Eksposisi
Surat Yudas
oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
YUDAS
14-15
1. Apakah Yudas
mengutip dari kitab Henokh, yang termasuk dalam Apocrypha?
a. Dalam kitab Henokh, ada satu ayat yaitu Henokh 1:9, yang
berbunyi sebagai berikut:
Versi William Barclay:
"And behold!
He cometh with ten thousands of his holy ones to execute judgment upon all, and
to destroy all the ungodly; and to convict all flesh of all the works of their
ungodliness which they have ungodly committed, and of all the hard things
which ungodly sinners have spoken against him"
(= Dan lihatlah! Ia datang dengan sepuluh ribu orang-orang kudusNya untuk
melakukan penghakiman terhadap semua orang, dan untuk menghancurkan orang jahat;
dan untuk meyakinkan semua daging / orang tentang semua kejahatan yang mereka
lakukan secara jahat, dan tentang semua kata-kata keras yang diucapkan oleh
orang-orang berdosa yang jahat menentang Dia).
Henokh
1:9 Versi William Barclay ini boleh dikatakan identik dengan Yudas 14-15.
Versi
Pulpit Commentary:
"And behold,
he comes with myriads of the holy, to pass judgment upon them, and will destroy
the impious, and will call to account all flesh for everything the sinners and
the impious have done and committed against him"
(= Dan lihatlah, Ia datang dengan puluhan ribu orang kudus, untuk memberikan
penghakiman terhadap mereka, dan akan menghancurkan orang jahat, dan akan
meminta pertanggungjawaban semua orang untuk setiap hal yang orang berdosa dan
jahat lakukan menentang Dia).
Henokh
1:9 versi Pulpit Commentary ini sedikit berbeda dengan Yudas 14-15, karena dalam
Henokh 1:9 ini tidak ada tentang ‘kata-kata keras’ dari orang-orang jahat
itu. Versi Barnes’ Notes sama dengan Pulpit Commentary.
b. Kutipan dalam Yudas 14-15 ini menyebabkan banyak pertanyaan dan
problem.
Haruskah kita menganggap Kitab Henokh itu sebagai Kitab Suci? Atau,
haruskah kita membuang surat Yudas dari Kitab Suci, seperti yang dilakukan oleh
Jerome? Saya berpendapat bahwa kita tidak boleh menganggap bahwa Kitab Henokh
harus dimasukkan ke dalam Kitab Suci (Catatan: tidak adanya kata-kata ‘ada
tertulis’ dalam Yudas
14 ini menunjukkan bahwa ia tidak sedang mengutip Kitab Suci), dan kita juga
tidak boleh mengeluarkan surat Yudas dari Kitab Suci. Mengapa? Karena adanya
kemiripan atau kesamaan antara Yudas 14-15 dan Henokh 1:9 memberikan beberapa
kemungkinan, yaitu:
1. Yudas mengutip dari Kitab Henokh.
Perlu
diketahui bahwa ada banyak penafsir, yang termasuk golongan injili dan
alkitabiah sekalipun, yang mempunyai anggapan seperti ini! Tetapi perlu diingat
bahwa ini bukan satu-satunya kemungkinan. Orang yang menganggap bahwa Yudas
mengutip dari kitab Henokh pada umumnya sampai pada kesimpulan ini karena mereka
menyimpulkan terlalu cepat. Mereka tidak memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan
yang lain.
2. Penulis kitab Henokh mengutip dari Yudas, sedangkan Yudas
mengutip dari tradisi.
3. Yudas maupun penulis kitab Henokh mengutip dari tradisi.
Tidak
ada kemungkinan untuk membuktikan bahwa kemungkinan pertamalah yang benar,
sehingga adanya kemiripan / kesamaan antara Yudas 14-15 dengan Henokh 1:9 ini
tidak membuktikan bahwa Yudas mengutip dari Kitab Henokh.
Barnes’
Notes:
"There in no
clear evidence that he quoted it from any book extant in his time. There is,
indeed, now an apocryphal writing called ‘the Book of Enoch,’
containing a prediction strongly resembling this, but there is no certain proof
that it existed so early as the time of Jude, nor, if it did, is it absolutely
certain that he quoted from it. Both Jude and the author of that book may have
quoted a common tradition of their time, for there can be no doubt that the
passage referred to was handed down by tradition"
(= Tidak ada bukti yang jelas bahwa ia mengutipnya dari buku apapun yang ada
pada jamannya. Memang sekarang ada tulisan apokripa yang disebut ‘Kitab
Henokh’, yang berisi ramalan yang sangat mirip dengan ini, tetapi tidak ada
bukti tertentu bahwa kitab itu sudah ada pada jaman Yudas, atau, jika kitab itu
sudah ada pada jaman Yudas, tidak ada kepastian yang mutlak bahwa Yudas mengutip
dari kitab itu. Keduanya, Yudas dan penulis kitab itu, bisa telah mengutip dari
suatu tradisi yang umum pada jaman mereka, karena tidak ada keraguan bahwa
bagian itu diturunkan oleh tradisi).
c. Pandangan yang meninggikan kitab Henokh.
Pulpit Commentary:
"Though never
formally recognized as canonical, it was in great esteem, largely accepted as a
record of revelations, and regarded as the work of Enoch"
(= Sekalipun tidak pernah diakui secara resmi sebagai kanon, itu dihargai /
dihormati, sebagian besar diterima sebagai catatan wahyu, dan dianggap sebagai
pekerjaan Henokh).
Pulpit
Commentary:
"An attempt
has been made by some to bring the composition of the book down to Christian
times, so that Enoch should quote Jude, not Jude Enoch. But there is every
reason to believe that it belongs to the second century B.C. Certain portions of
the book, however, are of later date. For it is scarcely possible to deny that
it is the work of more than one hand. The original seems to have been written in
Hebrew or Aramaic. We cannot be far astray, therefore, in accepting it as the
composition of a Jew of Palestine dating between B.C. 166 and 110"
(= Suatu usaha telah dilakukan oleh beberapa orang untuk membawa penyusunan
kitab itu ke jaman kristen, sehingga Kitab Henokhlah yang mengutip Yudas, bukan
Yudas mengutip Kitab Henokh. Tetapi ada banyak alasan un-tuk percaya bahwa buku
itu berasal dari abad kedua S.M. Tetapi, beberapa bagian dari kitab itu
ditulis belakangan. Karena adalah sesuatu yang hampir mustahil untuk
menyangkal bahwa kitab itu merupakan pekerjaan dari lebih dari satu tangan.
Kitab aslinya kelihatannya ditulis dalam Ibrani atau Aramaic. Karena itu,
kita tidak bisa terlalu tersesat dalam menerima bahwa kitab itu disusun oleh
seorang Yahudi di Palestina antara 166 S.M. - 110 S.M.).
Catatan: Ia
berkata bahwa kelihatannya kitab itu ditulis dalam bahasa Ibrani atau
Aramaic. Ia jelas tidak tahu kitab Henokh yang asli; yang ia tahu paling banter
adalah terjemahannya. Menurut dia dari terjemahan itu kelihatannya kitab Henokh
yang asli ada dalam bahasa Ibrani atau Aramaic. Ini sudah merupakan kesimpulan
yang sangat tidak pasti. Lalu dari sini ia mengambil kesimpulan lagi, yaitu
bahwa penulisnya pasti seorang Yahudi di Palestina pada abad 2 S.M. Ini
lagi-lagi merupakan kesimpulan yang sangat tidak pasti. Mengingat bahwa pada
jaman Yesus hidup di dunia, yaitu pada abad 1 Masehi, bahasa Ibrani dan Aramaic
banyak digunakan, maka bisa saja penulisnya hidup pada jaman itu atau bahkan
sesudahnya. Dari semua ini saya berpendapat bahwa penafsir Pulpit Commentary ini
menyimpulkan tanpa dasar yang kuat.
d. Pandangan yang merendahkan terhadap kitab Henokh, diikuti dengan
pandangan bahwa Yudas mengutip dari tradisi.
Calvin’s editor:
"There is
no evidence of such a book being known for some time after this epistle was
written; and the book so called was probably a forgery, occasioned by this
reference to Enoch’s prophecy. ... Until of late, it was supposed to be
lost; but in 1821, the late Archbishop Laurence, having found an Ethiopic
version of it, published it with a translation"
(= Tidak ada bukti tentang diketahuinya kitab seperti itu untuk beberapa
waktu setelah surat ini ditulis; dan kitab itu mungkin merupakan suatu
pemalsuan, disebabkan oleh hu-bungannya dengan nubuat Henokh ini. ... Sampai
waktu belakangan, kitab itu dianggap / diduga hilang; tetapi pada tahun 1821,
Uskup Laurence, setelah menemukan versi Ethiopia kitab ini, menerbitkannya
dengan terjemahannya).
Catatan:
kelihatannya ia berpendapat bahwa pada jaman Yudas kitab Henokh itu belum ada.
Tetapi karena Yudas berbicara tentang nubuat Henokh, lalu muncul orang yang
membuat sebuah kitab yang lalu dinamakan kitab Henokh, supaya kelihatannya Yudas
mengutip dari kitab itu. Kitab itu disebut palsu karena sekalipun memakai nama
Henokh tetapi penulisnya bukan Henokh. Si pemalsu mungkin mempunyai kesengajaan
untuk menimbulkan kebimbangan dan keraguan dalam diri orang kristen terhadap
surat Yudas / Kitab Suci.
Thomas
Manton:
"The
Jews have some relics of this prophecy in their writings, and some talk of a
volume, extant in the primitive time, consisting of 4802 lines, called the
Prophecy of Enoch; but that was condemned for spurious and apocryphal.
Tertullian saith there was a prophecy of Enoch kept by Noah in the ark, which
book is now lost. Be it so; many good books may be lost, but no scripture. But
most probably it was a prophecy that went from hand to hand, from father to son.
Jude saith, ‘Enoch prophesied;’ he doth not say it is written, as quoting a
passage of scripture" (=
Orang-orang Yahudi mempunyai peninggalan tentang nubuat ini dalam
tulisan-tulisan mereka, dan beberapa orang berbicara tentang sebuah buku, ada
dalam jaman primitif, terdiri dari 4802 baris, disebut Nubuat Henokh; tetapi
itu dikecam sebagai palsu dan bersifat apokripa. Tertullian berkata bahwa
ada nubuat Henokh yang dijaga oleh Nuh di dalam bahtera, yang sekarang sudah
hilang. Biarlah itu demikian; banyak buku yang baik / bagus hilang, tetapi tidak
ada kitab suci yang hilang. Tetapi kemungkinan besar itu adalah nubuat yang
pindah dari tangan ke tangan, dari bapa kepada anak. Yudas berkata: ‘Henokh
bernubuat’; ia tidak berkata ada tertulis, seperti mengutip suatu bagian Kitab
Suci).
S.
Maxwell Coder:
"The Book of
Enoch is a patchwork of writings by various unknown persons at various unknown
times. It contains fanciful and legendary material, some of it quite ridiculous.
Those who love the Word of God and trust it implicitly need not fear that any
attack upon Jude will succeed in showing that he took any part of his epistle
from such a volume" (= Kitab Henokh
merupakan suatu tulisan campur aduk oleh bermacam-macam orang yang tidak dikenal
pada berbagai waktu yang tidak diketahui. Kitab itu mengandung bahan yang aneh /
khayal dan bersifat dongeng, beberapa di antaranya cukup menggelikan. Mereka
yang mencintai Firman Allah dan mempercayainya secara implicit tidak perlu takut
bahwa serangan terhadap Yudas akan berhasil dalam menunjukkan bahwa ia mengambil
sebagian dari suratnya dari kitab seperti itu).
2. Mengapa
Yudas mengutip nubuat Henokh?
Dalam Kitab Suci ada banyak ayat tentang kedatangan Kristus untuk
menghakimi, seperti Ul 33:5 Daniel 7:10 Zakh 14:5b. Mengapa Ia mesti mengutip
dari nubuat Henokh dan bukannya dari ayat-ayat Kitab Suci?
a.
Karena biasanya makin kuno suatu kutipan, makin ia dihormati. Karena itu Yudas
memilih yang sekuno mungkin.
b. Karena Tuhan menghendaki nubuat Henokh itu, yang tadinya hanya
ada dalam tradisi, masuk ke dalam Kitab Suci.
Thomas Manton:
"if he
receives it by tradition, it is here made authentic and put into the canon"
(= jika ia menerimanya melalui tradisi, di sini itu dijadikan otentik /
berotoritas dan dimasukkan ke dalam kanon).
3. Sekarang
mari kita mempelajari nubuat Henokh yang dikutip oleh Yudas ini.
a. ‘Sesungguhnya Tuhan datang’ (ay 14b).
Kata
‘datang’ ini dalam bahasa Yunani adalah ELTHEN yang merupakan kata kerja
dalam bentuk aorist / lampau, sehingga terjemahan sebetulnya adalah ‘came’.
Sekalipun ini sebetulnya menunjuk pada masa yang akan datang, tetapi untuk
menunjukkan suatu kepastian, maka digunakan bentuk lampau.
b. ‘Tuhan datang dengan beribu-ribu orang kudusNya’ (ay 14c
bdk. 1Tes 3:13 Zakh 14:5).
Kata-kata
‘orang kudusNya’ mungkin lebih tepat diterjemahkan ‘holy ones’,
karena ini bukan hanya menunjuk kepada ‘orang’, tetapi juga kepada malaikat
(Mat 25:31 2Tes 1:7).
c.
‘hendak menghakimi semua orang dan menjatuhkan hukuman atas orang-orang
fasik karena semua perbuatan fasik, yang mereka lakukan’ (ay 15a).
Bagian ini terjemahannya kurang dan salah.
NIV: ‘to judge everyone,
and to convict all the ungodly of all the ungodly acts they have done in
the ungodly way’ (= untuk menghakimi
setiap orang, dan untuk meyakinkan semua orang fasik tentang semua
tindakan fasik yang telah mereka lakukan dengan cara yang fasik).
Jadi, dalam penghakiman akhir jaman itu Tuhan Yesus akan meyakinkan
orang berdosa atas semua kesalahannya. Dalam hidup di dunia ini kita seringkali
bisa mencari alasan untuk kesalahan / dosa kita, dan dengan alasan-alasan itu
kita bisa membenarkan diri kita. Tetapi nanti dalam penghakiman akhir jaman, itu
tidak mungkin bisa dilakukan. Yesus akan meyakinkan semua orang berdosa atas
semua dosa yang mereka lakukan! Ingat bahwa pada waktu Yesus melayani selama 3
1/2 tahun di dunia ini, Ia tidak pernah kalah debat. Demikian juga nanti pada
penghakiman akhir jaman, orang-orang berdosa tidak akan bisa mendebat Dia pada
waktu Ia meyakinkan mereka tentang dosa mereka. Ada yang langsung berdiam diri
(bdk. Mat 22:12 - ‘Tetapi orang itu diam saja’; NIV/NASB: ‘speechless’),
dan ada juga yang pada waktu ditunjukkan dosanya lalu mendebat (Mat 25:41-44),
tetapi setelah dijawab oleh Yesus mereka tidak mungkin tidak yakin akan dosanya
(bdk. Mat 25:45-46). Karena itu hati-hati dengan sikap yang selalu ingin
membenarkan diri pada waktu saudara berbuat dosa. Jauh lebih baik kalau saudara
mengakui dosa saudara.
Matthew Poole menafsirkan bahwa ini menunjuk pada dosa yang
dilakukan ‘with an ungodly mind,
willingly, delightfully, perseveringly’
(= dengan pikiran jahat, dengan sengaja, dengan senang hati, dengan tekun).
Para penafsir membedakan dosa ini dengan dosa orang kristen, yang
sekalipun bisa berbuat dosa yang hebat, tetapi tidak melakukannya dengan senang
hati.
d. ‘dan karena semua kata-kata nista, yang diucapkan orang-orang
berdosa yang fasik itu terhadap Tuhan’ (ay 15b).
NIV/NASB: ‘harsh things’
(= hal-hal yang kasar / tajam).
Lit: ‘hard
things’ (= hal-hal yang keras).
Sekalipun jelas bahwa semua dosa dengan kata-kata, termasuk yang
tidak diucapkan terhadap Tuhan / menentang Tuhan, akan dihakimi, tetapi bagian
ini menekankan kata-kata keras yang diucapkan terhadap / menentang Tuhan.
Penerapan:
Karena
itu hati-hati pada waktu menggunakan mulut terhadap Tuhan, khususnya pada waktu
saudara sedang menderita sehingga lalu kecewa / marah terhadap Tuhan karena hal
itu.
e. Mengapa hanya ada penghakiman atas perbuatan dan kata-kata yang
berdosa, tetapi tidak atas pikiran yang berdosa?
Jelas bahwa pikiran berdosa juga akan dihakimi, tetapi di sini
tidak dinyatakan, mungkin karena tujuan Henokh maupun Yudas adalah menunjukkan
dosa dari orang-orang berdosa pada jamannya supaya orang-orang itu bisa
diidentifikasi, sedangkan dosa melalui pikiran tidak terlihat dari luar.
4. Dengan
menunjukkan bahwa para orang sesat / nabi palsu pada jamannya itu akan dihakimi
oleh Tuhan, Yudas bertujuan supaya orang kristen tidak mengikuti jejak pada
orang sesat / nabi palsu itu (bdk. Yudas 17-dst).
5. Sekarang mari kita kembali
kepada Henokh (ay 14a).
a. ‘Henokh, keturunan ke tujuh dari Adam’ (ay 14).
Ada orang yang mengallegorikan hal ini sebagai berikut:
S. Maxwell Coder:
"Lange takes
the position that the first six generations of human race, characterized by sin
and death, and followed by a seventh generation exhibiting a godly life without
death, foreshadow six world periods of sin and death, to be succeeded by a
seventh age, the kingdom of God on earth"
(= Lange berpendapat bahwa 6 generasi pertama dari umat manusia ditandai oleh
dosa dan kematian, dan disusul oleh generasi ke 7 yang memamerkan suatu
kehidupan yang saleh tanpa kematian, membayangkan / melambangkan 6 jaman dunia
dari dosa dan kematian, disusul oleh jaman ke 7, kerajaan Allah di bumi).
Ini
merupakan penafsiran yang menarik tetapi jelas salah!
b. Henokh mempunyai nubuat yang lain lagi?
Beberapa
penafsir mengatakan bahwa pada waktu Henokh menamakan anaknya dengan nama
‘Metusalah’ (Kej 5:21-22), maka itu juga merupakan suatu nubuat.
Adam Clarke:
"...
Methuselah lived till the very year in which the flood came, of which his name
is supposed to have been prophetical METHU, ‘he dieth,’ and SHALACH, ‘he
sendeth out,’ as if God had designed to teach men that as soon as Methuselah
died the flood should be sent forth to drown an ungodly world"
(= ... Metusalah hidup sampai tahun datangnya air bah, tentang mana namanya
dianggap bersifat nubuat, METHU, ‘ia mati’, dan SHALACH, ‘ia
mengirimkan’, seakan-akan Allah telah merencanakan untuk mengajar manusia
bahwa begitu Metusalah mati, air bah akan dikirimkan untuk menenggelamkan dunia
yang jahat).
S.
Maxwell Coder:
"... there is
something else which has come down to us from Enoch ... It is the name given by
the prophet to his son, and it appears also to be a prophecy. ‘Enoch lived
sixty and five years, and begat Methuselah’ (Gen. 5:21). ... A far better
interpretation of the name Methuselah is that it means ‘when he is dead, it
shall be sent,’ from the Hebrew root MUTH, ‘to die,’ and the verb SHALAK,
‘to send forth.’ ... ‘Methuselah: he dies and it (the Flood) is sent. A
name given prophetically by Enoch. He died in the year of the Flood. It is
suggestive that death enters into the name of the longest liver.’ ... when
Methuselah died, judgment from God was actually sent, according to the
chronology of Genesis 5 (tradition says that he dies seven days before the
Flood)" [= ... ada sesuatu yang lain
yang diturunkan kepada kita dari Henokh ... Itu adalah nama yang diberikan nabi
itu kepada anak laki-lakinya, dan kelihatannya itu juga merupakan suatu nubuat.
‘Henokh hidup 65 tahun, dan ia memperanakkan Metusalah’ (Kej 5:21). ...
Penafsiran yang jauh lebih baik dari nama Metusalah adalah bahwa itu berarti
‘pada waktu ia mati, itu akan dikirimkan’, dari akar kata Ibrani MUTH,
‘mati’, dan kata kerja SHALAK, ‘mengirim’. ... ‘Metusalah: ia mati dan
itu (air bah) dikirim. Suatu nama yang diberikan secara nubuat oleh Henokh. Ia
mati dalam tahun terjadinya air bah. Adalah sesuatu yang memberikan gagasan
bahwa kematian masuk ke dalam nama orang yang hidup paling lama’. ... ketika
Metusalah mati, penghakiman dari Allah betul-betul dikirimkan, menurut
urut-urutan waktu dari Kejadian 5 (tradisi mengatakan bahwa ia mati 7 hari
sebelum air bah)].
Catatan:
c. Beberapa hal lain yang bisa diperhatikan tentang Henokh dan
Metusalah.
S. Maxwell Coder:
"It is
noteworthy that Methuselah lived to be the oldest man in all the Bible (Gen.
5:27). His 969 years speak strongly of the grace and longsuffering of God. The
word had been given that when he was gone, the Flood would be sent. But God is
not willing that any should perish (2Peter 3:9). Therefore He extended the life
of Enoch’s son to provide maximum opportunity for men to repent and turn to
God" [= Patut diperhatikan bahwa
Metusalah adalah manusia tertua dalam seluruh Alkitab (Kej 5:27). Hidupnya
selama 969 tahun berbicara secara kuat tentang kasih karunia dan
kepanjang-sabaran Allah. Sudah dibicarakan bahwa pada waktu ia mati, air bah
akan dikirim. Tetapi Allah tidak menghendaki seorangpun binasa (2Pet 3:9).
Karena itu Ia memperpanjang hidup / usia anak laki-laki Henokh untuk menyediakan
/ memberikan kesempatan maximum bagi manusia untuk bertobat dan berbalik kepada
Allah].
Kej 5:21-24 menunjukkan bahwa Henokh hidup bergaul dengan Allah / ‘walked
with God’ (= berjalan dengan Allah)
setelah kelahiran Metusalah (kata ‘lagi’ dalam Kej 5:22 versi Kitab
Suci Indonesia seharusnya tidak ada).
S. Maxwell Coder:
"It is not
said that Enoch walked with God until after he begat Methuselah. For the first
sixty-five years of his life he was certainly a man of God, but then something
happened which caused him to enter into such a close fellowship with the Lord as
to make him a marked man for the rest of his life. A son was born into his home,
and Enoch was given the amazing revelation from God that when this child should
die, every living creature upon the earth would be destroyed by a universal
flood. The child was named Methuselah. As Enoch watched his son grow, he knew
that every time this strange name was spoken, the terrible prophecy of God was
repeated: ‘When he is dead, it shall be sent.’ The life of all men hung upon
the life of this one baby, this one boy, this one man, Methuselah. Every year he
lived brought the announced catastrophic judgment one year closer. This is the
key to Enoch’s walk with God. Of what value was earthly gain, earthly
pleasure? It would all be gone under divine wrath ere long. He knew that the end
of all things was at hand. And so ‘Enoch walked with God after he begat
Methuselah.’" (= Tidak dikatakan
bahwa Henokh berjalan dengan Allah sampai setelah ia memperanakkan Metusalah.
Pada 65 tahun pertama dalam hidupnya, ia pasti adalah orang saleh, tetapi lalu
terjadi sesuatu yang menyebabkan ia masuk dalam suatu persekutuan yang begitu
dekat dengan Tuhan sehingga membuatnya sebagai orang yang sangat diperhatikan
dalam sisa hidupnya. Seorang anak laki-laki dilahirkan dalam rumahnya, dan
Henokh diberi suatu wahyu yang menakjubkan dari Allah bahwa pada waktu anak itu
mati, setiap makhluk hidup di bumi akan dihancurkan oleh air bah yang bersifat
universal. Anak itu dinamakan Metusalah. Pada waktu Henokh memperhatikan anak
laki-lakinya tumbuh, ia tahu bahwa setiap kali nama aneh itu disebutkan, nubuat
yang mengerikan dari Allah itu diulangi: ‘Pada waktu ia mati, itu akan
dikirimkan’. Kehidupan dari semua orang tergantung pada hidup dari satu bayi
ini, satu anak ini, satu orang ini, Metusalah. Setiap hidupnya bertambah satu
tahun, maka penghakiman yang membawa bencana besar yang telah diumumkan itu
makin dekat satu tahun. Ini adalah kunci mengapa Henokh berjalan dengan Allah.
Apa artinya keuntungan duniawi, kesenangan duniawi? Dalam waktu singkat semua
akan musnah karena murka ilahi. Ia tahu bahwa akhir dari segala sesuatu sudah
dekat. Dan begitulah ‘Henokh berjalan dengan Allah setelah ia memperanakkan
Metusalah’).
Henokh ‘berjalan dengan Allah’, tetapi itu tidak berarti bahwa
ia membuang kehidupan normal di dunia ini. Ia ditunjukkan dengan tetap
memperanakkan anak laki-laki dan perempuan setelah kelahiran Metusalah (Kej
5:22).
-AMIN-
e-mail us at [email protected]