kebaktian online

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

 

(Rungkut Megah Raya, blok D no 16)

 

Minggu, tgl 15 Agustus 2021, pk 09.00

 

Pdt. Budi Asali, M. Div.

 

yohanes 2:1-11(7)

 

Pengalegorian / perohanian

 

arti ayat Alkitab

 

Yoh 2:1-11 - “(1) Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ; (2) Yesus dan murid-muridNya diundang juga ke perkawinan itu. (3) Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepadaNya: ‘Mereka kehabisan anggur.’ (4) Kata Yesus kepadanya: ‘Mau apakah engkau dari padaKu, ibu? SaatKu belum tiba.’ (5) Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: ‘Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!’ (6) Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung. (7) Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: ‘Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air.’ Dan merekapun mengisinya sampai penuh. (8) Lalu kata Yesus kepada mereka: ‘Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta.’ Lalu merekapun membawanya. (9) Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu - dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya - ia memanggil mempelai laki-laki, (10) dan berkata kepadanya: ‘Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang.’ (11) Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tandaNya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaanNya, dan murid-muridNya percaya kepadaNya.”.

 

9) Macam-macam penafsiran yang salah tentang mujizat air menjadi anggur ini.

 

Bible Knowledge Commentary: The contrast between the old order and the new way is evident (cf. John 4:13; 7:38-39). [= Kontras antara keadaan lama dan jalan / cara yang baru adalah jelas (bdk. Yoh 4:13; 7:38-39).].

 

Yoh 4:13-14 - “(13) Jawab Yesus kepadanya: ‘Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, (14) tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.’”.

 

Yoh 7:38-39 - “(38) Barangsiapa percaya kepadaKu, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.’ (39) Yang dimaksudkanNya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepadaNya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.”.

 

Bible Knowledge Commentary: “As the master of the banquet tasted the... wine, he found it to be superior to what they had been drinking. In contrast with a common custom in which the best wine was served first and the lesser quality later, he affirmed that this wine, served last, was the best. The significance of this miracle is that Christianity is an advance over Judaism. God has kept the best gift - His Son - until now.” [= Pada waktu pemimpin pesta itu mengecap anggur, ia mendapati itu lebih baik / bagus dari yang telah ia minum sampai saat itu. Bertentangan dengan suatu kebiasaan umum dalam mana anggur yang terbaik diberikan pada awal dan anggur yang kwalitetnya lebih rendah belakangan, ia menegaskan bahwa anggur ini, yang diberikan terakhir, adalah yang terbaik. Arti dari mujizat ini adalah bahwa kekristenan adalah suatu kemajuan atas Yudaisme. Allah telah menyimpan karunia terbaik - AnakNya - sampai sekarang.].

 

William Barclay: There were six stone water pots; and at the command of Jesus, the water in them turned to wine. According to the Jews, seven is the number which is complete and perfect; and six is the number which is unfinished and imperfect. The six stone water pots stand for all the imperfections of the Jewish law. Jesus came to do away with the imperfections of the law and to put in their place the new wine of the gospel of his grace. Jesus turned the imperfection of the law into the perfection of grace. ... John is telling us that in Jesus the imperfections have become perfection, [= Di sana ada enam tempayan; dan atas perintah Yesus, air di dalam mereka berubah menjadi anggur. Menurut orang-orang Yahudi, tujuh adalah bilangan yang lengkap dan sempurna; dan enam adalah bilangan yang belum selesai dan tidak sempurna. Enam tempayan itu mewakili semua ketidak-sempurnaan dari hukum Yahudi. Yesus datang untuk menghentikan / menyingkirkan ketidaksempurnaan dari hukum Taurat dan untuk meletakkan di tempat mereka anggur yang baru dari injil kasih karunia. Yesus mengubah ketidaksempurnaan dari hukum Taurat menjadi kesempurnaan dari kasih karunia. ... Yohanes sedang memberitahu kita bahwa dalam Yesus ketidak-sempurnaan telah menjadi kesempurnaan.].

 

William Barclay: Now we can see what John is teaching us. Every story tells us not of something Jesus did once and never again, but of something which he is forever doing. John tells us not of things that Jesus once did in Palestine, but of things that he still does today. And what John wants us to see here is not that Jesus once on a day turned some water pots of water into wine; he wants us to see that whenever Jesus comes into a person’s life, there comes a new quality which is like turning water into wine. Without Jesus, life is dull and stale and flat; when Jesus comes into it, life becomes vivid and sparkling and exciting. [= Sekarang kita bisa melihat apa yang Yohanes sedang ajarkan kepada kita. Setiap cerita memberitahu kita bukan tentang sesuatu yang Yesus lakukan sekali dan tidak pernah lakukan lagi, tetapi tentang sesuatu yang Ia sedang lakukan selama-lamanya. Yohanes memberitahu kita bukan tentang hal-hal yang Yesus lakukan sekali di Palestina, tetapi tentang hal-hal yang tetap Ia lakukan sekarang. Dan apa yang Yohanes ingin kita lihat di sini bukanlah bahwa Yesus suatu kali pada suatu hari mengubah sejumlah air dalam tempayan-tempayan menjadi anggur; ia ingin kita melihat bahwa kapanpun Yesus datang ke dalam kehidupan seseorang, di sana datang suatu kwalitet yang baru yang seperti pengubahan air menjadi anggur. Tanpa Yesus, kehidupan itu menjemukan / membosankan; pada waktu Yesus datang ke dalamnya, kehidupan menjadi terang / segar dan hidup / bersemangat dan menggairahkan.].

 

The Bible Exposition Commentary: The Gospel of John, unlike the other three Gospels, seeks to share the inner meaning - the spiritual significance - of our Lord’s works, so that each miracle is a ‘sermon in action.’ We must be careful not to ‘spiritualize’ these events so that they lose their historical moorings; but at the same time, we must not be so shackled to history that we are blind to (as A. T. Pierson used to say) ‘His story.’ ... If our Lord had preached a sermon after He turned the water into wine, what might He have said? For one thing, He likely would have told the people that the world’s joy always runs out and cannot be regained, but the joy He gives is ever new and ever satisfying. (In the Scriptures, wine is a symbol of joy. See Judg 9:13 and Ps 104:15.) The world offers the best at the first, and then, once you are ‘hooked,’ things start to get worse. But Jesus continues to offer that which is best until we one day enjoy the finest blessings in the eternal kingdom (Luke 22:18). But our Lord would certainly have a special message here for His people, Israel. In the Old Testament, the nation is pictured as ‘married’ to God and unfaithful to her marriage covenant (Isa 54:5; Jer 31:32; Hos 2:2ff). The wine ran out and all Israel had left were six empty water pots! They held water for external washings, but they could provide nothing for internal cleaning and joy. In this miracle, our Lord brought fullness where there was emptiness, joy where there was disappointment, and something internal for that which was only external (water for ceremonial washings).[= Injil Yohanes, tidak seperti ketiga Injil yang lain, berusaha untuk membagikan arti yang di dalam - arti rohani - dari pekerjaan-pekerjaan Tuhan kita, sehingga setiap mujizat adalah suatu ‘khotbah dalam tindakan’. Kita harus berhati-hati untuk tidak ‘merohanikan’ peristiwa-peristiwa itu sehingga mereka kehilangan ikatan sejarah / history mereka; tetapi pada saat yang sama, kita tidak boleh menjadi begitu dibatasi pada sejarah / history sehingga kita buta terhadap (seperti A. T. Pierson dulu katakan) ‘Cerita Nya’ / ‘His Story’ ... Seandainya Tuhan kita mengkhotbahkan suatu khotbah setelah Ia mengubah air menjadi anggur, apa yang mungkin telah Ia katakan? Salah satunya, Ia sangat mungkin telah memberitahu orang-orang bahwa sukacita dari dunia selalu habis dan tidak bisa didapatkan kembali, tetapi sukacita yang Ia berikan selalu baru dan selalu memuaskan. (Dalam Kitab Suci, anggur adalah simbol dari sukacita. Lihat Hak 9:13 dan Maz 104:15). Dunia menawarkan yang terbaik pada awal, dan lalu, sekali kamu sudah ‘terjebak / mencandu’, hal-hal mulai memburuk. Tetapi Yesus terus memberikan apa yang terbaik sampai suatu hari kita menikmati berkat-berkat terbaik dalam kerajaan kekal (Luk 22:18). Tetapi Tuhan kita pasti mempunyai suatu pesan / berita khusus di sini untuk umatNya, Israel. Dalam Perjanjian Lama, bangsa itu digambarkan sebagai ‘menikah’ dengan Allah dan tidak setia pada perjanjian pernikahannya (Yes 54:5; Yer 31:32; Hos 2:1-dst). Anggur habis dan semua yang Israel punyai hanyalah enam tempayan kosong! Mereka mempunyai air untuk pembasuhan / pencucian luar / lahiriah, tetapi mereka tidak bisa menyediakan apapun untuk pembersihan batin / di dalam dan sukacita. Dalam mujizat ini, Tuhan kita membawa kepenuhan dimana disana ada kekosongan, sukacita dimana disana ada kekecewaan, dan sesuatu di dalam untuk itu yang hanya bersifat lahiriah / luar (air untuk pembasuhan-pembasuhan yang bersifat upacara).].

 

Hak 9:13 - “Tetapi jawab pohon anggur itu kepada mereka: Masakan aku meninggalkan air buah anggurku, yang menyukakan hati Allah dan manusia, dan pergi melayang di atas pohon-pohon?”.

 

Maz 104:15 - dan anggur yang menyukakan hati manusia, yang membuat muka berseri karena minyak, dan makanan yang menyegarkan hati manusia.”.

 

Luk 22:18 - “Sebab Aku berkata kepada kamu: mulai dari sekarang ini Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai Kerajaan Allah telah datang.’”.

 

Yes 54:5 - “Sebab yang menjadi suamimu ialah Dia yang menjadikan engkau, TUHAN semesta alam namaNya; yang menjadi Penebusmu ialah Yang Mahakudus, Allah Israel, Ia disebut Allah seluruh bumi.”.

 

Yer 31:32 - “bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir; perjanjianKu itu telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan yang berkuasa atas mereka, demikianlah firman TUHAN.”.

 

Hos 2:1-4 - “(1) ‘Adukanlah ibumu, adukanlah, sebab dia bukan isteriKu, dan Aku ini bukan suaminya; biarlah dijauhkannya sundalnya dari mukanya, dan zinahnya dari antara buah dadanya, (2) supaya jangan Aku menanggalkan pakaiannya sampai dia telanjang, dan membiarkan dia seperti pada hari dia dilahirkan, membuat dia seperti padang gurun, dan membuat dia seperti tanah kering, lalu membiarkan dia mati kehausan. (3) Tentang anak-anaknya, Aku tidak menyayangi mereka, sebab mereka adalah anak-anak sundal. (4) Sebab ibu mereka telah menjadi sundal; dia yang mengandung mereka telah berlaku tidak senonoh. Sebab dia berkata: Aku mau mengikuti para kekasihku, yang memberi roti dan air minumku, bulu domba dan kain lenanku, minyak dan minumanku.”.

 

F. F. Bruce (tentang Yoh 2:6-8): “The water, provided for purification as laid down by Jewish law and custom, stands for the whole ancient order of Jewish ceremonial, which Christ was to replace by something better. ... The wine symbolizes the new order as the water in the jars symbolized the old order.” [= Air, yang disediakan untuk penyucian seperti yang ditetapkan oleh hukum dan tradisi Yahudi, berarti seluruh kondisi / keadaan lama dari upacara Yahudi, yang oleh Kristus akan diganti dengan sesuatu yang lebih baik. ... Anggur menyimbolkan kondisi / keadaan yang baru seperti air dalam tempayan menyimbolkan kondisi / keadaan yang lama.] - hal 71.

 

J. C. Ryle: ‘Thou hast kept the good wine until now.’ A good practical remark has often been raised from these words of the ruler of the feast. The world gives its best things, like the best wine, first, and its worst things last. The longer we serve the world, the more disappointing, unsatisfactory, and unsavoury will its gifts prove. Christ, on the other hand, gives His servants their best things last. They have first the cross, the race, and the battle, and then the rest, the glory, and the crown. Specially will it be found true at his second advent. Then will believers say emphatically, ‘Thou hast kept the good wine until now.’ These are pious and useful thoughts. [= ‘Engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang’. Suatu pernyataan / pandangan praktis yang baik telah sering diajukan dari kata-kata dari pemimpin pesta ini. Dunia memberikan hal-hal terbaiknya, seperti anggur yang terbaik, mula-mula / pertama-tama, dan hal-hal terburuknya paling akhir. Makin lama kita melayani dunia, makin akan terbukti mengecewakan, tidak memuaskan, dan tidak enak pemberian-pemberiannya. Kristus, di sisi lain, memberi pelayan-pelayanNya hal-hal terbaik mereka paling akhir. Mereka pertama-tama / mula-mula mendapat salib, perlombaan, dan pertempuran, dan lalu istirahat, kemuliaan dan makhkota. Khususnya itu akan didapati benar pada kedatanganNya yang keduakalinya. Pada waktu itu orang-orang percaya akan berkata tanpa keraguan, ‘Engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang’. Ini adalah pemikiran-pemikiran yang saleh dan berguna.] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: John vol I’ (Libronix).

 

Matthew Henry: The beginning of Moses’s miracles was turning water into blood (Ex 4:9; 7:20), the beginning of Christ’s miracles was turning water into wine; which intimates the difference between the law of Moses and the gospel of Christ. The curse of the law turns water into blood, common comforts into bitterness and terror; the blessing of the gospel turns water into wine.[= Permulaan dari mujizat-mujizat Musa adalah pengubahan air menjadi darah (Kel 4:9; 7:20), permulaan dari mujizat-mujizat Kristus adalah pengubahan air menjadi anggur; yang secara tidak langsung menunjukkan perbedaan antara hukum Taurat Musa dan injil Kristus. Kutuk dari hukum Taurat mengubah air menjadi darah, hal-hal umum yang membuat nyaman menjadi kepahitan dan ketakutan; berkat dari injil mengubah air menjadi anggur.].

 

Matthew Henry: “The common method was otherwise. Good wine is brought out to the best advantage at the beginning of a feast, when the guests have their heads clear and their appetites fresh, and can relish it, and will commend it; but when they have well drank, when their heads are confused, and their appetites palled, good wine is but thrown away upon them, worse will serve then. See the vanity of all the pleasures of sense; they soon surfeit, but never satisfy; the longer they are enjoyed, the less pleasant they grow.” [= Metode yang umum adalah sebaliknya. Anggur yang baik dikeluarkan bagi keuntungan / manfaat yang terbaik pada permulaan pesta, pada waktu tamu-tamu bisa berpikir dengan baik dan mempunyai nafsu makan / selera yang segar, dan bisa menikmatinya sepenuhnya, dan akan memujinya; tetapi pada waktu mereka telah puas minum, pada waktu pikiran mereka sudah tidak bisa berpikir dengan baik, dan nafsu makan / selera mereka sudah kurang bisa menikmati, anggur yang baik dibuang dari mereka, yang lebih buruk akan disajikan pada saat itu. Lihatlah kesia-siaan dari semua kesenangan-kesenangan dari perasaan; mereka segera menyuplai secara berlebihan, tetapi tidak pernah memuaskan; makin lama mereka dinikmati, mereka menjadi makin kurang menyenangkan.].

 

J. C. Ryle (tentang ay 10): The words in this sentence must not be pressed too closely, in order to bring out of them a spiritual meaning. [= Kata-kata dari kalimat ini tak boleh ditekankan dengan terlalu keras, supaya mengeluarkan dari mereka suatu arti rohani.] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: John vol I’ (Libronix).

 

Lenski: “The word of the steward has frequently been allegorized. The wine that is worse is made to mean all that the world offers us, or again all that the false Judaism of the day offered; while the excellent wine which Jesus created is made to mean the gospel and its true riches and joys. The text itself contains no such thoughts. The word on which these thoughts are based is not even a word of Christ but of an ordinary Jew who voiced a common observation. Allegory, especially in preaching, easily misleads. It only super-imposes our own thoughts on words of Holy Writ. If it is used at all, it should be used with great care and always in such a way that our own thoughts remain clearly distinguished from what the written words actually state.” [= Kata-kata dari pemimpin pesta itu telah sering dialegorikan. Anggur yang lebih buruk dibuat jadi berarti semua yang dunia tawarkan kepada kita, atau juga semua yang Yudaisme yang palsu pada saat itu tawarkan; sedangkan anggur yang sangat baik yang Yesus ciptakan dibuat jadi berarti injil dan kekayaan dan sukacitanya yang sejati. Text itu sendiri tidak berisikan pemikiran-pemikiran seperti itu. Perkataan pada mana pemikiran-pemikiran ini didasarkan bahkan bukan suatu perkataan dari Kristus tetapi dari seorang Yahudi biasa yang mengucapkan suatu komentar yang bersifat umum. Alegory, khususnya dalam khotbah, dengan mudah mengarahkan ke arah yang salah. Itu hanya memaksakan secara extrim pemikiran-pemikiran kita sendiri pada kata-kata dari Tulisan Kudus (Alkitab / Firman Tuhan). Jika itu digunakan dengan cara apapun, itu harus digunakan dengan kehati-hatian yang besar dan selalu dengan cara sedemikian rupa sehingga pemikiran-pemikiran kita sendiri tetap membedakan secara jelas dari apa yang firman tertulis betul-betul nyatakan.].

 

Memang, saya setuju dengan Lenski. Penafsir-penafsir yang banyak di atas itu, semua mengalegorikan / menyimbolisir secara tidak pada tempatnya.

Mungkin kata-kata mereka bagus dan benar, tetapi didasarkan pada, atau didapatkan dari, ayat yang tidak cocok sama sekali!

 

Ada 2 hal yang menunjukkan kesalahan penafsiran mereka:

 

a) Suatu cerita sejarah tidak boleh dialegorikan / disimbolisir, tetapi harus diartikan secara hurufiah!

Ini hukum dalam Hermeneutics! Tetapi memang contoh-contoh pelanggaran hukum Hermeneutics ini sangat banyak.

 

Misalnya:

 

1.  Musa dengan semak duri yang menyala (Kel 3:1-5).

 

Kel 3:1-5 - “(1) Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali, ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni gunung Horeb. (2) Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. (3) Musa berkata: ‘Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu?’ (4) Ketika dilihat TUHAN, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya: ‘Musa, Musa!’ dan ia menjawab: ‘Ya, Allah.’ (5) Lalu Ia berfirman: ‘Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus.’”.

 

Kasut diartikan sebagai simbol dari sebagai dosa.

 

2.  Murid-murid menangkap ikan atas petunjuk Yesus dan mendapatkan 153 ekor ikan besar-besar (Yoh 21:5-11).

 

Yoh 21:5-11 - “(5) Kata Yesus kepada mereka: ‘Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?’ Jawab mereka: ‘Tidak ada.’ (6) Maka kata Yesus kepada mereka: ‘Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.’ Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan. (7) Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: ‘Itu Tuhan.’ Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau. (8) Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu. (9) Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti. (10) Kata Yesus kepada mereka: ‘Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu.’ (11) Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak.”.

 

Ikan diartikan sebagai bangsa.

 

3.  Orang sakit kusta (Luk 17:11-19).

 

Luk 17:11-19 - “(11) Dalam perjalananNya ke Yerusalem Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. (12) Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh (13) dan berteriak: ‘Yesus, Guru, kasihanilah kami!’ (14) Lalu Ia memandang mereka dan berkata: ‘Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam.’ Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir. (15) Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, (16) lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepadaNya. Orang itu adalah seorang Samaria. (17) Lalu Yesus berkata: ‘Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? (18) Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?’ (19) Lalu Ia berkata kepada orang itu: ‘Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.’”.

 

Kusta dijadikan simbol dari dosa.

 

4.  Yudas Iskariot pergi pada malam hari (Yoh 13:30).

 

Yoh 13:30 - “Yudas menerima roti itu lalu segera pergi. Pada waktu itu hari sudah malam.”.

 

Ini dirohanikan dengan menganggap bahwa malam yang gelap itu juga menunjukkan gelapnya hati Yudas Iskariot.

 

5.  Mereka kehabisan anggur (Yoh 2:3).

 

Yoh 2:1-3 - “(1) Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ; (2) Yesus dan murid-muridNya diundang juga ke perkawinan itu. (3) Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepadaNya: ‘Mereka kehabisan anggur.’”.

 

Anggur dijadikan simbol dari cinta.

 

b) Lenski secara hebat menunjukkan bahwa kata-kata yang dialegorikan oleh para penafsir di atas itu bahkan bukan kata-kata Yesus, tetapi kata-kata dari pemimpin pesta, yang adalah seorang Yahudi biasa, yang memberikan komentar berdasarkan kebiasaan umum pada saat itu di sana. Bagaimana mungkin kata-kata dari orang itu diartikan seperti itu?

 

 

 

-bersambung-

 

 

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

[email protected]

http://golgothaministry.org

Email : [email protected]

CHANNEL LIVE STREAMING YOUTUBE :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ