Kebaktian

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Rungkut Megah Raya, blok D no 16)

Minggu, tgl 2 Januari 2011, pk 17.00

Pdt. Budi Asali, M. Div.

(HP: 7064-1331 / 6050-1331)

[email protected]

http://golgothaministry.org

HUKUM 4 (7)

 

Ingatlah dan Kuduskanlah hari sabat

 

(Kel 20:8-11)

 

Kel 20:8-11 - “(8) Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: (9) enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, (10) tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. (11) Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya”.

 

3.   Dalam berbakti kepada Tuhan kita harus memilih gereja yang benar, karena kalau tidak, itu bukan berbakti kepada Tuhan.

Jadi, kita harus memilih gereja yang benar, yaitu gereja yang betul-betul percaya, tunduk dan mengajarkan Firman Tuhan, sebagai tempat kita berbakti.

 

Bdk. 1Kor 1:2 - kepada jemaat (gereja) Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus, dengan semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita.

Adalah sesuatu yang aneh bahwa Paulus tetap menyebut gereja Korintus yang bejat ini dengan sebutan ‘gereja’.

Paulus yakin akan hal itu karena apa yang dialaminya dalam Kis 18:9-10 - “(9) Pada suatu malam berfirmanlah Tuhan kepada Paulus di dalam suatu penglihatan: ‘Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam! (10) Sebab Aku menyertai engkau dan tidak ada seorangpun yang akan menjamah dan menganiaya engkau, sebab banyak umatKu di kota ini.’”.

Karena itulah ia yakin bahwa di tengah-tengah banyak orang kristen yang brengsek di gereja ini pasti ada sedikit yang tetap setia, dan dengan demikian gereja yang penuh dengan cacat cela ini tetap adalah gereja Tuhan.

 

Jadi, dalam persoalan menilai suatu gereja itu benar atau sesat, kita harus menghindari 2 pandangan / sikap extrim yang salah:

 

a. Pandangan bahwa suatu gereja baru bisa disebut gereja kalau gereja itu sempurna dan tidak ada cacat celanya. Tidak ada gereja seperti itu di dunia.

Calvin (tentang 1Kor 1:2): “it is a dangerous temptation to think that there is no Church at all where perfect purity is not to be seen. For the man that is prepossessed with this notion, must necessarily in the end withdraw from all others, and look upon himself as the only saint in the world, or set up a peculiar sect in company with a few hypocrites” (= merupakan suatu pencobaan yang berbahaya untuk berpikir bahwa di sana tidak ada Gereja sama sekali dimana kemurnian yang sempurna tidak terlihat. Karena orang yang dikuasai oleh pikiran ini, pada akhirnya pasti menarik dari semua yang lain, dan memandang dirinya sendiri sebagai satu-satunya orang suci di dunia, atau mendirikan suatu sekte khusus bersama dengan beberapa / sedikit orang-orang yang munafik) - hal 51.

Ini perlu diingat dan dicamkan, khususnya oleh orang-orang kristen tertentu, yang selalu berpindah gereja pada saat melihat adanya ketidak-beresan tertentu (biarpun kecil) dalam gerejanya / pendetanya / jemaatnya.

 

b. Pandangan bahwa semua gereja adalah gereja.

Ini salah karena jelas ada gereja-gereja sesat yang bukanlah gereja dalam pandangan Tuhan.

Bahwa tidak semua ‘gereja’ adalah ‘gereja’ di hadapan Tuhan, terlihat dari:

 

·         istilah ‘jemaah Iblis’ dalam Wah 2:9 dan Wah 3:9.

Wah 2:9 - “Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu - namun engkau kaya - dan fitnah mereka, yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian: sebaliknya mereka adalah jemaah Iblis.

Wah 3:9 - “Lihatlah, beberapa orang dari jemaah Iblis, yaitu mereka yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, melainkan berdusta, akan Kuserahkan kepadamu. Sesungguhnya Aku akan menyuruh mereka datang dan tersungkur di depan kakimu dan mengaku, bahwa Aku mengasihi engkau”.

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘the synagogue of Satan’ (= sinagog Setan).

Dalam Bil 16:3  Bil 20:4  Bil 31:16 Israel disebut sebagai ‘jemaah / umat TUHAN’. Kata ‘sinagog’ berasal dari kata Yunani SUNAGOGE, yang arti hurufiahnya adalah ‘suatu kumpulan’ atau ‘jemaah’. Jadi dengan kata-kata ini seakan-akan Yohanes berkata: Kamu menyebut dirimu sendiri ‘jemaah TUHAN’, padahal sebetulnya kamu adalah ‘jemaah Iblis’.

Leon Morris (Tyndale) (tentang Wah 2:9): “This unusual expression means that their assembly for worship does not gather God’s people but Satan’s” (= Istilah / ungkapan yang tidak lazim ini berarti bahwa perkumpulan / persekutuan kebaktian mereka tidak mengumpulkan umat Allah tetapi umat Setan) - hal 64.

 

Mereka ini sama seperti orang-orang Yahudi dalam Yoh 8:37-44, yang sekalipun mengaku sebagai keturunan Abraham dan anak-anak Allah, tetapi sebetulnya adalah anak-anak setan.

Yoh 8:37-44 - “(37) ‘Aku tahu, bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk membunuh Aku karena firmanKu tidak beroleh tempat di dalam kamu. (38) Apa yang Kulihat pada Bapa, itulah yang Kukatakan, dan demikian juga kamu perbuat tentang apa yang kamu dengar dari bapamu.’ (39) Jawab mereka kepadaNya: ‘Bapa kami ialah Abraham.’ Kata Yesus kepada mereka: ‘Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. (40) Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah; pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham. (41) Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri.’ Jawab mereka: ‘Kami tidak dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu, yaitu Allah.’ (42) Kata Yesus kepada mereka: ‘Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendakKu sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku. (43) Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasaKu? Sebab kamu tidak dapat menangkap firmanKu. (44) Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta”.

 

Thomas Becon: “For commonly, wheresoever God buildeth a church, the devil will build a chapel just by” (= Karena biasanya, dimanapun Allah membangun sebuah gereja, setan akan membangun tempat ibadah di dekatnya) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 118.

 

Daniel Defoe, ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 119-120:

“Wherever God erects a house of prayer, (= Dimanapun Allah mendirikan rumah doa,)

The Devil always builds a chapel there; (= Setan selalu membangun tempat ibadah di sana;)

And ‘twill be found, upon examination, (= Dan akan didapatkan, setelah diselidiki,)

The latter has the largest congregation” (= Yang terakhir mempunyai jemaat yang terbesar).

 

Catatan: ‘chapel’ adalah suatu tempat ibadah yang lebih rendah dan lebih kecil dari gereja. Biasanya ada di rumah sakit, sekolah, dan sebagainya.

 

·         istilah ‘rumahmu (bukan ‘rumahKu’ atau ‘rumah BapaKu’) yang digunakan oleh Yesus dalam Mat 23:38 untuk menunjuk kepada Bait Allah.

Mat 23:38 - “Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi”.

 

Calvin (tentang Mat 23:38): “they looked upon the temple as their invincible fortress, as if they dwelt in the bosom of God. But Christ maintains that it is in vain for them to boast of the presence of God, whom they had driven away by their crimes, and, by calling it ‘their house,’ ... he indirectly intimates to them that it is no longer the house of God (= mereka memandang Bait Allah sebagai benteng mereka yang tak terkalahkan, seakan-akan mereka tinggal di dada Allah. Tetapi Kristus mempertahankan pandangan bahwa adalah sia-sia bagi mereka untuk membanggakan kehadiran Allah, yang telah mereka usir oleh kejahatan-kejahatan mereka, dan dengan menyebutnya ‘rumah mereka’, ... secara tidak langsung Ia menunjukkan kepada mereka bahwa itu bukan lagi rumah Allah).

 

Perlu diingat bahwa kalau saudara berbakti di gereja yang sesat, maka:

 

¨       Itu jelas merupakan dosa, karena Firman Tuhan melarang saudara mendengarkan / mempedulikan nabi palsu / pengajar sesat.

Ul 13:1-5 - “(1) Apabila di tengah-tengahmu muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, dan ia memberitahukan kepadamu suatu tanda atau mujizat, (2) dan apabila tanda atau mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk: Mari kita mengikuti allah lain, yang tidak kaukenal, dan mari kita berbakti kepadanya, (3) maka janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu; sebab TUHAN, Allahmu, mencoba kamu untuk mengetahui, apakah kamu sungguh-sungguh mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu. (4) TUHAN, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus berpegang pada perintahNya, suaraNya harus kamu dengarkan, kepadaNya harus kamu berbakti dan berpaut. (5) Nabi atau pemimpi itu haruslah dihukum mati, karena ia telah mengajak murtad terhadap TUHAN, Allahmu, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir dan yang menebus engkau dari rumah perbudakan - dengan maksud untuk menyesatkan engkau dari jalan yang diperintahkan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk dijalani. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu”.

Ul 18:20-22 - “(20) Tetapi seorang nabi, yang terlalu berani untuk mengucapkan demi namaKu perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang berkata demi nama allah lain, nabi itu harus mati. (21) Jika sekiranya kamu berkata dalam hatimu: Bagaimanakah kami mengetahui perkataan yang tidak difirmankan TUHAN? - (22) apabila seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai, maka itulah perkataan yang tidak difirmankan TUHAN; dengan terlalu berani nabi itu telah mengatakannya, maka janganlah gentar kepadanya.’”.

Tit 3:10-11 - “(10) Seorang bidat yang sudah satu dua kali kaunasihati, hendaklah engkau jauhi. (11) Engkau tahu bahwa orang yang semacam itu benar-benar sesat dan dengan dosanya menghukum dirinya sendiri”.

Bdk. 2Tim 3:1-5 - “(1) Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. (2) Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, (3) tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, (4) suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. (5) Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!”.

Catatan: memang text terakhir ini tidak secara khusus berbicara tentang nabi palsu / penyesat, tetapi jelas bisa diterapkan kepada mereka!

 

¨       Tuhan tidak menganggap bahwa saudara sudah berbakti kepadaNya.

Bdk. Yeh 23:38-39 - “(38) Selain itu hal ini juga mereka lakukan terhadap Aku, mereka menajiskan tempat kudusKu pada hari itu dan melanggar kekudusan hari-hari SabatKu. (39) Dan sedang mereka menyembelih anak-anak mereka untuk berhala-berhalanya, mereka datang pada hari itu ke tempat kudusKu dan melanggar kekudusannya. Sungguh, inilah yang dilakukan mereka di dalam rumahKu”.

Perhatikan bahwa ay 39 mengatakan bahwa mereka datang ke ‘rumah Allah’, tetapi di sana apa yang dilakukan adalah menyembah berhala dan menyembelih anak-anak bagi berhala / dewa. Jelas ini merupakan ‘gereja’ sesat, dan karena itu, sekalipun orang-orang itu datang ke rumah Allah, Allah justru menganggap mereka menajiskan tempat kudus / rumah Allah dan melanggar kekudusan Sabat (ay 38).

Bdk. Yer 32:34 - “Mereka menempatkan dewa-dewa mereka yang menjijikkan di rumah yang di atasnya namaKu diserukan, untuk menajiskannya”.

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Yer 32:35): “I commanded not. This cuts off from the superstitious the plea of a good intention. All ‘will-worship’ exposes to God’s wrath (Col 2:18,23)” [= ‘Aku tidak pernah memerintahkannya’. Ini membuang dari takhyul-takhyul dalih / pembelaan tentang maksud / tujuan yang baik. Semua ibadah menurut kemauan sendiri membuka diri terhadap murka Allah (Kol 2:18,23)].

 

¨       Saudara mendukung dan memberi semangat kepada gereja sesat itu.

Kehadiran saudara membuat yang hadir bertambah banyak, dan itu memberi semangat yang cukup besar kepada mereka. Apalagi kalau pada acara persembahan saudara mau memberi persembahan kepada gereja sesat itu!

 

Jadi, kalau saudara sadar bahwa gereja saudara adalah gereja yang sesat, maka saudara harus meninggalkan gereja itu, dan pindah ke gereja yang benar. Kalau saudara segan untuk meninggalkan gereja saudara, padahal saudara tahu bahwa gereja saudara itu sesat, apapun alasannya, maka saudara perlu merenungkan pertanyaan ini secara serius: ‘Apakah aku mengikut Kristus, atau mengikut gerejaku?’.

Juga, renungkan text-text di bawah ini beserta komentar dari para penafsir tentangnya.

 

*        2Kor 6:14-17 - “(14) Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? (15) Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? (16) Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: ‘Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umatKu. (17) Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu”.

 

Matthew Henry (tentang 2Kor 6:11-18): “Much less should we join in religious communion with them; we must not join with them in their idolatrous services, nor concur with them in their false worship, nor any abominations; we must not confound together the table of the Lord and the table of devils, the house of God and the house of Rimmon” (= Lebih-lebih lagi kita tidak boleh ikut serta dalam persekutuan agamawi dengan mereka; kita tidak boleh ikut serta dengan mereka dalam kebaktian-kebaktian yang bersifat menyembah berhala dari mereka, ataupun bergabung dengan mereka dalam penyembahan / ibadah palsu mereka, ataupun kejijikan-kejijikan apapun; kita tidak boleh mencampur-adukkan meja Tuhan dan meja dari setan-setan, rumah Allah dan rumah dewa Rimmon).

 

*        Wah 18:1-5 - “(1) Kemudian dari pada itu aku melihat seorang malaikat lain turun dari sorga. Ia mempunyai kekuasaan besar dan bumi menjadi terang oleh kemuliaannya. (2) Dan ia berseru dengan suara yang kuat, katanya: ‘Sudah rubuh, sudah rubuh Babel, kota besar itu, dan ia telah menjadi tempat kediaman roh-roh jahat dan tempat bersembunyi semua roh najis dan tempat bersembunyi segala burung yang najis dan yang dibenci, (3) karena semua bangsa telah minum dari anggur hawa nafsu cabulnya dan raja-raja di bumi telah berbuat cabul dengan dia, dan pedagang-pedagang di bumi telah menjadi kaya oleh kelimpahan hawa nafsunya.’ (4) Lalu aku mendengar suara lain dari sorga berkata: ‘Pergilah kamu, hai umatKu, pergilah dari padanya supaya kamu jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya, dan supaya kamu jangan turut ditimpa malapetaka-malapetakanya. (5) Sebab dosa-dosanya telah bertimbun-timbun sampai ke langit, dan Allah telah mengingat segala kejahatannya”.

 

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Wah 18:4): “‘Come out of her, my people.’ From Jer 50:8; 51:6,45. Even in Rome, God has a people; but they are in great danger: their safety is in coming out of her at once. So in every world-conforming church there are some of God’s true Church, who must come out. Especially at the eve of God’s judgment on apostate Christendom: as Lot was warned to come out of Sodom before its destruction, and Israel, to come from about Dathan’s tents. So the first Christians came out of Jerusalem, when apostate Judah was judged. ... ‘The harlot is every church that has not Christ’s mind. Christendom, divided into many sects, is Babylon - i.e., confusion. ... Corrupt, lifeless Christendom, is the harlot, whose aim is the pleasure of the flesh, governed by the spirit of nature and the world’ (Hahn in Auberlen). The first justification of the woman is in her being called out of Babylon, the harlot, at the culmination of Babylon’s sin, when judgment is to fall: for apostate Christendom is not to be converted, but destroyed” [= ‘Keluarlah / pergilah kamu, hai umatKu’. Dari Yer 50:8; 51:6,45. Bahkan di Roma, Allah mempunyai suatu umat; tetapi mereka ada dalam bahaya yang besar: keamanan mereka adalah dengan segera keluar darinya. Demikian juga dalam setiap gereja yang menyesuaikan diri dengan dunia di sana ada beberapa dari Gereja yang benar dari Allah, yang harus keluar. Khususnya pada malam penghakiman Allah terhadap kekristenan yang murtad: seperti Lot diperingatkan untuk keluar dari Sodom sebelum penghancurannya, dan Israel untuk pergi dari sekitar kemah Datan. Demikianlah orang-orang Kristen pertama keluar dari Yerusalem, ketika Yehuda yang murtad dihakimi. ... ‘Sang pelacur adalah setiap gereja yang tidak mempunyai pikiran Kristus. Kekristenan, terbagi ke dalam banyak sekte, adalah Babel - yaitu kekacauan / kebingungan. ... Kekristenan yang rusak / jahat, mati, adalah sang pelacur, yang tujuannya adalah kesenangan daging, diperintah oleh roh dari alam dan dunia’ (Hahn in Auberlen). Pembenaran pertama dari perempuan itu adalah dalam pemanggilannya keluar dari Babel, sang pelacur, pada puncak dari dosa Babel, pada waktu penghakiman akan dijatuhkan: karena kekristenan yang murtad tidak akan dipertobatkan, tetapi dihancurkan].

 

Barnes’ Notes (tentang Wah 18:4): “It is implied here that by remaining in Babylon they would lend their sanction to its sins by their presence, and would, in all probability, become contaminated by the influence around them. This is an universal truth in regard to iniquity, and hence it is the duty of those who would be pure to come out from the world, and to separate themselves from all the associations of evil (= Ditunjukkan secara implicit di sini bahwa dengan tetap tinggal di Babel mereka cenderung menyetujui / mendukung dosa-dosanya oleh kehadiran mereka, dan sangat mungkin akan dikotori / dicemarkan oleh pengaruh di sekitar mereka. Ini merupakan kebenaran universal berkenaan dengan kejahatan, dan karena itu merupakan kewajiban dari mereka yang ingin menjadi murni untuk keluar dari dunia, dan memisahkan diri mereka sendiri dari semua pergaulan / perkumpulan dari kejahatan).

 

Pulpit Commentary (tentang Wah 18:4): “Since the harlot, who is identical with Babylon, is representative of the faithless part of the Church of God, these words form a direct warning to Christians. The departure which is commanded is not necessarily a literal, visible one; but the command implies a dissociation from, and condemnation of, the works of Babylon. Lot’s wife literally departed from Sodom, but was overtaken with punishment, because her heart was not dissevered from the wickedness of the city (= Karena sang pelacur, yang identik dengan Babel, adalah wakil dari bagian yang tidak setia dari Gereja Allah, kata-kata ini membentuk suatu peringatan langsung kepada orang-orang Kristen. Tindakan meninggalkan yang diperintahkan tidak harus merupakan suatu tindakan meninggalkan yang bersifat hurufiah, kelihatan; tetapi perintah itu secara tidak langsung menunjuk pada suatu pemisahan diri dari, dan pengecaman terhadap, pekerjaan-pekerjaan Babel. Istri Lot secara hurufiah meninggalkan Sodom, tetapi disusul oleh hukuman, karena hatinya tidak diputuskan / dipisahkan dari kejahatan dari kota itu).

 

Catatan: ada bermacam-macam penafsiran tentang ‘Babel’. Ada yang mengatakan bahwa ‘Babel’ adalah ‘dunia’. Tetapi kalaupun ‘Babel’ diartikan sebagai ‘dunia’, saya berpendapat bahwa kata-kata dalam Wah 18:4 ini tetap bisa diterapkan kepada orang-orang Kristen untuk meninggalkan gereja yang sesat, karena gereja yang sesat termasuk dalam ‘dunia’ ini.

 

Banyak orang Kristen yang tidak mau keluar dari / meninggalkan gereja mereka, sekalipun mereka tahu gereja mereka sesat, dengan alasan mereka mau membetulkan gereja mereka. Keinginan seperti ini, sekalipun kelihatannya bagus, menurut saya salah dan merugikan, baik diri mereka sendiri maupun seluruh gereja Tuhan yang benar di bumi ini. Bukan sesuatu yang mudah untuk meluruskan gereja yang sesat. Bahkan menurut saya, itu hampir mustahil. Disamping itu apa status mereka dalam gereja? Kalau mereka hamba Tuhan, masih mungkin, sekalipun kemungkinannya tetap sangat kecil. Tetapi kalau mereka jemaat awam, apa yang mereka mau lakukan untuk meluruskan gereja mereka? Perlu diingat bahwa Yesus dan rasul-rasul sebetulnya juga tidak keluar dari ‘gereja Yahudi’ pada saat itu, tetapi mereka dikeluarkan. Juga Martin Luther tidak keluar dari Gereja Roma Katolik, tetapi ia dikeluarkan. Kalau orang-orang seperti itu tidak bisa mereformasi gereja yang sesat, apalagi orang-orang awam? Juga, kalau semua orang Kristen sejati tetap ada di gereja mereka yang sesat, maka itu menguntungkan dan memberi semangat kepada gereja sesat, dan merugikan gereja-gereja yang benar. Jauh lebih baik, semua mereka keluar dari gereja sesat dan berkumpul untuk membangun kekuatan gereja yang benar.

 

Saya akan memberikan komentar dari beberapa penafsir tentang tindakan berbakti di gereja yang tidak benar. Kedua penafsir di bawah ini memberikan komentar tentang Luk 4:16 yang berbunyi sebagai berikut: “Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaanNya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab”.

 

Adam Clarke (tentang Luk 4:16): “Our Lord regularly attended the public worship of God in the synagogues; for there the Scriptures were read: other parts of the worship were very corrupt; but it was the best at that time to be found in the land. To worship God publicly is the duty of every man, and no man can be guiltless who neglects it. If a person cannot get such public worship as he likes, let him frequent such as he can get. Better to attend the most indifferent than to stay at home, especially on the Lord’s day. The place and the time are set apart for the worship of the true God: if others do not conduct themselves well in it, that is not your fault, and need not be any hindrance to you. You come to worship God -  do not forget your errand - and God will supply the lack in the service by the teachings of his Spirit” (= Tuhan kita secara teratur menghadiri kebaktian umum Allah di sinagog-sinagog; karena di sana Kitab Suci dibacakan: bagian-bagian lain dari kebaktian itu sangat buruk / rusak; tetapi itu adalah yang terbaik pada saat itu yang bisa ditemukan di negara itu. Menyembah Allah / berbakti kepada Allah secara umum merupakan kewajiban dari setiap orang, dan tidak ada orang bisa tidak bersalah kalau ia mengabaikannya. Jika seseorang tidak bisa mendapatkan kebaktian seperti yang ia inginkan, biarlah ia pergi secara tetap ke tempat yang bisa ia dapatkan. Lebih baik untuk menghadiri kebaktian / gereja yang paling acuh tak acuh dari pada tinggal di rumah, khususnya pada hari Tuhan. Tempat dan waktu dipisahkan untuk berbakti kepada Allah yang benar; jika orang-orang lain tidak bertingkah laku benar di dalamnya, itu bukan salahmu, dan tidak perlu menjadi penghalang bagimu. Kamu datang untuk berbakti kepada Allah - jangan melupakan tujuanmu - dan Allah akan menyuplai kekurangan dalam kebaktian itu oleh pengajaran RohNya).

 

Barnes’ Notes (tentang Luk 4:16): “From this it appears that the Saviour regularly attended the service of the synagogue. In that service the Scriptures of the Old Testament were read, prayers were offered, and the Word of God was explained. ... There was great corruption in doctrine and practice at that time, but Christ did not on that account keep away from the place of public worship. From this we may learn: 1. That it is our duty ‘regularly’ to attend public worship. 2. That it is better to attend a place of worship which is not entirely pure, or where just such doctrines are not delivered as we would wish, than not attend at all. ... At the same time, this remark should not be construed as enjoining it as our duty to attend a place where the ‘true’ God is not worshipped, or where he is worshipped by pagan rites and pagan prayers. If, therefore, the Unitarian does not worship the true God, and if the Roman Catholic worships God in a manner forbidden, and offers homage to the creatures of God also, thus being guilty of idolatry, it cannot be a duty of a man to attend on such a place of worship” (= Dari sini kelihatan bahwa sang Juruselamat secara teratur menghadiri kebaktian di sinagog. Dalam kebaktian itu Kitab Suci Perjanjian Lama dibacakan, doa dinaikkan, dan Firman Allah dijelaskan. ... Di sana ada keburukan / kerusakan yang besar dalam doktrin dan praktek pada jaman itu, tetapi hal itu tidak menyebabkan Kristus menjauhi tempat ibadah itu. Dari sini bisa kita pelajari: 1. Bahwa merupakan kewajiban kita untuk secara teratur menghadiri kebaktian umum. 2. Bahwa lebih baik untuk menghadiri suatu tempat ibadah / kebaktian yang tidak sepenuhnya murni, atau dimana ajaran-ajaran tidak diberikan seperti yang kita inginkan, dari pada tidak menghadiri kebaktian sama sekali. ... Pada saat yang sama, kata-kata ini tidak boleh ditafsirkan sebagai memerintahkan hal itu sebagai kewajiban kita untuk menghadiri suatu tempat ibadah dimana yang disembah bukanlah Allah yang benar, atau dimana Ia disembah dengan upacara-upacara kafir dan doa-doa kafir. Karena itu, jika Unitarian tidak menyembah Allah yang benar, dan jika Roma Katolik menyembah Allah dengan cara yang dilarang, dan juga memberikan penghormatan kepada makhluk-makhluk ciptaan dari Allah, dan dengan demikian bersalah dalam hal pemberhalaan, maka tidak bisa merupakan kewajiban seseorang untuk menghadiri tempat ibadah seperti itu) - hal 196.

Catatan: ‘Unitarian’ mempercayai bahwa Allah itu tunggal secara mutlak, dan dengan demikian menyangkal keilahian Kristus dan doktrin Allah Tritunggal.

 

Jadi, memang lebih baik berbakti di gereja yang jelek (bukan yang sesat) dari pada tidak berbakti sama sekali. Tetapi itu tidak berarti bahwa saudara boleh, atau harus, berbakti di gereja yang betul-betul sesat, seperti Saksi Yehuwa, Mormon, dan menurut Barnes, Gereja Roma Katolik.

 

e)      Satu hal lain yang perlu disadari adalah bahwa membolos dari kebaktian Minggu, bukan hanya merupakan suatu dosa, tetapi juga merupakan suatu tindakan yang sangat kurang ajar kepada Tuhan. Ia sudah memberikan 6 hari kepada saudara, dan Ia hanya memerintahkan saudara untuk memberikan satu hari untuk Dia, tetapi yang satu hari itupun saudara ambil dariNya, dan saudara gunakan untuk kepentingan saudara sendiri.

Illustrasi: Ada seorang melihat seorang pengemis. Ia kasihan dan ingin memberinya uang. Dalam kantongnya ada 7 keping uang, dan ia lalu memberikan 6 keping kepada pengemis itu, dan menyisakan 1 keping untuk dirinya sendiri. Tetapi pengemis itu, yang melihat bahwa orang itu menyisakan satu keping untuk dirinya sendiri, lalu menyambar sisa yang 1 keping itu, dan lari. Ini betul-betul menunjukkan orang yang kurang ajar bukan? Tetapi itu coba bandingkan dengan analoginya: Allah mempunyai 7 hari, dan ia memberikan 6 hari bagi kita untuk bekerja, belajar, mengurus urusan-urusan kita dsb. Ia hanya menyisakan satu hari bagi diriNya sendiri, yaitu hari Sabat. Tetapi kita sering lalu menyambar hari yang satu itu dari tangan Allah, dan tetap menggunakannya untuk diri kita sendiri! Apa bedanya orang yang membolos dari kebaktian dengan pengemis yang kurang ajar tadi?

 

f)            Alasan yang tidak sah dan yang sah untuk tidak berbakti pada hari Sabat.

 

1.      Alasan yang tidak sah.

Hal-hal di bawah ini bukanlah alasan yang sah untuk membolos dari kebaktian hari Minggu, dan karena itu jangan membolos dari kebaktian hari Minggu, dengan alasan-alasan yang sangat umum di bawah ini:

a. Ada tamu.

b. Arisan / pertemuan RT / RW.

c. Kerja bakti.

d. Bekerja / lembur.

e. Belajar.

f. Piknik / keluar kota.

g. Pergi ke pesta HUT.

h. Ada acara dari ‘para-church’ (persekutuan, dsb).

Para pemimpin maupun pengikut dari para-church ini harus menyadari bahwa para-church didirikan untuk mendukung gereja, dan bukannya untuk menyaingi gereja. Karena itu mereka seharusnya tidak mengadakan acara pada hari Minggu!

i. Saudara merasa sudah mengikuti ‘kebaktian’ pernikahan.

Ingat bahwa upacara pernikahan di gereja sebetulnya bukanlah suatu kebaktian! Saya berpendapat bahwa hari Minggu bukanlah hari untuk menikah, tetapi untuk berbakti. Orang kristen seharusnya tidak menikah pada hari Minggu! Mengapa? Karena ini bukan hanya menyebabkan pengantinnya tidak bisa berbakti, tetapi juga menyebabkan banyak orang berdosa karena membolos dari kebaktian.

 

2.      Alasan yang sah.

Alasan yang sah untuk tidak pergi ke kebaktian adalah kalau saudara sakit, dan itupun tentu bukan sembarang sakit. Sakitnya harus cukup berat (sehingga memang tidak memungkinkan saudara untuk berbakti atau berkonsentrasi dalam kebaktian), atau menular dan membahayakan. Sedangkan alasan yang lain adalah kalau terjadi hal-hal yang memang sangat extrim, seperti bencana alam, banjir yang hebat, atau kerusuhan masal.

 

Di atas sudah kita pelajari bahwa kita tidak boleh bekerja, memasak, belanja, melakukan perjalanan sekuler, rekreasi, dsb, pada hari Sabat / hari minggu. Lalu bagaimana caranya kita ‘menghabiskan waktu’ pada hari Sabat / hari minggu?

 

The Biblical Illustrator (Old Testament) tentang Kel 20:8-11: “NOTICE THE POSITIVE DUTIES IMPLIED IN KEEPING THE SABBATH HOLY. 1. Portions of the Sabbath should be devoted to public religious worship. 2. Portions of the Sabbath are due to special private devotion. 3. Portions of the Sabbath should be devoted to religious reading. 4. A portion of the Sabbath is very properly adjudged to Sunday-school work. 5. What remains of the Sabbath, deducting the time for necessary temporal cares, should be devoted to family religion” (= Perhatikan kewajiban-kewajiban positif yang ditunjukkan secara tak langsung / implicit dalam memelihara kekudusan hari Sabat. 1. Bagian-bagian dari hari Sabat harus dibaktikan pada kebaktian agamawi umum. 2. Bagian-bagian dari hari Sabat harus digunakan untuk pembaktian pribadi khusus. 3. Bagian-bagian dari hari Sabat harus dibaktikan pada pembacaan agamawi. 4. Satu bagian dari hari Sabat sangat tepat untuk diberikan pada pekerjaan Sekolah Minggu. 5. Apa yang tersisa dari hari Sabat, dikurangi waktu untuk perhatian sementara yang perlu, harus dibaktikan untuk agama keluarga).

 

The Biblical Illustrator (Old Testament) tentang Kel 20:8-11: “Indeed, I cannot conceive how a young man can unfold himself more thoroughly or symmetrically than by devoting himself vigorously to study during the week, and then setting apart Sunday as a day of restful worship, first praising God in His sanctuary, and then praising Him in works of mercy, visiting the sick, comforting the sorrowful, teaching the ignorant, reclaiming the outcast” (= Bahkan saya tidak bisa mengerti bagaimana seorang muda bisa membuka dirinya sendiri dengan lebih sepenuhnya atau dengan lebih simetris dari pada dengan membaktikan dirinya sendiri dengan giat untuk belajar dalam sepanjang minggu, dan lalu memisahkan hari Minggu sebagai suatu hari untuk kebaktian yang tenang, mula-mula memuji / memuliakan Allah dalam tempat kudusNya, dan lalu memuji / memuliakan Dia dalam pekerjaan-pekerjaan belas kasihan, mengunjungi orang-orang sakit, menghibur orang-orang yang sedih, mengajar orang-orang yang bodoh / tidak mempunyai pengetahuan, menyelamatkan / membawa kembali orang-orang yang terbuang).

 

Semua ini menunjukkan bahwa hukum tentang hari Sabat ini adalah salah satu hukum yang paling mustahil dalam seluruh Alkitab untuk ditaati secara sempurna! Tidak ada orang yang tidak banyak / berulang-ulang berdosa dengan melanggar hukum keempat ini. Dan kalau ada orang menganggap pelanggaran terhadap hukum Sabat ini termasuk dosa ringan, maka perlu dipikirkan bahwa dalam Perjanjian Lama hukuman untuk pelanggar hukum Sabat adalah hukuman mati!

 

Bible Knowledge Commentary: “For the violation of this command God imposed on Israel the death penalty (Ex 31:15; Num 15:32-36)” [= Untuk pelanggaran terhadap hukum ini Allah menentukan kepada Israel hukuman mati (Kel 31:15; Bil 15:32-36)].

 

Kel 31:15 - “Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada sabat, hari perhentian penuh, hari kudus bagi TUHAN: setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari Sabat, pastilah ia dihukum mati.

 

Bil 15:32-36 - “(32) Ketika orang Israel ada di padang gurun, didapati merekalah seorang yang mengumpulkan kayu api pada hari Sabat. (33) Lalu orang-orang yang mendapati dia sedang mengumpulkan kayu api itu, menghadapkan dia kepada Musa dan Harun dan segenap umat itu. (34) Orang itu dimasukkan dalam tahanan, oleh karena belum ditentukan apa yang harus dilakukan kepadanya. (35) Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Orang itu pastilah dihukum mati; segenap umat Israel harus melontari dia dengan batu di luar tempat perkemahan.’ (36) Lalu segenap umat menggiring dia ke luar tempat perkemahan, kemudian dia dilontari dengan batu, sehingga ia mati, seperti yang difirmankan TUHAN kepada Musa.

 

Sekalipun jaman sekarang hukuman mati ini tidak bisa diberlakukan, tetapi hukuman mati pada jaman Perjanjian Lama ini menunjukkan bahwa pelanggaran terhadap hukum hari Sabat sama sekali bukanlah dosa yang ringan! Dan jelas bahwa hukum ini bukan main seringnya kita langgar, sehingga membuat kita menjadi orang yang sangat berdosa, yang seharusnya masuk ke neraka untuk selama-lamanya. Karena itu, semua orang membutuhkan Yesus sebagai Penebus dosanya, tanpa mana mereka akan masuk ke neraka selama-lamanya!

-AMIN-

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali