By Pdt. Budi Asali MDIV.

 

I Samuel 9:1-25

 

I) Saul (ay 1-2).

 

1)   Ay 1-2 berkata bahwa ayah Saul bernama Kisy, bin Abiel, bin Zeror, bin Bekhorat, bin Afiah.

Kata ‘bin’ dalam bahasa Ibraninya adalah BEN, yang berarti ‘anak laki-laki’.

Jadi ay 1-2 mengatakan bahwa silsilah Saul adalah sebagai berikut: Saul - Kisy - Abiel - Zeror - Bekhorat - Afiah.

Tetapi kalau kita melihat dalam 1Taw 8:33 dan 1Taw 9:39 dikatakan bahwa ‘Ner memperanakkan Kisy; Kisy memperanakkan Saul’.

Ada 2 kemungkinan untuk mengharmoniskan:

a)   Perlu diingat bahwa pada jaman itu seseorang sering mempunyai lebih dari satu nama. Karena itu bisa saja Ner dan Abiel adalah orang yang sama.

b)   Kata-kata ‘Ner memperanakkan Kusy’ bisa diartikan ‘Ner menurunkan Kusy’. Jadi bisa saja Ner bukan ayah dari Kusy, tetapi nenek moyangnya. Bahwa hal seperti ini sering terjadi terlihat dari:

·        Kej 46:16-18 dimana ada 3 generasi yang dalam Kitab Suci Indonesia disebut sebagai ‘keturunan Zilpa’. Tetapi terjemahan yang hurufiah seharusnya adalah ‘sons of Zilpa’ (= anak-anak Zilpa). Jelas bahwa di sini ‘anak’ diartikan sebagai ‘keturunan’.

·        2Taw 28:1 dimana Daud disebut sebagai ‘bapa leluhur’ Ahas.

NIV memberikan terjemahan hurufiah ‘David, his father’ (= Daud bapanya). Di sini, ‘bapa’ diartikan sebagai ‘nenek moyang’.

 

2)   Saul mempunyai bentuk fisik yang baik (ay 2).

Tetapi jelas bukan karena hal ini Tuhan memilih dia untuk menjadi raja (bdk. 1Sam 16:6-7).

 

II) Bagaimana Saul bertemu dengan Samuel (ay 3-16).

 

A)  Peninjauan dari sudut manusia (ay 3-14).

 

1)   Kisy, ayah Saul kehilangan keledai-keledai betinanya dan ia menyuruh Saul untuk mencari keledai-keledai itu (ay 3). Lalu Saul dan bujangnya pergi mencari keledai-keledai itu. Mereka berjalan melalui pegunungan Efraim, tanah Salisa, tanah Sahalim, dan akhirnya sampai ke tanah Zuf (ay 4-5a).

 

2)   Di tanah Zuf, Saul mengajak bujangnya untuk pulang, karena ia tidak ingin ayahnya menguatirkan dirinya (ay 5). Ini adalah sesuatu yang baik dalam diri Saul, yang harus diteladani khususnya oleh kita yang masih muda. Kalau sedang keluyuran jangan sampai lupa waktu sehingga membuat orang tua kuatir!

 

3)   Tetapi bujangnya mengusulkan untuk pergi kepada seorang abdi Allah di kota di dekat tempat itu dengan harapan bahwa abdi Allah itu bisa memberitahukan kepada mereka tentang keledai-keledai yang hilang itu (ay 6).

Sebetulnya ini adalah usul yang bodoh, karena kalau semua orang menanyakan tentang barangnya atau binatangnya yang hilang kepada hamba Tuhan, bisakah saudara bayangkan repotnya hamba Tuhan itu menangani hal-hal yang tidak penting seperti itu?

 

4)   Saul menanyakan pemberian apa yang akan mereka berikan kepada abdi Allah itu (ay 7), dan bujangnya menjawab bahwa ia mempunyai 1/4 syikal perak yang bisa diberikan kepada abdi Allah itu (ay 8). Karena itu Saul akhirnya setuju untuk pergi kepada abdi Allah itu (ay 10).

Catatan: Pada saat itu memang ada suatu kebiasaan untuk selalu membawa suatu pemberian kalau mau menghadap kepada seorang nabi / hamba Tuhan / orang terhormat (bdk. 1Sam 16:20). Tetapi tentu saja ini tidak harus berlaku bagi kita pada jaman ini.

 

5)   Di tengah jalan mereka bertemu dengan gadis-gadis yang keluar hendak menimba air, dan mereka menanyakan tentang nabi / pelihat itu (pada saat itu nabi disebut dengan istilah ‘pelihat’ - ay 9). Lalu gadis-gadis itu memberi petunjuk kepada mereka, sehingga akhirnya Saul dan bujangnya menemukan Samuel (ay 14).

Penerapan: Apakah saudara mau menunjukkan jalan kalau ada orang yang bertanya kepada saudara? Kalau saudara mau menunjukkan jalan di dunia ini kepada yang membutuhkan, bagaimana kalau ada orang yang membutuhkan petunjuk tentang jalan ke surga? Maukah saudara menunjukkan jalan kepada mereka? Bdk. Ro 10:13-15.

 

B)  Peninjauan dari sudut Allah (ay 15-16).

 

1)   Pertemuan Saul dan Samuel sudah ditetapkan oleh Allah (ay 15-16a).

 

a)   Dari sudut manusia, kelihatannya kebetulan saja Saul bisa bertemu dengan Samuel, tetapi dari sudut Allah, semua itu sudah ditetapkan oleh Allah (ay 15-16). Mungkin saudara berkata bahwa ay 15-16 tidak menunjukkan adanya penetapan lebih dulu (foreordination), tetapi pengetahuan lebih dulu (foreknowledge). Tetapi perlu diingat bahwa apa yang Allah tahu lebih dulu itu tidak mungkin salah, sehingga pasti terjadi. Dengan demikian semua itu sudah tertentu, dan kalau sudah tertentu pasti ada yang menentukan, dan tidak bisa tidak pasti Allahlah yang menentukan.

 

Loraine Boettner: “Foreknowledge implies certainty and certainty implies foreordination” (= Pengetahuan lebih dulu secara tidak langsung menunjuk pada kepastian, dan kepastian secara tidak langsung menunjuk pada penetapan lebih dulu) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 44.

 

Penjelasan: Bayangkan saat dimana alam semesta, malaikat, manusia, dsb belum diciptakan. Yang ada hanyalah Allah sendiri. Pada saat itu, karena Allah itu maha tahu, maka Ia sudah tahu segala sesuatu (dalam arti kata yang mutlak) yang akan terjadi, termasuk dosa. Semua yang Ia tahu akan terjadi itu pasti terjadi persis seperti yang Ia ketahui. Dengan kata lain, semua itu sudah tertentu pada saat itu. Kalau sudah tertentu, pasti ada yang menentukan. Karena pada saat itu hanya ada Allah sendiri, maka jelas bahwa Ialah yang menen­tukan semua itu.

 

Pulpit Commentary: “But the speciality of this instance is the information that the meeting of Saul and Samuel was pre-ordained of God. Hence the incident is an illustration of the double side of what to men may appear to be only ordinary human occurences. An uninformed person would have said that it was accidental that the asses went astray, and that maidens directed Saul to their city, where Samuel happened to be. To Saul it so appeared; but, guided by the inspired narrative, we know that the ‘accidents’ was ‘fore-ordained’ without destroying its really accidental character” (= Tetapi kekhususan dari kejadian ini adalah informasi bahwa pertemuan Saul dengan Samuel sudah ditetapkan lebih dulu oleh Allah. Karena itu peristiwa ini merupakan suatu illustrasi tentang sisi ganda dari apa yang bagi manusia terlihat sebagai kejadian manusiawi biasa. Seorang yang bodoh / tidak mempunyai pengetahuan dalam hal ini akan mengatakan bahwa adalah suatu kebetulan kalau keledai-keledai itu tersesat, dan bahwa gadis-gadis mengarahkan Saul ke kota mereka, dimana Samuel saat itu berada. Bagi Saul kelihatannya juga kebetulan; tetapi, dibimbing oleh cerita yang diilhamkan ini, kita tahu bahwa ‘peristiwa kebetulan’ itu sudah ditetapkan lebih dulu tanpa menghancurkan sifat kebetulannya).

 

Pulpit Commentary: “In the instance before us this is obvious, for it was ordained that Samuel should meet with Saul on that very day, though they were so far apart (vers. 15,16). Whether it was ‘chance’ that took Saul to that city or some influence exerted on him is easily answered by the fact that it was God’s purpose for Samuel to see and anoint him. God’s fore-ordination does not wait on ‘chance’. The same reasoning would show that even the course taken by the asses, though free, was not without God’s action” [= Dalam kejadian di depan kita hal ini nyata, karena sudah ditetapkan lebih dulu bahwa Samuel harus bertemu dengan Saul pada hari itu juga, sekalipun mereka terpisah begitu jauh (ay 15-16). Apakah yang membawa Saul ke kota itu adalah suatu ‘kebetulan’ atau suatu pengaruh yang digunakan padanya dijawab dengan mudah oleh fakta bahwa adalah merupakan rencana Allah bagi Samuel untuk melihat / menemui dan mengurapi dia. Penetapan lebih dulu dari Allah tidak menunggu ‘kebetulan’. Pemikiran / pertimbangan yang sama akan menunjukkan bahwa bahkan jalan yang diambil oleh keledai-keledai itu, sekalipun bebas, tidaklah lepas dari tindakan Allah].

 

b)   Sekalipun Tuhan menetapkan pertemuan Saul dengan Samuel itu, dan Tuhan mengatur sehingga semuanya itu terjadi, tetapi semua berjalan tanpa pemaksaan.

·        keledai-keledai itu tersesat karena kemauan mereka sendiri.

·        Atas keinginannya sendiri, ayah Saul memilih Saul, bukan anak-anaknya yang lain, untuk mencari keledai-keledai itu.

·        Saul sendiri mau menuruti keinginan ayahnya itu.

·        Atas kemauannya sendiri bujang Saul mengusulkan untuk me-nemui abdi Allah, dan atas kemauannya sendiri Saul menuruti usul tersebut.

·        Gadis-gadis menunjukkan jalan kepada Samuel, juga atas kemauan sendiri.

Jadi terlihat dengan jelas bahwa sekalipun ada penetapan Tuhan dan pengaturan Tuhan (Providence of God) sehingga semua penetapan itu terjadi, kehendak bebas tidaklah dihancurkan. Bagaimana penetapan / pengaturan Tuhan dan kehendak bebas manusia ini bisa ada bersama-sama memang merupakan suatu mystery yang tidak bisa dimengerti di dunia ini, tetapi kedua hal ini benar karena diajarkan oleh Kitab Suci.

 

Pulpit Commentary: “We know that our actions are free, and yet that we are influenced by others. The point of junction between the external influence and the free act of our will has never been detected; ... The Scripture doctrine is that God does act on man without destroying his freedom” (= Kita tahu bahwa tindakan-tindakan kita bebas, tetapi juga bahwa kita dipengaruhi oleh yang lain. Titik pertemuan antara pengaruh luar dan tindakan bebas dari kehendak kita tidak pernah ditemukan; ... Doktrin Kitab Suci adalah bahwa Allah memang bertindak pada manusia tanpa menghancurkan kebebasannya).

 

c)   Ada satu hal lagi yang ditambahkan oleh Pulpit Commentary dalam hal ini: “The recognition of God’s action comes out in the result. The Divine action is silent, unobserved, often unknown while in process. Samuel saw it as a reality when Saul stood before him” [= Pengenalan terhadap tindakan Allah muncul dalam hasil (akhir)nya. Tindakan ilahi itu tak bersuara, tak terlihat, sering tak diketahui pada saat dalam proses. Samuel melihat itu sebagai kenyataan pada saat Saul berdiri di depannya].

Illustrasi: Tawaran keselamatan itu bagaikan pintu yang diatasnya bertuliskan ‘Percayalah Yesus dan engkau akan selamat’ (bdk. Yoh 3:16  Kis 16:31). Setelah kita masuk, kita melihat pada bagian baliknya ada tulisan ‘Engkau telah dipilih sebelum dunia dijadikan’ (Ef 1:4-5,11).

 

2)   Ay 16b: ‘dan ia akan menyelamatkan umatKu dari tangan orang Filistin’.

Ada 2 hal yang perlu dibahas dari bagian ini:

 

a)   Ini merupakan tujuan dari rencana / penetapan Allah tentang pertemuan Saul dengan Samuel. Jadi terlihat bahwa tujuan dari rencana / penetapan Allah adalah untuk kebaikan umatNya.

 

b)   Kata-kata ‘ia akan menyelamatkan umatKu dari tangan orang Filistin’ dalam ay 16b ini menunjukkan bahwa Israel belum bebas dari tangan orang Filistin. Hal ini kelihatannya bertentangan dengan 1Sam 7:13-14 yang berbunyi: “Demikianlah orang Filistin itu ditundukkan dan tidak lagi memasuki daerah Israel. Tangan TUHAN melawan orang Filistin seumur hidup Samuel, dan kota-kota yang diambil orang Filistin dari pada Israel, kembali pula kepada Israel, mulai dari Ekron sampai Gat; dan orang Israel merebut daerah sekitarnya dari tangan orang Filistin”.

Kalau memang 1Sam 7:13-14 itu benar, lalu mengapa dalam 1Sam 9:16b ini Tuhan merasa perlu mengangkat seorang raja dengan tujuan menyelamatkan Israel dari tangan orang Filistin? Ada 2 kemungkinan jawaban:

 

·        1Sam 7:13-14 hanya menunjukkan bahwa tidak ada lagi penindasan permanen dari orang Filistin, tetapi tidak berarti orang Filistin berhenti dalam usahanya untuk menguasai Israel lagi.

Kalau dalam 1Sam 7:13b dikatakan bahwa ‘Tangan TUHAN melawan orang Filistin seumur hidup Samuel’, maka secara implicit itu menunjukkan bahwa orang Filistin terus berusaha menyerang, tetapi mereka tidak berhasil menundukkan Israel.

 

·        Pulpit Commentary: “It is so constantly the habit of the historical books of the Bible to include the distant and ultimate results of an act in their account of it, that we must not conclude that what is said in ch. vii. 13-15 was the immediate consequence of Samuel’s victory” (= Merupakan kebiasaan dari kitab-kitab sejarah dari Alkitab untuk memasukkan hasil yang jauh dan hasil akhir dari suatu tindakan dalam penceritaannya, sehingga kita tidak harus menyimpulkan bahwa apa yang dikatakan dalam pasal 7:13-15 adalah akibat langsung dari kemenangan Samuel).

 

III) Saul dengan Samuel (ay 17-25).

 

1)   Ketika Samuel melihat Saul, Tuhan berkata kepada Samuel bahwa inilah orang yang harus diurapi menjadi raja Israel (ay 17).

 

2)   Waktu Saul bertemu Samuel, ia masih tidak tahu bahwa orang itulah pelihat yang ia cari, sehingga ia menanyakan hal itu kepada Samuel (ay 18).

 

3)   Jawaban Samuel (ay 18-20).

 

a)   Samuel menyatakan dirinya sebagai pelihat / nabi yang dicari oleh Saul dan Samuel menyuruh Saul naik lebih dulu ke bukit untuk makan dengan dia (ay 19).

Catatan: Pada saat ini pengorbanan di bukit masih merupakan sesuatu yang benar. Tetapi lambat laun hal itu dikecam, karena:

·        Makin memusatnya ibadah di Kemah Suci / Bait Allah.

·        pengorbanan di bukit sering dimasuki praktek kafir, seperti pesta pora gila-gilaan, penyembahan terhadap alam, dsb.

 

b)   Samuel memberi pernyataan tentang keledai Saul (ay 20a) dengan tujuan supaya Saul percaya bahwa ia memang nabi Tuhan. Tentu saja Samuel bisa tahu hal ini karena Tuhan telah memberitahu dia.

Penerapan:

·        nabi / hamba Tuhan yang asli tidak harus bisa melakukan hal ini!

·        Kalau seseorang bisa melakukan hal seperti itu, belum tentu ia nabi asli. Nabi palsupun bisa melakukan hal seperti ini dengan kuasa setan, dan karena itu jangan terlalu cepat percaya bahwa seseorang itu pasti hamba Tuhan hanya karena ia bisa melakukan hal-hal yang ajaib / bersifat supranatural!

 

c)   Kata-kata Samuel dalam ay 20b menunjukkan secara samar-samar bahwa Saul akan menjadi raja.

 

4)   Jawaban Saul (ay 21).

 

a)         Benyamin disebut sebagai ‘suku yang terkecil’.

Dalam Bil 1:20-34 ada daftar jumlah orang laki-laki yang berusia 20 tahun ke atas dari semua suku Israel.

Ruben                                46.500 orang (ay 21).

Simeon                   59.300 orang (ay 23).

Gad                                    45.600 orang (ay 25).

Yehuda                  74.600 orang (ay 27).

Isakhar                   54.400 orang (ay 29).

Zebulon                  57.400 orang (ay 31).

Efraim                                40.500 orang (ay 33).

Manasye                32.200 orang (ay 35).

Benyamin               35.400 orang (ay 37).

Dan                                    62.700 orang (ay 39).

Asyer                                 41.500 orang (ay 41).

Naftali                                53.400 orang (ay 43).

Dilihat dari daftar ini suku Benyamin sudah nyaris yang terkecil. Hanya suku Manasye yang lebih kecil dari Benyamin. Tetapi setelah dalam Hak 19-21, yang terjadi tidak terlalu lama sebelum peristiwa Saul dijadikan raja dalam 1Sam 9-10 ini, terjadi perang antara suku Benyamin melawan semua suku Israel yang lain, yang hampir-hampir memunahkan suku Benyamin, maka jelas bahwa pada saat ini suku Benyamin memang adalah suku terkecil.

 

b)   Fakta bahwa Benyamin adalah suku terkecil dan kaum Saul adalah yang paling hina menjadikan Saul rendah diri, dan merasa tidak layak menjadi raja (ay 21).

Ada 2 extrim:

·        extrim pertama adalah orang yang tetap terjun dalam pelayanan tertentu sekalipun tidak mampu / tidak memiliki karunia / tidak dipanggil Tuhan. Ini pasti akan mengacaukan pelayanan itu!

·        extrim kedua adalah orang yang dipanggil Tuhan dalam suatu pelayanan, tetapi merasa rendah diri / tidak mampu.

Khususnya pada saat seseorang dipanggil Tuhan untuk menjadi hamba Tuhan, maka reaksi rendah diri seperti ini sering sekali muncul.

Contoh:

*        Musa dalam Kel 3:11  Kel 4:10.

*        Yeremia dalam Yer 1:6.

Kalau saudara juga sering menanggapi panggilan Tuhan dengan cara seperti itu, bacalah jawaban Tuhan kepada Musa dan Yeremia, dan baca juga 1Kor 1:25-29 dan 2Kor 3:5.

 

5)   Samuel mengajak Saul makan dan bercakap-cakap (ay 22-25).

 

a)         Samuel tidak menjawab keberatan Saul dalam ay 21 tadi.

 

b)   Pada waktu makan, bagian yang memang disimpan untuk Saul diberikan kepada Saul (ay 23-24). Ini menunjukkan kepada Saul bahwa kedatangan Saul sudah diketahui sebelumnya sehingga makanannyapun sudah disiapkan lebih dulu. Semua ini mungkin sekali dimaksudkan untuk meneguhkan iman Saul dalam mentaati panggilan Tuhan untuk menjadi raja Israel.

 

Penutup.

 

Tuhan mempunyai rencana bagi Saul dan Tuhan tentu juga punya rencana untuk saudara (bdk. Ef 2:10). Janganlah puas menjadi orang kristen yang tidak bisa berguna apa-apa bagi Tuhan. Tetapi juga jangan terjun secara ngawur dalam pelayanan yang bukan merupakan panggilan Tuhan bagi saudara. Berusahalah mengetahui apa panggilan / rencana Allah bagi saudara, dan lalu terjunlah dalam pelayanan itu dengan sungguh-sungguh.

 

 

 

-AMIN-


Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali