(Jl. Dinoyo 19b, lantai 3)
Minggu, tgl 19 September 2010, pk 17.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
(HP: 7064-1331 / 6050-1331)
buas22@yahoo.com
http://golgothaministry.org
Kel 20:4-6 - “(4) Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai
apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang
ada di dalam air di bawah bumi. (5) Jangan sujud menyembah kepadanya atau
beribadah kepadanya, sebab
Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan
bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari
orang-orang yang membenci Aku, (6) tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada
beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada
perintah-perintahKu”.
e)
Sikap yang seharusnya terhadap patung berhala.
Banyak
patung berhala yang indah dan bahkan terbuat dari logam mulia, seperti emas,
perak dan sebagainya. Kita tidak boleh menyenangi / mengaguminya, apalagi
membawa patung berhala itu masuk ke rumah kita, ataupun menginginkan emas dan
perak dari berhala-berhala itu; sebaliknya, kita harus merasa jijik terhadap
patung-patung berhala itu, dan menghancurkannya, bahkan kalau patung-patung
berhala itu dibuat dari logam mulia yang mahal.
Ul 7:25-26
- “(25) Patung-patung allah mereka haruslah kamu bakar habis; perak dan
emas yang ada pada mereka janganlah kauingini dan kauambil bagi dirimu sendiri,
supaya jangan engkau terjerat karenanya, sebab hal itu adalah kekejian bagi
TUHAN, Allahmu. (26) Dan janganlah engkau membawa sesuatu kekejian masuk ke
dalam rumahmu, sehingga engkaupun ditumpas seperti itu; haruslah engkau
benar-benar merasa jijik dan keji terhadap hal itu, sebab semuanya itu
dikhususkan untuk dimusnahkan.’”.
Jadi:
1.
Kita harus memusnahkan patung berhala. Memang hal ini tidak bisa kita
lakukan, kecuali kita memang mempunyai otoritas dalam hal itu, misalnya terhadap
patung berhala yang ada di rumah kita. Karena itu, jangan secara sembarangan / sembrono
menghancurkan seadanya patung berhala / kelenteng! Bahwa kita tidak seharusnya
melakukan hal itu, kecuali kita memang mempunyai otoritas, terbukti dari
rasul-rasul sendiri, seperti Paulus, juga tidak secara sembarangan menghancurkan
kuil-kuil / patung-patung berhala. Apa yang harus kita lakukan adalah
memberitakan Injil kepada para penyembah berhala itu, sehingga mereka bertobat
dan menghancurkan sendiri patung-patung berhala mereka.
2.
Kita tidak boleh menginginkan emas atau perak dari patung berhala itu.
3.
Kita tidak boleh membawa patung berhala itu masuk ke rumah kita, apakah
sebagai hiasan, atau dengan alasan apapun juga!
4.
Kita harus merasa jijik dan keji terhadap patung berhala, juga yang indah
pembuatannya, dan bahkan yang terbuat dari emas / berlapiskan emas!
Matthew
Henry (tentang Ul 7:25-26): “The
idols which the heathen had worshipped were an abomination to God, and therefore
must be so to them: all that truly love God hates what he hates. ... They must
not retain the images to gratify their covetousness: Thou shalt not desire the
silver nor gold that is on them, nor think it a pity to have that destroyed. ...
‘Neither shalt thou bring it into thy house, to be hung up as an ornament, or
preserved as a monument of antiquity. No, to the fire with it, that is the
fittest place for it.’” (= Patung-patung berhala yang telah disembah
oleh orang-orang kafir adalah kekejian bagi Allah, dan karena itu harus demikian
bagi mereka: semua orang yang sungguh-sungguh mengasihi Allah membenci apa yang
Ia benci. ... Mereka tidak boleh mempertahankan patung-patung untuk memuaskan
ketamakan mereka: Janganlah engkau menginginkan perak atau emas yang ada pada
mereka, atau menganggap sayang untuk menghancurkannya. ... ‘Janganlah engkau
membawanya ke dalam rumahmu, untuk menggantungnya sebagai suatu hiasan, atau
memeliharanya sebagai suatu monumen keantikan. Tidak, itu harus dibuang ke dalam
api, itu adalah tempat yang paling cocok baginya’.).
Adam
Clarke (tentang Ul 7:25): “Some
of the ancient idols were plated over with gold, and God saw that the value of
the metal and the excellence of the workmanship might be an inducement for the
Israelites to preserve them; and this might lead, ... to idolatry. As the idols
were accursed, all those who had them, or anything appertaining to them, were
accursed also, Deut 7:26” (= Beberapa / sebagian dari patung-patung
berhala kuno dilapisi dengan emas, dan Allah melihat bahwa nilai dari logam itu
dan keindahan dari pembuatannya bisa menjadi suatu bujukan bagi orang-orang
Israel untuk memelihara mereka; dan ini bisa membimbing, ... pada penyembahan
berhala. Karena patung-patung berhala itu terkutuk, semua mereka yang mempunyai
patung-patung itu, atau apapun yang berhubungan dengan patung-patung itu, juga
terkutuk, Ul 7:26).
Keil
& Delitzsch (tentang Ul 7:25-26): “Trusting
to this promise, the Israelites were to burn up the idols of the Canaanites, and
not to desire the silver and gold upon them (with which the statues were
overlaid: see p. 466), or take it to themselves, lest they should be snared in
it, i.e., lest the silver and gold should become a snare to them. It would
become so, not from any danger lest they should practise idolatry with it, but
because silver and gold which had been used in connection with idolatrous
worship was an abomination to Jehovah, which the Israelites were not to bring
into their houses, lest they themselves should fall under the ban, to which all
the objects connected with idolatry were devoted, as the history of Achan in
Josh 7 clearly proves. For this reason, any such abomination was to be
abhorred, and destroyed by burning or grinding to powder (cf. Ex 32:20; 2
Kings 23:4-5; 2 Chron 15:16)” [= Sambil mempercayai janji ini, orang-orang
Israel harus membakar patung-patung berhala dari orang-orang Kanaan, dan tidak
menginginkan perak atau emas yang ada dari pada patung-patung itu (dengan mana
patung-patung itu dilapisi: lihat hal 466), atau mengambilnya bagi diri mereka
sendiri, supaya jangan mereka terjerat di dalamnya, yaitu, supaya jangan
perak dan emas itu menjadi jerat bagi mereka. Itu menjadi demikian, bukan dari
bahaya apapun bahwa mereka mempraktekkan penyembahan berhala dengannya, tetapi
karena perak dan emas yang telah digunakan dalam hubungan dengan penyembahan
berhala merupakan suatu kejijikan bagi Yehovah, yang orang-orang Israel tidak
boleh membawa masuk ke rumah-rumah mereka, supaya jangan mereka sendiri jatuh di
bawah kutukan, pada mana semua obyek-obyek yang berhubungan dengan penyembahan
berhala diserahkan, seperti sejarah dari Akhan dalam Yos 7
membuktikannya secara jelas. Karena alasan ini, kejijikan yang manapun
seperti itu harus dibenci / dianggap jijik, dan dihancurkan dengan membakarnya
atau menghancurkannya / menggilingnya menjadi bubuk (bdk. Kel 32:20; 2Raja
23:4-5; 2Taw 15:16)].
Kel
32:20 - “Sesudah itu diambilnyalah anak lembu yang dibuat mereka itu, dibakarnya
dengan api dan digilingnya sampai halus, kemudian ditaburkannya ke atas air
dan disuruhnya diminum oleh orang Israel”.
2Raja
23:4-5 - “(4) Raja memberi perintah kepada imam besar Hilkia dan kepada
para imam tingkat dua dan kepada para penjaga pintu untuk mengeluarkan dari bait
TUHAN segala perkakas yang telah dibuat untuk Baal dan Asyera dan untuk segala
tentara langit, lalu dibakarnyalah semuanya itu di luar kota Yerusalem di
padang-padang Kidron, dan diangkutnyalah abunya ke Betel. (5) Ia
memberhentikan para imam dewa asing yang telah diangkat oleh raja-raja Yehuda
untuk membakar korban di bukit pengorbanan di kota-kota Yehuda dan di sekitar
Yerusalem, juga orang-orang yang membakar korban untuk Baal, untuk dewa
matahari, untuk dewa bulan, untuk rasi-rasi bintang dan untuk segenap tentara
langit”.
2Taw 15:16
- “Bahkan raja Asa memecat Maakha, neneknya, dari pangkat ibu suri, karena
neneknya itu membuat patung Asyera yang keji. Asa merobohkan patung yang keji
itu, menumbuknya sampai halus dan membakarnya di lembah Kidron”.
Bdk.
Kis 17:16 - “Sementara Paulus menantikan mereka di Atena, sangat
sedih hatinya karena ia melihat, bahwa kota itu penuh dengan patung-patung
berhala”.
KJV:
‘his spirit was stirred in him’ (=
rohnya diaduk di dalam dia).
RSV:
‘his spirit was provoked within him’
(= rohnya diprovokasi di dalam dia).
NIV:
‘he was greatly distressed’ (= ia
sangat sedih).
NASB:
‘his spirit was being provoked within
him’ (= rohnya diprovokasi di dalam dia).
Vincent
paling menyetujui terjemahan ‘diprovokasi’.
Barnes’
Notes (tentang Kis 17:16): “‘The
city wholly given to idolatry.’ Greek: kateidoolon.
It is well translated in the margin, ‘or full of idols.’ ... Petronius (Sat.
xvii.) says humorously of the city, that ‘it was easier to find a god than a
man there.’ ... In this verse we may see how a splendid idolatrous city will
strike a pious mind. Athens then had more that was splendid in architecture,
more that was brilliant in science, and more that was beautiful in the arts,
than any other city of the world; perhaps more than all the rest of the world
united. Yet there is no account that the mind of Paul was filled with
admiration; there is no record that he spent his time in examining the works of
art; there is no evidence that he forgot his high purpose in an idle and useless
contemplation of temples and statuary. His was a Christian mind; and he
contemplated all this with a Christian heart. That heart was deeply affected in
view of the amazing guilt of a people who were ignorant of the true God, who had
filled their city with idols reared to the honor of imaginary divinities, and
who, in the midst of all this splendor and luxury, were going down to
destruction. So should every pious man feel who treads the streets of a splendid
and guilty city” [= ‘Kota itu sepenuhnya diberikan pada penyembahan
berhala’. Yunani: KATEIDOOLON. Itu diterjemahkan dengan baik di catatan tepi,
‘atau penuh dengan patung-patung berhala’. ... Petronius (Sat. xvii.)
berkata secara melucu tentang kota itu, bahwa ‘adalah lebih mudah untuk
bertemu dengan seorang allah / dewa dari pada seorang manusia di sana’. ...
Dalam ayat ini kita bisa melihat bagaimana suatu kota penyembahan berhala yang
indah akan memukul suatu pikiran yang saleh. Athena pada saat itu mempunyai
lebih banyak apa yang indah dalam arsitektur, lebih banyak apa yang cemerlang
dalam ilmu pengetahuan, dan lebih banyak apa yang indah dalam seni, dari pada
kota lain manapun di dunia; mungkin lebih dari pada seluruh sisa dunia
digabungkan. Tetapi di sana tidak ada laporan / cerita bahwa pikiran Paulus
dipenuhi dengan kekaguman; Tak ada catatan bahwa ia menghabiskan waktunya untuk
memeriksa pekerjaan-pekerjaan seni; tidak ada bukti bahwa ia melupakan tujuan /
rencananya yang tinggi dalam perenungan yang sia-sia / malas dan tak berguna
tentang kuil-kuil dan patung-patung. Pikirannya
adalah pikiran Kristen; dan ia merenungkan semua ini dengan hati Kristen. Hati
itu dipengaruhi secara mendalam oleh pemandangan dari kesalahan yang
mengherankan dari suatu bangsa yang begitu tidak tahu tentang Allah yang benar,
yang memenuhi kota mereka dengan patung-patung berhala yang didirikan bagi
kehormatan dari keilahian / allah yang bersifat khayalan, dan yang, di
tengah-tengah dari semua kemegahan dan kemewahan ini, akan tenggelam pada
kehancuran / kebinasaan. Demikianlah seharusnya setiap orang yang saleh merasa
pada waktu ia menginjak jalan-jalan dari suatu kota yang indah dan bersalah].
Renungkan:
a.
Bagaimana sikap saudara kalau melihat candi Borobudur, Prambanan,
kerajinan yang bersifat penyembahan berhala di Bali atau di negara-negara
seperti Thailand, Cina, dsb?
b.
Teman saya pernah mengatakan bahwa ia punya seorang teman, yang ayahnya
mempunyai 3 buah patung Buddha dari emas murni, masing-masing seberat 25 kg! Ini
kalau dijual emasnya saja, harganya lebih dari Rp 25 M! Seandainya orang itu
bertobat, dan menyerahkan ketiga patung itu kepada saudara, apa yang saudara
lakukan?
6)
Alasan dari hukum ke 2.
Kel 20:4-6
- “(4) Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di
langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di
bawah bumi. (5) Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu,
adalah Allah yang cemburu,
yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang
ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, (6) tetapi Aku
menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi
Aku dan yang berpegang pada perintah-perintahKu”.
Bdk.
Kel 34:14 - “Sebab
janganlah engkau sujud menyembah kepada allah lain, karena TUHAN, yang namaNya
Cemburuan, adalah Allah yang cemburu”.
Ay 5b
menunjukkan bahwa alasan Allah melarang penyembahan berhala adalah kecemburuan
dari Allah. Di atas sudah kita bahas bahwa penyembahan berhala merupakan
perzinahan rohani, dan karena itu hal ini membuat murka Allah yang Cemburuan!
Kecemburuan Allah ini, kelihatannya bukan hanya merupakan alasan dari hukum
kedua, tetapi juga dari hukum pertama.
Keil
& Delitzsch: “The threat and promise, which follow in vv. 5b and 6, relate to the
first two commandments, and not to the second alone” (= Ancaman dan janji,
yang mengikuti dalam ay 5 dan 6, berhubungan dengan dua hukum yang pertama, dan
bukan hanya dengan hukum kedua saja).
Bdk.
Ul 6:14-15 - “(14) Janganlah kamu mengikuti allah lain, dari
antara allah bangsa-bangsa sekelilingmu, (15) sebab TUHAN, Allahmu, adalah Allah
yang cemburu di tengah-tengahmu, supaya jangan bangkit murka TUHAN, Allahmu,
terhadap engkau, sehingga Ia memunahkan engkau dari muka bumi”.
Kecemburuan
Allah menunjukkan kasih Allah kepada kita. Ingat bahwa hubungan Allah dengan
kita digambarkan sebagai sepasang calon pengantin. Kalau Ia memang mencintai
kita, Ia pasti cemburu kalau kita melakukan perzinahan rohani, yaitu menyembah
berhala / mempunyai allah lain. Jadi, kecemburuan ini sebetulnya menunjukkan
sesuatu yang positif. Tetapi kalau kita menyembah patung berhala, maka
kecemburuan itu membangkitkan murka Allah, dan ini merupakan sesuatu yang
negatif untuk kita.
The
Bible Exposition Commentary: Old Testament:
“God
is a ‘jealous God,’ not in the sense that He’s envious of other gods, for
He knows that all other ‘gods’ are figments of the imagination and don’t
really exist. The word ‘jealous’ expresses His love for His people because
He wants the very best for them. Just as parents are jealous over their children
and spouses over their mates, so God is jealous over His beloved ones and will
not tolerate competition (Zech 1:14; 8:2). In Scripture, idolatry is the
equivalent of prostitution and adultery (Hos 1-3; Jer 2:1-3:25; Ezek 16:1; 23;
James 4:4-5). God desires and deserves the exclusive love of His people (Ex
34:14; Deut 4:24; 5:9; 6:15)” [= Allah adalah ‘Allah yang cemburu’,
bukan dalam arti Ia iri hati kepada allah-allah lain, karena Ia tahu bahwa semua
allah-allah lain adalah isapan jempol dari khayalan dan tidak betul-betul ada.
Kata ‘cemburu’ menyatakan kasihNya bagi umatNya karena Ia menginginkan yang
terbaik bagi mereka. Sama seperti orang tua cemburu atas anak-anak mereka dan
orang-orang atas pasangan mereka, demikianlah Allah cemburu atas orang-orang
yang Ia kasihi dan tidak mau mentoleransi persaingan (Zakh 1:14; 8:2). Dalam
Kitab Suci, penyembahan berhala adalah sama dengan pelacuran dan perzinahan (Hos
1-3; Yer 2:1-3:25; Yeh 16:1; 23; Yak 4:4-5). Allah menginginkan dan layak
mendapatkan kasih yang hanya ditujukan kepadaNya dari umatNya (Kel 34:14; Ul
4:24; 5:9; 6:15)].
Zakh
1:14 - “Berkatalah kepadaku malaikat yang berbicara dengan aku itu:
Serukanlah ini: Beginilah firman TUHAN semesta alam: Sangat besar usahaKu
untuk Yerusalem dan Sion,”.
Kata
‘usahaKu’ salah terjemahan!
KJV:
‘I am jealous for Jerusalem and for Zion with a great jealousy’
(= Aku cemburu untuk Yerusalem dan untuk Sion dengan kecemburuan
yang besar).
Zakh
8:2 - “‘Beginilah firman TUHAN semesta alam: Aku berusaha untuk
Sion dengan kegiatan yang besar dan dengan kehangatan amarah yang
besar”.
Ayat
ini lagi-lagi terjemahannya ngawur!
KJV:
‘Thus saith the LORD of hosts; I was jealous for Zion with great jealousy,
and I was jealous for her with great fury’ (= Demikianlah firman
TUHAN semesta alam; Aku cemburu untuk Sion dengan kecemburuan yang
besar, dan Aku cemburu untuknya dengan kemarahan yang besar).
Ul
4:24 - “Sebab TUHAN, Allahmu, adalah api yang menghanguskan, Allah yang
cemburu”.
Ul
6:15 - “sebab TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu di tengah-tengahmu,
supaya jangan bangkit murka TUHAN, Allahmu, terhadap engkau, sehingga Ia
memunahkan engkau dari muka bumi”.
7)
Janji dan ancaman.
a)
Ancaman.
Kel 20:4-6
- “(4) Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di
langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di
bawah bumi. (5) Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu,
adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada
anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang
membenci Aku, (6) tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu
orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada
perintah-perintahKu”.
1.
Ancaman ini ditujukan kepada para penyembah berhala, yang disebut sebagai
‘orang-orang
yang membenci Aku’! Bagaimanapun para penyembah berhala itu merasa /
berpura-pura bahwa mereka menghormati / mengasihi Allah, Allah menganggap mereka
sebagai para pembenci diriNya!
Thomas
Watson: “Another
reason against image-worship is, that it is hating God. The Papists, who worship
God by an image, hate God. Image-worship is a pretended love to God, but God
interprets it as hating him. ... An image-lover is a God hater” (= Suatu
alasan lain yang menentang penyembahan patung adalah bahwa itu adalah membenci
Allah. Pengikut-pengikut Paus, yang menyembah Allah menggunakan patung, membenci
Allah. Penyembahan patung merupakan suatu kasih yang pura-pura kepada Allah,
tetapi Allah menafsirkannya sebagai membenci Dia. ... Seorang pecinta patung
adalah seorang pembenci Allah) - ‘The Ten Commandments’, hal 67.
2. Ancamannya.
Ay 5c:
‘yang membalaskan kesalahan bapa
kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat’.
Bdk.
Ratapan 5:1-22 - “(1) Ingatlah, ya TUHAN, apa yang terjadi atas kami,
pandanglah dan lihatlah akan kehinaan kami. (2) Milik pusaka kami beralih kepada
orang lain, rumah-rumah kami kepada orang asing. (3) Kami menjadi anak yatim,
tak punya bapa, dan ibu kami seperti janda. (4) Air kami kami minum dengan
membayar, kami mendapat kayu dengan bayaran. (5) Kami dikejar dekat-dekat, kami
lelah, bagi kami tak ada istirahat. (6) Kami mengulurkan tangan kepada Mesir,
dan kepada Asyur untuk menjadi kenyang dengan roti. (7) Bapak-bapak kami
berbuat dosa, mereka tak ada lagi, dan kami yang menanggung kedurjanaan mereka.
(8) Pelayan-pelayan memerintah atas kami; yang melepaskan kami dari tangan
mereka tak ada. (9)
Dengan bahaya maut karena serangan pedang di padang gurun, kami harus mengambil
makanan kami. (10) Kulit kami membara laksana perapian, karena nyerinya
kelaparan. (11) Mereka memperkosa wanita-wanita di Sion dan gadis-gadis di
kota-kota Yehuda. (12) Pemimpin-pemimpin digantung oleh tangan mereka, para
tua-tua tidak dihormati. (13) Pemuda-pemuda harus memikul batu kilangan,
anak-anak terjatuh karena beratnya pikulan kayu. (14) Para tua-tua tidak
berkumpul lagi di pintu gerbang, para teruna berhenti main kecapi. (15)
Lenyaplah kegirangan hati kami, tari-tarian kami berubah menjadi perkabungan.
(16) Mahkota telah jatuh dari kepala kami. Wahai kami, karena kami telah berbuat
dosa! (17) Karena inilah hati kami sakit, karena inilah mata kami jadi kabur:
(18) karena bukit Sion yang tandus, di mana anjing-anjing hutan berkeliaran.
(19) Engkau, ya TUHAN, bertakhta selama-lamanya, takhtaMu tetap dari masa ke
masa! (20) Mengapa Engkau melupakan kami selama-lamanya, meninggalkan kami
demikian lama? (21) Bawalah kami kembali kepadaMu, ya TUHAN, maka kami akan
kembali, baharuilah hari-hari kami seperti dahulu kala! (22) Atau, apa Engkau
sudah membuang kami sama sekali? Sangat murkakah Engkau terhadap kami?”.
Tetapi
bagaimana dengan 2 ayat di bawah ini?
·
Ul 24:16 - “Janganlah ayah dihukum mati karena anaknya, janganlah
juga anak dihukum mati karena ayahnya; setiap orang harus dihukum mati karena
dosanya sendiri”.
·
Yeh 18:20 - “Orang yang
berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan
ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan
menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung
atasnya”.
Ada
2 kemungkinan pengharmonisan antara ay 5b ini dengan Ul 24:16 / Yeh 18:20:
a.
Beberapa penafsir termasuk Calvin, beranggapan bahwa keturunan itu juga
ketularan dosa / kejahatan dari nenek moyangnya, sehingga pada waktu mereka
dihukum, mereka memang layak mendapatkan hukuman itu.
Bandingkan
dengan Mat 23:30-36 - “(30) dan berkata: Jika kami hidup di zaman
nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan
nabi-nabi itu. (31) Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu
sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu. (32) Jadi,
penuhilah juga takaran nenek moyangmu! (33) Hai kamu ular-ular, hai kamu
keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari
hukuman neraka? (34) Sebab itu, lihatlah, Aku mengutus kepadamu nabi-nabi,
orang-orang bijaksana dan ahli-ahli Taurat: separuh di antara mereka akan kamu
bunuh dan kamu salibkan, yang lain akan kamu sesah di rumah-rumah ibadatmu dan
kamu aniaya dari kota ke kota, (35) supaya kamu menanggung akibat penumpahan
darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai kepada
Zakharia anak Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah. (36)
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semuanya ini akan ditanggung angkatan
ini!’”.
Text
di atas ini menunjukkan keturunan yang dihukum karena dosa nenek moyangnya,
tetapi mereka sendiri juga jahat, sehingga memang pantas / layak menerima
hukuman tersebut.
Bdk.
Im 26:38-42 - “(38) Dan kamu akan binasa di antara bangsa-bangsa lain,
dan negeri musuhmu akan memusnahkan kamu. (39) Dan siapa yang masih tinggal
hidup dari antaramu, mereka akan hancur lebur dalam hukumannya di negeri-negeri
musuh mereka, dan karena kesalahan nenek moyang mereka juga mereka akan hancur
lebur sama seperti nenek moyangnya. (40) Tetapi bila mereka mengakui
kesalahan mereka dan kesalahan nenek moyang mereka dalam hal berubah setia yang
dilakukan mereka terhadap Aku dan mengakui juga bahwa hidup mereka bertentangan
dengan Daku (41) - Akupun bertindak melawan mereka dan membawa mereka ke
negeri musuh mereka - atau bila kemudian hati mereka yang tidak bersunat itu
telah tunduk dan mereka telah membayar pulih kesalahan mereka, (42) maka
Aku akan mengingat perjanjianKu dengan Yakub; juga perjanjian dengan Ishak dan
perjanjianKu dengan Abrahampun akan Kuingat dan negeri itu akan Kuingat juga”.
Text
di atas ini menunjukkan bahwa keturunan dihukum karena dosa nenek moyangnya,
yang juga mereka lakukan. Tetapi kalau satu generasi sadar akan dosanya dan
bertobat, maka Tuhan akan mengampuni dan menerima mereka kembali.
b.
Yang dimaksud oleh ay 5b bukan hukuman tetapi akibat dari dosa.
Kalau
seseorang mencuri dan ia ditangkap dan masuk penjara, maka anak-anaknya juga
ikut menderita. Bukan bahwa anak-anak itu menerima hukuman karena dosa orang
tuanya, tetapi karena itu merupakan akibat dari dosa orang tuanya.
Demikian
juga pada saat Israel menyembah berhala. Tuhan menjadi marah, lalu menyerahkan
mereka kepada bangsa asing yang menjajah mereka. Keturunan
mereka pasti akan menderita sebagai akibat dosa mereka.
The
Bible Exposition Commentary: Old Testament:
“God
doesn’t punish the children and grandchildren for somebody else’s sins
(24:16: Ezek 18:4), but the sad consequences of ancestral sins can be passed
from generation to generation and innocent children suffer because of what their
parents or grand-parents have done. In Bible times, it wasn’t unusual for four
generations to live in the same extended family and thus have greater
opportunity to influence and affect one another” [= Allah tidak menghukum
anak-anak dan cucu-cucu untuk / karena dosa-dosa dari seseorang (24:16: Yeh
18:4), tetapi konsekwensi yang menyedihkan dari dosa-dosa nenek moyang bisa
diteruskan / disampaikan dari generasi ke generasi, dan anak-anak yang tak
bersalah menderita karena apa yang orang tua atau kakek-nenek mereka telah
lakukan. Dalam jaman Alkitab, bukanlah sesuatu yang luar biasa bagi empat
generasi untuk hidup dalam keluarga luas yang sama dan dengan demikian mempunyai
kesempatan yang lebih besar untuk mempengaruhi dan merusak satu sama lain].
Yang
manapun tafsiran yang benar dari 2 penafsiran di atas, jelas bahwa ancaman ini
tidak bisa diartikan seperti penafsiran dari banyak orang-orang Kharismatik
jaman sekarang yang mengatakan bahwa kalau nenek moyang kita menyembah
berhala, maka kita (sampai keturunan ketiga dan keempat) bisa kerasukan setan!
b)
Janji.
Kel 20:4-6
- “(4) Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di
langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di
bawah bumi. (5) Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya,
sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah
yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada
keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, (6) tetapi
Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang
mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintahKu”.
Catatan:
Ada yang menganggap bahwa ini sebetulnya bukan merupakan janji, karena ay 5b-6
sebetulnya hanya merupakan penggambaran sifat Allah (Ini akan saya bahas pada
waktu membahas hukum ke 5). Saya berpendapat bahwa ini benar, dan dengan
demikian, maka ay 6 ini hanya merupakan janji yang bersifat implicit.
Sifat implicit ini juga berlaku untuk ancaman dalam ay 5b.
1.
Janji ini ditujukan kepada orang-orang yang mengasihi Allah dan berpegang
pada perintah-perintah Allah (ay 6b).
Bdk.
Yoh 14:15 - “‘Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala
perintahKu”.
Ini
menunjukkan bahwa ketaatan memang harus muncul dari hati yang mengasihi Allah.
Ketaatan lahiriah, tanpa hati yang mengasihi, tidak ada nilainya.
2.
Kepada orang-orang itu, Allah akan menunjukkan kasih setiaNya / belas
kasihanNya.
Adam
Clarke: “‘And showing mercy
unto thousands.’ ... What a disproportion between the works of justice and
mercy! Justice works to the third or fourth, mercy to thousands of
generations!” (= ‘Dan menunjukkan belas kasihan kepada ribuan orang.’
... Betul-betul suatu ketidak-seimbangan antara pekerjaan dari keadilan dan
belas kasihan! Keadilan bekerja sampai keturunan ketiga dan keempat, belas
kasihan sampai ribuan keturunan!).
Catatan:
a.
Kata-kata ‘kasih setia’ adalah ‘mercy’ (= belas
kasihan) dalam KJV.
Kel
20:6 - “tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang,
yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintahKu”.
KJV:
‘And shewing mercy unto thousands of them that love me, and keep my
commandments’ (= Dan menunjukkan belas kasihan kepada beribu-ribu
dari mereka yang mengasihi Aku, dan memelihara / mentaati hukum-hukum /
perintah-perintahKu).
b.
Kel 20:6 mengatakan ‘beribu-ribu orang’, tetapi Ul 7:9
mengatakan ‘beribu-ribu keturunan’.
Ul 7:9-11
- “(9) Sebab itu haruslah kauketahui, bahwa TUHAN, Allahmu, Dialah Allah,
Allah yang setia, yang memegang perjanjian dan kasih setiaNya terhadap orang
yang kasih kepadaNya dan berpegang pada perintahNya, sampai kepada beribu-ribu
keturunan, (10) tetapi terhadap diri setiap orang dari mereka yang membenci
Dia, Ia melakukan pembalasan dengan membinasakan orang itu. Ia tidak bertangguh terhadap orang yang membenci Dia. Ia langsung
mengadakan pembalasan terhadap orang itu. (11) Jadi berpeganglah pada perintah,
yakni ketetapan dan peraturan yang kusampaikan kepadamu pada hari ini untuk
dilakukan.’”.
Pulpit
Commentary: “Verse 6. - Shewing mercy unto thousands. Or, ‘to the thousandth
generation.’ (Compare Deut 7:9.) In neither case are the numbers to be taken
as exact and definite. The object of them is to contrast the long duration of
the Divine love and favour towards the descendants of those who love him, with
the comparatively short duration of his chastening wrath in the case of those
who are his adversaries” [= Ayat 6. - Menunjukkan
belas kasihan kepada ribuan orang. Atau, ‘kepada generasi keseribu’.
(Bandingkan Ul 7:9). Dalam kasus yang manapun (dari
kedua text itu) bilangan-bilangan itu tidak boleh diartikan sebagai persis /
tepat dan pasti / tertentu. Tujuan bilangan-bilangan itu adalah untuk
mengkontraskan durasi yang lama dari kasih dan kebaikan Ilahi terhadap
keturunan-keturunan dari mereka yang mengasihi Dia, dengan durasi yang relatif
singkat dari murkaNya yang menghajar dalam kasus dari mereka yang adalah
musuh-musuhNya].
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : buas22@yahoo.com
e-mail us at golgotha_ministry0@yahoo.com
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali