada Abimelekh, supaya kekerasan terhadap ketujuh puluh anak Yerubaal dibalaskan dan darah mereka ditimpakan kepada Abimelekh, saudara mereka yang telah membunuh mereka dan kepada warga kota Sikhem yang membantu dia membunuh saudara-saudaranya itu”.

 

Catatan: bagian yang saya garisbawahi terjemahannya salah.

 

·        Kata ‘membangkitkan’ seharusnya adalah ‘mengirimkan’.

 

·        Kata-kata ‘semangat jahat’ sebetulnya adalah ‘roh jahat’ (Ibrani: RUAKH RAAH), yaitu istilah yang persis sama dengan yang digunakan dalam 1Sam 16:14b,15,16.

 

·        KJV/RSV/NIV/NASB/Lit: ‘God sent an evil spirit’ (= Allah mengirimkan roh jahat).

 

b)   1Raja 22:19-23 - “Kata Mikha: ‘Sebab itu dengarkanlah firman TUHAN. Aku telah melihat TUHAN sedang duduk di atas takhtaNya dan segenap tentara sorga berdiri di dekatNya, di sebelah kananNya dan di sebelah kiriNya. Dan TUHAN berfirman: Siapakah yang akan membujuk Ahab untuk maju berperang, supaya ia tewas di Ramot-Gilead? Maka yang seorang berkata begini, yang lain berkata begitu. Kemudian tampillah suatu roh, lalu berdiri di hadapan TUHAN. Ia berkata: Aku ini akan membujuknya. TUHAN bertanya kepadanya: Dengan apa? Jawabnya: Aku akan keluar dan menjadi roh dusta dalam mulut semua nabinya. Ia berfirman: Biarlah engkau membujuknya, dan engkau akan berhasil pula. Keluarlah dan perbuatlah demikian! Karena itu, sesungguhnya TUHAN telah menaruh roh dusta ke dalam mulut semua nabimu ini, sebab TUHAN telah menetapkan untuk menimpakan malapetaka kepadamu”.

 

2)   Ada 3 pandangan tentang kasus Saul dengan roh jahat dari Tuhan itu (ay 14,15,16,23).

 

a)   Ini kasus penyakit mental biasa, seperti depresi / kegilaan, dsb.

 

The Interpreter’s One-Volume Commentary On The Bible:

“Saul was apparently a psychiatric case who progressively worsened. This is put in theological rather than psychological terms” (= Saul kelihatannya / terlihat jelas merupakan kasus penyakit jiwa yang makin lama makin memburuk. Ini dikatakan lebih dalam istilah theologia dari pada istilah psikologi) - hal 164.

 

Daily Bible Commentary: “For the Hebrew understanding, ‘an evil spirit from the Lord’ (14) created a rather different impression than it does for us. With us it suggests a spirit that was morally evil, as in the case in the N. T.; here it merely conveys the thought that the outcome of his working was calamitous for Saul. It is worth noting that the accurate rendering is: ‘continuously tormented him’. The fact that his courtiers suggested a purely natural remedy, which was successful for the time being, shows that Saul was not regarded as a case of demon possession in the N.T. sense” [= Untuk pengertian orang Ibrani, ‘roh jahat yang dari Tuhan’ (14) menciptakan suatu gagasan yang agak berbeda dengan gagasan yang diberikan oleh istilah itu bagi pengertian kita. Bagi kita itu menunjukkan roh yang jahat secara moral, seperti dalam kasus dalam Perjanjian Baru; di sini itu hanya menyampaikan pemikiran bahwa hasil dari pekerjaannya mendatangkan bencana bagi Saul. Patut diperhatikan bahwa penterjemahan yang akurat adalah: ‘terus menerus menyiksanya’. Fakta bahwa hamba-hambanya mengusulkan suatu obat yang secara murni bersifat alamiah, yang sukses untuk saat itu, menunjukkan bahwa Saul tidak dianggap sebagai suatu kasus kerasukan setan dalam pengertian Perjanjian Baru] - hal 256.

 

Catatan: ada hal-hal yang tidak saya mengerti dengan kutipan ini:

 

·        apa maksudnya dengan kata-kata “Patut diperhatikan bahwa penterjemahan yang akurat adalah: ‘terus menerus menyiksanya’”.

 

·        kalau dilihat bagian akhir kutipan ini, kelihatannya penafsir ini beranggapan bahwa penyakit Saul bersifat alamiah, bukan supranatural. Tetapi kalau ia menganggap ini bukan setan, lalu pada waktu ia berkata ‘hasil pekerjaannya mendatangkan bencana bagi Saul’, siapa yang ia maksud dengan ‘nya’ itu? Ada kemungkinan ia beranggapan ini ditimbulkan oleh Setan, tetapi ini bukan kasus kerasukan setan seperti dalam Perjanjian Baru (misalnya dalam Mark 5:1-dst). Kalau memang demikian, maka penafsir ini harus digolongkan dalam pandangan kedua di bawah.

 

Saya yakin bahwa orang Liberal senang dengan penafsiran pertama ini, mengingat bahwa Liberalisme selalu menolak hal-hal yang bersifat supranatural / gaib.

 

b)   Ini kasus rohani, yang betul-betul berhubungan dengan setan.

 

Keil & Delitzsch: “The ‘evil spirit from Jehovah’ which came into Saul in the place of the Spirit of Jehovah, was not merely an inward feeling of depression at the rejection announced to him, which grew into melancholy, and occasionally broke out in passing fits of insanity, but a higher evil power, which took possession of him, and not only deprived him of his peace of mind, but stirred up the feelings, ideas, imagination, and thoughts of his soul to such an extent that at times it drove him even into madness” (= ‘Roh jahat yang dari Yehovah’ yang masuk ke dalam Saul menggantikan Roh Yehovah, bukanlah semata-mata suatu perasaan depresi yang ada di dalam, karena penolakan yang diberitakan kepadanya, yang bertumbuh menjadi kemurungan jiwa / kesedihan, dan kadang-kadang meledak dalam serangan kegilaan yang mendadak, tetapi suatu kuasa jahat yang lebih tinggi, yang menguasainya / merasuknya, dan tidak hanya menghilangkan damai dari pikirannya, tetapi mengaduk perasaan, gagasan, imajinasi, dan pikiran dari jiwanya sampai pada suatu tingkat dimana kadang-kadang itu bahkan mendorongnya kepada kegilaan) - hal 170.

 

Pulpit Commentary: “rightly they saw that evil as well as good must come from the Almighty, inasmuch as all things are in his hand, and whatever is must be by his permission” (= mereka secara benar melihat bahwa kejahatan maupun kebaikan harus datang dari Yang Mahakuasa, karena segala sesuatu ada dalam tanganNya, dan apapun yang ada haruslah oleh ijinNya) - hal 297.

 

c)   Gabungan dari a) dan b).

 

Mengomentari ay 23 yang berkata ‘dan roh yang jahat itu undur dari padanya’, Adam Clarke berkata:

“This considers the malady of Saul to be more than a natural disease” (= Ini menunjukkan bahwa penyakit Saul itu lebih dari penyakit alamiah / biasa) - hal 260.

 

Adam Clarke: “The evil spirit was either immediately sent from the Lord, or permitted to come. Whether this was a diabolic possession, or a mere mental malady, the learned are not agree; it seems to have partaken of both” (= roh jahat itu atau secara langsung dikirim dari Tuhan, atau diijinkan untuk datang. Apakah ini merupakan kerasukan setan, atau semata-mata suatu penyakit jiwa, orang-orang terpelajar / para penafsir tidak sependapat; kelihatannya itu mengambil bagian dalam keduanya) - hal 259.

 

Adam Clarke melanjutkan: “Saul’s evil spirit, and the influence of music upon it, are not easily accounted for. I have considered his malady to be of a mixed kind, natural and diabolical; there is too much of apparent nature in it to permit us to believe it was all spiritual, and there is too much of apparent supernatural influence to suffer us to believe that it was all natural (= Roh jahat Saul, dan pengaruh dari musik terhadapnya, tidak mudah untuk dijelaskan dengan memuaskan. Saya menganggap penyakitnya sebagai campuran dari alamiah dan setan; di sana ada terlalu banyak hal-hal yang jelas bersifat alamiah di dalamnya untuk memungkinkan kita percaya bahwa itu seluruhnya bersifat rohani, dan di sana ada terlalu banyak pengaruh yang jelas bersifat supranatural untuk membiarkan kami mempercayai bahwa itu seluruhnya bersifat alamiah) - hal 260.

 

Adam Clarke: “That Saul had fallen into a deep melancholy, there is but little doubt; that the devil might work more effectually on such a state of mind, there can be but little question. There is an old proverb, Satan delights to fish in troubled waters; and Saul’s situation of mind gave him many advantages” (= Tidak diragukan lagi bahwa Saul telah jatuh ke dalam kemurungan jiwa / kesedihan yang dalam, dan bahwa setan bisa bekerja secara lebih effektif pada keadaan pikiran seperti itu. Ada pepatah kuno: Setan senang mengail di air yang keruh; dan keadaan pikiran Saul memberinya banyak keuntungan) - hal 259.

 

Penerapan:

 

Karena itu jangan biarkan hati gelisah / sumpek. Akui dosa, berdoa, menyanyilah untuk mengatasi hal ini.

 

Saya jelas menolak pandangan pertama. Dan antara pandangan kedua dan ketiga saya lebih condong memilih pandangan kedua. Jadi ini adalah kasus kerasukan setan atau penguasaan setan atas diri seseorang. Tidak diragukan lagi bahwa dalam kasus seperti itu juga memungkinkan terjadinya problem mental / kejiwaan, seperti depresi dan bahkan kegilaan.

 

III) Apa yang dilakukan roh jahat itu terhadap Saul?

 

1)   Ay 14: ‘diganggu’.

 

KJV: ‘troubled him’ (= mengganggunya).

 

RSV/NIV: ‘tormented him’ (= menyiksanya).

 

NASB: ‘terrorized him’ (= membuat ia takut).

 

Pulpit Commentary: ‘terrified, choked him’ (= menakuti, memenuhinya) - hal 310.

 

2)   Gangguan roh jahat itu membuat Saul kehilangan penguasaan dirinya, dan keadaan ini menjadi makin lama makin parah.

 

Pulpit Commentary: “At first, probably, these fits of insanity came upon Saul only at distant intervals, but afterwards more frequently, and with such a loss of self-control that he more than once tried to murder David, and even Jonathan, his own son” (= Mula-mula, mungkin, serangan-serangan kegilaan ini datang kepada Saul hanya pada jarak waktu yang jauh, tetapi setelah itu menjadi makin sering, dan dengan kehilangan penguasaan diri sedemikian rupa sehingga ia lebih dari satu kali berusaha membunuh Daud, dan bahkan Yonatan, anaknya sendiri) - hal 298.

 

Perhatikan bahwa setan membuat orang kehilangan penguasaan diri, tetapi Tuhan sebaliknya (bdk. Gal 5:23b - penguasaan diri termasuk ‘buah Roh’). Karena itu, hal-hal seperti Toronto Blessing, yang membuat seseorang kehilangan penguasaan dirinya, jelas berasal dari setan.

 

Pulpit Commentary: “In the case of malady occasioned by sin there is no self-healing power in man, as in many bodily diseases, but it tends to become worse and worse” (= Dalam kasus penyakit yang disebabkan oleh dosa, di sana tidak ada kuasa penyembuhan sendiri di dalam diri manusia, seperti dalam banyak penyakit jasmani, tetapi itu cenderung untuk menjadi makin lama makin parah) - hal 310.

 

IV) Mengapa roh jahat itu datang kepada / mengganggu Saul?

 

1)   Karena Roh Tuhan telah meninggalkan Saul, dan roh jahat / setan otomatis menggantikan kedudukan Roh Tuhan  itu (ay 14).

 

a)   Pada waktu Saul dipilih jadi raja, Roh Tuhan diberikan kepadanya (1Sam 10:6,9); tetapi sekarang Saul ditolak menjadi raja dan Daud diurapi menjadi raja, maka Roh Tuhan diberikan kepada Daud (ay 13b) dan ditarik dari Saul (ay 14).

 

Bdk. Kel 31:1-3  Bil 11:16-17  Bil 24:2  Bil 27:18  Ul 34:9  Hak 3:10  Hak 6:34  Hak 11:29  Hak 14:6,19  15:14.

 

Ini beda dengan jaman Perjanjian Baru dimana Roh Kudus diberikan untuk selama-lamanya.

 

Yoh 14:16 - “Yesus berkata: ‘Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya’”.

 

Ibr 13:5 - “Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: ‘Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau’”.

 

b)   Setelah Roh TUHAN mundur dari Saul, maka roh jahat datang, mengganggu dan menguasai Saul (ay 14).

 

Pulpit Commentary: “When the soul ceases to be governed by God, it lies open to the power of evil, and comes under its dominion” (= Pada waktu jiwa berhenti diperintah oleh Allah, jiwa itu terbuka terhadap kuasa setan, dan ada di bawah kuasa pemerintahannya) - hal 309.

 

Adam Clarke: “He was thrown into such a state of mind by the judgments of God, as to be deprived of any regal qualities which he before possessed. God seems to have taken what gifts he had, and given them to David; and then the evil spirit came upon Saul; for what God fills not, the devil will (= Ia dilemparkan ke dalam keadaan pikiran seperti itu oleh penghakiman Allah, dengan maksud untuk mencabut semua kwalitet / sifat yang berhubungan dengan jabatan raja yang tadinya ia miliki. Allah kelihatannya mengambil karunia-karunia apapun yang ia punyai, dan menyerahkannya kepada Daud; dan lalu roh jahat datang kepada Saul; karena apa yang tidak diisi oleh Allah, akan diisi oleh setan) - hal 258-259.

 

Ini suatu peringatan untuk saudara yang tetap belum mau percaya kepada Kristus! Kalau saudara percaya kepada Kristus, maka Kristus / Roh Kudus / Allah sendiri mengisi diri saudara / tinggal di dalam diri saudara dan dengan demikian saudara terlindung dari masuknya setan ke dalam diri saudara (saya tidak percaya adanya orang kristen sejati yang kerasukan setan). Tetapi jika saudara tidak percaya, maka diri saudara kosong, dan pasti setan akan menguasai saudara atau bahkan merasuk saudara! Karena itu cepatlah percaya dan terima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara!

 

2)   Roh jahat itu dikirim oleh Allah sebagai hukuman atas dosa Saul.

 

Pulpit Commentary: “The expression ‘an evil spirit from the Lord was upon him,’ is just an Old Testament way of saying that the state into which he fell, as a result mainly of his own misconduct, bore the character of a Divine retribution” (= Ungkapan ‘roh jahat dari Tuhan ada padanya’ hanya merupakan cara Perjanjian Lama untuk mengatakan bahwa keadaan ke dalam mana ia jatuh, sebagian besar sebagai akibat dari perbuatan jahatnya sendiri, bersifat hukuman ilahi) - hal 314.

 

Pulpit Commentary: “Josephus, speaking according to the common belief of a later age, attributes the malady of Saul to demoniacal agency. ‘It was probably a kind of possession, at least at times, and in its highest stage. As a punishment for having given himself willingly into the power of the kingdom of darkness, he was also abandoned physically to this power.’ (Hengstenberg)” [= Josephus, berbicara menurut kepercayaan umum pada jaman belakangan menghubungkan penyakit Saul dengan kuasa / pekerjaan setan. ‘Mungkin itu adalah sejenis kerasukan, setidaknya kadang-kadang, dan pada tingkat yang paling tinggi. Sebagai hukuman karena telah memberikan dirinya sendiri dengan sukarela kepada kuasa dari kerajaan kegelapan, ia dibiarkan / ditinggalkan secara fisik pada kuasa ini.’ (Hengstenberg)] - hal 309-310.

 

Pulpit Commentary: “‘The evil spirit that came upon him from or by permission of the Lord was the evil spirit of melancholy, jealousy, suspicion, hatred, envy, malice, and cruelty, that governed him in all the after part of his life; to which he gave himself up, and sacrificed every consideration of honour, duty, and interest whatsoever’ (Chandler)” [= ‘Roh jahat yang datang kepadanya dari atau oleh ijin dari Tuhan adalah roh jahat dari kemurungan jiwa / kesedihan, kecemburuan, kecurigaan, kebencian, iri hati, keinginan jahat, dan kekejaman, yang memerintah / menguasainya dalam seluruh bagian akhir hidupnya; kepada siapa ia menyerahkan dirinya sendiri, dan mengorbankan setiap pertimbangan / upah dari kehormatan, kewajiban, dan kesenangan apapun’ (Chandler)] - hal 310.

 

Barnes’ Notes (hal 41) mengatakan bahwa setan di sini disebut sebagai roh jahat yang datang dari Allah / Yahweh, karena ia adalah:

“God’s messenger and minister, sent by Him to execute His righteous purpose upon Saul” (= Utusan dan pelayan Allah, dikirim olehNya untuk melaksanakan tujuan / rencanaNya yang benar terhadap Saul) - hal 41.

 

Ini menunjukkan ‘ketundukan’ atau lebih tepat lagi ‘keterpaksaan untuk tunduk’ dari roh jahat kepada Tuhan.

 

Calvin memberi beberapa contoh dimana Setan terpaksa tunduk kepada Tuhan dan menjadi alatNya, seperti:

 

a)     Dalam kasus Ayub, dimana hadir di depan Allah untuk menerima perintahNya (Ayub 1:6  2:1), dan setan hanya bisa menyerang Ayub setelah mendapat ijin dan batasan dari Tuhan (Ayub 1:12  2:6).

 

b)     Dalam kasus raja Ahab (1Raja 22:19-23).

 

c)      Dalam kasus Saul ini (1Sam 16:14  18:10).

 

d)     Dalam Maz 78:49 dimana dikatakan bahwa Tuhan menghukum Mesir menggunakan ‘evil angels’.

 

Maz 78:49 (KJV/Lit): ‘by sending evil angels among them’ (= dengan mengirimkan malaikat jahat ke antara mereka).

 

Catatan: Tetapi yang ini saya ragukan, apakah ini menunjuk kepada setan. Mungkin Maz 78:49 ini lebih baik diterjemahkan seperti dalam Kitab Suci Indonesia: ‘suatu pasukan malaikat yang membawa malapetaka’. NIV: ‘a band of destroying angels’ (= suatu pasukan malaikat penghancur). Bdk. Kel 11:4 - ‘Aku akan berjalan’. Kel 12:23 - ‘pemusnah’. bdk 1Kor 10:10 - ‘malaikat maut’ (NASB/Lit: ‘the destroyer’). Ibr 11:28 - ‘pembinasa’ (NIV: ‘the destroyer’).

 

Setelah memberi contoh-contoh itu Calvin lalu berkata:

“According to these particular examples Paul generally testifies that the blinding of unbelievers is God’s work (2Thess. 2:11), although he had before called it the activity of Satan (2Thess. 2:9; cf. 2Cor. 4:4; Eph. 2:2). Therefore Satan is clearly under God’s power, and is so ruled by his bidding as to compelled to render his service. Indeed, when we say that Satan resists God, and that Satan’s works disagree with God’s works, we at the same time assert that this resistance and this opposition are dependent upon God’s sufferance. I am not now speaking of Satan’s will, nor even of his effort, but only of his effect. For inasmuch as the devil is by nature wicked, he is not at all inclined to obedience to the divine will, but utterly intent upon contumacy and rebellion. From himself and his own wickedness, therefore arises his passionate and deliberate opposition to God. By this wickedness he is urged on to attempt courses of action which he believes to be most hostile to God. But because with the bridle of his power God holds him bound and restrained, he carries out only those things which have been divinely permitted to him; and so he obeys his Creator, whether he will or not, because he is compelled to yield him service wherever God impels him [= Menurut contoh-contoh yang khusus / luar biasa ini Paulus secara umum bersaksi bahwa pembutaan orang yang tidak percaya adalah pekerjaan Allah (2Tes 2:11), sekalipun sebelumnya ia telah menyebutnya sebagai aktivitas setan (2Tes 2:9; bdk. 2Kor 4:4; Ef 2:2). Karena itu setan secara jelas ada di bawah kuasa Allah, dan diperintah / dikuasai sedemikian rupa oleh perintahNya sehingga terpaksa memberikan pelayanannya. Memang, pada waktu kami berkata bahwa Setan menentang Allah, dan bahwa pekerjaan Setan tidak cocok dengan pekerjaan Allah, pada waktu yang sama kami menegaskan bahwa tentangan atau perlawanan ini tergantung pada ijin Allah. Saat ini saya tidak berbicara tentang kehendak Setan, bahkan tidak tentang usaha Setan, tetapi hanya apa yang diakibatkannya. Karena Setan itu secara alamiah adalah jahat, maka ia sama sekali tidak cenderung pada ketaatan pada kehendak ilahi, tetapi sepenuhnya bermaksud untuk tidak taat dan memberontak. Karena itu, dari dirinya dan kejahatannya sendiri, muncul perlawanannya yang penuh dengan kemarahan dan kesengajaan terhadap Allah. Oleh kejahatannya ini ia didorong untuk mencoba untuk melakukan tindakan-tindakan yang ia percaya sebagai yang paling bermusuhan terhadap Allah. Tetapi karena dengan kekang kuasaNya Allah mengikat dan mengendalikannya, ia hanya melaksanakan hal-hal yang telah diijinkan Allah baginya; dan demikianlah ia mentaati Penciptanya, baik ia menghendakinya atau tidak, karena ia terpaksa memberikan pelayanan kepadaNya kemanapun Allah memaksa / mendorong / mendesaknya] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, chapter XIV, no 17.

 

Calvin: “As for the discord and strife that we say exists between Satan and God, we ought to accept as a fixed certainty the fact that he can do nothing unless God wills and assents to it. For we read in the history of Job that he presented himself before God to receive his commands (Job 1:6; 2:1), and did not dare undertake any evil act without first having obtained permission (chs. 1:12; 2:6)” [= Mengenai pertentangan dan perselisihan yang kami katakan terdapat antara Setan dan Allah, kami harus menerima sebagai kepastian yang tetap, fakta, bahwa ia tidak bisa berbuat apa-apa kecuali Allah menghendakinya dan menyetujuinya. Karena kami / kita membaca dalam sejarah Ayub bahwa ia menghadirkan dirinya sendiri di hadapan Allah untuk menerima perintah-perintahNya (Ayub 1:6; 2:1), dan tidak berani melakukan tindakan jahat apapun tanpa mendapatkan ijin lebih dulu (pasal 1:12; 2:6)] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, chapter XIV, no 17.

 

Calvin: “From the first chapter of Job we know that Satan, no less than the angels who willingly obey, presents himself before God (Job 1:6; 2:1) to receive his commands. He does so, indeed, in a different way and with a different end; but he still cannot undertake anything unless God so wills” [= Dari pasal pertama dari kitab Ayub kita tahu bahwa Setan, sama seperti para malaikat yang mentaati dengan sukarela, menghadirkan dirinya sendiri di hadapan Allah (Ayub 1:6; 2:1) untuk menerima perintah-perintahNya. Memang ia melakukan demikian dengan cara yang berbeda dan dengan tujuan yang berbeda; tetapi ia tetap tidak bisa melakukan sesuatu apapun kecuali Allah menghendaki demikian] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, chapter XVIII, no 1.

 

Sekarang perhatikan pembahasan Calvin tentang kasus Saul dengan roh jahat yang dari Tuhan ini.

 

Calvin: “the spirit of the Lord that troubled Saul is called ‘evil’ because the sins of the impious king were punished by it as by a lash (1Sam. 16:14; 18:10)” [= roh dari Tuhan yang mengganggu Saul disebut ‘jahat’ karena dosa-dosa dari raja yang jahat ini dihukum olehnya seperti dengan cambuk (1Sam 16:14; 18:10)] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, chapter XIV, no 17.

 

Di sini Calvin belum / tidak menunjukkan bahwa roh jahat itu adalah setan. Tetapi lihat 2 kutipan di bawah ini yang jelas menunjukkan bahwa Calvin menganggap itu sebagai setan, yang menjadi ‘pelayan’ Allah untuk menghukum Saul.

 

Calvin: “I confess, indeed, that it is often by means of Satan’s intervention that God acts in the wicked, but in such a way that Satan performs his part by God’s impulsion and advances as far as he is allowed. An evil spirit troubles Saul; but it is said to have come from God (1Sam. 16:14), that we may know that Saul’s madness proceeds from God’s just vengeance. ... he is the chief author of his own just vengeance, while Satan is but the minister of it [= Saya memang mengakui bahwa Allah sering bertindak dalam diri orang jahat oleh intervensi / campur tangan dari Setan, tetapi dengan cara sedemikian rupa sehingga Setan melakukan bagiannya oleh dorongan Allah dan maju sejauh ia diijinkan. Se‘orang’ roh jahat menggangu Saul; tetapi roh itu dikatakan telah datang dari Allah (1Sam 16:14), supaya kita tahu bahwa kegilaan Saul muncul dari pembalasan yang benar / adil dari Allah. ... karena Ia adalah pencipta utama dari pembalasanNya sendiri yang benar / adil, sementara Setan hanya merupakan pelayan dari hal itu] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, chapter XVIII, no 2.

 

Calvin: “One passage will however be enough to show that Satan intervenes to stir up the reprobate whenever the Lord by his providence destines them to one end or another. For in Samuel it is often said that ‘an evil spirit of the Lord’ and ‘an evil spirit from the Lord’ has either ‘seized’ or ‘departed from’ Saul (1Sam. 16:14; 18:10; 19:9). It is unlawful to refer this to the Holy Spirit. Therefore, the impure spirit is called ‘spirit of God’ because it responds to his will and power, and acts rather as God’s instrument than by itself as the author [= Tetapi satu text sudah cukup untuk menunjukkan bahwa Setan ikut campur untuk menghasut orang yang ditetapkan untuk binasa kapanpun Tuhan oleh providensiaNya menentukan mereka kepada satu tujuan atau tujuan lainnya. Karena dalam Samuel sering dikatakan bahwa ‘roh jahat Tuhan’ dan ‘roh jahat dari Tuhan’ atau ‘menangkap / mencekam’ atau ‘meninggalkan’ Saul (1Sam 16:14; 18:10; 19:9). Kita tidak boleh mengarahkan / menghubungkan ini dengan Roh Kudus. Karena itu, roh yang kotor / najis / tidak murni ini disebut ‘roh Allah’ karena ia menanggapi kehendak dan kuasaNya, dan bertindak lebih sebagai alat Allah dari pada oleh dirinya sendiri sebagai penggerak] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, chapter IV, No 5.

 

Catatan: 1Sam 18:10 (Lit): ‘an evil spirit of God’ (= roh jahat Allah).

 

Calvin juga mengatakan bahwa hal seperti ini tidak bisa diijinkan oleh Allah untuk terjadi pada diri orang percaya, tetapi hanya pada diri orang yang jahat dan yang tidak percaya.

 

Calvin: “Now, because God bends the unclean spirits hither and thither at will, he so governs their activity that they exercise believers in combat, ambush them, invade their peace, beset them in combat, and also often weary them, rout them, terrify them, and sometimes wound them; yet they never vanquish or crush them. But the wicked they subdue and drag away; they exercise power over their minds and bodies, and misuse them as if they were slaves for every shameful act. ... But because that promise to crush Satan’s head (Gen. 3:15) pertains to Christ and all his members in common, I deny that believers can ever be conquered or overwhelmed by him. ... God does not allow Satan to rule over the soul of believers, but gives over only the impious and unbelievers, whom he deigns not to regard as members of his own flock, to be governed by him” [= Jadi, karena Allah membengkokkan roh-roh najis / kotor itu sekehendakNya, Ia begitu memerintah / menguasai aktivitas mereka sehingga mereka melatih orang-orang percaya dalam pertempuran, menyerang mereka dengan tiba-tiba, menyerbu damai mereka, menyerang / mengepung mereka dalam pertempuran, dan juga sering membuat mereka menjadi lelah / bosan, mendesak mundur mereka, membuat mereka takut, dan kadang-kadang melukai mereka; tetapi mereka tidak pernah mengalahkan / menaklukkan atau menghancurkan mereka. Tetapi orang jahat ditundukkan dan diseret oleh mereka, mereka menguasai pikiran dan tubuh mereka, dan menyalahgunakan mereka seakan-akan mereka adalah budak untuk setiap perbuatan yang memalukan. ... Tetapi karena janji untuk menghancurkan kepala Setan (Kej 3:15) berhubungan dengan Kristus dan seluruh anggota-anggotaNya, saya menyangkal bahwa orang-orang percaya bisa dikalahkan atau dihancurkan olehNya. ... Allah tidak mengijinkan Setan memerintah jiwa orang-orang percaya, tetapi hanya menyerahkan orang jahat dan tidak percaya, yang tidak Ia anggap sebagai anggota-anggota dari kawanan dombaNya, untuk diperintah olehnya] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, chapter XIV, no 18.

 

Penutup / Kesimpulan.

 

Setan sama sekali tidak setara dengan Allah, baik dalam hal kekekalan maupun dalam hal kekuatan, tetapi jauh di bawah Allah. Ia dipakai sebagai alat oleh Allah untuk menghukum / menghancurkan orang berdosa, tetapi pada waktu menyerang orang yang percaya ia dibatasi sedemikian rupa sehingga tidak mungkin menghancurkan ataupun merugikan orang percaya. Karena itu sekalipun kita tetap harus waspada terhadapnya, kita tidak boleh takut kepadanya!

 -AMIN-


Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali